Skripsi
OLEH
i
EKOFEMINISME DALAM SEMBILAN CERPEN PADA BUKU
CERITA DARI SELAT GONSALU; ANTOLOGI CERPEN
SASTRAWAN NTT
Skripsi
OLEH
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
Pemibmbing I Pembimbing II
Dra. Maria Marietta Bali Larasati, M. Hum Josephina Nirma Rupa, S.Pd.,M.Pd
NIPY. 198093089 NIPY . 19802011515
Mengetahui
Ketua program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ii
MOTTO
(Xaver)
iii
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
perguruan tinggi.
6. Teman kuliah, juga sahabat tercinta yang tidak dapat kusebutkan satu
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Ekofeminisme Dalam
Sembilan Cerpen pada Buku Cerita Dari Selat Gonsalu; Antologi Cerpen Sastrawan
Ntt, tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan
dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Flores yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk menimba ilmu pengetahuan di lembaga ini.
2. Rektor dan wakil Rektor Universitas Flores yang telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menimba ilmu pengetahuan di lembaga ini.
3. Dekan dan wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Flores.
4. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia beserta
semua staf pengajar yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan.
5. Dra. Maria Marietta Bali Larasati, M.Hum. sebagai pembimbing I dan Josephina
Nirma Rupa, S.Pd., M.Pd. sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan petunjuk yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia beserta
semua staf pengajar yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan.
7. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya yang telah membantu
memberikan motivasi dan saran serta bahan yang sangat berguna demi suksesnya
tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masing sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis dengan rendah hati mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan tulisan ini.
Penulis
v
ABSTRAK
vi
ABSRACT
vii
DAFTAR ISI
viii
3.2 Data dan Sumber Data.......................................................................... 29
3.2.1 Data.......................................................................................... 29
3.2.2 Sumber Data............................................................................. 29
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data................................................ 30
3.3.1 Metode Pengumpulan Data...................................................... 30
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data....................................................... 30
3.4 Teknik Analisis Data............................................................................. 31
3.5 Teknik Penyajian Data.......................................................................... 32
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN..................................................... 33
4.1 Temuan................................................................................................ 33
4.1.1 Bentuk Ekofeminisme Alam........................................................ 33
4.1.2 Bentuk Ekofeminisme Spiritualis................................................ 35
4.1.3 Bentuk Ekofeminisme Sosialis.................................................... 37
4.2 Pembahasan.......................................................................................... 40
4.2.1 Bentuk Ekofeminisme Alam....................................................... 40
4.2.2 Bentuk Ekofeminisme Spiritualis................................................ 44
4.2.3 Bentuk Ekofeminisme Sosialis.................................................... 47
BAB V PENUTUP............................................................................................ 54
5.1 Simpulan.............................................................................................. 54
5.1.1 Bentuk Ekofeminisme Alam........................................................ 54
5.1.2 Bentuk Ekofeminisme Spiritualis................................................ 54
5.1.3 Bentuk Ekofeminisme Sosialis.................................................... 55
5.2 Saran.................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal ini juga terlihat dalam hal
berbahasa. Perempuan dituntut untuk berbicara sangat lemah lembut dan sopan.
melakukan hal tersebut mereka akan dikritik sebagai “tidak feminin”. Namun
apabila mereka berbicara dengan lembut dan sopan mereka akan juga dinilai
sebagai kaum yang lemah yang tidak mampu berpikir jernih dan tidak dapat
diajarkan untuk berbicara lemah lembut dan sopan serta tidak marah-marah.
Perlakuan ini sangat berbeda dengan yang dilakukan kepada anak laki-laki. Anak
laki-laki diajarkan untuk tetap bisa marah-marah dan melakukan tidakan agresif
(Kuntjara, 2003:4).
Karya sastra merupakan bahan ajar bagi masyarakat. Dalam budaya dan
atau penuntun etika dan estetika dan fungsi karya sastra tersebut adalah
dalam kehidupan sehari hari dan mengembangkan daya pikiran manusia dalam
1
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sastra
merupakan hasil atau karya yang dihasilkan oleh seseorang pengarang dalam
menciptakan sesuatu yang baru yang berkaitan dengan karya atau seni tersendiri.
Banyak karya sasta yang dihasilkan oleh setiap pengarang seperti menulis prosa,
cerpen, drama dan lain sebagainya yang berkaitan dengan karya seseorang atau
seni seseorang dan dapat membuka wawasan manusia lagi dalam melakukan
sesuatu.
yang dibukukan dari seorang penulis atau beberapa penulis sekaligus. Jadi, dalam
satu antologi cerpen, akan diisi oleh berbagai macam karya (cerpen) yang
diciptakan oleh satu orang, ataupun lebih dari satu pengarang atau penulis
(Pitaloka & Sundari, 2020:101). Antologi diartikan sebagai kumpulan karya sastra
Dalam menjalani kehidupan di dunia, manusia tidak dapat terlepas dari alam
bahan sandang dan bangunan yang dapat digunakan membangun tempat tinggal.
Kualitas dan kesejahteraan hidup manusia tidak dapat dipisahkan dari kondisi
alam dan lingkungan tempatnya hidup (Keraf, dalam Wiyatmi, 2017:6). Berkaitan
adanya gerakan cinta lingkungan alam, diharapkan akan lahir generasi yang
2
hidup, pentingnya menjaga dan merawat bumi, ekosistem, alam sebagai tempat
tindakan nyata di lapangan seperti yang dilakukan para aktivis lingkungan hidup,
tetapi juga dapat dilakukan melalui karya sastra dan seni yang mengusung
alam, lingkungan hidup, dengan posisi dan keberadaan kaum perempuan dikenal
merupakan suatu paham tentang keterkaitan antara perempuan dan alam semesta
Istilah ekofeminisme pertama kali diperkenalkan pada tahun 1974 oleh Francoise
sosial dan politik yang menyatukan paham lingkungan, feminis, dan gerakan
dan segala bentuk kehidupan di bumi (dalam Abdulkadir dan Ekawati). Aliran
3
ekologi maupun feminisme yang melahirkan pemikiran alternatif tentang
feminisme.
Vandana Shiva (1998) menegaskan secara gambling dan panjang lebar bahwa
ekonomi dari proses yang sama. Vandana juga menegaskan perlunya pemulihan
nilai feminin yang didasarkan pada prinsip keseluruhan yakni memandang alam
produktif dan aktif terhada filosifis dan ekonomi dari proses yang sama.
Nilai serta bentuk ekofeminisme juga terdapat pada beberapa cerpen dalam
Cerita dari Selat Gonsalu; Antologi Cerpen Sastrawan NTT. Hal ini terlihat dari
adanya gambaran alam dan lingkungan serta peristiwa yang memiliki keterkaitan
antara alam dengan perempuan. Dalam feminisme, ada satu gerakan yang
eksploitasi serta degradasi lingkungan hidup dan subordinasi dan opresi terhadap
antara kaum wanita dan pria, sedangkan ekofeminisme berasal dari kata ekologi
yang memiliki arti ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
4
Buku Cerita dari Selat Gonsalu; Antologi Sastrawan NTT adalah sebuah
buku kumpulan cerpen karya para sastrawan NTT. Buku yang diterbitkan oleh
kehidupan serta keseharian masyarakat NTT. Tema umum yang diangkat dalam
buku ini adalah lokalitas Provinsi NTT dalam sastra. Daerah-daerah yang
ditampilkan pada cerpen-cerpen dalam buku ini dimulai dari masyarakat Timor,
masyarakat Flores, hingga masyarakat Sumba dan lain sebaginya. Berbagai tema
tema kekuatan gaib yang membelenggu, tema tolak tambang, serta tema-tema lain
yang khas NTT. Buku ini menarik untuk dibaca sebab mengisahkan kehidupan
kerusakan alam dan lingkungan hidup karena ulah perusahaan tambang mendapat
tambang ini terjadi merata di wilayah Provinsi NTT, baik di Sumba, Timor, dan
Alor, maupun di Flores dan Lembata, dan derah lainnya. (Sehandi, vxiii:2015).
Salah satu tema yang mendeskripsikan keterkaitan antara lingkungan alam dengan
perempuan dalam buku ini adalah pada sebuah cerpen berjudul Molas Cendana
Manggarai, yakni Maria (tokoh utama cerpen) yang sangat getol memimpin kaum
5
Awalnya perjuangan mereka tidak didukung oleh kaum laki-laki, apalagi aparat
pemerintah setempat. Perjalanan perjuangan para wanita ini cukup rumit pada
mereka untuk terus berjuang menolak pembangunan tambang yang pasti akan
berdampak pada kehidupan mereka. Dampak yang akan terjadi adalah hilangnya
sekian hutan alam yang menjadi sumber mereka menghasilkan hasil alam
Cerpen lainnya yang juga mengangkat tema menolak tambang adalah cerpen
dengan judul Pada Sebuah Harap karya Diana D. Timoria. Cerpen ini
mengeluhkan hutan milik mereka yang telah gundul. Kegundulan hutan tersebut
membuat mata air menjadi kering, sehingga manusia tidak dapat minum dan tidak
dapat memberi minum bagi hewan ternak. Semua masalah ini dapat terjadi karena
orang-orang di desa tersebut bersedia untuk menggadai tanah dan lahan milik
Kedua cerpen yang telah disebutkan di atas mewakili cerpen lain dalam
buku ini yang berkisah tentang perjuangan masyarakat melawan tindakan yang
merusak alam dan lingkungan hidupnya. Hal yang menjadi motivasi mereka
adalah kesadaran bahwa alam merupakan tempat hidup mahluk hidup (manusia,
hewan, tumbuhan, dan lain seebagainya) yang harus dijaga serta dirawat. Alam
tidak boleh dirusak karena semua makhluk hidup saling berkaitan, misalnya
6
manusia dan hewan membutuhkan makanan dari hasil alam. Tak hanya makanan,
lingkungan alam juga terdapat pada beberapa cerpen lain dengan total sekitar
sembilan cerpen dalam buku Cerita dari Selat Gonsalu; Antologi Cerpen
dengan kedua cerpen bertema tolak tambang sebelumnya, pada cerpen lain hanya
ekofeminisme .
Dalam penelitian ini penulis ingin meneliti bentuk ekofeminisme dalam buku
Cerita dari Selat Gonsalu; Antologi Cerpen Sastrawan NTT karena sembilan
cerpen dalam buku ini mengangkat keadaan alam dan lingkungan daerah-daerah
di NTT. Hal yang juga menarik penulis adalah perjuangan yang dilakukan oleh
tokoh-tokoh perempuan dalam beberapa cerpen di buku ini untuk menyelamatkan
alam serta lingkunganya. Perjuangan serta keterlibatan perempuan dengan
lingkungan alam inilah yang disebut dengan ekofeminisme.
Cerita dari Selat Gonsalu; Antologi Cerpen Sastrawan NTT adalah pada cerpen
Molas Cendana:
7
Ekofeminisme dalam kalimat tersebut ditunjukan oleh hampir sebagian besar
dari isi paragraf tersebut. Namun secara lebih khusus, bentuk ekofeminisme
ditunjukan oleh kalimat “menolak hutan mereka dipotong oleh tambang dan
menjelaskan arti penting gunung itu bagi kehidupan desa mereka.” Aktivitas yang
judul Ekofeminisme dalam buku Cerita dari Selat Gonsalu; Antologi Cerpen
Sastrawan NTT.
cerpen pada buku Cerita dari Selat Gonsalu; Antologi Cerpen Sastrawan NTT?
sebagai pendukung untuk bekerja secara efektif serta efisien, sistematis, sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian tujuan yang hendak dicapai
dalam pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
8
1.3.1 Tujuan Umum
terjaga dan hidup di masyarakat itu sendiri. Selain itu juga mencari bentuk
Berpijak pada tujuan umum di atas, maka penelitian ini secara khusus
sembilan cerpen pada buku Cerita dari Selat Gonsalu; Antologi Cerpen
Sastrawan NTT.
2. Mengetahui lebih dalam lagi bentuk ekofeminsme yang dilakukan oleh tokoh
9
1.4.2 Manfaat Praktis
sastra.
3. Bagi peneliti lain, sebagai referensi tambahan bagi mereka yang ingin meneliti
10
BAB II
sebuah penelitian. Tujuan dari adanya kajian pustaka ialah sebagai bahan referensi
bagi penelitian yang akan dilakukan. Adapun kajian pustaka dalam penelitian ini
pada kota Sabang yang merupakan salah satu lokasi pariwisata mancanegara serta
para perempuan pelaku wisata dan lingkungan di daerah tersebut yang juga masih
pariwisata di kota Sabang. Hasil dari penelitian ini ialah mayoritas para
keinginan individu dan naluri sebagai seorang perempuan. Peranan yang mereka
namun tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan perlawanan dari masyarakat
Selain dukungan dan apresiasi, pendidikan juga menjadi hal yang penting.
11
Pemerintah dituntut untuk menyediakan ruang-ruang belajar informal dan juga
pelatihan guna untuk menunjang peranan para perempuan pada titik yang lebih
baik lagi. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan
Persamaan lainnya juga tampak pada teori yang digunakan yakni menggunakan
penelitian, sedangkan pada penelitian saat ini, yang menjadi objek penelitiannya
yang paling sering berada di sector domestic adalah perempuan. Pendekatan atau
lingkungan alam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
12
mengakat dan mengkaji tema ekofeminisme, terutama pada tokoh perempuan
dalam sebuah karya sastra. Selain kesaamaan, penelitian Siti Sa’adatin Khoiriyah
memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu objek penelitian
pada penelitian terdahulu ini adalah sebuah novel, sedangkan pada penelitian
Papua dalam Novel Tanah Tabu. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya isu
dalam sebuah karya sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ditelusuri melalui karya sastra seperti novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf.
Dani terhadap ekploitasi alam Lembah Baliem di Provinsi Papua dalam Novel
alam Lembah Baliem di Provinsi Papua. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan
penelitian yang akan diteliti yaitu sama-sama mengangkat dan mengkaji tema
13
ekofeminisme pada sebuah karya sastra. Selain itu, penelitian ini juga
menggunakan teori dan beberapa metode yang sama, serta sama-sama merupakan
dengan penelitian yang akan diteliti adalah penelitian ini menjadikan novel
2.2 Konsep
2.2.1 Ekofeminisme
Ekofeminisme merupakan bagaimana keterkaitan hubungan perempuan
bukan saja melayani suami,menyusui anak dan mengurus rumah tangga namun
dia juga terlibat langsung dalam dunia alam. Perempuan adalah makluk ciptaan
Tuhan yang sangat berarti, tangguh dan kuat dalam melakukan dan menjalankan
setiap langkah kehidupannya yang lebih baik dan sempurna. Ekofeminisme pun
sebuah teori dan gerakan etika yang sebagaimana halnya biosentris dan
disebabkan oleh cara pandang dan perilaku yang antroposentris. Krisis ekologi
14
sebagai ekologi sosial, keduanya memilki persamaan utama yaitu beranggapan
bahwa kehancuran dan krisis ekologi pada dasarnya disebabkan oleh logika
dominasi. Logika dominasi menjadi ciri utama dari cara pandang masyarakat
sejalan dengan penebangan pohon di hutan dan kepunahan binatang spesies demi
manusia harus memperkuat hubungan antara satu dengan yang lainnya dan
Paris Perancis (1974) yang memaparkan secara gamblang bahwa ada keterkaitan
yang erat antara opresi terhadap perempuan dan opresi terhadap alam. Keterkaitan
15
tersebut menyentuh ranah kultural, ekonomi, sosial, bahkan politik. Francoise
mengemukakan ekofeminisme memiliki nilai lebih karena tidak hanya fokus pada
opresi terhadap alam dan opresi terhadap lingkungan. Kedua, pemahaman tentang
dan terhadap alam. Ketiga, teori dan praktik feminisme harus memasukkan
keselamatan alam.
aliran pemikiran, ekofeminisme juga bukan suatu aliran pemikiran dan gerakan
yang tunggal. Ada beberapa tipe aliran ekofeminisme. Paling tidak, menurut
Mary Daly melalui bukunya Gyn/Ecology dan Susan Griffit (Woman and Nature).
16
Ekofeminisme alam memandang bahwa alam/perempuan setara terhadap dan
hubungan sosial yang lebih baik dan cara hidup yang tidak terlalu agresif dan
berargumen bahwa ada hubungan yang dekat antara degradasi lingkungan dengan
agama terhadap perempuan dan alam (Arivia, dalam Wiyatmi 2017:13). Oleh
dewi kuna. Selain itu, ekofeminisme spiritual menarik analogi antara peran
perempuan dalam produksi biologis dengan peran arketipal “Ibu Pertiwi” atau
“Ibu Kelahiran” sebagai pemberi kehidupan dan pencipta segla seuatu yang ada
menempatkan Dewi Sri sebagai dewi yang menjaga tanaman padi merupakan
17
Ketiga, ekofeminsme sosialis. Aliran ekofeminisme ini berusaha
untuk mengakhiri opresi terhadap setiap orang dan segala sesuatu yang selama ini
laki-laki. Menurutnya usaha untuk meminggirkan perempuan dan alam dari laki-
laki dan kebudayaan telah menyebabkan kita bukan saja mencederai dan
juga mendorong untuk terus berjalan “menuju pembunuhan terhadap ibu yang
paripurna, pembunuhan yang penuh amarah, dan ketamakan terhadap bumi yang
membawa alam ke dalam kebudayaan, dengan memasuki dunia public, dan laki-
laki harus membawa kebudayaan ke dalam alam, dengan memasuki dunia pribadi.
Perempuan (kebudayaan dan alam) adalah satu (Tong, dalam Wiyatmi, 2017:14).
Dari semua uraian yang telah diuraikanm di atas, tampak bahwa ekofeminisme
berada dalam dua disiplin yang saling berkaitan, yaitu ekologi, yang
fokus perhatian pada isu-isu gender. Sebagai aliran pemikiran dan gerakan sosial,
dengan perempuan, bukanlah benda mati, bukanlah objek yang layak didominasi
dan dieksploitasi. Oleh karena itu, dalam berinteraksi dengan alam dan
18
perempuan, kita harus menjaga harmonisasi dan tidak dibenarkan menganggapnya
Indonesia sejak awal 1990-an disusul dengan sejumlah buku dan kajian
Perempuan pada tahun 1995, yang juga menerbitkan Jurnal Perempuan menjadi
berperspektif gender.
mengalami kemajuan. Hal ini terlihat dari semakin bertambahnya tulisan berupa
jurnal ataupun buku yang mengkaji nilai ekofeminisme. Bermula dari kajian
antara lain Ekofeminisme, Narasi Iman, Mitos, Air, dan Tanah (Dewi
19
Ekonomi, dan Agama (Dewi Candraningrum, 2013) serta masih banyak tulisan-
berbagai bidang ilmu, termasuk ilmu sastra. Salah satu gerakan yang terbentuk
dilatarbelakangi oleh alam dan lingkungan adalah gerakan Sastra Hijau. Gerakan
ini digagas oleh Komunitas Raya Kultura yang dipelopori oleh penulis Naning
Pranoto yang menunjukan adanya perhatian yang serius sejumlah sastrawan dan
pecinta sastra terhadap alam dan lingkungan. Dalam programnya, gerakan ini
banyak mengandung diksi ekologis serta isi karya yang dilandasi rasa cinta pada
bumi.
(Wiyatmi, dkk. Hibah Kompetensi, 2016) paling tidak berhasil mengkaji 12 judul
novel yang mengangkat isu-isu ekofeminisme. Sesuai dengan kriteria Sastra Hijau
sebagai sastra hijau. Beberapa novel tersebut diantaranya: (1) Bunga karya Korrie
Layun Rampan, (2) Api, Awan, Asap karya Korrie Layun Rampan, (3) Bilangan
Fu karya Ayu Utami, dan judul-judul lainnya. Dari novel-novel tersebut diperoleh
eksplorasi dan ekploitasi alam, pemanfaatan alam dan lingkungan hidup secara
20
pedalaman, dan lain sebagainya. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
terhadap kuasa patriarki, yang telah melakukan tindakan kekerasan terhadap alam,
2017:22).
Cerpen merupakan salah satu macam karya sastra. Karya sastra terdiri dari
sastra klasik dan sastra modern. Cerpen termasuk ke dalam jenis karya sastra
munculnya pergerakan nasional atau tidak berada pada zaman dahulu atau zaman
kerajaan. Jenis atau macam-macam sastra modern antara lain: prosa, cerpen,
menggembiraka, atau berupa pertikaian dan mengandung kesan yang tidak mudah
dilupakan. Ciri-ciri cerpen antara lain (1) Cerita bersifat fiktif dan aspek cerita
menimbulkan efek dan kesan tunggal. (2) Mengungkapkan masalah yang terbatas
pada hal-hal penting saja. (3) Menjanjikan peristiwa yang cermat dan jelas
21
Antologi merupakan kumpulan karya tulis pilihan dari seseorang atau
ditemukan dalam bidang sastra. Buku-buku antologi yang cukup banyak ditemui
adalah antogi puisi serta antologi cerpen. Antologi puisi merupakan kumpulan
beberapa karya sastra berupa puisi yang dibukukan dari seseorang atau beberapa
orang penulis. Di sisi lain, antologi cerpen merupakan kumpulan beberapa karya
sastra berupa cerpen yang dibukukan dari seseorang atau beberapa orang penulis.
Jadi, dalam satu antologi cerpen, akan diisi oleh berbagai macam karya sastra
yang diciptakan oleh satu orang, ataupun lebih dari satu pengarang atau penulis
terlepas dari fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Sejumlah karya sastra
lingkungan hidup secara langsung maupun tidak langsung, yang berdampak pada
2.3 Teori
2.3.1 Teori Ekofeminisme
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
22
ini memiliki pengetahuan dalam mengelolah lingkungan hidup dan sumber-
feminisme dan ekologi. Paham yang berkembang awal tahun 1970-an ini
menolak setiap cara berpikir dan bertindak terhadap alam yang mencerminkan
mengunggulkan manusia dari alam, spesies manusia dari manusia lain. Setiap cara
seterusnya. Maka, untuk keluar dari krisis lingkungan hidup saat ini, harus
bagian yang tidak terpisahkan di alam ekosistem lokal dan global, sedangkan
gerakan hijau didasari pada prinsip dasar ekologi yang melihat semua organisme
23
Struktur patriarki menghancurkan lingkungan karena tidak memberikan peran
pikir patriarki yang menindas perempuan dan alam. Selain itu kajian etika
mudah dipahami.
kualitas perempuan dan bersikap apriori negatif terhadap kualitas maskulin dapat
melawan budaya patriarki yang sudah merampas hak perempuan dan merusak
lingkungan. Nilai-nilai feminitas apabila terus menerus diasah dan diasuh melalui
dunia pendidikan serta diakomodasikan dalam hukum dan kebijakan politik yang
ideologi feminisme. Teori ini muncul pertama kali pada tahun 1974 dalam buku
24
kerusakan, eksploitasi dan penjarahan lingkungan kemudian melahirkan teori
teori ini berpandangan bahwa krisis lingkungan global akhir-akhir ini adalah hasil
kondisi alam dan lingkungan tempatnya hidup. Ekofeminisme adalah salah satu
pemikiran dan gerakan sosial yang menghubungkan masalah ekologi dan sosial.
dikaitkan dengan alam. Ada hubungan konseptual, simbolik dan linguistik, antara
feminisme dengan isu ekologis (Tong, dalam Wiyatmi, 2017:11). Sebagai salah
Dari uraian di atas tampak bahwa ekofeminisme berada dalam dua disiplin
yang saling berkaitan yaitu ekologi yang memfokuskan perhatian pada isu-isu
alam dan lingkungan dan feminisme, yang memberikan perhatian khusus pada
terhadap alam dan perempuan. Alam, seperti halnya dengan perempuan, bukanlah
benda mati, bukanlah objek yang boleh dan layak di domonasi dan dieksploitasi.
25
Oleh karena itu, dalam berinteraksi kita harus menjaga harmonisasi dan tidak
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori menurut pendapat Wiyatmi,
2017.
Peran memiliki arti yang sangat luas. Namun pengertian peran yang akan
dibahas dalam penelitian ini ialah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki
orang lain, dan memberi arahan untuk dapat membedakan mana pekerjaan yang
baik dan mana pekerjaan yang buruk. Sudah saatnya perempuan menunjukan
eksistensinya dalam masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mengubah citra yang
melekat sejak dahulu kala bahwa manusia adalah mahluk subordinasi. Saat ini
perempuan dituntut untuk bergerak, ikut serta dalam setiap pembangunan dalam
Lingkungan pada dewasa ini semakin hari semakin rusak secara tidak
tanggung jawab semua insan. Manusia sebagai kalifah Tuhan di muka bumi ini,
diperbolehkan memanfaatkan apa yang ada di langit dan di bumi, namun tidak
secara logika, lingkungan akan dapat terpelihara dengan baik. Munculnya krisis
ekonomi juga akan memperparah masalah lingkungan hidup, kerena situasi ini
26
akan membuat orang cenderung mengekploitasi sumber daya alam secara
berlebihan. Harga sembako yang semakin mahal, begitu pula harga obat-obatan,
biaya pendidikan, serta kebutuhan lain yang masih di atas jangkauan masyarakat
pada umumnya.
tidak tahu, kurang suka membaca, bahkan penyebab lain yang paling berbahaya
adalah sifat keserakahan yang hanya ingin mencari keuntungan sendiri. Semua hal
b) Masalah lingkungan global, yang merupakan efek dari rumah kaca yang
menyebabkan kenaikan suhu bumi. Efek rumah kaca dapat terjadi karena
semakin banyak gas-gas rumah kaca yang muncul secara alamiah juga
27
dilakukan ialah mencari sumber air bersih (Irwan, 2009:18). Perempuan bila
melihat sumber air pastilah muncul kreatifitasnya untuk melakukan sesuatu seperti
memandikan anak, bahkan mandi untuk diri sendiri. Selain itu, aktivitas atau
peran perempuan terhadapa lingkungan yang juga cukup sering dilakukan adalah
halaman sendiri seperti menanam beberapa jenis bunga dan pepohonan ataupun
tanaman lain yang memberikan manfaat. Selain hal yang dijelaskan sebelumnya,
masih ada banyak peran perempuan terhadap alam atau lingkungan sekitar.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1 Data
Data dalam penelitian ini adalah data tulis berupa kata, frasa, dan kalimat
Sumber data dalam penelitian ini adalah buku Cerita dari Selat Gonsalu;
Antologi Cerpen Sastrawan NTT. Buku ini berisi kumpulan cerpen berjumlah
total 27 cerpen, dengan tebal 328 halaman, diterbitkan oleh Kantor Bahasa
Provinsi Nusa Tenggara Timur, tahun 2015, cetakan pertama, no ISBN 978-602-
1. Flamboyan Untuk Ri
2. Kopi
3. Berita
29
4. Tombo Gerak Tanah
5. Nenek
7. Molas Cendana
8. Menara Kartu
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah memperoleh data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapat data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
1. Membaca dan memahami Sembilan cerpen dalam buku Cerita dari Selat
2. Mencatat dan menandai kata, frasa, dan kalimat yang berkaitan dengan nilai
30
3. Memberikan kode atau menandai bentuk ekofeminisme yang terdapat dalam
sembilan cerpen pada buku Cerita dari Selat Gonsalu; Antologi Cerpen
Sastrawan NTT.
Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini selanjutnya akan dianalisis.
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data periode tertentu. Analisis data
3 tahap yaitu:
1. Reduksi Data
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan membuang yang tidak perlu.
Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
31
dalam meneliti sehubungan dengan hal-hal ini adalah megumpulkan data
Sastrawan NTT.
2. Penyajian Data
3. Penarikan Kesimpulan
Dalam tahap ini, peneliti menyimpulkan hasil analisis data sesuai dengan
Data yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dengan teknik informal,
yakni penyajian data berupa data-data verbal dengan menggunakan uraian kata
32
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
ekofeminisme dalam beberapa cerpen pada Cerita dari Selat Gonsalu; Antologi
kehidupan manusia.
4.1 Temuan
Bentuk ekofeminisme alam yang ditemukan dalam buku Cerita dari Selat
Gonsalu; Antologi Cerpen Sastrawan NTT penerbit Kantor Bahasa Provinsi Nusa
Data 1
“Hahaha kau tidak tahu? Parfum semprot yang sering kau gunakan
hampir setiap hari itu mengandung CFC atau Chloro Fluoro Carbon yang bisa
membuat lapisan ozon makin tipis. Akibatnya? Cuaca makin panas. Bayangkan
dalam sehari berapa sumbangan CFC yang berasal dari parfum yang ada di
dunia ini untuk cuaca yang menggerahkan? Lalu kau menginginkan cewek
berambut panjang? Lucu! Berhenti membuat cuaca gerah biar cewekpun tidak
terganggu dengan rambut panjangnya. Selagi kau adalah pengguna parfum
sebaiknya jangan berharap mendapatkan cewek berambut panjang.”
Sumber: Falmboyan Untuk Ri, hal. 72.
33
Data 2
“Kakak, terima kasih ya.” Kata Rambu membuyarkan lamunan saya pada
Rani.
“Untuk?” Tanya saya kebingungan dengan maksud Rambu.
“Sudah mau membantu kami untuk mengerti tentang hidup sehat,
pentingngnya menjaga kebersihan lingkungan dan mau menyediakan bantuan
untuk mengadakan sumur. Di desa kami, memang itulah yang kami butuhkan,
tapi seperti kakak tahu, dibandingkan menghabiskan uang untuk
membersihkan lingkungan dan menggali sumur, kami lebih memilih
menghabiskan uang untuk membeli hewan dan acara adat.” Rambu tersenyum
malu menjelaskan keadaan desanya yang memang secara umum seperti itulah
keadaan desa-desa lain di Sumba.
(K, hal.93. Paragraf 27. Baris 1)
Data 3
“Selamat pagi ibu Veronika, selamat hari Minggu. Saya ingin tanya
mengenai proposal dana bencana alam yang kami ajukan ke pusat. Bagaimana
perkembangannya?”, suara dari seberang memulai percakapan.
“Saya sudah hubungi pihak-pihak yang terkait, Pak. Saya usahakan
semaksimal mungkin untuk itu. Puji Tuhan dana bantuan untuk bencana ala
mini akan cair dalam tiga atau empat hari ke depan.”
(B, hal. 110. Paragraf 5. Baris 1)
Data 4
Ditengah asyiknya bercerita sambil membersihkan rumput, Mekas
Radus muncul dengan napas tesengal mendekati mereka. “Sssttt... di ujung jalan
setapak haaa,mmm…,” kata-kata Mekas Radus dengan napas terengah-engah
karena ketakutan. “Apa?” tanya Lopo Gina dan teman-temannya mendekat penuh
curiga. “Hee…, itu di ujung jalan setapak ada seorang laki-laki asing. Tapi, dia…
dia sudah mati. Iiiaa…ya…, dia terbaring di semak-semak, dan anehnya badannya
penuh luka bekas tebasan parang dan terlihat jelas di sekujur tubuhnya dengan
darah yang sudah mongering.
(TGT, hal. 274. Paragraf 15. Baris 1)
34
4.1.2 Ekofeminisme Spiritualis
Bentuk ekofeminisme spiritualis yang ditemukan dalam buku Cerita dari
Selat Gonsalu; Antologi Cerpen Sastrawan NTT penerbit Kantor Bahasa Provinsi
Data 5
Tiba-tiba perempuan yang sedari tadi tampak diam, bangkit berdiri. Semua
mata tertuju padanya. Orang-orang tahu, sebulan yang lalu Nogo Ema telah
berjanji. Perjanjian yang akan membawa perubahan dalam hidup suku
Demong Pagong.
“Izinkanlah saya berbicara sebentar,” sapa Nogo Ema, perempuan itu,
sambil membungkukkan badannya di hadapan para penatuan suku. Ia terdian
sejenak lalu melanjutkan, “Masalah hidup ada, bukan untuk dihindari tetapi
sebaliknya patut kita hadapi. Itulah tujuan utama kehadiran saya di tengah-
tengah kalian. Mulai besok pagi, akan saya ajarkan kalian teknik berladang
yang selama ini telah kami budidayakan di Timu Matang.”
(N, hal. 138. Paragraf 10. Baris 2)
Data 6
“Adakah dari kalian yang menyimpan kelewang?” seru sang perempuan
menatap mereka bergantian. Seseorang dari penatua adat mengulurkan tangannya
sambil menunjukan benda yang dimaksud.
“Peganglah leherku!” ujar perempuan itu sekali lagi. Hanya saja, nada
bicaranya agak memelas. Seperti memohonkan sesuatu yang muskil dijangkau
akal. Mendadak mereka mundur selangkah.
“Seandainya kamu tidak melakukannya, kamu akan tetap kelaparan.”
Perempuan itu mendesak, “Keturunanmu akan punah di tempat ini karena
ketiadaan makanan di hari-hari mendatang. Namun, bila kamu melakukan apa
saja yang saya amanatkan kamu tidak akan kelaparan lagi.”
“Aku akan tetap menuntun perjalanan kalian ke manapun.”
Sementara itu, tampak kilau kelewang Mie Pati berdesing ketikan
menggesek ujung tempat pembaringan. Pria itu gemetar tubuhnya. Perasaan tak
tega mencuat dari dadanya tatkala menyaksikan ujung bibir perempuan itu
35
mengerut ke belakang. Sambil tersenyum perempuan itu lalu memejamkan
matanya.
Beberapa bulan kemudian, bagaikan rahim, lading menumpahkan
benih-benih. Suku Demong Pagong begitu tercengang. Tanaman padi,
jagung, kapas, labu, dan beberapa jenis sayuran memadati ladang.
(N. hal. 139. Paragraf 16. Baris 1)
Data 7
“Disini aku selalu rindu memotret Tuhan” ungkapnya datar.
“Setiap waktu Tuhan membiarkan diri-Nya di potret, mungkin saja matamu
tak mampu melihat posisinya, atau kamera canon itu yang menyembunyikan
Tuhan”, balasku sambil terus memandang ke depan.
“Aku tak pernah menyembunyikan Tuhan dengan kamera ini. Esok aku
akan kembali, kembali untuk memotret Tuhan,” ujanrnya seolah terusik oleh
ucapanku tadi.
(PdBC, hal. 165. Paragraf 13. Baris 1)
Data 8
“Saya ingin menjadi pohon cendana, molas cendana,” kata Maria
menguatkan hatinya saat menghadapi situasi yang sangat kritis.
(MC. hal. 302. Paragraf 1. Baris 1)
Data 9
KEDAMAIAN desa di kaki gunung yang hutannya lebih lebat dari rambut
keriting penduduk desa itu tercabik ketika mendapat kabar investor sudah datang
untuk menanam tambang. Warga desa menyadari penambangan itu akan
membunuh hutan. Bagi penduduk, gunung tersebut tak sekedar gunung. Maria
dan penduduk desa lain percaya, di sanalah asal-usul nenek Moyang mereka.
Masih ada bekas mesbah leluhur mereka di gunung itu.
(MC, hal. 303. Paragraf 16. Baris 5)
36
4.1.3 Ekofeminisme Sosialis
Bentuk ekofeminisme sosialis yang ditemukan dalam buku Cerita dari Selat
Gonsalu; Antologi Cerpen Sastrawan NTT penerbit Kantor Bahasa Provinsi Nusa
Data 10
Tidak disangka, bukannya memotong kayu, Bolo malah tampak hendak
menebang pohon kopi yang tumbuh di belakang dapur. Tampak parang telah
tertancap keras pada batang pohon kopi, dan Bolo tengah berusaha
melepaskannya. Kaki kirinya ia jadikan tumpuan pada batang pohon kopi, sedang
seluruh berat badannya dikerahkan untuk melepaskan parang yang tertancap keras
pada pohon kopi.
Dengan sekali ayun, batang gamal mentah yang diayunkan ende’ Mia
mendarat di pantat Bolo. Tanpa sempat menoleh Bolo menjerit memegang
pantatnya sambil berlari berhamburan menjauhi pohon kopi. Ketika
berbalik dan melihat ibunya, wajah Bolo yang sebelumnya cemas berubah
tersenyum dan tertawa nakal. Tingkah Bolo itu membuat ende’ Mia ingin
tertawa, namun ia berpura-pura menunjukan wajah marah.
(MK. hal. 239. Paragraf 9. Baris 1)
Data 11
“Timung Te’e adalah cerita tentang seorang wanita Manggarai di Pulau
Bunga yang cantik parasnya, cantik pula hatinya. Kata ‘timung’ artinya timun,
sedangkan te’e artinya matang. Perempuan cantik pada masa lampau selalu
diibaratkan sebagai timun yang matang. Kenapa membandingkan kecantikan
perempuan dengan timun, Oma pikir, masyarakat Manggarai ‘kan petani. Kebun
adalah tempat mereka bekerja, sama seperti kantor bagi orang di kota. Kebun
bagi mereka juga sama seperti mal sekarang, bagi kamu orang kota. Dunia
mereka adalah dunia kebun dan dunia pertanian. Laki-laki yang beruntung
memperistri Timung Te’e adalah Lanur.”
(DdPB, hal. 291. Paragraf 13. Baris 1)
37
Data 12
Gunung itu pulalah menyediakan sumber pewarna alami untuk tenun-
tenun. Perempuan-perempuan desa itu bakal tidak bisa lagi menghasilkan
kain tenun yang berwarna cerah yang alamiah kalau gunung itu dipotonng
untuk tambang. Itu artinya, tenun desa itu, tenun di daerah itu bisa-bisa
punah. Nenek moyang sudah berpesan agar menggunakan pewarna yang
disediakan oleh alam, yang disediakan dengan berlimpah oleh gunung itu.
Hilangnya gunung itu karena dipotong untuk tambang akan memusnahkan sumber
hayati yang beragam yang dimilikinya.
(MC, hal. 304. Paragraf 17. Baris 2)
Data 13
Angin resah menampar Maria. Dia sangat cemas, usaha tenunnya akan
mati. Ia selalu mengandalkan pewarn alami, karena warna alami selalu lebih cerah
dari pewarna kimia. Dan, neneknya yang menurunkan bakat menenun kepadanya
selalu menasehati agar menggunakan pewarna alami. Jangan pernah
meninggalkan alam dan kembali ke alam itu pulalah yang ia pernah pelajari
saat masih duduk di bangku sekolah kejuruan. Nilai itu pulalah yang selalu
ditekankannya di sanggar tenunnya.
(MC, hal. 304. Paragraf 18. Baris 5)
Data 14
Maria akhirnya tampil ke depan untuk menggerakan warga desa
menolak hutan mereka di potong untuk tambang. Ia mengumpulkan para
perempuan muda dan para ibu untuk menjelaskan arti penting gunung itu
bagi kehidupan desa mereka.
(MC, hal. 304. Paragraf 19. Baris 1)
Data 15
“Kalau kita takut, kita akan hancur bersama gunung itu. Kita tidak bisa
minum air lagi karena sumbernya di gunung kita itu sudah ditutup. Kita tidak
bisa menenun lagi. Pilih mana?” tantang Maria. Perempuan-perempuan
yang hadir di situ bukannya tidak menyadari itu. Dan beberapa orang laki-laki
yang tertarik mulai ikut bergabung.
38
(MC, hal. 304. Paragraf 21. Baris 1)
Data 16
“Kita langsung ke tempat tambang mengadang alat-alat berat. Itu kita
punya tanah,” kata Maria.
(MC, hal. 305. Paragraf 23. Baris 1)
Data 17
Besoknya mereka naik truk ke empat tambang. Alat-alat berat sudah
datang ke gunung itu dan mulai mencabik sedikit demi sedikit kulit gunung.
Para perempuan itu langsung mengadang alat-alat berat yang sedang
bekerja. Maria berdiri paling depan.
(MC, hal. 305. Paragraf 27. Baris 1)
Data 18
Sejak itu, Maria jadi musuh investor dan pemimpin daerah. Maria sadar,
nyawanya bisa terancam. Namun dari hari ke hari ia bersama sejumlah kecil
perempuan tidak pernah berhenti menyadarkan masyarakat di kaki gunung
itu betapa pentingnya gunung itu bagi kehidupan mereka. Perjuangan paling
berat adalah mengalahkan rsa takut itu sendiri.
(MC, hal. 305. Paragraf 28. Baris 2)
Data 19
Maria menyadari dirinya tengah menghadap situasi yang sangat kritis. Dia
mengandung tanpa jelas siapa ayah dari bayi dalam rahimnya. Dia juga harus
tetap berjuang agar gunung di desa mereka tetap lebat hutannya, tidak luka
oleh pertambangan. Dia yakin situasi keritis itu akan membuatnya makin
kuat. Saya ingin menjadi pohon cendana, molas cendana, batinnya. Pohon
cendana selalu tumbuh di tanah kritis agar bisa menhasilkan minyak
cendana. Makin kritis tanah, makin berlimpah cendana menghasilkan
minyak.
(MC, hal. 307. Paragraf 46. Baris 3)
Data 20
39
Dalam keadaan berbadan dua, Maria dan sejumlah kecil perempuan
kembali berjuang untuk menghentikan pertambangan. Dari pintu ke pintu, dari
desa ke desa, mereka mencoba menawarkan pesan bahwa mereka tidak akan
dapat hidup tanpa semua unsur dari alam, bahwa hutan menganugerahi
pewarna alami untuk kain dan selendang tenun mereka yang pesta warna.
Perempuan penenun adalah pujangga yang menulis kebudayaan dengan
benang.
(MC, hal. 307. Paragraf 47. Baris 2)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Bentuk Ekofeminisme Alam
Manusia dan segala aktivitasnya merupakan bagian dari alam. Alam terdiri
dari mahluk hidup dan mahluk tidak hidup (benda mati). Perempuan menaruh
peranan penting terhadap upaya kelestarian lingkungan alam. Inilah yang disebut
serta laki-laki dengan kebudayaan. Keduanya setara untuk mencapai cara hidup
yang tidak terlalu agresif dan berkelanjutan (Tong, 2006:273 dalam Wiyatmi,
2017:12).
Data 1
“Hahaha kau tidak tahu? Parfum semprot yang sering kau gunakan
hampir setiap hari itu mengandung CFC atau Chloro Fluoro Carbon yang bisa
membuat lapisan ozon makin tipis. Akibatnya? Cuaca makin panas. Bayangkan
dalam sehari berapa sumbangan CFC yang berasal dari parfum yang ada di
dunia ini untuk cuaca yang menggerahkan? Lalu kau menginginkan cewek
berambut panjang? Lucu! Berhenti membuat cuaca gerah biar cewekpun tidak
terganggu dengan rambut panjangnya. Selagi kau adalah pengguna parfum
sebaiknya jangan berharap mendapatkan cewek berambut panjang.”
40
Pada data 1 bentuk ekofeminisme alam tampak dalam hampir seluruh
kutipan kalimat pada paragraf. “Apa hubungan rambut pendek dan parfum?”
“Hahaha kau tidak tahu? Parfum semprot yang sering kau gunakan hampir
setiap hari itu mengandung CFC atau Chloro Fluoro Carbon yang bisa
membuat lapisan ozon makin tipis. Akibatnya? Cuaca makin panas. Bayangkan
dalam sehari berapa sumbangan CFC yang berasal dari parfum yang ada di
dunia ini untuk cuaca yang menggerahkan? Lalu kau menginginkan cewek
berambut panjang? Lucu! Berhenti membuat cuaca gerah biar cewekpun tidak
alam. Hal ini tampak karena tokoh perempuan pada paragraf peduli terhadap
cuaca panas akan semakin lebih kecil dan alam menjadi lebih terlindungi.
41
Data 2
kutipan paragraf di atas. “Sudah mau membantu kami untuk mengerti tentang
Rambu si tokoh perempuan, berterima kasih kepada tokoh laki-laki yang datang
pengairan sawah dan kebun, serta aktivitas lainnya akan menjadi lebih mudah dan
membantu masyarakat.
42
Data 3
“Saya sudah hubungi pihak-pihak yang terkait, Pak. Saya usahakan
semaksimal mungkin untuk itu. Puji Tuhan dana bantuan untuk bencana ala
mini akan cair dalam tiga atau empat hari ke depan.”
Pada data 3 bentuk ekofeminisme alam tampak pada kalimat dalam kutipan
di atas. “Saya sudah hubungi pihak-pihak yang terkait, Pak. Saya usahakan
semaksimal mungkin untuk itu. Puji Tuhan dana bantuan untuk bencana ala
(Veronika) yang bekerja sebagai anggota legislative pusat, dengan senang hati
mau membantu pengadaan bantuan dari pusat untuk daerah yang terkena dampak
dari bencana alam di daerahnya. Veronika menunjukan sikap yang baik dan peduli
terhadap keadaan alam di daerahnya. Dia menyadari bahwa bantuan dana dari
Data 4
Ditengah asyiknya bercerita sambil membersihkan rumput, Mekas
Radus muncul dengan napas tesengal mendekati mereka. “Sssttt... di ujung jalan
setapak haaa,mmm…,” kata-kata Mekas Radus dengan napas terengah-engah
karena ketakutan.
Pada data 4 bentuk ekofeminisme alam tampak pada kalimat dalam kutipan
Ekofeminisme alam pada kalimat tersebut tampak dari seorang perempuan (Lopo
Gina) bersama beberapa perempuan lainnya yang sedang asyik bercerita sambil
43
merupakan bentuk ekofeminisme alam karena membersihkan rumput merupakan
upaya untuk membuat lingkungan sawah menjadi lebih bersih sehingga padi dapat
tumbuh dengan baik dan hasil panenpun menjadi baik. Jika hasil panen melimpah
Indonesia, ekofeminisme spiritualis ini tampak pada kisah Ibu Pertiwi. Dimana
Ibu Pertiwi diumpamakan sebagai bumi Indonesia yang menjadi tempat bagi
Data 5
kutipan percakapan pada pargraf di atas. Nogo Ema adalah seorang tokoh
perempuan yang telah berjanji akan membawa perubahan dalam kehidupan suku
tokoh perempuan (Nogo Ema) yang berkenan dan bersedia mengajarkan teknik
44
berladang kepdada masyarakat desa Demong Pagong. Dia menyadari bahwa dan
mempercayai bahwa jika diajarkan teknik berladang yang baik, masyarakat desa
tersebut akan dapat berladang dengan baik. Jika teknik berladang dilakukan
dengan benar, hasil panen dari ladang tersebut akan baik dan dapat membantu
Data 6
“Seandainya kamu tidak melakukannya, kamu akan tetap kelaparan.”
Perempuan itu mendesak, “Keturunanmu akan punah di tempat ini karena
ketiadaan makanan di hari-hari mendatang. Namun, bila kamu melakukan apa
saja yang saya amanatkan kamu tidak akan kelaparan lagi.”
“Aku akan tetap menuntun perjalanan kalian ke manapun.”
Beberapa bulan kemudian, bagaikan rahim, lading menumpahkan
benih-benih. Suku Demong Pagong begitu tercengang. Tanaman padi,
jagung, kapas, labu, dan beberapa jenis sayuran memadati ladang.
Pada data 6 bentuk ekofeminisme spiritual terdapat pada kalimat serta
Ema mendesak mereka untuk melakukan hal yang tidak mudah untuk dilakukan.
Dia rela mati agar desa itu serta keturunannya tidak akan kelaparan lagi.
Sebaliknya, ia berpesan bahwa ia akan tetap menuntun perjalanan warga desa dan
percaya dan meyakini apa yang dikatakan oleh Nogo Ema. Oleh karena keyakinan
serta kepercayaan tersebut, tampak perubahan yang sangat pesat pada desa mereka
Kehidupan mereka menjadi lebih baik karena hasl ladang seperti padi, jagung,
45
Data 7
“Disini aku selalu rindu memotret Tuhan” ungkapnya datar.
“Aku tak pernah menyembunyikan Tuhan dengan kamera ini. Esok aku
akan kembali, kembali untuk memotret Tuhan,” ujarannya seolah terusik oleh
ucapanku tadi.
Pada data 7 bentuk ekofeminisme spiritualis tampak pada kutipan-kutipan
perempuan setiap sore hari selalu memoter matahari terbenam dari sebuah bukit.
Matahari juga merupakan bagian dari alam. Perempuan tersebut meyakini dan
hasil potretnya di kameranya ia dapat melihat bagiamana rupa Tuhan yang sangat
dikaguminya tersebut.
Data 8
“Saya ingin menjadi pohon cendana, molas cendana,” kata Maria
menguatkan hatinya saat menghadapi situasi yang sangat kritis.
Pada data 8 bentuk ekofeminisme spiritualis terdapat pada kalimat pada
ingin menyamakan dirinya dengan pohon cendana yang tumbuh di tanah yang
kritis namun bisa menghasilkan minyak cendana yang baik. Ia meyakini bahwa
hidup menjadi pohon cendana jauh lebih baik jika dibandingkan dengan menjadi
dirinya yang menjalani kehidupan saat ini. Ia ingin meskipun kisah hidupnya tak
sebaik perempuan lain, namun hidup serta tindakannya dapat bermanfaat serta
membawa dampak yang positif bagi banyak orang yang hidup disekitarnya.
46
Data 9
Maria dan penduduk desa lain percaya, di sanalah asal-usul nenek
moyang mereka. Masih ada bekas mesbah leluhur mereka di gunung itu.
Pada data 9 bentuk ekofeminisme spiritualis terdapat pada kalimat-kalimat
Maria yang merupakan seorang perempuan dan penduduk desa lainnya meyakini
dan mempercayai bahwa gunung yang akan dijadikan daerah tambang tersebut
bukan sekedar gunung biasa. Mereka meyakini nenek moyang mereka berasal
serta masih terus hidup di gunung tersebut. Hasil alam yang diperoleh dari gunung
itu juga dipercayai bukan hanya dari Tuhan saja, tetapi juga atas restu para leluhur
atau nenek moyang. Oleh karena itu, Maria dan perempuan lain tetap berjuang
Data 10
Dengan sekali ayun, batang gamal mentah yang diayunkan ende’ Mia
mendarat di pantat Bolo. Tanpa sempat menoleh Bolo menjerit memegang
pantatnya sambil berlari berhamburan menjauhi pohon kopi. Ketika
berbalik dan melihat ibunya, wajah Bolo yang sebelumnya cemas berubah
tersenyum dan tertawa nakal. Tingkah Bolo itu membuat ende’ Mia ingin
tertawa, namun ia berpura-pura menunjukan wajah marah.
47
Pada data 10 bentuk ekofeminisme sosialis terdapat pada kalimat-kalimat
yaitu seorang perempuan (ibu) yang sangat marah kepada anak laki-lakinya yang
masih kecil. Kemarahan itu disebabkan oleh kenakalan anaknya yang hendak
merasa pohon kopi tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupannya. Terutama bagi
pahit setiap hari. Hal inilah yang membuatnya merah dan melarang anaknya agar
Data 11
“Timung Te’e adalah cerita tentang seorang wanita Manggarai di Pulau
Bunga yang cantik parasnya, cantik pula hatinya. Kata ‘timung’ artinya timun,
sedangkan te’e artinya matang. Perempuan cantik pada masa lampau selalu
diibaratkan sebagai timun yang matang.”
Pada data 11 bentuk ekofeminisme sosialis terdapat pada kutipan
percakapan dalam paragraph di atas. Buah mentimun merupakan hasil alam yang
dimakan. Salah satu khasiat yang diperoleh dari mengkonsumsi mentimun adalah
Ekofeminisme sosialis yang tampak pada kutipan di atas yaitu seorang perempuan
yang diumpakan bagai sebuah timun yang matang. Mentimun matang ini dapat
48
Data 12
Perempuan-perempuan desa itu bakal tidak bisa lagi menghasilkan
kain tenun yang berwarna cerah yang alamiah kalau gunung itu dipotonng
untuk tambang. Itu artinya, tenun desa itu, tenun di daerah itu bisa-bisa
punah. Nenek moyang sudah berpesan agar menggunakan pewarna yang
disediakan oleh alam, yang disediakan dengan berlimpah oleh gunung itu.
Pada data 12 bentuk ekofeminisme sosialis terdapat pada kalimat-kalimat
pada paragraf di atas. Ekofeminisme sosialis tampak pada kalimat di atas yaitu
berasal dari tanaman dari pegunungungan itu. Mereka sadar bahwa jika hutan itu
ditebang mereka tidak dapat melanjutkan pekerjaan mereka yakni menenun. Ini
merupakan sebuah ancaman bukan hanya saja bagi para perempuan di desa itu,
tetapi bagi seluruh masyarakat desa. Oleh karena itu, penyelamatan hutan dan
Data 13
Jangan pernah meninggalkan alam dan kembali ke alam itu pulalah
yang ia pernah pelajari saat masih duduk di bangku sekolah kejuruan. Nilai
itu pulalah yang selalu ditekankannya di sanggar tenunnya.
Pada data 13 bentuk ekofeminisme sosialis tampak pada kalimat-kalimat
yakni Maria sebagai seorang penenun memaknai setiap perkataan neneknya yang
juga merupakan seorang penenun, untuk tidak boleh meninggalkan alam dan
Data 14
Maria akhirnya tampil ke depan untuk menggerakan warga desa
menolak hutan mereka di potong untuk tambang. Ia mengumpulkan para
49
perempuan muda dan para ibu untuk menjelaskan arti penting gunung itu
bagi kehidupan desa mereka.
Pada data 14 bentuk ekofeminisme terdapat pada kalimat-kalimat dalam
karena memiliki makna Maria seorang perempuan yang berani tampil di deoan
terhadap laki-laki serta tidak merasa takut pula terhadap para investor.
Para perempuan lain yang berjuang bersama Maria pun menyadari bahwa
hutan di gunung yang akan dijadikan tambang tersebut memiliki arti penting bagi
kehidupan mereka. Oleh karena itu mereka bersama dengan Maria menolak
Data 15
“Kalau kita takut, kita akan hancur bersama gunung itu. Kita tidak bisa
minum air lagi karena sumbernya di gunung kita itu sudah ditutup. Kita tidak
bisa menenun lagi. Pilih mana?” tantang Maria. Perempuan-perempuan
yang hadir di situ bukannya tidak menyadari itu.
Pada data 15 bentuk ekofeminisme sosialis terdapat pada kutipan kalimat
50
Data 16
“Kita langsung ke tempat tambang mengadang alat-alat berat. Itu kita
punya tanah,” kata Maria.
Pada data 16 bentuk ekofeminisme sosialis terdapat pada kutipan kalimat
Data 17
Besoknya mereka naik truk ke empat tambang. Alat-alat berat sudah
datang ke gunung itu dan mulai mencabik sedikit demi sedikit kulit gunung.
Para perempuan itu langsung mengadang alat-alat berat yang sedang
bekerja. Maria berdiri paling depan.
Pada data 17 bentuk ekofeminisme sosialis terdapat pada kalimat-kalimat
sosial karena memiliki makna seorang perempuan yang berani berdiri dan maju
paling depan dan langsung mendatangi lokasi yang direncanakan akan menjadi
beroperasi, Maria dan perempuan lain makin menggebu-gebu untuk mengusir dan
Data 18
Namun dari hari ke hari ia bersama sejumlah kecil perempuan tidak
pernah berhenti menyadarkan masyarakat di kaki gunung itu betapa
pentingnya gunung itu bagi kehidupan mereka. Perjuangan paling berat
adalah mengalahkan rsa takut itu sendiri.
51
Pada data 18 bentuk ekofeminisme sosial terdapat pada kalimat-kalimat
kepada perempuan dan masyarakat desa itu dari hari ke hari serta dari waktu ke
waktu untuk menyadari bahwa hutan sangatlah penting dan mengajak mereka
Data 19
Dia juga harus tetap berjuang agar gunung di desa mereka tetap lebat
hutannya, tidak luka oleh pertambangan. Dia yakin situasi krritis itu akan
membuatnya makin kuat. Saya ingin menjadi pohon cendana, molas
cendana, batinnya. Pohon cendana selalu tumbuh di tanah kritis agar bisa
menhasilkan minyak cendana. Makin kritis tanah, makin berlimpah cendana
menghasilkan minyak.
Pada data 19 bentuk ekofeminisme sosialis terdapat pada kalimat-kalimat
dalam keadaan sangat rendah dalam hidupnya, ia tetap berjaung untuk menolak
tambang yang akan dibangun karena menyadari bahwa hutan memiliki peranan
cendana, yang meskipun tumbuh dan hidup di tanah yang kritis namun tetap
menghasilkan miinyak yang melimpah. Begitu pula Maria, yang walaupun dalam
Data 20
Dari pintu ke pintu, dari desa ke desa, mereka mencoba menawarkan
pesan bahwa mereka tidak akan dapat hidup tanpa semua unsur dari alam,
bahwa hutan menganugerahi pewarna alami untuk kain dan selendang
52
tenun mereka yang pesta warna. Perempuan penenun adalah pujangga yang
menulis kebudayaan dengan benang.
Pada data 20 bentuk ekofeminisme sosialis terdapat pada kalimat-kalimat
ekofeminisme sosialis karena memiliki makna perempuan yang tak pernah lelah
dan tak pernah berhenti mengajak setap orang dan seluruh masyarakat untuk terus
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
terdapat dalam buku Cerita dari Selat Gonsalu; Antologi Cerpen Sastrawan NTT,
maka hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat sembilan cerpen
lain: Flamboyan Untuk Ri, Kopi, Berita, dan Tombo Gerak Tanah. Keempat
alam.
antara lain: Nenek, Percakapan di Bukit Cinta, dan Molas Cendana. Ketiga
54
kaitan dengan degradasi lingkungan dengan keyakinan atau kepercayaan, dan
antara lain: Menara Kartu, Dongeng dari Pulau Bunga, dan Molas Cendana.
lainnya dalam beraktivitas serta bekerja sama melawan adanya budaya patriarki
yang berkembang.
5.2 Saran
1. Pembaca
kesastraan.
55
3. Siswa/Pelajar
wawasan.
56
DAFTAR PUSTAKA
57
Shiva, Vandana.1998.Bebas Dari Pembangunan: Perempuan, Ekologi, dan
Perjuangan Hidup di India.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
58
LAMPIRAN-LAMPIRAN
59
Cover Buku
60
Biografi Pengarang
pernah di publikasikan beberapa media seperti Riau Pos, Surat Kabar Sinar
Harapan, dan media cetak lainnya. Selain dimuat di media cetak dan media
online, beberapa karyanya yakni cerpen dan puisi juga dimuat dalam beberapa
buku antologi cerpen dan antologi puisi karya sastrawan NTT, dan salah
Lahir 26 Juni 1990. Biasa menulis puisi, esai, dan cerpen yang sudah
banyak kali dimuat di berbagai media cetak dan online seperti di Jurnal Fiksi
Basabasi, Pos Kupang, Suara NTB, Flores Pos, dan berbagai media lainnya.
Pernah juga beberapa kali menuliskan naskah teater dan salah satunya adalah
Penfui, Kupang. Selain itu, ia juga sering menulis cerpen dan puisi pada
61
4. Oan Wutun (Menara Kartu)
Kefamenanu, 8 September 1986. Selain menulis cerpen dan puisi, beliau juga
SKH Pos Kupang dan Victory News. Sekarang tinggal di Kefamenanu dan
Beliau juga pernah mengikuti lomba menulis dan membaca puisi dalam
rangka 100 tahun SVD sejagad yang dilaksanakan di Ended dan memperoleh
juara 1 (2000).
62
beliau melanjutkan studi pendidikan tinggi di Universitas Diponegoro,
diantaranya wartawan harian pagi Suara Karya, harian sore Suara Pembaruan,
beberapa media massa. Ia juga pernah menulis buku puisi dan beberapa buku
63
Biografi Penulis
disapa dengan Xaver. Lahir di Kisol, Manggarai Timur, NTT, pada 13 Maret
1996. Penulis lahir dan dibesarkan di Kisol hingga akhir masa Sekolah Dasar dan
awal Sekolah Menengah Pertama, yakni di bangku kelas VII SMP Seminari Pius
Ndao Ende kelas VIII pada tahun 2009 hingga lulus pada tahun 2011. Sekolah
Menengah Atas pun dienyam di SMAK Frateran Ndao Ende dan lulus SMA pada
tahun 2014.
Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan, program studi Bahasa dan Sastra
Indonesia, Universitas Flores-Ende pada tahun 2015 hingga saat ini. Penulis
memilih pogram studi ini karena dilatarbelakangi oleh jurusan yang ditempuh
64