Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA KELAS


VII SMP SATAP RABURIA

PROPOSAL

OLEH:

YORIANUS MINGGU
2018280099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS FLORES
ENDE
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
B. Identifikasi Masalah............................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 5
D. Rumusan Masalah................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian.................................................................................... 6
F. Manfaat Penilitian................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................ 8
A. Kajian Teori.............................................................................................8
B. Kajian Penelitian yang Relevan.............................................................19
C. Kerangka Pikir.......................................................................................20
D. Hipotesis ...............................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................23
A. Jenis Penelitian......................................................................................23
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................24
C. Populasi Dan Sampel Penelitian............................................................25
D. Variabel Penelitian................................................................................25
E. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data...........................................25
F. Validitas Dan Reabilitas Instrumen ......................................................27
G. Teknik Analisis Data.............................................................................31
H. Uji Prasyaratan Analisis........................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi memberi dampak yang cukup luas dalam berbagai aspek

kehidupan salah satunya adalah penyelenggaraan pendidikan, sehingga mampu

menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang utuh dalam

kehidupan nyata (Wijaya, dkk., 2016: 263). Pendidikan saat ini memiliki konsep

agar siswa mampu berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah sendiri karena

dapat mendorong rasa ingin tahu siswa, meningkatkan kreativitas, meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah, mendorong perkembangan pada anak, dan dapat

mendorong anak untuk bisa lebih mandiri.

Abad 21 juga dikenal dengan masa pengetahuan, dalam era ini semua

alternatif pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai konteks lebih berbasis pada

pengetahuan (Wijaya, dkk., 2016: 278). Perwujudan manusia yang berkualitas

merupakan tanggung jawab pendidikan terutama dalam persiapan siswa menjadi

subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh,

kreatif, mandiri, profesional dalam bidangnya masing- masing (Engel, 2014: 53).

Pendidikan tidak hanya ditekankan pada penguasaan materi, tapi juga ditekankan

pada penguasaan keterampilan, sehingga siswa dapat memiliki kemampuan untuk

berbuat sesuatu dengan kemampuan dirinya sendiri, oleh karena itu guru harus

lebih terampil di dalam kelas agar siswa lebih aktif dan lebih memahami materi

iii
yang diajarkan. Dasar semua proses belajar adalah pengalaman yang bersifat

nyata dan langsung, karena itu guru memerlukan alat bantu untuk menyampaikan

informasi yang dapat membantu siswa dalam proses belajar di bidang pendidikan

Guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas masih

menggunakan cara lama yaitu mendominasi kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan metode ceramah. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi pasif dalam

pembelajaran. Menurut Suherman (dalam Sari dkk., 2020: 3), siswa pasif pada

kegiatan belajar mengajar dapat disebabkan karena pengetahuan guru yang masih

terbatas tentang bagaimana siswa belajar ketika hanya mendengarkan materi yang

dijelaskan oleh guru. Berdasarkan temuan Aditya, dkk., (2019: 43), diketahui

bahwa proses pembelajaran IPA masih bersifat teoritis yaitu lebih berpusat pada

guru, dan juga kurang menerapkan model pembelajaran yang inovatif, kreatif dan

efektif sehingga siswa cepat bosan. Hal juga ditemukan pada kegiatan

pembelajaran di SMPN Satap Raburia. Berdasarkan hasil wawancara di SMPN

Satap Raburia, ditemukan bahwa rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh

kesulitan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Proses pembelajaran

yang diterapkan guru dalam menyampaikan materi selama ini masih

menggunakan metode ceramah yang berfokus pada penjelasan guru dan tidak

melibatkan keaktifan siswa, sehingga sebagian besar siswa menjadi kurang aktif

dalam pembelajaran seperti merasa malu dan kurang berani untuk bertanya,

kesulitan menjawab pertanyaan dan mengungkapkan pendapat sehingga hasil

belajarnya kurang optimal sesuai KKM yang telah ditetapkan yaitu 70.

iv
Berdasarkan masalah tersebut, sudah sepantasnya guru melakukan pengalihan

metode pembelajaran untuk memperbaiki kualitas mengajar, misalnya dengan

memilih dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang bermakna serta dapat

mengaktifkan siswa di dalam kelas. Salah satu model pembelajaran yang dapat

digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam konsep pembelajaran

IPA dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam

pembelajaran adalah model learning cycle. Model learning cycle memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menguasai bahan pelajaran, mengembangkan

penalaran ilmiah dan pengembangan ketertarikan dan sikap postif terhadap sains

(Madu, 2012: 173).

Learning cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang terorganisir

sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang harus dicapai dalam

pembelajaran sehingga siswa berperan aktif (Fajaroh dan Dasna dalam Yani,

2018: 21). Didukung oleh Maulina, dkk., (2018: 35), model learning cycle dapat

memudahkan proses pembelajaran, sehingga siswa lebih aktif dan lebih

memahami materi, membuat siswa merasa nyaman, antusias serta aktif saat

memulai pembelajaran, proses belajar hingga berakhirnya pembelajaran yang

berdampak pada meningkatkan hasil belajar yang optimal dan mencapai KKM

yang sudah ditentukan. Menurut Sugiantara (dalam Dewi, dkk., 2020: 4),

penerapan model learning cycle memperluas wawasan dan meningkatkan

keaktifan guru dalam merancang kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan

motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.

v
Penerapan model pembelajaran learning cycle teruji dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa baik dari penilaian efektif siswa maupun dari penilaian tes

hasil belajar siswa (Kusumawardana, 2012: 4). Temuan lain yaitu oleh Nugraheni

(2012: 20), penerapan model pembelajaran learning cycle (5e), mampu

menciptakan kesempatan siswa untuk mengaplikasikan materi, membangun

pengetahuan dan kerjasama dalam kelompok, dapat mengembangkan sikap ilmiah

siswa, meningkatkan kemampuan, mengungkapkan suatu alasan dan siswa

mempunyai kemampuan meningkatkan keterampilan prosesnya yaitu

keterampilan proses sains. Berdasarkan beberapa temuan penelitian di atas dapat

disimpulkan bahwa model learning sycle adalah model yang dapat memperluas

wawasan, membangun kerja sama, dapat mengembangkan sikap ilmiah siswa,

mengembangkan kemampuan, agar siswa lebih aktif di dalam kelas sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan model learning cycle yang dilaksanakan dengan baik, maka siswa

dapat lebih mudah memahami materi yang dijelaskan dan siswa tidak merasa

bosan, dan jenuh dalam proses belajar mengajar, sehinga siswa dapat pro akrif di

dalam kelas dan dapat meningkat hasil belajar yang maksimal. Oleh sebab itu

melihat betapa pentingnya model learning cycle dalam pembelajaran tersebut

maka perlu ada kesepakatan antara peneliti dan guru untuk melakukan pengalihan

model pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas peniliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Model Learning Cycle Terhadap Hasil

vi
Belajar Siswa Pada Pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia Kelas

VII SMPN Satap Raburia”.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas diperoleh

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Siswa cenderung kurang aktif selama proses belajar mengajar.

2. Pembelajaran di kelas belum menggunakan model pembelajaran yang

menarik.

3. Siswa cenderung bosan selama proses belajar mengajar.

4. Hasil belajar yang masih di bawah KKM yang ditentukan yaitu 70.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan pada pembelajaran materi sistem peredaran darah

manusia di kelas VII SMP.

2. Model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar hanya

model learning cycle.

3. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP.

4. Objek dalam penelitian ini adalah pengaruh penggunaan model pembelajaran

learning cycle.

5. Hasil belajar yang akan diukur pada penelitian ini hanya ditekankan pada

aspek kognitif (pengetahuan).

6. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen.

vii
D. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh model learning cycle terhadap hasil belajar siswa

SMPN Satap Raburia pada materi sistem peredaran darah manusia ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran learning cycle pada materi sistem peredaran darah manusia

terhadap hasil belajar siswa di kelas VII SMPN Satap Raburia.

F. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa

a. Membantu siswa agar lebih aktif, dengan belajar sendiri bersama dengan

teman sejawatnya.

b. Mengaitkan keterlibatan atau prestasi siswa dalam kegiatan belajar

mengajar.

2. Bagi guru:

a. Sebagai dasar atau pedoman bagi guru IPA dalam menggunakan model

pembelajaran learning cycle yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

b. Sebagai motivasi bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran

learning cycle sebagai salah satu alternatif pembelajaran bagi siswa.

c. Menambah wawasan tentang model pembelajaran dan metode yang efektif

dalam mencapai tujuan pembelajaran.

viii
d. Sebagai variasi model untuk mengurangi kebosanan dalam kegiatan belajar

mengajar.

3. Bagi sekolah

a. Sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan hasil belajar IPA

melalui model pembelajaran learning cycle.

b. Meningkatkan prestasi sekolah melalui meningkatkan hasil belajar IPA

dan kinerja guru khususnya dalam menerapkan model-model

pembelajaran.

4. Bagi peneliti lain yang melakukan penelitian lanjutan dan ada kaitannya

dengan penelitian ini dapat digunakan sebagi bahan referensi.

ix
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Learning Cycle

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah unsur penting dalam kegiatan belajar

mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran

digunakan guru sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelas. Joyce dan Weil (dalam Rusman., 2012: 133) berpendapat bahwa

model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan untuk

membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan

membimbing pembelajaran di kelas.

Menurut Adi (dalam Supriatiningrum., 2013: 142) menyatakan bahwa

model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang

mengambarkan prosedur dan pengelaman pembelajaran untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Dari beberapa peneliti di atas dapat di simpulkan

bahwa model pembelajaran merupakan pola guru untuk merancang

pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang ditentukan dalam

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan dapat memudahkan

pemahaman siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya.

x
b. Pengertian Learning Cycle (5e)

Learning Cycle (Pembelajaran bersiklus), yaitu suatu model yang

berpusat pada siswa (student centered). Siklus belajar learning cycle

merupakan pembelajaran yang terdiri fase-fase atau tahap-tahap kegiatan

yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai

kompetensi–kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan

jalan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran (Ngalimun., 2014:

145). Penerapkan model pembelajaran learning cycle (5e), sebagai model

pembelajaran yang mampu menciptakan kesempatan siswa untuk

mengaplikasikan materi, membangun pengetahuan dan kerjasama dalam

kelompok, dapat mengembangkan sikap ilmiah siswa, meningkatkan

kemampuan, mengungkapkan suatu alasan dan siswa mempunyai

kemampuan meningkatkan keterampilan prosesnya yaitu keterampilan

proses sains (Nugraheni., 2012: 18). Model learning cycle berpusat pada

siswa dan guru berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian bahwa

pembelajaran learning cycle adalah salah satu model yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan cara belajarnya dan

mengembangkan daya nalarnya (Budiharti., 2015: 4).

Pembelajaran learning cycle terdiri atas lima tahap yang saling

berhubungan satu sama lain, yaitu engagement (perlibatan), eksploration

(penyelidikan), explanation (penjelasan), elaboration (penggalian), dan

evaluation (evaluasi). Ciri khas model learning cycle adalah setiap siswa

xi
secara individu belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan

guru. Kemudian, hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok

untuk didiskusikan oleh anggota kelompok dan semua anggota kelompok

bertanggung jawab secara bersama-sama atas keseluruhan jawaban

(Shoimin, 2016: 58).

c. Langkah – langkah Learning Cycle 5E

Menurut Sadia (2014: 24), model learning cycle terdiri dari beberapa

tahap sebagai berikut:

1) Tahap Perlibatan (Engagement), tahap engagement

mempersiapkan siswa agar terkondisi dalam proses pembelajaran

selanjutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal siswa

serta miskonsepsi yang dialami siswa tentang konsep yang

menjadi target pembelajaran. Dalam tahap ini minat dan

keingintahuan siswa tentang topik yang akan dibahas berusaha

dibangkitkan. Pada tahap ini, siswa diajak untuk memprediksi

tentang fenomena yang dipelajari dan dibuktikan dalam tahap

eksplorasi.

2) Tahap Penyelidikan (Exploration), eksplorasi merupakan tahap

kedua model siklus belajar. Pada tahap ini, dibentuk kelompok-

kelompok kecil antara 3-6 siswa, kemudian diberi kesempatan

untuk bekerjasama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran

langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk

xii
melakukan dan mencatat pengalaman serta ide-ide atau pendapat

yang berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan

sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini

adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah

benar, masih salah, atau mungkin salah, sebagian benar.

3) Tahap Penjelasan (Explanation). Pada tahap ini siswa

mempresentasikan hasil eksplorasinya dalam diskusi kelas. Tugas

guru adalah mendorong siswa untuk menjelaskan konsep maupun

prinsip-prinsip ilmiah dengan bahasa mereka sendiri, agar lebih

menyakinkan guru perlu meminta bukti, dan klarifikasi dari

penjelasan mereka. Tugas utama guru pada tahap ini adalah

sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Diharapkan pada

tahap ini para siswa telah menemukan istilah-istilah dari konsep

yang dipelajari. Pada tahap explanation ini diharapkan telah terjadi

keseimbangan antara konsep baru yang dipelajari dengan struktur

kognitif siswa.

4) Tahap Penggalian (Elaboration), elaboration merupakan tahap

keempat siklus belajar. Siswa terlibat dalam diskusi dan akan

timbul hal-hal yang baru terkait dengan materi pelajaran yang

menjadi target pembelajaran. Pemahaman yang telah dibangun

selanjutnya dikembangkan dalam diskusi kelas. Dalam diskusi

kelas, mungkin akan terjadi perbedaan konsepsi antar kelompok

xiii
yang satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut justru akan

meningkatkan wawasan dan pemahaman mereka tentang suatu

konsep ilmiah serta akan mengembangkan keterampilan berfikir

kritis siswa. Pada tahap ini guru memperbaiki miskonsepsi siswa

menuju konsepsi ilmiah. Para siswa diajak untuk menerapkan

pemahaman konsepnya yang baru melalui kegiatan pemecahan

masalah terhadap masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan

siswa. Penerapan konsep pada tahap ini diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari.

5) Tahap Penilaian (Evaluation), tahap ini merupakan tahap akhir

dari siklus belajar. Pada tahap penilaian, guru dapat mengamati

pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep

baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan

pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan

observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya.

d. Kelebihan dan Kelemahan Learning Cycle

Menurut Azzahrotul (2017: 8) model learning cycle memiliki

kelebihan dan kelemahan yang di uraikan sebagai berikut :

1) Kelebihan Learning Cycle

a) Meningkatkan motivasi belajar karena pembelajaran dilibatkan

secara aktif dalam proses pembelajaran.

b) Membantu mengembangkan sikap ilmiah pembelajaran.

xiv
c) Pembelajaran menjadi lebih bermakna.

d) Melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang

telah dipelajari.

2) Kelemahan Learning Cycle

a) Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai

materi dan langkah-langkah pembelajaran.

b) Menuntut kesungguhan dan kreatifitas guru dalam merancang

dan melaksanakan proses pembelajaran.

c) Memerlukan pengolahan kelas yang lebih terencana dan

terorganisasi.

d) Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam

menyusun rencana dan melakasanakan pembelajaran.

Dari kekurangan model pembelajaran learning cycle di atas

maka dapat disimpulkan bahwa guru dituntut untuk bersungguh-

sungguh dan kreatif dalam pelaksanaan proses pembelajaran, dalam

pembelajaran ini memerlukan pengelolah kelas yang baik dan

terencana, dan memerlukan waktu yang cukup banyak dalam

melaksanakan pembelajaran di kelas.

2. Belajar dan hasil belajar

a. Pengertian belajar

xv
Menurut Munoto (2016: 2), belajar adalah proses mendapatkan

pengetahuan. Belajar secara umum di artikan sebagai perubahan pada

individu yang terjadi melalui pengelaman dan bukan karena

pertumbuhan atau karakteristik seseorang sejak lahir. Belajar adalah

perubahan perilaku berkat pengelaman dan latihan, artinya adalah

perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

oraganisme atau pribadi (Hoesnan., 2016: 21). Belajar ialah suatu

proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Ahmadiyanto, 2016:

1).

Pendapat parah ahli di atas searah dengan pandangan

konstrukvisme yakni bahwa belajar merupakan suatu proses

mengkonstruksi pengetahuan melalui keterlibatan fisik dan mental

siswa secara aktif. Maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan jiwa dan raga untuk

memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dalam pengelaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut

kognitif, efektif, dan psikomotorik.

b. Hasil Belajar

xvi
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada

seseorang setelah belajar, misalnya dari tidak mengerti menjadi

mengerti, dan tidak tahu menjadi tahu. Hasil belajar seseorang dapat

dilihat dari prilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan

pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik.

Almutairi dkk., (2020: 1), menyatakan bahwa hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotrik. Adapun rincian domain

tersebut adalah sebagai berikut.

1) Domain kognitif, domain ini memiliki enam jenjang kemampuan,

yaitu:

a) Pengetahuan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa

untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip,

fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau menggunakannya.

b) Pemahaman, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa

untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang

disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus

menghubungkannya dengan hal-hal lain.

c) Penerapan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa

untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode,

prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan konkret.

xvii
d) Analisis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk

menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam

unsur-unsur atau komponen pembentuknya.

e) Sintesis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk

menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggabungkan

berbagai faktor.

f) Evaluasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk

dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau

konsep berdasarkan kriteria tertentu.

g) Bidang afektif, yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah

pertumbuhan batin yang terjadi bila siswa menjadi sadar

tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap

sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai

dan tingkah laku.

h) Bidang psikomotor, yaitu kemampuan siswa yang berkaitan

dengan gerakan-gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai

dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang

kompleks.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Pemikiran Engel,

(2014: 64), mengenai hasil belajar yaitu sebagai berikut :

xviii
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan

konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari

kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta

konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi

penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud

otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan

kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Pembelajaran dikatakan berhasil tidak hanya dilihat dari hasil

belajar yang dicapai siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil

belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar.

Menurut Syafi'i, dkk., (2018: 8), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi belajar siswa baik secara langsung maupun tidak

langsung. Faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi tiga macam

yaitu:

xix
1) Faktor-faktor stimulasi belajar, mencakup panjangnya bahan

pelajaran kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pengajaran,

berat ringannya tugas dan suasana lingkungan eksternal.

2) Faktor-faktor metode belajar, mencakup kegiatan berlatih,

resistensi dalam belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar,

bimbingan dalam belajar dan kondisi-kondisi intensif.

3) Faktor-faktor individual, mencakup usia kronologis, perbedaan

jenis kelamin, pengalamannya sebelumnya, kapasitas mental,

kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani dan motivasi.

3. Tori Belajar Yang Mendasari Learning Cycle

Learning cycle mengacu pada teori belajar konstrukvisme yang

menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan

informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai bagi siswa benar-benar

memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja

memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu, berusaha susah payah

dengan ide-ide (Rismaini, 2016: 44). Ahmadiyanto (2016: 3), menyatakan

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centere) yang merupakan

rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga

siswa dapat menguasai kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran

dengan berperan aktif. Hanso (2016: 4), memberikan penjelasan singkat

mengenai gagasannya terhadap pengembangan model menyatakan

xx
tahap Elicit dan Engage, guru berusaha mendatangkan pengetahuan awal

serta membangkitkan keingintahuan siswa tentang materi yang akan

dipelajari. Ditambahkan oleh Huda (dalam Sumiyati, dkk., 2016: 43), yang

menyatakan bahwa siswa diarahkan untuk aktif, mengalami sendiri,

merefleksi tentang temuan yang ia peroleh, menginterpretasi temuannya

terhadap skemata awal yang telah ia miliki, dan memprediksikan temuan-

temuannya itu ke dalam situasi yang baru.

Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa siswa dapat

memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan

masalah, menemukan segala sesuatu, mengembangkan ide-ide dalam

pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu pembelajaran yang berpusat pada

siswa (student centere) merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang

diorganisasi sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menguasai kompetensi

yang harus dicapai, dalam pembelajaran siswa berperan aktif, sehingga guru

berusaha mendatangkan pengetahuan awal serta membangkitkan

keingintahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian relevan dengan pengaruh model pembelajaran learning cycle

terhadap hasil belajar siswa adalah.

1. Sugiantara, dkk., (2013: 1-10) dalam penelitiannya pengaruh model

pembelajaran learning cycle 5e terhadap hasil belajar ipa, menyatakan

xxi
bahwa model pembelajaran learning cycle dapat meningkatakan hasil

belajar siswa .

2. Hargiono, dkk., (2016: 21), dalam penelitiannya pengaruh model

pembelajaran learning cycle 5e disertai mind map terhadap hasil belajar

ipa biologi, menyatakan bahwa model pembelajaran learning cycle dapat

meningkatakan hasil belajar siswa .

3. Maulina, dkk., (2018: 35), dalam penelitiannyan pengaruh model

pembelajaran learning cycle 5e terhadap minat dan hasil belajar biologi,

menyatakan bahwa model pembelajaran learning cycle dapat

meningkatakan hasil belajar siswa .

4. Maulina, dkk., (2018: 35), dalam penelitiannya pengaruh model

pembelajaran learning cycle terhadap hasil belajar fisika pada konsep masa

jenis, menyatakan bahwa model pembelajaran learning cycle dapat

meningkatakan hasil belajar siswa.

5. Islamiyah, (2018: 27), dalam penelitiannya pengaruh model pembelajaran

learning cycle tipe 5e terhadap hasil belajar siswa pada tema ke-1 organ

gerak hewan dan manusia, menyatakan bahwa model pembelajaran

learning cycle dapat meningkatakan hasil belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir.

Pembelajaran merupakan pola guru untuk merancang pembelajaran yang

sesuai dengan kurikulum yang dapat ditentukan dalam mencapai tujuan yang

diharapkan dan dapat memudahkan pemahaman siswa untuk meningkatkan

xxii
hasil belajar. Melalui proses belajar mengajar akan dicapai tujuan pendidikan.

Penerapan metode ceramah dan penggunaan model pembelajaran yang tidak

variatif memberikan dampak yang kurang baik bagi bagi hasil belajar peserta

didik. Oleh karena itu dibutuhkan perubahan dalam dalam model

pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle.

Penggunaan model learning cycle diharapkan dapat menarik peserta didik

dalam terhadap materi yang diajarkan sehingga hasil belajar peserta didik

dapat meningkat.

Dari dasar pemikiran di atas, maka dapat dituangkan dalam bentuk bagan

berikut ini.

r
Berdasarkan hasil wawancara, permasalan yang terjadi adalah:
1. Proses pembelajaran kurang melibatkan pesrta didik.
2. Guru belum kreatik dalam memilih dan menggunakan model
pembelajran.
3. Peserta didik pasif dalam pembelajaran karena merasa bosan dan
jenuh.

Hasil belajar peserta didik rendah

Pembelajaran menggunakan model


learning cycle
Kelebihan dari model learning
cycle
1. Dapat meningkatkan motivasi
Hasil belajar meningkat siswa karena siswa dilibatkan
secara aktif.
2. Pembelajaran menjadi lebih
xxiii bermkana
3. Meltih siswa untuk
menyampaikan secara lisan
konsep yang telah dipelajari.
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberiakan baru

didasarkan teori hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka berpikir yang

merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Berdasarkan

rumusan masalah, landasan teori, dan kerangka berpikir yang telah diuraikan,

maka peneliti mengajukan suatu hipotesis sebagai berikut:

Ho:Tidak ada pengaruh model learning cycle terhadap hasil belajar IPA

materi sistem peredaran darah manusia pada siswa kelas VII SMPN

Satap Raburia.

Ha:Ada pengaruh model learning cycle terhadap hasil belajar IPA materi

sistem peredaran darah manusia pada siswa kelas VII SMPN Satap

Raburia.

xxiv
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan desain penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan

pendekatan kuantitatif.

2. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah pre-experimental (one group

pretest-posttest desain). Terdapat suatu kelompok eksperimen yang diukur

variabel denpendennya (hasil belajar), kemudian diberikan stimulus dan

diukur kembali variabel dependennya (hasil belajar) tanpa kelompok

pembanding keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan Sugiyono

(dalam Yani, 2018: 38).

Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelas Pre-Test Perlakuan Postest Hasil

xxv
Eksperimen O1 X O2 A

Keterangan :
O1 = tes awal (pretest).
O2 = tes akhir (postes).
X = perlakuan yaitu dengan menggunakan model learning cycle terhadap
hasil belajar siswa.
A = rata – rata selisih skor tes awal dan tes akhir (O1 - O2).

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakasanakan di SMPN Satap Raburia, Kecamatan

Ende, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama dua bulan mulai dari bulan

Agustus - Desember tahun 2022 adapun jadwal penilitian dapat dilihat

pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2
Jadwal penelitian
Bulan Pelasanaan Tahun 2022
No Jadwal Penelitian
Agustus September Oktober November Desember
1 Tahap
pelaksanaan
Penyusunan
proposal
Mengurus
perizinan
Menyusun
instrument
2. Tahap
peleksanaan
Pengumpulan data
Analisis data

xxvi
Perumusan hasil
belajar
3. Tahap
penyelesaian
Peneyelesaian
kerangka skripsi
Penulisan skripsi

Penyerahan
skripsi

C. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi penelitian

Popuasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMPN

Satap Raburia yang berjumlah 30 orang.

2. Sampel penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN Satap

Raburia dengan jumlah sampel 30 orang. Teknik pengambilan adalah

menggunakan secara acak purposive sampling (Sugiyono 2014: 82).

D. Variabel Penelitian

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel

bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas

xxvii
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi timbulnya

variabel terikat (Sugiyono, 2014: 39). Dalam penelitian ini, yang menjadi

yang menjadi variabel bebas yaitu model learning cycle.

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya

variabel bebas (Sugiyono 2014: 39). Dalam penelitian ini, yang menjadi

variabel terikat adalah hasil belajar.

E. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan soal tes dan

non tes. Soal test berupa pretes dan posttest untuk mengukur hasil belajar

siswa dalam aspek kognitif.

Tes yang dilakukan dalam penelitian ini berupa tes awal yang dengan

5 soal esai tes dan tes akhir yakni pilihan ganda sebanyak 40 soal dengan

alternatif pilihan jawaban (A, B, C, D), dimana setiap soal pilihan esai tes

dengan satu soal diberikan skornya 20 sedangakan, setiap butir soal

menjawab salah diberikan skor 2. Sedangkan tes akhir yakni pilihan

ganda setiap soal mempunyai satu jawaban benar akan diberikan skor 1

sedangkan, setiap butir soal menjawab salah diberikan skor (0).

a. Dokumentasi

xxviii
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data pada kegiatan

pembelajaran. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto-foto dan

nilai tes awal dan nilai tes akhir siswa.

2. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitiaan ini lembar soal ranah

kognitif, yang akan digunakan pada saat pretes dan posttest. Instrumen

penilaian kognitif yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal yang

bersifat objektif (pilihan ganda) dengan obsi pilihan (A, B, C, D) dan soal

essay sebanyak 5 nomor.

xxix
F. Validitas Dan Reabilitas Instrumen

1. Uji validitas soal

Validatas butir soal didapat dengan mengkorelasi setiap butir

pertanyaan dengan skor total (Ulum, 2016: 21), untuk menguji validitas

instrumen tes hasil belajar digunakan rumus korelasi produc moment.

Adapun rumus produc moment apat dilihat pada tebel berikut ini.

N ∑ XY −( ∑ X ) (∑ Y )
rXY =¿ ...............................(3.1)
√{ N ∑ X 2−¿ ¿ ¿
Keterangan :
rXY : korelasi produc moment
N : jumlah subjek (banyaknya siswa)
XY : hasil perkalian skor X dan Y
X : skor dari tes pertama (instrumen A)

Setelah menghitung skor dengan menggunakan rumus produc moment

maka hasil yang diperoleh selanjutanya ditemukan kriteria validitas soal

yang dapat dilihat dalam tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3
Kriteria validitas
Keofisien korelasi Kriteria
0,80 - 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 - 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah

2. Uji reliabilitas soal

xxx
Reabilitas soal test dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan

yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang baik, (Ulum,

2016; 39). Uji reabilitas pada penelitian ini menggunkan rumus alpha.

Adapun tumus alpha yang digunakan dapat dilihat pada persamaan

berikut:

( )(
∑ σt
)
2
11 n
r = 1 ...............................................(3.2)
n−1 σt 2

Keterangan:
11
r : Reliabilitas yang dicari
K : Jumlah item pertanyaan yang diuji
∑ σ t2 : Jumlah varians skor tiap-tiap item
∑ t2 : Varians total

Setelah mengukur keandalan soal menggunakan rumus alpha maka

soal yang diperoleh selanjutnya ditentukan kriterianya dapat ditentukan

pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.4
Kriteria reliabilitas
Keofisien korelasi Kriteria
0,80 - 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 - 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah

3. Taraf kesukaran soal

xxxi
Soal yang baik adaah soal yang terlalu memudahkan atau terlalu sukar

Sujana (dalam Hanifah., 2014: 46) adapun tingkat kesukaran soal dapat

dilihat pada persamaan berikut:

B
P¿ ...................................(3.3)
JS

Keterangan

xxxii
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Selain melihat tingkat kesukaran soal maka hasil yang diperoleh

selanjutnya menemukan kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal dapat

dilihat pada tabel 3.5 berikut :

Tabel 3.5
Indeks Kesukaraan Soal
Interval kesukaran (P)
Kriteria
0,00 – 0,30
Sukar
0,30 – 0,70
Sedang
0,70 – 1,00
Mudah

4. Daya pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuanya rendah Dali S. Naga (dalam Hanifah., 2014: 47).

Adapun daya pembeda soal yang dilihat pada persamaan berikut:

BA BB
D¿ − .................................(3.4)
J A JB

Keterangan:
D : daya pembeda soal
BA : banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal benar
BB : banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal
benar
JA : banyaknya siswa kelompok atas
JB : banyaknya siswa kelompok bawah

xxxiii
Setelah melihat perbedaan soal maka hasil yang diperoleh selanjutnya

menemukan kriteria daya pembeda soal yang dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.6
Daya pembeda soal
Interval Kriteria
0,00 – 0,20 Urang
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk mengolah

data yang diperoleh selama penelitian (Sugiyono 2017: 244). Data yang

diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan persamaan statis dengan

bantuan sampel. Adapun rumus uji-t satu sampel dapat dilihat pada

persamaan sebagai berikut:

x−µo
t=
s ..................................................(3.5)
√n
Keterangan:
t : Nilai t yang dihitung
x̄ : Rata-rata nilai x
μo : Nilai yang dihipotesiskan
s : Simpangan Baku
n : Jumlah Anggota Sampel

H. Uji Prasyaratan Analisis

1. Uji normalitas

xxxiv
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh berdidtribusi normal atau tidak. Untuk meganalisis data tersebut

peneliti menggunakan bantuan SPSS 24. Uji normalitas yang digunakan

dalam penelitian ini menggunkan rumus chi kuadrat ( x 2)

( O i −Ei )
X 2 =∑ .......................................(3.6)
Ei

Keterangan:
2
X : Chi kuadrat
Oi : Frekuensi nyata
Ei : Frekuensi harapan
Dengan ketentuan, data normalittas apabila X2 hitung < X2 ttabel

pada taraf signifikan 5% (α =0,05) dan dan derajat kebebasan (dk =n-1)

2. Uji hipotesis

a. H O= μ<¿ 70; artinya tidak ada pengaruh penerapan model

pembelajaran learning cycle terhadap hasil belajar siswa pada materi

yang diajarkan di kelas eksperien.

b. H i= μ>¿ 70; Artinya ada pengaruh penerapan model pembelajaran

lerning cycle terhadap hasil belajar siswa pada materi yang diajarkan

dikelas eksperimen.

c. Taraf signifikan (α )= 0,05

d. Derajat kebebasan dk =(n-1)

e. Kriteria penguji hipotesis

xxxv
H o diterima jika t hitung ≤ t tabel

H o ditolak jika t hitung > t tabel

f. Hipotesis statistik

H o : ρ = 0 (tidak dapat dipengaruhi)

H o : ρ ≠ 0 (tidak ada pengaruh)

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, I. K. D., Sumantri, M., & Astawan, I. G. (2019). Pengaruh Model


Pembelajaran Learning Cycle (5E) Berbasis Kearifan Lokal Terhadap Sikap
Disiplin Belajar Dan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas Iv Sd Gugus V Kecamatan
Sukasada. Jurnal Pendidikan Multikultural Indonesia, 2(1), 43.

Ahmadiyanto. (2016). Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa


Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Word Square pada Materi
Kedaulatan Rakyat dan Sistem Pemerintahan Di Indonesia Kelas VIII C SMP
Negeri 1 Lampihong. Jurnal Kependidikan Kewarganegaraan, 6(2), 980–993.

Almutairi, B. A., Alraggad, M. A., & Khasawneh, M. (2020). The impact of Servant
Leadership on Organizational Trust: The Mediating Role of Organizational
Culture. European Scientific Journal ESJ, 16(16), 1–10.

Azzahrotul, H., Murni, H, P., & Vodelf, T., (2017). Model Pembelajaran Learning
Cycle. Pembelajaran Studi Kasus, 3-16.

Budiharti, R., & Adilah, D, N., (2015). Model Learning Cycle 7E Dalam
Pembelajaran IPA Terpadu. Prosiding Seminar Nasional Fisika Dan Pendidikan
Fisika (SNFPF) Ke-6, 6, 212–217.

Dewi, KDM, Saurdana, IN & Selamet, K. (2020) Pengaruh Peta Konsep Dalam
Laarning Cycle 5E Terhadap Hasil Belajar Siswa Ipa Smp. Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran Sains Indonesia (JPPSI), 3(1), 1-11.

Engel. (2014). Upaya Kepala Seklah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Paper
Knowledge . Toward a Media History of Documents, 20, 1–85.

xxxvi
Hanso, B. (2016). Impelmentasi Kurikulum 2013 Pendidikan. 4, 1–23.

Hanifah, N, (2014). Soal, B., Reliabilitas, D. A. N., Bentuk, T. E. S.. Pelajaran


Ekonomi. 6(1), 41–55.

Hargiono, H., Maridi, M., & Sugiharto, B. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran
Learning Cycle 5E Disertai Mind Map Terhadap Hasil Belajar Ipa Biologi
Siswa Kelas Viii Smp Negeri 5 Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016. Bio-
Pedagogi, 5(2), 21.

Hoesnan dipi, Pendekatan Saintifik dan konstekstual dalam Pembelajaran Abad 21 ,


(Bogor: Ghalia Indonesia,2016) p.8. 1. 9–86.

Islamiyah. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E Terhadap


Hasil Belajar Siswa Pada Tema Ke-1 Organ Gerak Hewan Dan Manusia Kelas
V Di Min 3 Oku Timur. 27.

Kusumawardana, F. U. A. (2012). Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle


7e Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas Xi Titl 2 Smk N
2 Pengasih. Jurnal tugas akhir skripsi implementasi model pembelajaran, 1- 9.

Maulina, L,A., Kantun, S., & Kartini, T. (2018). Penerapan Model Learning Cycle 7e
Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Edukasi, 5(1),
54.

Madu, B. C. (2012). Effect of Five-Step Learning Cycle Model on Students ’


Understanding of Concepts Related To Elasticity. Asia-Pacific Forum on
Science Learning and Teaching, 3(9), 173–181.

Munoto, A, S., (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode


Dasar Dan Pengukuran Listrik ( Dpl ) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas X Tiptl Di Smk Negeri 2 SurabayA. 3, 2–7.

Nugraheni, L. S. (2012). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle


5E Terhadap Keterampilan Proses Sains Biologi Siswa Kelas X SMA Al Islam
1 Surakarta. Perpustakaan.Uns.Ac.Id, 1–70.

Ngalimun, (2014) Strategi Dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta : Aswaja


Pressindo 2014), hlm 145.

xxxvii
Rismaini, L. (2016) Pengaruh Model Learning Cycle Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa Kelas Vlll SMP. jurnal pelangi,9(1), 43-51.

Rusman. (2012) Model-model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru.


(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 133.

Syafi'i, A,. Marfiyanto, T., & Rodiyah, S. K. (2018). Studi tentang prestasi belajar
siswa dalam berbagaai aspek dan faktor yang mempengaruhi. Jurnal
Komunikasi pendidikan, 2(2),115-123.

Sari, D. P., Hurmaini, H., & Wendra, B. (2020). Pengaruh Gaya Mengajar Guru
Terhadap Minat Belajar Matematika Peserta Didik Di Madrasah Tsanawiyah
Atau Sederajat Se-Kecamatan Geragai.

Sadia, W., (2014). Model-Model Pembelajaran SAINS Konstruktivisme,


(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.24.

Shoimin, Aris, (2016). Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013,


(Yogyakarta : Arusmedia, 2016), h.58.

Sugiantara, I. P., Kusmariyatni, N., & Margunayasa, I. G. (2013). Pengaruh Model


Pembelajaran Learning Cycle 5E Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Di
Gugus Vii Kecamatan Buleleng. MIMBAR PGSD Undiksha, 1(1), 1–10.

Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Pendidikaan Pendekatan Kualitatif dan R & D.


Bandung: Alfabeta, 244

Suprihatiningrum, Jamil. (2013). Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 142.

Sumiyati, Y., Sujana A., D. D. (2016). Penerapan Model Learning Cycle 7E Untuk
Memprevensi. Jurnal Pena Ilmiah, 1(1), 41–50.

Ulum, M. (2016). Uji Validitas dan Uji Reliabilitas. Edisi Pertama Stikes Widya
Cipta Husada, Malang, 1–64.

Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. (2016). Transformasi pendidikan abad
21 sebagai tuntutan pengembangan sumber daya manusia di era global.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016, 1, 263–278.

xxxviii
Yani, A. D. E. I. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 7e
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Xi-Ips Sma Swasta Budisatrya Medan
Tahun Pembelajaran 2017 / 2018 Skripsi, 1-59

xxxix

Anda mungkin juga menyukai