Anda di halaman 1dari 49

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY

TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 2


ENDE MATERI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH

YOSEFINA SUSANA BENI

2018280910

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIKAN
UNIVERSITAS FLORES

ENDE
2022

i
LEMBAR PESETUJUAN

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY


TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 2
ENDE MATERI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

YOSEFINA SUSANA BENI


NIM: 2018280910

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Yuliana Yunita Mete, S.Pd,.M.Pd Maria Waldetrudis Lidi, S.Pd,.M.Pd


NIDN: 0813078603 NIDN: 0810078701

Mengetahui

Program studi pendidikan biologi


FKIP Universitas Flores

Maimunah H. Daud, S.Si,.M.Pd.Si


NIDN: 0827107601

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan berkatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry

Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMAN 2 Ende Materi Sistem

Pernapasan Pada Manusia”.

Dalam kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada semua pihak, yang telah memberi bantuan dan motivasi dalam penyususnan

proposal penelitian ini. Untuk itu peneliti menyampaikan terimaksih kepada:

1. Ibu Yuliana Yunita Mete, S.Pd.,M.Pd, selaku pembimbing I yang telah

banyak membantu mengarahkan, membimbing, dan memberikan dorongan

sampai proposal penelitian ini terwujud.

2. Ibu Maria Waldetrudis Lidi, S.Pd.,M.Pd, selaku pembimbing II yang telah

banyak membantu mengarahkan, membimbing, dan memberikan dorongan

sampai proposal penelitian ini terwujud.

3. Kepalah sekolah dan guru Biologi SMAN 2 Ende.

4. Orang tua dan sanak saudara yang telah mendukung dan memberi dorongan

kepada peneliti dalam mengerjakan proposal ini.

5. Teman-teman mahasiswa program studi pendidikan biologi Universitas

Flores dan berbagai pihak yang telah mendukung dalam mengerjakan

proposal ini.

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................... i


Lembar Persetujuan ...................................................................................................ii
Kata Pengantar ..........................................................................................................iii
Daftar Isi ....................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................................4
C. Batasan Masalah ............................................................................................4
D. Rumusan Masalah .........................................................................................7
E. Tujuan Penelitian ..........................................................................................7
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................................9
A. Kajian Teori ..................................................................................................9
B. Kajian Penelitian Yang Relevan....................................................................23
C. Kerangka Berpikir .........................................................................................24
D. Hipotesis Penelitian .......................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................27
A. Jenis dan Desain Penelitian ...........................................................................27
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................27
C. Populasi dan Sampel .....................................................................................29
D. Variabel Penelitian ........................................................................................30
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ....................................................31
F. Validitas dan Reliabilitas ..............................................................................35
G. Teknik Analisis Data .....................................................................................36
H. Uji Prasyarat Analis ......................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 desain penelitian ....................................................................................27


Tabel 3.2 kriteria validitas......................................................................................32
Tabel 3.3 kriteria reliabelitas .................................................................................33
Tabel 3.4 kriteria indeks kesukaran soal ...............................................................34
Tabel 3.5 kriteria daya pembeda soal ....................................................................35
Tabel 3.6 kriteria hasil belajar................................................................................36

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 kerangka berpikir ...................................................................................25

vi
vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan marupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan

manusia yang dinamis dan bagian dari sarat perkembangan zaman (Amri,

2013: 1). Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan tujuan

pembelajaran di sekolah yang menginginkan pembelajaran yang bisa

menumbuhkan semangat siswa untuk belajar. Tujuan pembelajaran ini apat

dilihat dari adanya perubahan dalam diri siswa (Suwardi, 2012: 2).

Dalam konteks pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu

guru dan siswa yang saling berinteraksi dalam lingkungannya (Oktriyeni, dkk.,

2022: 75). Lingkungan belajar dikatakan menyenangkan apabila guru dituntut

untuk lebih kreatif dan inovatif dalam hal memilih metode, model, pendekatan,

dan pengelolaan kelas. Pembelajaran yang menyenangkan dan aktif membuat

siswa mengerti tentang apa yang dipelajari serta dapat mengembangkan

kemampuan berpikirnya dalam memecahkan dan menyelesaikan suatu

permasalahan. Salah satu cara untuk melakukan sesuatu yang berbeda di dalam

mengajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran. Dengan

menggunakan model pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran akan lebih

sistematis karena di dalam model pembelajaran terdapat prosedur pembelajaran

yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan belajar mengajar

(Handini, dkk., 2016: 451-452). Model pembelajaran memiliki kerangka

1
koseptual yang mendorong kegiatan pembelajaran untuk lebih menarik, dan

membuat siswa lebih aktif dan kreatif karena siswa dituntut dapat memecahkan

dan menyelesaikan suatu permasalahan. Hal ini sependapat dengan Sukma,

dkk., (2016: 53) dimana model pembelajaran yang aktif membuat siswa lebih

mudah memahami materi sehingga berdampak terhadap hasil belajar siswa.

Hasil belajar siswa merupakan informasi bagi guru untuk melihat

keberhasilan belajar siswanya (Riscaputantri & Wening, 2018: 233).

Keberhasilan dalam kelas juga dipengaruhi bagaimana cara guru menerapkan

konsep pembelajaran yang berlangsung, dalam arti guru harus mampu meramu

wawasan pembelajaran yang menarik dan disukai siswa (Fitriani, dkk., 2012:

8). Siswa dikatakan berhasil apabila pembelajaran dikelas membutuhkan

perlakuan yang bervariasi sehingga dapat menjamin kualitas proses belajar

siswa, oleh karena itu guru membutuhkan desain pembelajaran yang tepat

dengan melakukan inovasi secara baik dalam menerapkan model pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan guru mata pelajaran

biologi kelas XI IPA di SMAN 2 Ende menyatakan bahwa banyak siswa yang

tidak mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Nilai KKM yang

ditentukan dari sekolah, yaitu 75, hal ini dapat dilihat sebanyak 75% yang

berada dibawa KKM. Kenyataan ini menunjukan masih rendahnya

pemahaman siswa terhadap materi sistem pernapasan pada manusia.

Berdasarkan permasalahan yang di temukan akar permasalah terletak pada

pemilihan strategi pembelajaran yang tidak tepat, dan metode yang digunakan

2
adalah metode ceramah dari pada metode yang lain seperti ekperimen atau

penemuan. Siswa hanya memperoleh informasi dari guru saja atau dengan kata

lain siswa kurang aktif.

Agar penyebab permasalahan dapat terselesaikan, maka perlu

menggunakan strategi pembelajaran yang tepat yaitu dengan menerapkan

model pembelajaran inquiry terbimbing (guided inquiry). Model inquiri

terbimbing yaitu model pembelajaran yang akan melatih siswa untuk

melakukan eksperimen serta mampu menguasai konsep dikarenakan model

inquiri menekan pada proses berpikir siswa. Menurut Muliani dan Wibawa

(2019: 109) menyatakan model pembelajaran inquiri terbimbing merupakan

model pembelajaran yang menekan pada proses penemuan sebuah konsep

dangan guru sebagai fasilitator sehingga muncul sikap ilmiah dalam diri siswa.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nufrida, dkk., (2019: 14)

bahwa dengan menerapkan model pembelajaran inkuiry terbimbing siswa

diberikan kebebasan untuk mengembangkan konsep yang mereka pelajari

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Menurut Jundu, dkk., (2020: 103)

bahwa model pembelajaran inquiri akan memberikan pengalaman belajar yang

baru bagi siswa dengan bimbingan dan tuntunan guru menggunakan prosedur

yang tepat untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.

Pembelajaran inquiry terbimbing juga melibatkan seluruh kemampuan

siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, dan logis sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Dalam pembelajaran inquiry

3
siswa dapat memperoleh pembelajaran secara seimbang tanpa memfokuskan

pada satu aspek perkembangan sehingga proses pembelajaran dengan inquiry

terbimbing dapat lebih bermakna. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang

dilakukan oleh Nahak dan Bulu (2020: 223) bahwa model pembelajaran ini

terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa dikarenakan dalam kegiatan

pembelajaran siswa terlibat secara aktif melalui kegiatan pengamatan,

pengukuran dan pengumpulan data yang dilakukan secara individu maupun

dalam kelompok. Penelitian lain juga dilakukan oleh Kurniati, dkk., (2018: 16)

bahwa melalui model pembelajaran inquiry terbimbing siswa mampu

menguasai konsep dan melatih untuk menggali suatu permasalahan sesuai fakta

yang ada dengan melakukan langkah-langkah ilmiah.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran inquiry terbimbing dapat disebut sebagai model pembelajaran

penemuan dan eksperimen, dimana siswa diarahkan langsung oleh guru untuk

belajar secara aktif sesuai dengan konsep pembelajaran serta proses

pembelajaran menekankan siswa pada perkembangannya baik secara kognitif,

efektif dan psikomotorik.

Menurut (Nurdyansyah & Fahyuni, 2016: 142) bahwa penerapan

model pembelajaran inquiri terbimbing memiliki karesteristik yang

menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan menumukan serta

mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis dan mengembangkan

kemapuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Model pembelajaran

4
inquiry terbimbing dapat meningkatkan motivasi siswa. Hal ini karena siswa

mempunyai tingkat keterlibatan yang tinggi dalam proses pembelajaran, proses

ini melibatkan siswa untuk berusaha menemukan konsep atau pemahaman

topik yang diberikan guru (Iswatum, dkk., 2017: 51). Model pembelajarn

inquiry juga mempengaruhi hasil belajar siswa, dikarenakan dalam

menggunakan model inquiry terbimbing siswa diarahkan langsung untuk

terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini

sependapat dengan Nurhidayati, dkk., (2015: 286) menyatakan bahwa

pembelajaran inquiry terbimbing mendorong siswa berpikir secara kritis

sehingga merangsang pengetahuan dalam menemukan jawaban atas masalah

yang sudah dirumuskan.

Pembelajaran menggunakan model inquiry terbimbing memiliki

langkah-langakah dalam pembelajaran dimana guru terlebih dahulu

menyajikan masalah terkait materi yang diberikan, kemudian siswa

merumuskan hipotesis dan pada akhir pembelajaran siswa mampu manarik

kesimpulan terkait masalah yang ditemukan. Berdasarkan uraian diatas penulis

mengambil judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Inquiriy

Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMAN 2 Ende Materi

Sistem Pernapasan Pada Manusia’’.

5
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah yang telah di jelaskan pada latar belakang masalah

di atas, maka identifikasi permasalahan pada penelitian ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Pembelajaran guru didalam kelas masih menggunakan model

pembelajaran ceramah.

2. Siswa memiliki hasil belajar yang rendah pada materi sistem pernapasan

pada manusia.

3. Siswa kurang aktif didalam kelas, dan sulit menerima pelajaran dengan

baik.

4. Nilai siswa belum mencapai KKM.

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan penelitian ini dapat dipahami maka diperlukan suatu

batasan masalah yang akan dikaji secara mendalam. Penelitian ini hanya

berfokus pada pembehasan tentang pengaruh penggunaan model pembelajaran

inquiry terbimbing terhadap hasil belajar siswa materi sistem pernapasan pada

manusia kelas XI SMAN 2 Ende.

6
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraiakan diatas masalah yang

hendak diteliti dalam penelitian ini adalah :

Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inquiry

terbimbing terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMAN 2 Ende materi sistem

pernapasan pada manusia

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model

pembelajaran inquiry terbimbing terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMAN

2 Ende materi sistem pernapasan pada manusia.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Sebagai tugas akhir dan memberi wawasan dari pengelamanm praktis

dibidang penelitian. Hasil penelitian dapat dijadikan bekal untuk

menambah ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan proses

pembelajaran pada materi sistem pernapasan pada manusia dengan

penerapan model pembelajaran inqury terbimbing.

2. Bagi guru/sekolah

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi dan memberi

informasi tentang penerapan model pembelajaran inquiry terbimbing

agar siswa lebih berpartisipasi dan berperan serta secara aktif dalam

kegiatan pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

7
3. Bagi siswa

a. Memperdalam materi karena model pembelajaran lebih

mengutamakan penemuan percobaan.

b. Meningkatkan hasil belajar pada diri siswa dengan metode

pembelajaran yang baru serta mengembangkan kemampuan berpikir

secara kritis, logis dan analitis.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing

a. Pengertian

Inkuiri berasal dari bahasa inggris “inquiry” yang berarti

“penyelidikan” (Budiman dan Munfaraid, 2017: 20). Model

pembelajaran inquiry terbimbing (guided inquiry) adalah suatu model

pembelajaran yang dalam peleksanaan pembelajaran guru sebagai

pembimbing memberikan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas

kepada siswa. Bimbingan tersebut berupa rumusan masalah petunjuk

terkait konsep yang ditemukan agar siswa mampu menemukan sendiri

jawaban dan tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah

(Inayati, 2020: 61). Model inquiry terbimbing dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa karena siswa menemukan sendiri konsep-konsep

pembelajaran melalui pengalaman langsung.

Model pembelajaran inquiry terbimbing merupakan salah satu

model pembelajaran yang dapat diterapkan pada kondisi kelas yang

kemampuan peserta didiknya bervariasi. Pembelajaran inquiry

terbimbing diterapkan agar para siswa secara individu atau kelompok

bebas mengembangkan konsep yang mereka temukan dengan guru

sebagai pembimbing (Elath, 2022: 3). Pembelajaran inquiry ini menuntut

9
siswa untuk aktif mencari pengetahuan mereka sendiri tetapi dalam

proses pembelajaran guru tetap wajib memantau dan membimbing siswa

dalam kegiatan belajar mengajar (Hadi, dkk., 2021: 155).

Pembelajaran dengan pendekatan inquiry merupakan pendekatan

pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah

pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih

banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan

masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar,

peran guru dalam pembelajaran dengan menngunakan model inquiry

adalah sebagai pembimbing dan fasilitator (Nurdyansyah & Fahyuni,

2016: 139).

Model pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi tiga jenis yaitu,

1) Inquiry terbimbing (guided inquiry) yaitu, model pembelajaran yang

digunakan bagi siswa yang belum berpengelaman dalam proses

pmbelajaran. Dalam inkuiri terbimbing sebagaian besar perencanaan

disiapka oleh guru.

2) Inquiry bebas (free inquiry), inkuri bebas merupakan proses

pembelajaran, dimana siswa sendiri melakukan penelitian sebagai

seorang ilmuwan. Siswa mengidentifikasi, merumuskan masalah,

melakukan eksperimen, dan menyimpulkan sendiri konsep yang

dipelajari.

10
3) Inquiry yang dimodifikasi (modifed inquiry) yaitu, proses

pembelajaran dimana guru yang menyiapkan masalah untuk siswa.

Dalam hal ini peran guru dalam pemberian masalah, kemudian siswa

memecahkan masalah melalui pengamatn, eksplorasi, atau melalui

penelitian ilmiah (Candrayani, dkk., 2016: 4).

b. Langkah – Langkah Pembelajaran Pembelajaran Inquiry

Menurut Lovisia (2018: 3-4), menyatakan bahwa terdapat langkah-

langkah dalam pembelajaran inquiry yaitu:

1) Menyajikan pertanyaan atau permasalahan:

meliputi kegiatan menggali pengetahuan awal siswa melalui

demonstrasi, mendorong dan merangsang siswa untuk mengemukan

pendapat kepada kelompoknya.

2) Membuat hipotesis meliputi:

kegiatkan mengajukan jawaban sementara tentang masalah dan

diarahkan dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan

permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi

prioritas penyelidikan.

3) Merancang percobaan meliputi

Kegiatan pecobaan harus sesuai langkah-langkah yang ada dan

mempelajari petunjuk eksperimen,melakukan percobaan untuk

memperoleh informasi meliputi kegiatan melakukan percobaan dan

mendapat informasi melalui percobaan.

11
4) Mengumpulkan data dan menganalisis data meliputi:

kegiatan mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan

menganalisis data yang sudah dikumpulkan untuk dapat dibuktikan

hipotesis apakah benar atau tidak.

5) Menyimpulkan data meliputi:

kegiatan menyimpulkan data yang telah dikelompokkan dan dianalisis

dan diambil kesimpulan kemudian dicocokkan dengan hipotesis.

Menurut Elat, dkk., (2022: 3) terdapat langkah-langkah model

pembelajaran inquiry terbimbing sebagai berikut:

1) Menyajikan pertanyaan atau masalah, yaitu:

Membimbing siswa mengidentifikasi masalah, kemudian dituliskan di

papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.

2) Merumuskan hipotesis, yaitu:

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengutarakan

pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam

menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalah dan

memprioritaskan mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

3) Merancang percobaan, yaitu:

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-

langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru

membimbing siswa mengurutkan langkah-langka percobaan,

12
4) Melakukan percobaaan untuk memperoleh informasi, yaitu:

Guru membimbing siswa dalam mendapatkan informasi melalui

percobaan.

5) Mengumpulkan dan menganalisis data, yaitu:

Guru memberi kesempatan pada setiap kelompok untuk

menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6) Membuat kesimpulan, yaitu:

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat kesimpulan

berdasarakan informasi yang ditemukan.

Dapat disimpulakn bahwa Pembelajaran inquiry memiliki

beberapa tahapan yakni menetapkan masalah, merumuskan hiposesis,

melakukan percobaan/eksperimen, mengolah dan menganalisis data,

menguji hipotesis hingga membuat kesimpulan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inquiry

Menurut Shoimin (2014: 86) dalam pembelajaran inquiry

mempunyai kelebihan dan kelemahan, diantaranya:

1. Kelebihan

1) Menekankan strategi pembelajaran melalui pengembangan

dari beberapa aspek kognitif, afektif, psikomotor sehingga

dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna.

13
2) Memberikan kesempatan siswa untuk belajar sesuai

kemampuan dan gaya mereka.

3) Model pembelajaran inquiry sebagai strategi

mengembangkan kemampuan dan juga strategi ini merupakan

yang dianggap sesuai dengan perkembangan belajar modern

saat ini yang menganggap bahwa belajar adalah perubahan

tingkah laku yang dilakukan berkat adanya pengalaman, dan

dapat diterapkan pada siswa yang mempunyai kemampuan di

atas rata-rata.

2. Kelemahan

Pembelajaran inquiry kurang efektif jika diterapkan pada

siswa yang tidak memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan

memerlukan perubahan cara kebiasaan belajar yang menerima

pembelajaran hanya dari guru, dan kelas yang mempunyai banyak

siswa akan sulit untuk mendapatkan pembelajaran inquiri karena

tidak semua yang ada di kelas mempunyai pemikiran kritis, dan

guru juga dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran

yang berlangsung.

Winanto dan Makahube (2016: 124-125) menyatakan bahwa

terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan pembelajaran inquiry dalam

pembelajaran ialah sebagai berikut :

14
1) Kelebihan

a) Model pembelajaran inkuiry meningkatkan potensi

intelektual siswa.

b) Ketergantungan siswa terhadap kepuasan ekstrensik bergeser

kearah kepuasan intrinsik.

c) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan

karena terlibat langsung dalam penemuan.

d) Belajar inquiri bisa memperpanjang proses ingatan.

Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran sendiri pun

lebih mudah diingat.

e) Belajar dengan inquiyi, siswa dapat memahami konsep-

konsep sains dan ide-ide dengan baik.

f) Pengajaran menjadi terpusat pada siswa.

g) Proses pembelajaran inquiri dapat membentuk dan

mengembangkan konsep diri siswa.

h) Siswa memiliki keyakinan atau harapan dapat menyelesaikan

tugasnya secara mandiri berdasarkan pengalaman

penemuannya.

i) Strategi pembelajaran inquiry bisa mengembangkan bakat.

j) Strategi pembelajaran inquiry dapat menghindarkan siswa

dari belajar dengan hafalan.

15
2) Kekurangan

a) Model pembelajaran inquiry mengandalkan suatu kesiapan

berpikir, sehingga siswa yang mempunyai kemampuan

berpikir lambat bisa kebingungan dalam berpikir luas.

Sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan berpikir

tinggi mampu memonopoli model pembelajaran penemuan

sehingga menyebabkan frustasi bagi siswa lain.

b) Tidak efisien khususnya untuk mengajar siswa yang

berjumlah besar,

c) Harapan-harapan dalam model pembelajaran ini dapat

terganggu oleh siswa-siswa dan guru-guru yang telah terbiasa

dengan pengajaran tradisional.

d) Sulit menerapkan model ini karena guru dan siswa sudah

terbiasa dengan metode ceramah dan tanah jawab.

e) Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran

lebih menekankan pada penguasaan kognitif serta

mengabaikan aspek keterampilan, nilai dan sikap.

f) Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya bisa

dimanfaatkan secara optimal dan sering terjadi siswa

kebingungan.

g) Memerlukan sarana dan fasilitas.

16
Dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari model pembelajarn

inquiry yaitu meningkatkat kampuan siswa dalam menemukan

sebuah konsep permasalah, memecahkan masalah dan mampu

mengambil kesimpulan dari permasahan, serta dapat menambah

kemapuan siswa dalam aspek kognitif, efektif dan psikomotorik.

kekurangan dari model pembelajaran inquiry terbimbing adalah

pembelajaran menekankan siswa dalam berpikir kritis, dalam

konsep pembelajaran guru harus ada bimbingan guru.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian

Hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa

berdasarkan serangkaian tes atau ujian akhir yang diberikan guru sesudah

mengikuti serangkaian pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk

angka (Aprilia, dkk., 2018: 88). Tingkat keberhasilan belajar siswa dapat

diukur melalui penilaian. Penilaian adalah proses pengumpulan informasi

capaian pembelajaran kognitif, psikomotorik dan afektif siswa yang

dilaksanakan berdasarkan kriteria tertentu (Ratnawulan & Rusdiana,

2014: 361). Penilaian mampu memberikan informasi mengenai

perkembangan siswa secara kognitif, psikomotorik dan afektif.

17
Menurut Winingsi, dkk., (2020: 13) dalam Bloom (1956)

menyatakan bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga

hirarki, yang disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan yaitu,

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental

(otak). Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses

berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang

tertinggi.yang meliputi enam tingkatan:

a) Pengetahuan (Knowledge), yang disebut C1: menekan pada

proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali

informasi-informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai

dengan apa yang telah mereka peroleh sebelumnya.

b) Pemahaman (Comprehensio), yang disebut C2: mencangkup

kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang

dipelajari.

c) Penerapan (Aplication), yang disebut C3: mencangkup

kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu

mendemonstrasikan pemahaman mereka.

d) Analisis (Analysis), yang disebut C4: mencangkup kemampuan

untuk memilah sebuah informasi ke dalam komponen-

komponen sedemikan hingga hirarki dan keterkaitan antara ide

dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas.

18
e) Sintesis (Synthesis), yang disebut C5: mencangkup kemampuan

untuk mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk

sebuah struktur yang unik dan system.

f) Evaluasi (Evaluation), yang disebut C6: mencangkup kegiatan

membuat penilaian berkenaan dengan nilai sebuah ide, kreasi,

cara, atau metode.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif merupakan salah satu komponen dalam

pembelajaran. Ranah afektif, berhubungan dengan sikap dan nilai

(Ermayasari & Yadi, 2014: 118).

Ada beberapa kategori ranah afektif sebagai hasil belajar

yaitu :

a) Penerimaan (Receiving) adalah kepekaan seseorang dalam

menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang dating kepada

dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain

sebagainya. Misalnya adalah kesadaran unutk menerima

stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau

rangsangan yang datang dari luar.

b) Jawaban (Responding) yakni reaksi yang diberikan oleh

seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.

19
c) Penilaian (Valuing) artinya memberikan nilai atau memberikan

penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga

apabila apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan

membawa kerugian atau penyesalan.

d) Organisasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu

sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan,

yang dinyatakan dalam pengembangan suatu perangkat nilai.

e) Karakteristik nilai/Pembentukan pola hidup mencakup

kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sehari-hari

sehingga pada dirinya dijadikan pedoman nyata dan jelas dalam

berbagai bidang kehidupan.

3) Aspek Psikomotorik

Psikomotorik adalah domain yang meliputi perilaku gerakan

dalam koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik

seseorang (Winingsi, dkk., 2020: 15).

Dalam aspek psikomotorik terdapat tujuh kategori yaitu:

a) Peniruan, mencangkup mengamati suatu gerakan kemudian

mulai melakukan respons dengan yang diamati berupa gerakan

meniru, bentuk peniruan belum spesifik dan tidak sempurna.

b) Kesiapan, kesiapan meliputi aspek mental, fisik, dan emosional.

Pada tingkatan ini, anak menampilkan sesuatu hal menurut

petunjuk yang diberikan dan tidak hanya meniru.

20
c) Gerakan kompleks yang meliputi imitasi, juga proses gerakan

percobaan. Keberhasilan dalam penampilan dicapai melalui

latihan yang terus menerus.

d) Mekanisme, merupakan tahap menengah dalam mempelajari

suatu kemampuan yang kompleks. Pada tahap ini respon yang

dipelajari sudah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan bisa

dilakukan dengan keyakinan serta ketepatan tertentu.

e) Respon tampak kompleks, Ini merupakan tahap gerakan

motorik yang terampil yang melibatkan pola gerakan kompleks.

f) Adaptasi, pada tahap ini penguasaan motorik sudah memasuki

bagian di mana anak dapat memodifikasi dan menyesuaikan

keterampilannya hingga dapat berkembang dalam berbagai

situasi berbeda.

g) Penciptaan, artinya menciptakan berbagai modifikasi dan pola

gerakan baru untuk menyesuaikan dengan tuntutan suatu situasi..

4) Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

(Marlina & Sholehun, 2021: 67-68) Faktor-faktor yang

memepengaruhi hasi belajar dapat dibedakan menjadi dua faktor

yaitu:

a) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa.

Faktor eksternal tersebut meliputi: a) faktor lingkungan sekolah,

faktor lingkungan sekolah adalah faktor yang berkaitan dengan

21
cara mengajar guru di dalam kelas, fasilitas yang digunakan

untuk mengajar dikelas, kondisi lingkungan sekolah dan lainya.

b) faktor lingkungan keluarga, yaitu fakor yang dipengaruhi

oleh keadaan keluarga siswa tersebut, dimana didalamnya

meliputi bagaimana cara orang tua mendidk anak, bagaimana

kondisi ekonomi anak tersebut dan yang lainnya. c) faktor

lingkungan masyarakat, yaitu faktor yang berkaitan dengan

lingkungan sekitar siswa tersebut. Lingkungan yang baik akan

memberikan dampak baik terhadap hasil belajar siswa.

b) Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri

individu itu sendiri dalam mencapai tujuan belajar. Faktor

internal meliputi: a) Bakat, merupakan kemampuan bawaan

yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau

dilatih. b) Minat, adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang

menyuruh. c) Motivasi, merupakan serangkain usha untuk

untuk menyiapkan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang

mau dan ingin melakukan sesuatu. d) Cara belajar, cara belajar

adalah perilaku individu siswa yang lebih khusus berkaitan

dengan usaha yang sedang atau sudah biasa dilakukan oleh

siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

22
1. Elat, dkk., (2022) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh

penggunaan model pembelajaran inkuiry terbimbing terhadap hasil

belajar fisika materi gerak lurus pada siswa kelas VIII SMP Kristen

Tomohon mmenyatakan bahwa, terdapat pengaruh penggunaan model

pembelajaran inkuiry terbimbing terhadap proses hasil belajar fisika

siswa kelas VIII disebabkan t_hitung 4,930 > t_tabel 1,684, pada taraf

signifikan α = 0,05.

2. Oktriyeni, dkk., (2022) dalam penelitiaanya yang berjudul pengaruh

penggunaan model pembelajaran inkuiry terbimbing terhadap hasil

belajar Ipa materi sifat dan perubahan wujud benda pada siswa kelas V

SDN 011 Karimun menyatakan bahwa, terdapat pengaruh penggunaan

model pembelajaran inkuiry terbimbing berpengaruh secara signifikan

terhadap hasil belajar IPA. Hal ini dapat dilihat dari perolehan

penghitungan uji-t, dimana diperoleh nilai thitung 11,78> ttabel 2,11

(taraf signifikan 5%).

3. Nurfarida, dkk., (2019) dalam penelitiaanya yang berjudul pengaruh

model pembelajaran inkuiry terbimbing pada pembelajaran fisika untuk

meningkatkan hasil belajar siswa menyatakan bahwa, terdapat pengaruh

hasil belajar siswa pada pembelajaran Fisika menggunakan model

pembelajaran inkuiry terbimbing.

4. Nahak & Bulu (2020) dalam judul penelitian efektivitas model

pembelajaran inkuiry terbimbing terhadap hasil belajar siswa. mentakan

23
bahwa penerapan model mampu meningkatkan hasil belajar IPA kelas VI

di SDI Bakunase Kota Kupang. Hal ini dibuktikan dengan hasil ujirata-

rata nilai kelas kontrol lebih kecil dari kelas eksperimen yaitu 68,24 <

79,41 dan berdasarkan nilai sig. (2-tailed) > α yakni 0,001 < 0,05.

5. Iswantun, dkk., (2017), dalam penelitiannya yang berjudul penerapan

model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan KPS dan

Hasil Belajar siswa SMP Kelas VIII menyatakan bahwa dengan

menerapkan model pembelajaran guided inquiry dapat memberikan

pengaruh positif terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar

kognitif siswa.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian yang relevan kerangka

pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Salah satu permasalahan

yang dihadapi dalam pembelajaran Biologi di kelas XI IPA adalah guru belum

menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada pelajaran sistem pernapasan manusia. Model Pembelajaran inquiyi

terbimbing dapat memicu penalaran siswa. Oleh karena itu, untuk

meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi sistem pernapasan pada

manusia peneliti akan menerapkan model pembelajaran inquiri terbimbing,

yang melibatkan siswa secara aktif sehingga diharapkan mampu meningkatkan

partisipasi, kreativitas, motivasi, dan rasa ingin siswa.

24
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

Guru

Model pembelajaran inkuiri


terbimbing

siswa

Hasil belajar
D. Hipotesis Penelitian

Menurut sugiyono (2019: 63), hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Adapun hipotesis dalam

penelitian ini adalah

1. Ho: Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiry

terbimbing terhadap hasil belajar siswa materi sistem pernapasan pada

manusia Kelas XI SMAN 2 Ende.

2. H1: Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiriy terbimbing

terhadap hasil belajar siswa pada sistem pernapasan pada manusia Kelas

XI SMAN 2 Ende.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode True

Experimental Design karena dalam desxain ini, peneliti dapat mengontrol

26
semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Desain

penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design.

Tabel 3.1
Desain Penelitian
Perlakua
Kelompok Pre-Test Post-Test
n

Kelas O₁ X O₂
Eksperimen
O₃ - O4
Kelas Kontrol
Keterangan:

O₁ : Nilai pretest pada kelas eksperimen sebelum diberik perlakuan


O₂ : Nilai postest pada kelas eksperimen setelah diberi perlakuan
O₃ : Nilai pretest pada kelas kontrol
O4 :Nilai postest pada kelas control
X : Perlakuan pada kelas eksperimen

(sugiyono, 2019: 76).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 2 Ende.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan terhitung mulai dari

bulan April-Juni 2022.

c. Prosedur Penelitian

27
Peneltian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap

peleksanaan, dan tahp anlisis data.

1) Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a) Mengembangkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan,

yaitu Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP), dan Lembar

Kerja Siswa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

b) Menyusun instrumen berupa tes dan pedoman wawancara.

c) Melakukan validasi instrumen kepada dosen ahli.

2) Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap inia adalah:

Kelas Eksperimen

1) Memberikan pre-test

2) Membagi 5 kelompok belajar

3) Meleksanakan pembelajaran inquiri terbimbing.

4) Memberikan post-test.

5) Memberika angka respon siswa kepada kelas eksperimen.

Kelas Kontrol

1) Memberikan pre-test

2) Membagi 5 kelompok belajar

28
3) Melakukan kegiatan pmbelajaran tanpa menggunakan model

pembealajaran inkuiri terbimbing

4) Memberikan post-test.

5) Memberika angka respon siswa kepada kelas eksperimen.

3) Tahap Analisis Data

Kegiatan pada tahap ini adalah menganalisis data yang diperoleh

dari tahap pelaksanaan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti (Syahrum &

Salim, 2012: 113). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas XI IPA di SMAN 2 Ende yang terdiri dari 2 kelas yang

berjumlah 60 orang dengan masing-masing kelas terdiri dari 30 oang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Barlian, 2016: 31). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa

kelas XI IPA 1 DAN kelas XI IPA 2 dengan jumlah sampel sebanyak 50

orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple

random sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono,

2019: 81).

D. Variabel Penelitian

29
1. Variabel bebas:

Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model

Pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Variabel terikat:

Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah Hasil belajar.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi biasanya digunakan untuk penelitian yang berkenaan

dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan yang

diamati (Barlian, 2016: 44). Observasi dalam penelitian ini dilakukan

pada saat siswa melakukan kegiatan belajar dengan mencatat perilaku

yang ditujukan setiap siswa.

b. Tes

Tes adalah alat ukur atau prosedur yang dipergunakan dalam

rangka pengukuran dan penilaian. Tes yang dilakukan dalam penelitian

ini berupa tes pilihan ganda. Tes ini dilkukan untuk memperoleh data

hasil belajar siswa tes dilakuakan di awal (prites) dan diakhir

pembelajaran (posttes) yang diberikan pada kelas eksperimen.

c. Dokumentasi

30
Dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data pada

kegiatan pembelajaran. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto-

foto dan video.

d. Wawancara

Wawancara digunakan apabila peneliti ingin meleksanakan studi

pendahuluan untuk menemukan masalh yang akan diteliti dan apabila

peneliti ingin mengatahi responden lebih mendalam. Wawancara delam

penelitian ini dilkukan kepada guru mata pelajaran Biologi.

b. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah soal tes hasil belajar, lembar

obsevasi, pedoman wawancara. Tes hasil belajar yang disiapkan adalah soal

esay dengan pemberian skor berdasarkan tingkat kesulitan soal yang

diberikan, dengan rentang nilai 70-100 siswa dinyatakan tuntas dan 0 - 65

siswa dinyatakan tidak tuntas.

F. Validitas dan Reliabelitas Instrumen

a. Uji Validitas Soal

Instrumen dikatakan valid apabila data dari variabel secara tepat

tidak menyimpang dari keadaan yang sebenarnya (Yusup, 2018:17).

Validitas butir soal didapat dengan cara mengkorelasi setiap butir

pertanyaan dengan skor total. Untuk menguji validitas instrumen tes hasil

belajar digunakan rumus kore lasi product Moment sebagai berikut:

31
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r= ...........................(3.1)
√ { N ∑ X −( ∑ X ) }{ N ∑Y −( ∑Y ) }
2 2 2 2

Tabel 3.2
Kriteria Validitas
Koefisien
Kriteria
Korelasi
0,80 – 100 Tinggi
0,60 – 0,80 Cukup
0,40 – 0,60 Agak Rendah
0,20 – 0,40 Re ndah
0,00 – 0, 20 Sangat Rendah
(Syahrum & Salim, 2012: 160).

b. Uji Reliabelitas Soal

Suatu instrumen dapat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi

jika hasil dari pengujian test tersebut menunjukkan hasil yang tetap

(Setyawan, 2014: 7). Uji reliabelitas pada penelitian ini menggunakan

menggunakan rumus Alpha Croncbach, yaitu:

( )
2
n ∑σ ₜ
r 11= (1- 2 ¿..................................................(3.2)
n−1 σₜ

keterangan :

r ₁₁₌ Reliabelitas yang dicarai


n = jumlah item pertanyaan yang di uji
2
∑σ ₜ = jumlah varians skor tiap-tiap item
σₜ² = Varians total
Tabel 3.3
Kriteria Reliabilitas
Koefisien Kriteria

32
Korelasi

0,81 ≤P1,00 Sangat Tinggi

0,61 ≤P 0,80 Tinggi

0,41 ≤P 0,60 Cukup

0,21 ≤P0,40 Rendah

P < 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2012: 89)

c. Taraf Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu muda atau

tidak terlalu sukar. Berikut disajikan persamaan dan kriteria untuk

mengetahui tingkat kesukaran soal dengan menggunakan rumus

proportion correct:

B
P= JS .............................................................. (3.3)

Keterangan:

P = Tingkat kesukaran
B = Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa

Tabel 3.4
Kriteria Indeks Kesukaran Soal

33
Interval P Kriteria

0,70 ≤P 1,00 Mudah

0,31 ≤ p 0,70 Sedang

p < 0,30 Sukar

(Arikunto, 2012: 225)

d. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan mengukur suatu soal untuk

membedakan siswa yang berkemampuan tingggi dan rendah.

Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat

menggunakan rumus sebagai berikut:

BA BB
D= JA − JB .......................................... .......... (3.4)

Keterangan:

D = Daya pembeda soal


BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
dengan benar.
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

Tabel 3.5

34
Kriteria Daya Pembeda Soal

Interval
Kriteria
D

0.00 – 0.20 Jelek

0.20 – 0.40 Cukup

0.40 – 0.70 Baik

0.70 – 1.00 Baik Sekali

- (Negatif) Sangat tidak baik

(Arikunto, 2012: 232 ).

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk mengolah

data yang diperoleh selama penelitian. Data yang diperoleh diolah

menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial. Analisis

statistik diskriptif digunakan untuk mendiskripsikan karesteristik skor hasil

belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis statistik

inferensial dilkukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis.

Teknik analisis data dalam penelitian ini untuk melihat tingkat

keberhasilan setelah proses belajar mengajar dengan cara memberikan evaluasi

berupa tes tertulis pada awal dan akhir pembelajaran, dengan menggunakan

rumus:

F
P = N 100%................................................................(3.5)

35
Keterangan:
P = Angka presetanse
F = Frekuensi yang dicari
N = Banyaknya individu
Tabel 3.6
Kategori Hasil Belajar

Interval Katergori hasil belajar

85< N≤
Baik Sekali
100

70<N≤ 85 Baik

55<N≤ 70 Cukup

≤ 55 Kurang

(Muhammad & Sutanto, 2017: 11)

H. Uji Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari

populasi yang berdistribusi normal (Nuryadi, dkk., 2017: 79). Uji

normalitas menggunakan rumus chi-kuadrat sebagai berikut:

(ƒ ₀−ƒₑ) ²
(ꭕ²) = ∑ ƒₑ
....................................... (3.6)

Keterangan:

ꭕ² = Harga Chi-kuadrat yang dicari


ƒ ₀= Frekuensi yang sesuai dengan keadaan

36
ƒₑ=¿Frekuensi harapan

kriteria pengujian sampel dikatakan berididtribusi normal jika ꭕ² hitung

< ꭕ² tabel dengan taraf nyata (α =0,5 ¿dan dk = k-3.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah suatu prosedur yang digunakan dalam uji

statistik untuk mengetahui bahwa dua atau lebih kelompok data sampel

berasal darai populasi yang memiliki varians yang sama (Nuryadi, dkk.

2017: 89). Uji homogenitas dapat dilakukan dengan uji barlett dan uji

varians atau uji F. Uji homogenitas yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah uji F, yaitu dengan cara menguji data nilai sebelumnya dengan cara

membagi varians kelas eksperimen dan varians kelas kontrol.

varians terbesar
Fhitung = varians terkecil ....................................... (3.7)

Jika Fhitung < Ftabel maka data dinyatkan homogen dan sebaliknya jika

Fhitung ≥ Ftabel maka data dinyatakan tidak homogen.

3. Uji Hipotesis

Uji kesamaan dua rata-rata atau uji pihak kanan

a. H₀ = μ ≤75 ; artinya tidak ada pengaruh penerapan model

pembelajaran inquiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada

materi ajar sistem pernapasan pada manusia di kelas ekperimen.

37
b. H₁ = μ ≥75 ;artinya ada pengaruh penerapan model pembelajaran

inquiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi ajar sistem

pernapasan pada manusia di kelas ekperimen.

c. Taraf signifikan (α ¿ = 0,05

d. Derajat Kebebasan dk = ( n-1 )

e. Kriteria pengujian hipotesis:

1. H₀ diterima jika t hitung ≤ t tabel

2. H₀ ditolak jika t hitung ¿ t tabel

38
DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013.


Jakarta: Prestasi Pustaka.

Aprilia, L. A., Slameto., & Elvira, H. R. 2018. Meningkatkan Hasil Belajar PPKN
Melalui Model Pembelajaran Numbered Heads TogetherBerbasis
Kurikulum 2013. Wacana Akademika, 2(1), 85-98

Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta:Bumi Aksara.

Barlian, E. 2016. Metode penelitian Kualitatif dan kuantitatif. Padang: Sukabina


Press.

Budiman, A., Munfaraid, M. 2017. Penerapan Metode Kontekstual Inkuiri Dalam


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, 01(01), 16-24

Candrayani, P. A. R., Imade, T., & Imade, C. W. 2016. Penerapan model


pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar IPA siswa. e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 4, (1),
1-10.

Elat, A., Heinrich T., & Patricia, M. S. 2022. Pengaruh Penggunaan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Fisika Materi
Gerak Lurus pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen Tomohon. Jurnal
Pendidikan Fisika, 03, (1), 1-8. doi 10.53682/charmsains.v3i1.142

Ermayasari, E., Herlin., & Farhan, Y. 2014. Hubungan Antara Ranah Afektif Siswa
Dengan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Sistem Pengelasan Di SMKN 1
Indralaya Utara Tahun 2013. Hubungan Antara Ranah Efektif Siswa, 1(1),
116-130

Fitriani, I., Dewi, I., Supeno., & Subiki. 2012. Peningkatan Aktivitas Inkuiri Dan
Ketuntasan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Pembelajaran Inkuiri
Berbasis Kontekstual Pada Siswa Kelas XA SMAN Pasirian Lumajang.
Jurnal Pembelajaran Fisika, 8(1), 8-16

Handini, D., Diah G., & Regina, L. P . 2016. Penerapan Model Contextual Teaching
And Learning Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Materi
Gaya. Jurnal Pena Ilmia, 1(1), 451-460

39
Hadi, S. A., Khairul, A., & Siti, A. R. 2021. Melatih Keterampilan Berpikir Kritis
Anak Usia Dini melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Jurnal Pascasarjana UIN Mataram, 10(2), 151-162

Haryati, S. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning.


Megelang: Graha Cendekia.

Inayati, U. 2020. Strategi dalam menerapkan pembalajaran hots menggunakan


model problem based learning. Jurnal auladuna, 10(2), 27-34

Jundu, R., Pius, H. T., & Rosnadiana, S. 2020. Hasil Belajar Siswa Sd D i Daerah
Tertinggal Dengan Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 10(2), 103-111

Kurniati, F., Soetjipto., & Sifak, I. 2018. Membangun Keterampilan Berpikir Kreatif
Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing. Jurnal Penelitian
Pendidikan Ipa, 3(1), 15-20

Luvisia, E. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil


Belajar. SPEJ (Science and Phsics Education Journal) Vol 02, No 01.

Muliani & Wibawa. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Berbatuan Terhadap Hasil Belajar IPA. Journal Ilmiah Sekolah Dasar, 3(1),
107-104

Marlina, L., Sholehun. 2021. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil


Belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Majaran
Kabupaten Sorong. Juornal Keilmuan Bahasa, Sastra Dan Pengajaran.
2(1), 66-74

Muhammad, H., Sutanto, P. 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidikan dan Satuan
Pendidikan SMA: Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementrian Pendidikan Dan
Kebudayaan.

Nurdyansyah., Fahyuni, E. F. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoardjo:


Nizamial Learning Center.

Nuryadi., Tutut, D, A., Endang, S, U., & M, B. 2017. Dasar-Dasar Statistik


Penelitian. Yogyakarta: Sibuku Media.

Nurfarida., Bahtiar., & Nevi, E. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri


Terbimbing Pada Pembelajaran Fisikan Untuk Meningkatkan Hasil

40
Belajar Siswa. Realtivitas: Journal Riset Inovasi Pembelajaran Fisika,
2(1), 9-19

Nahak, R. L., Vera, R. B. 2020. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Berbantu Lembar Kerja Siswa Berbasis Saintifik Terhadap Hasil Belajar
Siswa. Jurnal Kependidikan, 6(2), 230-237

Nurhidayati, S., Siti, Z., & Sri, E. I. 2015. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing
Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa. Jurnal Kependidikan,
14 (3), 285-294

Iswatum, I., Mosik., & Bambang, S. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Termbimbing Untuk Menungkatkan KPS dan Hasil Belajar Siswa SMP
Kelas VIII. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 03(2), 150-160

Oktriyeni, H., Evatimah., & Dirneti. 2022. Pengaruh Penggunaan Model


Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Ipa Materi Sifat
Dan Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas V SDN 011 Karimun.
Jurnal Pendidikan Khusus, 011(2), 72-83

Ratwulan, E., Rusdiana, H. A. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia.

Riscaputantri, A., Sri, W. 2018. Pengemabangan Instrumen Penilaian Afektif Siswa


Kelas Iv Sekolah Dasar Di Kabupaten Klaten. Jurnal Penelitian Dan
Evaluasi Pendidikan, 22(2), 231-242

Setyawan, D. A. 2014. Modul Statistika Uji Validitas dan Reliabilitas: Jurusan


Terapi Wicara Politekkes Kemenkes Surakarta.

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suwardi, D. R. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa


Kompetensi Dasar Ayat Jurnal Penyesuaian Mata Pelajaran Akuntasi Kelas
XI IPS di SMA Negeri 1 Bae Kudus. Economic Education Analisis Journal.
1(2), 1-7

Sukma., Laili, K., & Muliati, S. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing (Guided Inquiri) Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajat Fisikan
Siswa. Saintifika, 18(1), 59-63

Syahru., Salim. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Citapustaka Media.

41
Shoimin, A. 2014. Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Winanto, A., Darma, M. 2016. Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri


Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas 5 SD Negeri
Kutowinangun 11 Kota Salatiga. Scholaria, 6(2), 119-136

Winingsi, L. H., Erni, H., & Lisna, S. S. 2020. Penguatan rana psikomotorik bagi
siswa sekolah dasar. Jakarta: puslitjak-kemendikbud.

Yusup, F. 2018. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif.


Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1), 17-23

42

Anda mungkin juga menyukai