Anda di halaman 1dari 24

Sintaksis Bahasa Indonesia

CRITICAL JOURNAL REVIEW (CJR)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Sintaksis

Nama : Faona’atulo Harefa

Nim : 212124031

Kelas :A

Semester : III

Mata Kuliah : Sintaksis Bahasa Indonesia

DOSEN PENGAMPU

Viktorisman Zega, M.Pd

YAYASAN PERGURUAN TINGGI NIAS

UNIVERSITAS NIAS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah yang Maha Esa. Dimana atas berkat dan
rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sintaksis Bahada Indonesia
yaitu Critical Journal Review. Dan saya juga berterima kasih kepada Bapak dosen yang telah
memberikan tugas ini kepada saya.

Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu saya
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata saya ucapkan terimakasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Gunungsitoli, 21-Januari-2023

Faona’atulo Harefa
JURNAL

IDENTITAS JURNAL I

Judul Jurnal : PENGARUH UNSUR SINTAKSIS BAHASA INGGRIS TERHADAP


PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA IMIGRAN AFGANISTAN

Penulis : Murnism, Muhammad Darwis, Asriani Abbas

Volume : 10

Nomor :1

Nama Jurnal : Jurnal Ilmu Budaya

Tahun Terbit : 2022

E-Issn : 2621-5101

Halaman : 175-183

IDENTITAS JURNAL II

Judul Jurnal : KESALAHAN BERBAHASA BIDANG SINTAKSIS PADA KARYA


ILMIAH (SKRIPSI) MAHASISWA UNIVERSITAS PEKALONGAN

Penulis : Afrinar Pramitasari

Volume :2

Nomor :1

Nama Jurnal : Bahasa, Sastra, dan Pengajaran

Tahun Terbit : 2020

E-Issn : 2722-1911

Halaman : 12-18
BAB I

PEMBAHASAN

RINGKASAN JURNAL I

A. Pendahuluan

Bahasa merupakan sesuatu hal yang penting dalam kehidupan manusia karena
merupakan alat komunikasi yang digunakan. Bahasa yang didapatkan sejak lahir adalah
bahasa pertama atau bahasa ibu. Masyarakat Indonesia atau masyarakat yang menetap
sementara di Indonesia pada umumnya adalah masyarakat bilingual dan multilingual yang
menguasai dua atau lebih bahasa, yaitu bahasa bahasa daerah (B1) bahasa Indonesia (B2),
dan bahasa asing (B3).

Menurut Ellis (dalam Evo, 2019), untuk waktu yang lama, para ahli pengajaran
bahasa kedua (B2) menyakini bahwa penguasaan siswa terhadap bahasa pertama (B1) atau
bahasa yang dipelajari sebelumnya, berpengaruh pada penguasaan bahasa kedua (B2) atau
bahasa ke tiga (B3) mereka.

Pengaruh antarbahasa terjadi ketika bahasa pertama (B1) lebih dominan digunakan
oleh dwibahasawan atau multibahasawan. Bahasa pertama (B1), bahasa kedua (B2) atau
bahasa ketiga (B3) penutur tidak sepadan atau seimbang. Masyarakat bilingual atau
multilingual memakai pola bahasa pertama (B1) ke dalam struktur bahasa kedua (B2),
menggunakan pola bahasa ke dua (B2) ke dalam struktur bahasa ke tiga (B3) atau sebaliknya.
Hal tersebut mengakibatkan terjadinya pergantian pola bahasa dari bahasa pertama (B1)
terhadap bahasa kedua (B2), atau bahasa ke dua (B2) terhadap bahasa ke tiga (B3) yang
diiujarkan.

B. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini menurut , Sebagai unit ujaran, sintaksis membahas kata-kata
dalam hubungannya dengan kata lain atau komponen lain. Hal ini sejalan dengan asal usul
sintaksis dalam bahasa Yunani yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata “tattein” berarti
menggabungkan kosa kata ke dalam kelompok kata atau kalimat (Chaer, 1994: 201). Manaf
(2009:3) berpendapat bahwa sintaksis merupakan disiplin ilmu linguistik yang berkaitan
dengan struktur pembentuk kalimat. Struktur pembentuk kalimat yang dimaksud ialah frasa,
klausa, dan kalimat, selanjutnya Verhaar (dalam Muis, 2005: 63) sintaksis adalah bidang
linguistik yang berhubungan dengan bagaimana kosa kata disusun menjadi sebuah kalimat
yang utuh.

Weinrech mengemukakan bahwa bilingualisme adalah penguasan dua bahasa atau


dialek secara bergantian, sedangkan orang yang menggunakan atau menguasai dua bahasa
disebut sebagai bilingual. Seseorang yang menguasai lebih dari satu bahasa akan mengalami
penyimpangan bahasa ketika berbicara, atau biasa disebut sebagai interferensi bahasa.
Misalnya Penggunaan dua bahasa, ialah bahasa pertama atau bahasa ibu menginterferensi
bahasa bahasa kedua atau bahasa Indonesia.

Bahasa yang dominan digunakan oleh imigran Afganistan yang tinggal di kota
Makassar ialah bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. bahasa Inggris digunakan ketika
berkomunikasi dengan imigran lain (yang berasal dari Negara lain) dan juga digunakan ketika
berkomunikasi dengan masyarakat Makassar yang mengerti bahasa Inggris, sedangkan
bahasa Indonesia diujarkan ketika berkomunikasi dengan masyarakat Makassar yang kurang
memahami bahasa Inggris

C. Metode Penelitian

Pada metode penelitian akan diurai secara spesifik mengenai jenis-jenis penelitian,
sumber data, populasi, sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik
penyajian. Jenis penelitian dalam proposal tesis adalah penelitian kualitatif, yaitu peneliti
yang berusaha memperoleh data-data akurat tentang struktur frasa dan kalimat bahasa
Indonesia masyarakat imigran Afganistan dan menganalisis interferensi sintaksis bahasa
Indonesia masyarakat Imigran yang menetap di BTN Asal-Mula kota Makassar.

Wilayah atau lokasi penelitian ini berada di BTN Asal-Mula Kota Makassar, tepatnya
di asrama Rere. Responden penelitian ini adalah tiga orang masyarakat imigran yang tinggal
di BTN Asal-Mula kota Makassar dengan kareteria: (1) Tinggal di Indonesia minimal lima
tahun; (2) Berjenis kelamin laki-laki; (3) Berusia 25-40 tahun; (4) Berbadan sehat; dan (5)
Mengenyam pendidikan minimal SMA sederajat. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh tuturan bahasa Indonesia masyarakat imigran Afganistan yang terinterferensi. Sampel
penelitian ini ialah data yang berkaitan dengan pola-pola kalimat bahasa Indonesia
masyarakat imigran Afganistan, yaitu frasa,klausa, dan kalimat.

Agar mencapai tujuan yang diinginkan pada penelitian ini maka diperlukan suatu
metode atau cara yang bersifat ilmiah. Sehubungan dengan hal ini, cara mengumpulkan data
dalam peneliti ini, yaitu menggunakan penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

D. Hasil penelitian

Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia yang menguasai bahasa


Indonesia sebagai bahasa kedua harus sama kemampuan penguasaannya dengan bahasa
daerah sebagai bahasa pertama menurut pendapat bloomfield, sedangkan jika dilihat dari
pendapat Macnamara dan Haugen bisa disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia yang
menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua tidak harus sama kemampuan
penguasaannya ketika berbahasa daerah sebagai bahasa pertama.

RINGKASAN JURNAL II

A. Pendahuluan

Kegiatan menulis karya ilmiah merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam
proses belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Sebagian besar mata kuliah yang ditempuh
oleh mahasiswa pada tiap-tiap semester, mengharuskan mahasiswa menulis makalah atau
tulisan ilmiah lainnya yang bermuara pada penulisan skripsi sebagai tugas akhir. Menulis
merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif sehingga penulis harus mempunyai
kemampuan dalam menggunakan kosakata, tata tulis, dan struktur bahasa. Menurut pendapat
Abbas (2006:125) keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan,
pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan
gagasan harus didukung dengan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata, gramatikal dan
penggunaan ejaan.
B. Tujuan Penelitian

Setiap mahasiswa di perguruan tinggi diharapkan mempunyai keterampilan menulis


ilmiah karena di akhir perkuliahan diwajibkan menyusun tugas akhir berupa karya ilmiah
berbentuk skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana. Sebagai akademisi,
mahasiswa diianggap berkontribusi terhadap keilmuan ketika menulis skripsi. Skripsi harus
memiliki tingkat orisinalitas atau temuan baru sehingga dapat memperkaya keilmuan.

Oleh karena itu, keterampilan menulis ilmiah merupakan hal yang harus dikuasai oleh
mahasiswa semua jurusan atau program studi. Namun, pada kenyataannya, masih banyak
ditemukan kesalahan bahasa dalam dalam skripsi mahasiswa Universitas Pekalongan,
misalnya kesalahan dalam penerapan ejaan, tanda baca, pilihan kata (diksi), penyusunan
kalimat, dan kepaduan paragraf. Berdasarkan jenis-jenis kesalahan tersebut, Pateda (1989)
menjelaskan bahwa analisis kesalahan berbahasa dibagi ke dalam daerah-daerah
kesalahannya. Menurut pateda (1989) daerah kesalahan berbahasa dibagi menjadi empat,
antara lain daerah kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis, dan daerah kesalahan semantis.
Meskipun daerah kesalahan tersebut sudah diklasifikasikan, tetapi antara daerah kesalahan
bahasa satu dengan yang lain saling berhubungan.

C. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Sugiyono (2016:22) penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata sehingga
tidak menekankan pada angka. Data penelitian ini berupa kalimat dalam skripsi mahasiswa
Universitas Pekalongan tahun akademik 2017/2018 yang diduga terdapat kesalahaan
konstruksi sintaksis. Data diambil secara acak dari sepuluh program studi yaitu, program
studi PMTK, PBSI, Manajemen, Akuntansi, Ilmu Hukum, Kesehatan Masyarakat,
Keperawatan, Farmasi, Agroteknologi, dan Budidaya Perairan. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah teknik baca dan catat. Metode analisis data menggunakan metode
padan dengan teknik pilah.

Prosedur penelitian terdiri atas empat tahap pelaksanaan yaitu 1) tahap persiapan, 2)
pengumpulan data, 3) analisis data, 4) tahap pengolahan dan penyajian hasil analisis data.
Pada tahap persiapan, dilakukan pengumpulan data skripsi mahasiswa Universitas
Pekalongan yang diambil secara acak dari sepuluh program studi. Pada tahap pengumpulan
data, semua kalimat yang diduga mengandung kesalahan konstruksi sintaksis dicatat dalam
kartu data. Kemudian kartu data tersebut dikategorikan menurut bentuk kesalahan sintaksis.
Data yang sudah terkumpul diidentifikasi dan diklasifikasi. Data yang sudah diklasifikasikan
kemudian dianalisis. Tahap terakhir adalah tahap penyajian hasil analisis. Tahap ini
dilakukan dengan mendeskripsikan temuan-temuan yang didapatkan dalam penelitian.

D. Hasil penelitian

Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan dua bentuk kesalahan konstruksi sintaksis
pada skripsi mahasiswa Universitas Pekalongan yaitu kesalahan tataran frasa dan kalimat.
Kesalahan konstruksi frasa yang ditemukan terjadi karena makna redundan pada frasa.
Berikut dipaparkan hasil analisis.
BAB II

PENILAIAN JURNAL

KELEBIHAN JURNAL

Jurnal I

Kelebihan pada jurnal pertama diatas adalah dari jurnal ini memaparkan secara
menarik penjelasan materi dan mudah untuk dipahami, sehingga mudah diterima dengan
bahasa yang mudah dan langusung menuju point yang ingin dijelaskan. Dalam jurnal ini juga
menjelaskan tentang bagaimana masyarakat yang mempunyai keyakinan mereka sendiri
dengan memercayai kebudayaan mereka menyembah patung dan lebih yakin pada mimpi
mereka. Penjelasannya materi didalammnya sangat lengkap, karena diuraikan secara
terperinci dan mudah untuk dipahami oleh para pembaca.

Jurnal II

Dimana kelebihan pada jurnal kedua ini memaparkan materi secara terperinci dan
pemaparan materi didalamnya cukup jelas dan mudah dipahami setiap yang membacanya,
sehingga materinya langsung pada point yang akan dibahas. Dalam jurnal ini membahas
tentang bagaimana seorang mahasiswa itu dapat mengetahui yang dimaksud dengan menulis
karya ilmia, keterampilan menulis merupakan kemampuan mengungkapkan gagasan,
pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan
gagasan harus didukung dengan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata, gramatikal dan
penggunaan ejaan.

KELEMAHAN JURNAL

Jurnal I

Namun pada jurnal ini juga memiliki kelemahan yang dimana tidak menguraikan
materi secara terurut dan penyusunan materinya susah untuk dipahami dan disimak secara
rinci, sehingga para pembaca sulit untuk mamahami dan menguraikan setiap kalimatnya.

Jurnal II

Sedangkan kelemahan pada pada jurnal kedua ini dimana pada materi yang
dipaparkan terlalu panjang sehingga setiap yang membaca terlihat bingung dan sulit untuk
dipahami setiap konsep pemaparan materi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah kita terlepas dari kelebihan dan kelemahan, jurnal diatas juga mengkaji
tentang suatu pengamatan. Kemudian dibuat beberapa rumusan masalah dan dikaji dengan
menggunakan pendekatan intrinsik dengan menggunakan teori latar, dimana bagaimana kita
bisa mengetahui Bahasa itu, adalah sesuatu hal yang penting dalam kehidupan manusia
karena merupakan alat komunikasi yang digunakan. Bahasa yang didapatkan sejak lahir
adalah bahasa pertama atau bahasa ibu. Masyarakat Indonesia atau masyarakat yang menetap
sementara di Indonesia pada umumnya adalah masyarakat bilingual dan multilingual yang
menguasai dua atau lebih bahasa, yaitu bahasa bahasa daerah (B1) bahasa Indonesia (B2),
dan bahasa asing (B3). Dan bagaimana juga kita mengetahui atau mengkaji cara menulis
suatu karya ilmiah.

B. Saran

Dalam kesempatan ini juga penulis menyampaikan saran yang sekiranya dapat
memberikan manfaat dan yang bisa kita dipahami oleh para pembaca. Karena sintaksis
bahada indonesia ini sangant penting untuk kita lakukan dalam kehidupan kita, jadi kita perlu
memahami bahwa sintaksis bahasa indonedia ini kita bisa mendapatkan kemampuan
pengetahuan didalam menambah ilmu pengetahuan pada apa yang telah kita lihat dan terima.
175 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 10, Nomor 1, Tahun 2022 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

PENGARUH UNSUR SINTAKSIS BAHASA INGGRIS TERHADAP


PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA IMIGRAN AFGANISTAN
Murnisma1, Muhammad Darwis2, Asriani Abbas3
Universitas Hasanuddin
murnisma.m@gmail.com1, hmdarwis@unhas.ac.id2, asriani.abbas@unhas.ac.id3

Abstract
Language is important in human life because it is a communication tool. The language acquired
from birth is the first language or mother tongue. Indonesian people, in general, are bilingual and
multilingual who knows two or more languages. One of the multilingual communities is Afghan
immigrants who live in BTN Asal Mula, Makassar city. They know to speak Persian (B1), English
(B2), and Indonesian (B3 ). This writing will examine the influence of English syntactic elements
on the use of the Indonesian language by Afghan immigrants. This research is qualitative, that is
researchers who are trying to obtain accurate data about the Indonesian structure of phrases and
sentences of Afghan immigrants and analyzing the elements of Indonesian syntax of Afghan
immigrants that stay in BTN Asal Mula, Makassar city. The data collection in this research is
library research and field research. The results of this research indicate that the Indonesian syntax
of Afghan immigrants is influenced by English syntax, both at the phrase and sentence level. The
finding of this research is English has the same sentence patterns as Indonesian, id est Subject +
Predicate + Object. Indonesian sentence structure of Afghan immigrants always uses a copula
verb between the subject and the complement, while the Indonesian sentence structure of
Afghanistan Immigrants is patterned M (Menerangkan/explaining) – D (Diterangkan/explained)
following the English phrases pattern.
Keywords: Syntax, Indonesian, Afghan Immigrants

PENDAHULUAN Ellis (dalam Evo, 2019), untuk waktu yang


lama, para ahli pengajaran bahasa kedua
Bahasa merupakan sesuatu hal yang (B2) menyakini bahwa penguasaan siswa
penting dalam kehidupan manusia karena terhadap bahasa pertama (B1) atau bahasa
merupakan alat komunikasi yang digunakan. yang dipelajari sebelumnya, berpengaruh
Bahasa yang didapatkan sejak lahir adalah pada penguasaan bahasa kedua (B2) atau
bahasa pertama atau bahasa ibu. Masyarakat bahasa ke tiga (B3) mereka. Pendapat Ellis
Indonesia atau masyarakat yang menetap juga diperkuat oleh Nababan (1984), yang
sementara di Indonesia pada umumnya meyatahkan bahwa kesalahan yang terjadi
adalah masyarakat bilingual dan multilingual karena cenderung menggunakan ujaran
yang menguasai dua atau lebih bahasa, yaitu bahasa pertama (B1) ke bahasa ke dua (B2).
bahasa bahasa daerah (B1) bahasa Indonesia Chaer dan Agustin (1995) juga menyatakan
(B2), dan bahasa asing (B3). bahwa pengaruh antarbahasa adalah
Masyarakat bilingual atau kesalahan penggunaan unsur bahasa ke
multilingual akan sangat berpeluang bahasa yang lain.
mengalami pengaruh antarbahasa. Menurut
176 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 10, Nomor 1, Tahun 2022 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

Pengaruh antarbahasa terjadi ketika Kasus dua bahasa yang digunakan


bahasa pertama (B1) lebih dominan secara bergantian oleh imigran Afganistan
digunakan oleh dwibahasawan atau akan pengaruh unsur sintaksis bahasa
multibahasawan. Bahasa pertama (B1), keduanya, namun dalam tulisan ini hanya
bahasa kedua (B2) atau bahasa ketiga (B3) akan membahas pengaruh unsur sintaksis
penutur tidak sepadan atau seimbang. Inggris terhadap penggunaan bahasa
Masyarakat bilingual atau multilingual Indonesia.
memakai pola bahasa pertama (B1) ke dalam
struktur bahasa kedua (B2), menggunakan LANDASAN TEORI
pola bahasa ke dua (B2) ke dalam struktur A. Bilingual dan Multilingual
bahasa ke tiga (B3) atau sebaliknya. Hal
tersebut mengakibatkan terjadinya Bilingual adalah seseorang yang fasih
pergantian pola bahasa dari bahasa pertama pada dua bahasa sekaligus, seperti yang
(B1) terhadap bahasa kedua (B2), atau bahasa diutarakan oleh Weinreich (1953)
ke dua (B2) terhadap bahasa ke tiga (B3)
yang diiujarkan. Bentuk pertukaran pola “The practice of alternately using two
tersebut dapat berupa kesalahan atau errors. languages will be called bilingualism, and the
Peristiwa kesalahan berbahasa yang person involved, bilingual. those instances of
dipengaruhi oleh bahasa lain telah dialami deviation from the norms of either language
oleh imigran Afganistan yang menetap di which occur in the speech of bilinguals as a
kota Makassar. Mereka tinggal sementara di result of their familiarity with more that one
kota Makassar. Menurut data kantor Imigrasi language, i.e. as a result of language contact,
Provinsi Sulawesi Selatan, jumlah imigran will be referred to as interference
ilegal di Sulawesi Selatan hingga Februari phenomena”
2017 tercatat 1.986 orang. Para imigran
tersebut mayoritas dari Afganistan sebanyak Weinrech mengemukakan bahwa
1.274 orang, disusul Myanmar sebanyak 217 bilingualisme adalah penguasan dua bahasa
orang, Somalia sebanyak 170 orang, Iran atau dialek secara bergantian, sedangkan
sebanyak 81 orang, dan Sudan sebanyak 76 orang yang menggunakan atau menguasai
orang. Mereka tersebar di beberapa kota dua bahasa disebut sebagai bilingual.
besar di Sulawesi Selatan, salah satunya kota Seseorang yang menguasai lebih dari satu
Makassar. Dari data di atas memperlihatkan bahasa akan mengalami penyimpangan
bahwa imigran terbanyak berasal dari bahasa ketika berbicara, atau biasa disebut
Afganistan. sebagai interferensi bahasa. Misalnya
Bahasa yang dominan digunakan oleh Penggunaan dua bahasa, ialah bahasa
imigran Afganistan yang tinggal di kota pertama atau bahasa ibu menginterferensi
Makassar ialah bahasa Inggris dan bahasa bahasa bahasa kedua atau bahasa Indonesia.
Indonesia. bahasa Inggris digunakan ketika Bilingualisme menurut Nababan
berkomunikasi dengan imigran lain (yang (dalam Izzak, 2009) kecenderungan untuk
berasal dari Negara lain) dan juga digunakan memakai lebih dari satu bahasa dalam suatu
ketika berkomunikasi dengan masyarakat komunitas kebahasaan (speech community),
Makassar yang mengerti bahasa Inggris, sedangkan bilingualitas adalah kapasitas atau
sedangkan bahasa Indonesia diujarkan ketika keterampilan individu dalma memahami dua
berkomunikasi dengan masyarakat Makassar bahasa atau dialek.
yang kurang memahami bahasa Inggris.
177 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 10, Nomor 1, Tahun 2022 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

Bisa disimpulkan bahwa Menurut Weinreich (1953:1) dalam


bilingualisme terjadi pada tatanan sosial yang Aslinda, Leni (2007: 23), “kedwibahasaan
bilingual atau bahkan multilingual yaitu adalah the practice of alternately using two
masyarakat yang menguasai lebih dari satu language (kebiasaan menggunakan dua
bahasa dalam berkomunikasi antara sesama bahasa atau lebih secara bergantian)”,
kelompok masyarakat. Masyarakat tersebut pendapat tersebut juga diperkuat oleh
dapat menggunakan dua atau lebih bahasa Mackey (dalam Rusyana, dalam Aslinda,
yang berbeda. Leni (2007:24), “kedwibahasaan adalah the
Bloomfield (dalam Izzak, 2009: 19) alternative use of two of more language by
berpendapat bahwa bilingualism adalah the same individual (kebiasaan menggunakan
peristiwa dua bahasa yang mendominasi dan dua bahasa atau lebih oleh seseorang”.
memiliki kedudukan yang sama seperti Seseorang yang multibahasa
penutur asli, namun pendapat tersebut memiliki atau fasih memakai banyak bahasa
dibantah pandangan lain yang berpendapat dalam kegiatan sehari-hari mereka.
bahwa tingkat dominasi bahasa selanjutnya Masyarakat atau seseorang seperti itu
tidak harus sama dengan bahasa utama. terbentuk karena kelompok enis yang
Pendapat Macnamara (dalam Izzak, 2009: berbedah memberi kontribusi pada
20). dipertegas oleh Haugen (1972: 50) pembentukan komunitas tertentu. Hal
mengatakan bahwa bilingualism hanyalah tersebut akan mendorong terbentuknya
pengenalan terhadap bahasa kedua. masyarakat atau kelompok majemuk dari
Jadi dapat disimpulkan bahwa sudut pandang etnis (Paina Partana,
masyarakat Indonesia yang menguasai 2002:76). Dapat disimpulkan bahwa
bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua harus masyarakat multilingual dibentuk atau
sama kemampuan penguasaannya dengan dipengaruhi oleh masyarakat atau etnis-etnis
bahasa daerah sebagai bahasa pertama yang ada di sekitarnya. Pembentukan bahasa
menurut pendapat bloomfield, sedangkan dipengaruhi oleh empat pola, yaitu migrasi,
jika dilihat dari pendapat Macnamara dan penjajahan federasi dan keanekabahasaan di
Haugen bisa disimpulkan bahwa masyarakat wilayah perbatasa
Indonesia yang menguasai bahasa Indonesia B. Jenis Bahasa dan Tahap Pemerolehan
sebagai bahasa kedua tidak harus sama Bahasa dibagi menjadi beberapa
kemampuan penguasaannya ketika berbahasa kategori: bahasa ibu (bahasa pertama),
daerah sebagai bahasa pertama. bahasa kedua, ketiga dan seterusnya. Sistem
Bilingualisme (dwibahasa) terkadang linguistik yang sama terlibat dalam
dipandang setara dengan multilingualisme pengembangan bahasa ibu atau bahasa
(multibahasa), padahal kedua istilah tersebut pertama, maksudnya ialah bahasa bahasa ibu
memiliki makna yang berbeda. Menurut pertama kali dipelajari secara alami oleh
Alexandra (2003: 1), Multilingualisme seorang anak dari ibu atau keluarga, tanpa
adalah istilah yang digunakan untuk adanya pendidikan formal (Chaer, 2014: 81).
menggambarkan seseorang yang fasih Contoh bahasa ibu terdiri atas bahasa
menggunakan lebih dari dua bahasa, selain Bugis, Makassar, Sunda, dan sebagainya,
itu Carson (dalam Musyahda, 2020: 1) selain itu bahasa Indonesia juga dapat
berpendapat bahwa konsep multibahasa atau menjadi bahasa ibu, ketika orang tua anak
multilingual mengacu pada tindakan tersebut menggunakan bahasa Indonesia
seseorang atau masyarakat menggunakan ketika berkomunikasi dengan anak- anaknya
lebih dari dua bahasa. dan kedua orang tua anak tersebut
178 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 10, Nomor 1, Tahun 2022 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

menggunakan bahasa daerah (misal bahasa dapat terjadi pada perubahan bunyi, struktur
Bugis) ketika saling berkomunikasi. Artinya kalimat, penggunaan kosa kata, dan
anak tersebut memiliki bahasa pertama (B1) kesalahan tata bahasa disebabkan oleh sistem
yaitu bahasa Indonesia, orang tuanya atau aspek bahasa pertama terhadap bahasa
memiliki bahasa Bugis sebagai bahasa kedua yang diajarkan oleh pembelajar bahasa
Pertama.(B1), bahasa kedua (B2) orang tua kedua.
anak tersebut adalah bahasa Indonesia.Chaer Menurut Chayo,Aditya, dkk 2015: 9)
(2014: 81) juga memberikan perumpamaan pengaruh antarbahasa terbagi atas beberapa
mengenai bahasa pertama (B1) faktor, yaitu internal dan eksternal. Pengaruh
internal misalnya bahasa Indonesia
“Umpamanya, bahasa ibu penduduk asli memengaruhi bahasa Jawa. Sedangkan
penduduk di lereng gunung Merapi adalah pengaruh eksternal misalnya bahasa Inggris
bahasa Jawa dan bahasa ibu penduduk asli di memengaruhi dengan bahasa Indonesia.
tepi Danau Batur adalah bahasa Bali. Bahasa Menurut Jendra (1991: 108)
ibu tidak mengacu pada bahasa yang dikuasai “Pengaruh antarbahasa terdiri atas beberapa
dan digunakan oleh seorang ibu, melainkan aspek linguistik ,antara lain (1) pengaruh
mengacu pada bahasa yang dipelajari seorang antarbahasa pada tataran sistim tata bunyi
anak dalam keluarga yang mengasuhnya” (fonologi); (2) pengaruh antarbahasa pada
tataran bentuk kata (morfologi), (3) pengaruh
Ketika seorang anak belajar bahasa antarbahasa pada tataran kalimat (sintaksis),
baru, selain bahasa ibu (B1) maka itu disebut (4) pengaruh antarbahasa pada tataran
bahasa kedua (B2), atau bahasa ke tiga (B3), kosakata (Leksikon) dan (5) pengaruh
begitu seterusnya. Menurut Chaer, dkk antarbahasa pada tataran makna
(2014: 82) bagi bangsa Indonesia, bahasa (Semantik)”.
asing adalah bahasa yang bukan milik bangsa D. Sintaksis Bahasa Indonesia
Indonesia, contoh bahasa asing ialah bahasa Sebagai unit ujaran, sintaksis
Arab, Inggis, Jepang, dan lain-lain. membahas kata-kata dalam hubungannya
C. Pengaruh Antarbahasa dengan kata lain atau komponen lain. Hal ini
Pengaruh antarbahasa terjadi terjadi sejalan dengan asal usul sintaksis dalam
ketika adanya pengaruh bahasa pertama (B1) bahasa Yunani yaitu sun yang berarti
ke bahasa ke dua (B2), pengaruh bahasa ke “dengan” dan kata “tattein” berarti
dua (B2) ke bahasa ke tiga (3), atau menggabungkan kosa kata ke dalam
sebaliknya. Pengaruh antarbahasa terjadi kelompok kata atau kalimat (Chaer, 1994:
pada seseorang yang fasih mengujarkan lebih 201). Manaf (2009:3) berpendapat bahwa
dari dua. Hal tersebut biasa disebut sintaksis merupakan disiplin ilmu linguistik
masyarakat bilingual dan multilingual. yang berkaitan dengan struktur pembentuk
Proses saling mempengaruhi antarbahasa kalimat. Struktur pembentuk kalimat yang
tidak bisa dihindari. dimaksud ialah frasa, klausa, dan kalimat,
Pendapat di atas diperkuat oleh selanjutnya Verhaar (dalam Muis, 2005: 63)
pendapat Noam Chomsky (dalam Bahrani, sintaksis adalah bidang linguistik yang
2016: 8) mendefinisikan pengaruh berhubungan dengan bagaimana kosa kata
antarbahasa terjadi sebagai akibat dari disusun menjadi sebuah kalimat yang utuh.
penutur terhadap sistem pembelajaran bahasa Ketiga pendapat toko di atas, dapat
pertama berdampak buruk pada kebiasaan disimpulkan bahwa sintaksis adalah bidang
menggunakan bahasa kedua. Kesalahan besar ilmu atau disiplin ilmu linguistik yang
179 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 10, Nomor 1, Tahun 2022 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

membahas menngenai proses pembentukan bersifat ilmiah. Sehubungan dengan hal ini,
kalimat, seperti membentukan frasa, klausa, cara mengumpulkan data dalam peneliti ini,
dan kalimat. di dalam teori sintaksis kata yaitu menggunakan penelitian pustaka dan
merupakan unsur terkecil dalam suatu penelitian lapangan.
kalimat, sedangkan kalimat merupakan unsur Penelitian Pustaka: peneliti
terbesar. Hal tersebut sejalan dengan mendapatkan informasi dari literasi yang
pendapat Stryker (1983: 55) bahwa sintaksis terkoneksi di perpustakaan, sehingga
adalah studi tentang pola-pola kombinasi mendapatkan data-data atau informasi yang
kata untuk membentuk kalimat. menunjang penelitian ini, data-data yang
dimaksud adalah semua yang berkaitan
METODE PENELITIAN dengan pengaruh sintaksis bahasa Inggis
imigran Afganistan. Penelitian Lapangan:
Pada metode penelitian akan diurai peneliti mendapatkan data-data yang akuran
secara spesifik mengenai jenis-jenis dari informan, dan memperoleh gambaran
penelitian, sumber data, populasi, sampel, yang jelas tentang adanya pengaruh sintaksis
teknik pengumpulan data, teknik analisis bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia
data, dan teknik penyajian. Jenis penelitian masyarakat imigran di BTN Asal-Mula kota
dalam proposal tesis adalah penelitian Makassar. Hal ini menuntut peneliti untuk
kualitatif, yaitu peneliti yang berusaha berada di lokasi penelitian agar dapat melihat
memperoleh data-data akurat tentang struktur adanya pola kalimat bahasa Indonesia yang
frasa dan kalimat bahasa Indonesia diujarkan masyarakat imigran tersebut
masyarakat imigran Afganistan dan sehingga memperoleh data primer. Metode
menganalisis interferensi sintaksis bahasa yang digunakan dalam memperoleh
Indonesia masyarakat Imigran yang menetap informasi yaitu menggunakan metode simak,
di BTN Asal-Mula kota Makassar. metode cakap, metode rekam, dan metode
Wilayah atau lokasi penelitian ini catat
berada di BTN Asal-Mula Kota Makassar, Analisis data dilakukan secara
tepatnya di asrama Rere. Responden deskriptif kualitatif, yaitu mengambil data-
penelitian ini adalah tiga orang masyarakat data yang akan diteliti dan
imigran yang tinggal di BTN Asal-Mula kota mendeskripsikannya sesuai dengan
Makassar dengan kareteria: (1) Tinggal di gambaran atau realita yang terjadi di
Indonesia minimal lima tahun; (2) Berjenis lapangan, data-data yang dimaksud ialah
kelamin laki-laki; (3) Berusia 25-40 tahun; bentuk sintaksis bahasa Indonesia
(4) Berbadan sehat; dan (5) Mengenyam masyarakat imigran dan analisis pengaruh
pendidikan minimal SMA sederajat. Populasi sintaksis bahasa Indonesia masyarakat
dalam penelitian ini adalah seluruh tuturan imigran Afganistan di BTN Asal-Mula kota
bahasa Indonesia masyarakat imigran Makassar. Tahapan-tahapan dalam
Afganistan yang terinterferensi. Sampel menelitian ini sebagai berikut: (1) Observasi;
penelitian ini ialah data yang berkaitan (2) Identifikasi Data; (3) Klasifikasi Data;
dengan pola-pola kalimat bahasa Indonesia dan (4) Analisis Data
masyarakat imigran Afganistan, yaitu
frasa,klausa, dan kalimat.
Agar mencapai tujuan yang
diinginkan pada penelitian ini maka
diperlukan suatu metode atau cara yang
180 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 10, Nomor 1, Tahun 2022 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

PEMBAHASAN (2) ”Losari beach”, (3) “can not”, (4) “hot


A. Pola Frasa Bahasa Indonesia Imigran bread”, (5) “busniss account” dan (6) “big
Afganistan city”.
B. Pola Kalimat Bahasa Indonesia
Frasa dalam bahasa Indonesia ialah Imigran Afganistan
unit linguistik yang terdiri atas dua kata atau a. Menggunakan “verba kopula” dan
lebih. Frasa memiliki inti dan kata lain yang kata “ada” diantara subjek, dan
pendampingnya. Posisi kata pendamping ini pelengkap.
tetap, sehingga tidak dapat ditempatkan
secara acak atau bebas. Contoh “ anak Data 1: Itu Whatsapp adalah busnis
pintar”. Kata “anak pintar” tidak dapat akun (dipengaruhi oleh bIng)
berpindah posisi menjadi “pintar anak”. S:Fn P:verbkop Pel:Fn
Namun frasa bahasa Indonesia “Whatsapp itu akun bisnis”
imigran Afganistan dipengaruhi ileh unsusr (bahasa Indonesia)
pembentukan frasa bahasa Inggris. Bisa S: Fn P:Fn
dilihat pada data di bawah ini : Data (1) berbentuk kalimat karena
1. Saja kirim lokasi kamu memiliki fungsi subjek predikat, pelengkap
2. Saya datang di losari pantai dan berpola S+P+Pel namun data di atas telah
3. Suara kamu bisa tidak dengar dipenagruhi oleh unsur kalimat bahasa
4. saya bisa tidak bikin roti Inggris karena menggunakan kata “adalah”
5. kamu mau beli panas roti yang merupakan verba kopula sebagai
6. Itu adalah busnis akun penghubung diantara subjek dan pelengkap,
7. Makassar adalah besar kota verba kopula tidak diperlukan dalam bahasa
Kalimat-kalimat (1-6) di atas telah Indonesia jika kalimat tersebut bukan kalimat
dipenagruhi oleh frasa bahasa Inggris. Bisa definisi. Kalimat di atas jika ditransfer ke
dilihat, Pola frasa kalimat di atas mengikuti dalam bahasa Inggris menjadi:
pola pembentukan frasa bahasa Inggris, yaitu
menerangkan diterangkan (MD). Contoh “The WhatsApp is a business account”
pada kalimat: S to be V:Fn

(1) “saja kirim” seharusnya menjadi To be “is” dalam bahasa Inggris


“kirim saja”, bermakna “adalah”, “ada” dan terkadang
(2) “……….. losari Pantai” seharusnya tidak memiliki makna. To be dalam bahasa
menjadi “pantai Losari”. Inggris digunakan sebagai penghubung
(3) “….. bisa tidak….” Seharusnya antara subjek dan predikat. To be juga
menjadi “….. tidak bisa…..” berfungsi menjelaskan aktivitas yang sedang
(4) “……..panas roti” seharusnya berlangsung.
menjadi “…… roti panas” Jadi, kalimat di atas jika tidak
(5) “……..bisnis akun” seharusnya dipengaruhi oleh dari bahasa Inggris akan
menjadi “….. akun bisnis” berpola S+P: WhatsApp itu (S) akun bisnis
(6) “……. besar kota” seharusnya (P) karena tidak memerlukan verba kopula.
menjadi “………kota besar”
Data 2: Makassar adalah besar kota
Jika data di atas mengikuti pola frasa (dipengaruhi oleh bIng)
bahasa Inggris akan menjadi: (1) “just send”, S P:verbkop Pel:Fn
181 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 10, Nomor 1, Tahun 2022 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

“Makassar kota besar” pelengkap. Verba kopula tidak diperlukan


(bahasa Indonesia) dalam bahasa Indonesia jika kalimat tersebut
S P:Fn bukan kalimat definisi. Kalimat di atas jika
ditransfer ke dalam bahasa Inggris menjadi:
Data tersebut berbentuk kalimat
karena memiliki fungsi subjek predikat, “He is an English teacher”
pelengkap dan berpola S+P+Pel namun data S:Pron3 tobe V: Fn
di atas telah dipenagruhi oleh unsur kalimat
bahasa Inggris karena menggunakan kata To be “are” dalam bahasa Inggris
“adalah” yang merupakan verba kopula bermakna “adalah”, “ada” dan terkadang
sebagai penghubung diantara subjek dan tidak memiliki makna. To be dalam bahasa
pelengkap. Verba kopula tidak diperlukan Inggris digunakan sebagai penghubung
dalam bahasa Indonesia jika kalimat tersebut antara subjek dan predikat. To be juga
bukan kalimat definisi. Kalimat di atas jika berfungsi menjelaskan aktivitas yang sedang
ditransfer ke dalam bahasa Inggris menjadi: berlangsung. Selain itu, pada kalimat di atas
terdapat penghilangan kata “bahasa” yang
“Makassar is a big city” merujuk pada “bahasa Inggris” karena dalam
S to be V: Fn bahasa Inggris cukup mengatakan “English”.
Jadi, kalimat di atas jika tidak terinterferensi
To be “is” dalam bahasa Inggris dari bahasa Inggris akan berpola S+P: Dia
bermakna “adalah”, “ada” dan terkadang (S) guru bahasa Inggris (P) karena tidak
tidak memiliki makna. To be dalam bahasa memerlukan verba kopula:
Inggris digunakan sebagai penghubung
antara subjek dan predikat. To be juga Data 4: saya ada puasa
berfungsi menjelaskan aktivitas yang sedang (dipengaruhi oleh bIng)
berlangsung. S: Pron1. P: FVerb
Jadi, kalimat di atas jika tidak “Saya sedang berpuasa”
dipenagruhi oleh bahasa Inggris akan (bahasa Indonesia)
berpola S+P: Makassar (S) kota besar (P) S: Pron1 P:Fverb
karena tidak memerlukan verba kopula:
Data tersebut berbentuk kalimat
Data 3: Dia adalah guru Inggris karena memiliki fungsi subjek dan predikat
(dipengaruhi oleh bIng) dan berpola S+P namun data di atas telah
S:pron3 P:verbko P: Fn dipengaruhi oleh unsur kalimat bahasa
“Dia guru bahasa Inggris” Inggris karena menggunakan kata “ada”
(bahasa Indonesia) sebagai penghubung diantara subjek dan
S:Pron3 P:Fn predikat. Kata “ada” dalam kalimat di atas
juga menandakan bahwa kalimat ini
Data tersebut berbentuk kalimat merupakan kalimat yang sedang berlansung.
karena memiliki fungsi subjek predikat, Kalimat di atas jika ditransfer ke dalam
pelengkap dan berpola S+P+Pel namun data bahasa Inggris menjadi:
di atas telah dipenagruhi oleh unsur kalimat
bahasa Inggris karena menggunakan kata I am fasting
“adalah” yang merupakan verba kopula S tobe V1+ing
sebagai penghubung diantara subjek dan
182 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 10, Nomor 1, Tahun 2022 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

To be “am” dalam bahasa Inggris persona ketiga). Pronominal persona bahasa


bermakna “adalah”, “ada” dan terkadang Indonesia terletak dibelakang kata nomina,
tidak memiliki makna. To be dalam bahasa contoh “bukuku/buku saya. Bukumu/buku
Inggris digunakan sebagai penghubung kamu, bukunya/buku dia, buku Anti”
antara subjek dan predikat. To be juga Namun pronominal persona bahasa
berfungsi menjelaskan aktivitas yang sedang Indonesia masyarakat imigran Afganistan
berlangsung: selalu berada di depan nomina, dapat dilihat
pada (1), dan (2) di bawah ini:
Data 5: kami ada duduk
(dipengaruhi oleh bIng) (1) Dia bahasa Indonesia lebih bagus
S:Pron1 P: Fverb (dipengaruhi oleh bIng)
“kami sedang duduk” S:Fn P:Fadj
(bahasa Indonesia)
S:Pron1 P: Fverb Data tersebut berbentuk kalimat
karena memiliki fungsi subjek dan predikat
Data tersebut berbentuk kalimat dan berpola S+P namun data di atas telah
karena memiliki fungsi subjek dan predikat terinterferensi dari bahasa Inggris karena
dan berpola S+P namun data di atas telah pronominal persona “dia” yang menduduki
dipengaruhi oleh unsur kalimat bahasa fungsi subjek mengalami interferensi dari
Inggris karena menggunakan kata “ada” bahasa Inggris. Jika kalimat di atas ditransfer
sebagai penghubung diantara subjek dan ke dalam bahasa Inggris akan menjadi:
predikat. Kalimat di atas jika ditransfer ke
dalam bahasa Inggris menjadi: His/her bahasa Indonesia is better bahasa
Inggris
“We are sitting” S V
S:Pron1 tobe Verb1+ing
Bahasa Indonesia-nya/dia lebih bagus
To be “are” dalam bahasa Inggris bahasa Indonesia
bermakna “adalah”, “ada” dan terkadang S P
tidak memiliki makna. To be dalam bahasa Pronomina persona bahasa Inggris
Inggris digunakan sebagai penghubung selalu berada di depan nomina, sedangkan
antara subjek dan predikat. To be juga pronominal persona bahasa Indonesia selalu
berfungsi menjelaskan aktivitas yang sedang berada di belakang nomina.
berlangsung
b. Pronomina persona berada di depan (2) Kami bahasa Indonesia juga jelek
nomina (dipengaruhi oleh bIng)
Pronomina persona yang digunakan S:Fn P:Fadj
untuk menyebutkan seseorang disebut
dengan kata ganti orang. Pronominal persona Data tersebut berbentuk kalimat
dapat digunakan untuk menyebutkan diri karena memiliki fungsi subjek dan predikat
sendiri (pronominal persona pertama), dan berpola S+P namun data di atas telah
Pronomina persona yang digunakan pada terinterferensi dari bahasa Inggris karena
orang yang ditujuh (pronominal persona pronominal persona “kami” yang menduduki
kedua), Pronomina persona yang digunakan fungsi subjek mengalami interferensi dari
pada orang yang dibicarakan (pronominal
183 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 10, Nomor 1, Tahun 2022 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

bahasa Inggris. Jika kalimat di atas ditransfer Bahasa Inggris Mahasiswa Program
ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi: Studi Pendidikan Bahasa Inggris
STAIN Samarinda. Journal: STAIN
Our bahasa Indonesia is also poo bahasa Samarinda
Inggris Cahyo Aditya, dkk. (2015). Interferensi dan
S V Integrasi Bahasa. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta
Bahasa Indonesia kami juga jelek bahasa Chaer. Abdul dan leoni Agustin. (1995).
Indonesia Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
S P Jakarta: Rineka Cipta.
Pronomina persona bahasa Inggris Chaer, Abdul dan leoni Agustin. (2014).
selalu berada di depan nomina, sedangkan Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
pronominal persona bahasa Indonesia selalu Jakarta: Rineka Cipta
berada di belakang nomina Chaer, Abdul. (1994). Linguistic Umum.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
KESIMPULAN Haugen, (1950). The Analysis Of Linguistic
Borrowing . Language
Simpulan dari tulisan di atas ialah bahasa Izzak, Arif. (2009). Bilingualism dalam
Indonesia imigran Afganistan lebih banyak Perspektif Pengembangan Bahasa
dipengaruhi oleh struktur frasa Inggris yaitu Indonesia. Mabasan, 3 (1).
menerangkan diterangkan (MD). Data yang Jendra, I Wayan. (1991). Dasar-Dasar
diperoleh seperti: “saja kirim” seharusnya Sosiolinguistik. Denpasar: Ikayana
menjadi “kirim saja”,” losari Pantai” John, Stryker (1983). Introduction to
seharusnya menjadi “pantai Losari”, dan Descriptive Linguistic Cambrigde.
sebagainya. Selain unsur frasa, unsur kalimat Cambaridge: University Press, 1983
bahasa Inggris juga memengaruhi bahasa Manaf, Ngusman Abdul. (2009). Sintaksis:
Indonesia imigran Afganistan. Data yang Indonesia. Padang: SukabinaPress
diperoleh: “saya adalah guru fisika”, “saya Nababan, P.W.J. (1984). Sosiolinguistik
ada puasa”, “dia bahasa Indonesia lebih Suatu Pengantar. Jakarta: PT
bagus”, dan sebagainya. Gramedia Utama
Nababan, P.W.J. (1984), Sosiolinguistik.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Gramedia
Weinreich. Uriel. (1953). Language in
Bahrani, (2016). Interferensi Sintaksis Contact: Findings and Problems. The
Bahasa Indonesia Pada Karangan Hauge: Moulton
Jurnal Parafrasa: Bahasa, Sastra, dan Pengajaran
e.ISSN: 2722-1911
Vol. 2 No.1 April 2020 Hal. 12-18

KESALAHAN BERBAHASA BIDANG SINTAKSIS PADA KARYA ILMIAH


(SKRIPSI) MAHASISWA UNIVERSITAS PEKALONGAN
Afrinar Pramitasari
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Pekalongan
Afrinar89@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan bentuk kesalahan berbahasa bidang
sintaksis dan penyebab kesalahan sintaksis pada skripsi mahasiswa Universitas
Pekalongan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif,
yaitu mendeskripsikan kesalahan konstruksi sintaksis pada karya ilmiah mahasiswa
dalam bentuk skripsi mahasiswa Universitas Pekalongan. Data penelitian berupa
kalimat dalam skripsi mahasiswa unikal yang diduga terdapat kesalahan konstruksi
sintaksis tataran frasa dan kalimat. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
baca dan catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua bentuk kesalahan
konstruksi sintaksis pada skripsi mahasiswa Universitas Pekalongan yaitu kesalahan
tataran frasa dan kalimat. Kesalahan konstruksi kalimat meliputi 7 bentuk kesalahan
yaitu 1) kalimat tidak bersubjek, 2) kalimat tidak berpredikat, 3) kalimat tidak
bersubjek dan berpredikat, 4) kalimat ambigu, 5) penggunaan kata mubazir, 6) logika
kalimat, 7) pemilihan preposisi dan penggunaan konjungsi yang kurang tepat.
Kesalahan tataran frasa disebabkan karena makna yang redundan pada frasa,
sedangkan kesalahan konstrusi kalimat disebabkan karena kesalahan gramatikal.
Kesalahan secara gramatikal disebabkan oleh penggunaan konstruksi kalimat yang
belum sesuai dengan kaidah tata bahasa baku bahasa Indonesia.
Kata Kunci: kesalahan berbahasa, konstruksi sintaksis, skripsi

PENDAHULUAN
Kegiatan menulis karya ilmiah merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam
proses belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Sebagian besar mata kuliah yang ditempuh
oleh mahasiswa pada tiap-tiap semester, mengharuskan mahasiswa menulis makalah atau
tulisan ilmiah lainnya yang bermuara pada penulisan skripsi sebagai tugas akhir. Menulis
merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif sehingga penulis harus mempunyai
kemampuan dalam menggunakan kosakata, tata tulis, dan struktur bahasa. Menurut pendapat
Abbas (2006:125) keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan,
pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan
gagasan harus didukung dengan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata, gramatikal dan
penggunaan ejaan.
Ada berbagai jenis tulisan ilmiah, antara lain buku, makalah (untuk jurnal, seminar,
dan sebagainya), skripsi, tesis, dan disertasi (Suwandi 2006: 10). Skripsi merupakan tulisan
ilmiah yang harus ditulis mahasiswa Universitas Pekalongan sebagai salah satu syarat

12
Jurnal Parafrasa: Bahasa, Sastra, dan Pengajaran
e.ISSN: 2722-1911
Vol. 2 No.1 April 2020 Hal. 12-18

kelulusan mereka dari jenjang studi S-1. Skripsi merupakan karya tulis ilmiah berupa paparan
tulisan hasil penelitian sarjana yang membahas suatu permasalahan/fenomena dalam bidang
ilmu tertentu menggunakan kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku. Penulisan skripsi
bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah sesuai dengan
bidang ilmunya.
Setiap mahasiswa di perguruan tinggi diharapkan mempunyai keterampilan menulis
ilmiah karena di akhir perkuliahan diwajibkan menyusun tugas akhir berupa karya ilmiah
berbentuk skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana. Sebagai akademisi,
mahasiswa diianggap berkontribusi terhadap keilmuan ketika menulis skripsi. Skripsi harus
memiliki tingkat orisinalitas atau temuan baru sehingga dapat memperkaya keilmuan.
Oleh karena itu, keterampilan menulis ilmiah merupakan hal yang harus dikuasai
oleh mahasiswa semua jurusan atau program studi. Namun, pada kenyataannya, masih
banyak ditemukan kesalahan bahasa dalam dalam skripsi mahasiswa Universitas Pekalongan,
misalnya kesalahan dalam penerapan ejaan, tanda baca, pilihan kata (diksi), penyusunan
kalimat, dan kepaduan paragraf. Berdasarkan jenis-jenis kesalahan tersebut, Pateda (1989)
menjelaskan bahwa analisis kesalahan berbahasa dibagi ke dalam daerah-daerah
kesalahannya. Menurut pateda (1989) daerah kesalahan berbahasa dibagi menjadi empat,
antara lain daerah kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis, dan daerah kesalahan semantis.
Meskipun daerah kesalahan tersebut sudah diklasifikasikan, tetapi antara daerah kesalahan
bahasa satu dengan yang lain saling berhubungan.
Penelitian ini fokus pada analisis kesalahan bahasa bidang sintaksis pada karya
ilmiah berbentuk skripsi mahasiswa Universitas Pekalongan. Sintaksis adalah salah satu
cabang linguistik yang mempelajari seluk beluk struktur kalimat. Sintaksis mempelajari tata
hubungan kata dengan kata lain dalam membentuk struktur yang lebih besar, yaitu frasa,
klausa dan kalimat. Menurut Ramlan (1976:57) sintaksis merupakan bagian dari cabang ilmu
bahasa yang memicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa dan frasa. Dalam penelitian
sintaksis, frasa dan kalimat menjadi objek analisis.
Menurut Sofa (2008) kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan
struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis
kesalahan dalam bidang kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frasa, kepaduan
kalimat, dan logika kalimat (Grafura, 2008).
Analisis konstruksi sintaksis pada skripsi mahasiswa Universitas Pekalongan sangat
diperlukan karena skripsi merupakan karya ilmiah yang harus memunuhi syarat penggunaan

13
Jurnal Parafrasa: Bahasa, Sastra, dan Pengajaran
e.ISSN: 2722-1911
Vol. 2 No.1 April 2020 Hal. 12-18

bahasa Indonesia baku yang sesuai dengan kaidah dan struktur kebahasaan. Hasil penelitian
ini dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengukur kemampuan berbahasa mahasiswa
Universitas Pekalongan, khususnya keterampilan menulis skripsi. Selain itu, hasil penelitian
juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pembimbing skripsi di Universitas
Pekalongan. Diharapkan kesalahan-kesalahan yang terjadi tidak akan terulang pada penulisan
skripsi selanjutmnya agar kualitas penulisan skripsi mahasiswa Universitas Pekalongan
semakin meningkat.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Sugiyono (2016:22) penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata
sehingga tidak menekankan pada angka. Data penelitian ini berupa kalimat dalam skripsi
mahasiswa Universitas Pekalongan tahun akademik 2017/2018 yang diduga terdapat
kesalahaan konstruksi sintaksis. Data diambil secara acak dari sepuluh program studi yaitu,
program studi PMTK, PBSI, Manajemen, Akuntansi, Ilmu Hukum, Kesehatan Masyarakat,
Keperawatan, Farmasi, Agroteknologi, dan Budidaya Perairan. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah teknik baca dan catat. Metode analisis data menggunakan metode
padan dengan teknik pilah.
Prosedur penelitian terdiri atas empat tahap pelaksanaan yaitu 1) tahap persiapan, 2)
pengumpulan data, 3) analisis data, 4) tahap pengolahan dan penyajian hasil analisis data.
Pada tahap persiapan, dilakukan pengumpulan data skripsi mahasiswa Universitas
Pekalongan yang diambil secara acak dari sepuluh program studi. Pada tahap pengumpulan
data, semua kalimat yang diduga mengandung kesalahan konstruksi sintaksis dicatat dalam
kartu data. Kemudian kartu data tersebut dikategorikan menurut bentuk kesalahan sintaksis.
Data yang sudah terkumpul diidentifikasi dan diklasifikasi. Data yang sudah diklasifikasikan
kemudian dianalisis. Tahap terakhir adalah tahap penyajian hasil analisis. Tahap ini
dilakukan dengan mendeskripsikan temuan-temuan yang didapatkan dalam penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan dua bentuk kesalahan konstruksi sintaksis
pada skripsi mahasiswa Universitas Pekalongan yaitu kesalahan tataran frasa dan kalimat.
Kesalahan konstruksi frasa yang ditemukan terjadi karena makna redundan pada frasa.
Berikut dipaparkan hasil analisis.

14
Jurnal Parafrasa: Bahasa, Sastra, dan Pengajaran
e.ISSN: 2722-1911
Vol. 2 No.1 April 2020 Hal. 12-18

A. Kesalahan Konstruksi Frasa


Kesalahan konstruksi frasa yang ditemukan terjadi karena makna redundan pada
frasa. Makna yang redundan merupakan penggunaan unsur yang berlebihan pada makna
sebuah konstruksi frasa. Berikut merupakan analisis kesalahan konstruksi frasa pada skripsi
mahasiswa hukum Universitas Pekalongan.
D.1 SH
“Banyak para investor menanam atau menarik investasinya.”

Terdapat kesalahan konstruksi frasa dalam kalimat tersebut yang disebabkan oleh
makna yang redundan. Kesalahan tersebut ditunjukkan pada frasa banyak para investor
yang mempunyai makna berlebihan dan mengakibatkan ketidaksejajaran makna. Frasa para
investor sudah bermakna jamak sehingga tidak perlu penambahan kata banyak di awal
kalimat. Frasa banyak para investor dapat diperbaiki menjadi frasa banyak investor atau
para investor.

B. Kesalahan Konstruksi Kalimat


Berdasarkan hasil analisis, kesalahan konstruksi kalimat yang ditemukan pada
penulisan skripsi mahasiswa Universitas Pekalongan meliputi tujuh bentuk kesalahan yaitu 1)
kalimat tidak bersubjek, 2) kalimat tidak berpredikat, 3) kalimat tidak bersubjek dan
berpredikat, 4) kalimat ambigu, 5) penggunaan kata mubazir, 6) logika kalimat, dan 7)
pemilihan preposisi dan konjungsi yang kurang tepat. Kesalahan preposisi meliputi pemilihan
preposisi yang tidak tepat dan ketidakhadiran preposisi. Sedangkan kesalahan penggunaan
konjungsi meliputi penggunaan konjungsi ganda, ketidakhadiran konjungsi dan penggunaan
konjungsi yang tidak tepat.
1. Kalimat Tidak Bersubjek
Unsur utama sebuah kalimat adalah adanya fungsi subjek (S) dan Predikat (P). Jika
salah satu fungsi tersebut tidak ada pada kalimat, maka kalimat tersebut tidak lengkap dan
tidak sesuai dengan kaidah sintaksis. Berikut merupakan analisis kesalahan konstruksi
kalimat yang tidak bersubjek.
D2a. SKM
“Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif”

15
Jurnal Parafrasa: Bahasa, Sastra, dan Pengajaran
e.ISSN: 2722-1911
Vol. 2 No.1 April 2020 Hal. 12-18

Kalimat tersebut tidak memiliki fungsi subjek karena penggunaan kata “pada” di
awal kalimat yang menyebabkan keracuan fungsi subjek. Agar kalimat tersebut sesuai dengan
konstruksi sintaksis, maka kata “pada” di awal kalimat harus dihilangkan.
D2a. SPMTK
“Dalam kurikulum pendidikan nasional menempati posisi penting, sehingga pelaksanaannya
dimulai sejak sekolah dasar sampai Perguruan Tinggi”.

Kalimat tersebut tidak memiliki fungsi subjek karena penggunaan kata “dalam” pada
awal kalimat yang menyebabkan kerancuan fungsi subjek. Agar kalimat tersebut sesuai
dengan kontruksi sintaksis, maka kata “dalam” di awal kalimat harus dihilangkan.
2. Kalimat Tidak Berpredikat
D2b. SM
“Penelitian yang dilakukan oleh Christianto (2016) yang berjudul pengaruh Coorporate
Governance terhadap manajemen pajak perusahaan”

Kalimat tersebut termasuk kalimat tidak lengkap karena baru memiliki fungsi subjek
inti (penelitian) yang diperluas. Jadi, kalimat tersebut tidak memiliki fungsi predikat.
Alternatif perbaikannya adalah dengan menambahkan predikat dalam perluasan subjek
tersebut, misalnya “Penelitian yang dilakukan oleh Christianto (2016) yang berjudul
pengaruh Coorporate Governance terhadap manajemen pajak perusahaan meyimpulkan…”
3. Kalimat Tidak Bersubjek dan Berpredikat
D2c. SAk
“Karena dijelaskan di dalam laporan keuangan mengenai informasi-informasi yang
diperlukan bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan kepada perusahaan.

Kalimat tersebut hanya memiliki fungsi keterangan berupa klausa keterangan, tidak
bersubjek dan tidak berpredikat. Padahal keberadaan subjek dan predikat merupakan syarat
sebuah kalimat. Konjungsi karena merupakan salah satu konjungsi antarklausa/intrakalimat
yang menandai klausa keterangan.
4. Kalimat Ambigu
D2d. SAk
“Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktik
perataan laba”

Kalimat tersebut termasuk kalimat ambigu karena memiliki makna ganda atau
makna lebih dari satu. Kalimat ini mengandung dua makna, yaitu ukuran dalam artian luas
perusahaan atau ukuran dalam artian berapa hitungan laba perusahaan.
5. Penggunaan Kata Mubazir

16
Jurnal Parafrasa: Bahasa, Sastra, dan Pengajaran
e.ISSN: 2722-1911
Vol. 2 No.1 April 2020 Hal. 12-18

Kata mubazir adalah penggunaan kata-kata yang tidak diperlukan dalam suatu
kalimat.
D2e. SM
“Hasil kerja yang dihasilkan perusahaan sangat diperlukan bagi beberapa pihak seperti
investor karena hal ini bisa mempengaruhi keinginan para investor agar supaya menanam
atau menarik kembali investasinya.”

Kalimat tersebut terdapat penggunaan kata mubadzir yaitu supaya dan agar,
seharusnya bisa memilih salah satu saja karena makna konjungsi tersebut sama yaitu
menyatakan tujuan.

D2e. SPr
“Penelitian adalah merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan
konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten”

Kata “adalah” dan “merupakan” memiliki makna yang sama. Penggunaan kedua
kata tersebut menjadikan kalimat bertele-tele atau tidak efektif dalam penggunaan kata. Jadi,
lebih baik menggunakan salah satu saja.
6. Logika Kalimat
D2f. SM
“Untuk menghindari perluasan penelitian karena banyaknya variabel yang mempengaruhi
manajemen pajak, maka penelitian membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada variabel
kompensasi manajemen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris,
dan komite audit.”

Kalimat tersebut tidak logis karena memanusiakan kata benda. Penelitian


merupakan kata benda. Untuk membatasi ruang lingkup penelitian merupakan tugas seorang
peneliti (manusia) yang menggerakkannya melalui sebuah kegiatan yaitu penelitian. Kata
penelitian seharusnya diganti dengan kata peneliti.
D2f. SK
“Penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan konsep diri pada
pasien terminal di Rumah Sakit Qim Batang”

Kalimat tersebut tidak logis karena memanusiakan kata benda. Penelitian merupakan
kata benda sehingga penelitian tidak dapat mengkaji, yang dapat mengkaji sesuatu adalah
peneliti. Maka, kata penelitian di awal kalimat diganti dengan kata peneliti agar menjadi
kalimat yang logis.
7. Pemilihan Preposisi yang Tidak Tepat
D2g. SM

17
Jurnal Parafrasa: Bahasa, Sastra, dan Pengajaran
e.ISSN: 2722-1911
Vol. 2 No.1 April 2020 Hal. 12-18

“Setelah Indonesia dan negara-negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis ekonomi
yang dimulai pada tahun 1997, isu mengenai corporate governance telah menjadi salah satu
bahasan penting dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi yang stabil di masa yang
akan datang.”
Preposisi “di” digunakan untuk menyatakan tempat. Sedangkan preposisi “di” yang
digunakan dalam kalimat tersebut kurang tepat, karena menyatakan waktu bukan tempat.
Sebaiknya preposisi “di” pada kalimat tersebut diganti “pada”.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, ditemukan dua kesalahan konstrusi
sintaksis skripsi mahasiswa Universitas Pekalongan yaitu kesalahan tataran frasa dan
kesalahaan tataran kalimat. Kesalahan tataran frasa disebabkan karena makna yang redundan
pada frasa, sedangkan kesalaahan konstrusi kalimat disebabkan karena kesalahan gramatikal.
Kesalahan secara gramatikal disebabkan oleh penggunaan konstruksi kalimat yang belum
sesuai dengan kaidah tata bahasa baku bahasa Indonesia. Dari semua data yang dianalisis,
kesalahan konstrusi sintaksis tataran kalimat paling banyak ditemukan pada aspek
penggunaan kata mubazir.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta:
Jakarta
Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta:
Carasvatibooks.
Markhamah. 2013. Ragam Dan Analisis Kalimat Bahasa Indonesia. Muhammadiyah
University Press: Surakarta
Markhamah dan Atiqa Sabardila. 2011. Analisis Kesalahan & Karakteristik Bentuk Pasif.
Jagat Abjad: Kadipiro Solo
Moleong, Lexy. J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Rusmadji, R. (1993). Aspek-Aspek Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang
Samsuri. (2002). Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Sastra Hudaya
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana
Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta:Sanata Dharma University Press

18

Anda mungkin juga menyukai