Anda di halaman 1dari 10

Studi Kontrastif

Analisis Kontrastif Wacana dalam Bahasa Indonesia dan Bahaasa Arab

Dosen Pengampu:

Ibu Arifah Nurtsania, M. A.

Ditulis oleh:

Syifa’ Alwi Muhammad (19031016)

Program Studi Pendidikan Bahasa Arab

Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Padanaran

Yogyakarta

2022
LATAR BELAKANG

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang ada di dunia ini dan juga
dipakai oleh banyak kalangan orang Islam. Bahasa Arab juga merupakan bahasa
asing yang dipelajari di Indonesia, salah satu faktornya karena mayoritas penduduk
Indonesia beragama Islam. Namun terdapat beberapa asumsi umum terkait Bahasa
Arab yang sampai saat ini dipelajari di Indonesia, salah satunya adalah kesulitan
dalam belajar atau memahami Bahasa Arab. Padahal jika diasumsikan sebagai
bahasa asing, maka pembelajaran untuk Bahasa Inggris juga memiliki tingkat
kesulian yang sama, karena merupakan bahasa asing. Namun pelajar di Indonesia
lebih merasakan kesulitan dalam belajar Bahasa Arab. Asumsi umum tersebut yang
sampai saat ini dihadapi oleh pelajar Indonesia yang belajar Bahasa Arab berupa
“Bahasa Arab itu sulit” atau “Bahasa Arab tidak semudah Bahasa Inggris”. Dengan
adanya asumsi dari pelajar yang seperti itu, maka hal tersebut tidak boleh dianggap
remeh, khususnya bagi praktisi di bidang pendidikan dan pengajar bahasa terutama
pengajar Bahasa Arab.

Kesulitan dalam belajar Bahasa Arab biasanya diakibatkan oleh faktor siswa
yang tidak bisa memahami bahasa arab terlebih jarang menjamah hal-hal yang
berkaitan dengan bahasa arab. Di zaman yang modern ini anak lebih tertarik pada
hal yang berasal dari barat, atau memepelajari/meniru gaya barat. Dan sedikit sekali
siswa yang tertarik pada yang berbau Arab terutama Bahasa Arab. Anak lebih
banyak menonton film yang berasal dari barat, mendengarkan lagu berbahasa
inggris, membaca novel berbahasa inggris, dan lainnya dibandung menonton,
mendengarkan, bahkan membaca karya-karya yang berbau Bahasa Arab. Sangat
sedikit peminat Bahasa Arab dibanding dengan Bahasa Inggris. Maka dari itu
bagaimana agar siswa memiliki minat umtuk belajar dan memperdalam bahasa arab
seerta pengajar dapat menghilangkan kesulitan siswa dalam belajar Bahasa Arab?
Selain yang telah tercantum diatas, ada juga perdebatan antara beberapa kelompok,
khususnya kelompok yang menentang asumsi mengenai analisis kontrastif pada
unsur-unsur perbedaan antara kedua bahasa, yaitu Bahasa Arab dan Bahasa
Indonesia. Perdebatan antara beberapa kelompok ini merupakan sebuah fakta yang
terjadi pada kebahasaan.

Perbedaan asal-usul dan tata bahasa yang meliputi fonetik, morfemik,


sintaksis, dan perbedaan budaya sampai perbedaan lambang huruf adalah fakta-fakta
kebahasaan yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Asumsi bahwa Bahasa Arab itu
sulit juga diseleraskan dengan asumsi analisis kontrastif maka semakin jelas bahwa
unsur-unsur perbedaan kebahasaan antara dua bahasa atau lebih menjadi sebab
utama kesulitan dalam pembelajarannya tersebut.

Tidak lain lagi harus ada solusi dan penanganan untuk mengatasi adanya
asumsi bahwa siswa kesulitan dalam belajar Bahasa Arab. Maka adapun beberapa
penyelesaian yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan anlisis kontrastif untuk
menemukan perbandingan antara kedua bahasa, Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia,
agar dapat mengetahui persamaan dan perbedaan pada unsur-unsur bahasa dan lain-
lain untuk menemukan metode pembelajaran yang mudah dipahami oleh siswa.
Dengan adanya analisis kontrastif diharapkan siswa jadi mengetahui dan memahami
dengan lebih baik karena ada perbandingan dengan bahasa ibu dari siswa tersebut
(Bahasa Indonesia). Cakupan dari analisis kontrastif begitu banyak, namun yang
akan dibahas kali ini dalam makalah ini adalah “Analisis Kontrastif Wacana dalam
Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia”.

PEMBAHASAN

1. Pengertian Analisis Kontrastif dan Ruang Lingkupnya

Sebelum masuk ke dalam pembahasan utama mengenai analisis kontrastif


wacana, perlu adanya pemahaman mengenai pengertian analisis kontrastif, dan juga
macam-macam yang berkaitan dengan analisis kontrastif. Adapun beberapa tokoh
yang memiliki pendapat tentang terminologi analisis kontrastif dan setiap tokoh
memiliki pendapat yang berbeda. Lado dan Fries mengatakan bahwa agar para
pengajar dapat meramalkan kesalahan yang dibuat oleh para pelajar, mereka
haruslah mengadakan suatu analisis kontrastif antara bahasa yang dipelajari dengan
bahasa yang digunakan sehari-hari, khususnya dalam komponen Fonologi,
morfologi, kosakata, dan sintaksis. Adapun pendapat dari James bahwa analisis
kontrastif adalah aktivitas linguistik yang bertujuan untuk menghasilkan tipologi dua
bahasa yang kontrastif berdasarkan asumsi bahwa bahasa-bahasa itu bisa
dibandingkan. Sambung oleh James, analisis kontrastif adalah analisis yang
digunakan dalam mencari suatu perbedaan yang sering membuat pembelajar bahasa
kedua sering mengalami kesulitan dalam memahami materi bahasa.

Kemudian pendapat lain dikemukakan oleh Henri Guntur Tarigan, analisis


kontrastif adalah perbandingan antara struktur dua bahasa, B1 dan B2 yang
dipelajari oleh para siswa menghasilkan identifikasi perbedaan dua bahasa tersebut.
Perbedaan antara dua bahasa merupakan dasar buat memperkirakan butir-butir yang
menimbulkan kesulitan belajar bahasa dan kesalahan berbahasa yang akan dihadapi
siswa. Dapat diketahui dari beberapa pendapat tokoh-tokoh diatas tentang
terminologi analisis kontrastif, penulis menyimpulkan bahwa analisis kontrastif
merupakan kegiatan linguistik yang bertujuan untuk melakukan perbandingan antara
struktur dua bahasa, yaitu B1 dan B2 yang dipelajari oleh siswa untuk menghasilkan
tipologi dua bahasa yang kontrastif berdasarkan asumsi bahwa bahasa-bahasa
tersebut bisa dibandingkan (Hidayat, 2014).

Selain dijelaskan dalam kajian terminologi, analisis kontrastif juga memiliki


istilahnya sendiri, istilah “analisis kontrastif” didefinisikan sebagai cara kerja
dengan membandingkan dua bahasa atau lebih secara sinkronis tidak diakronis yang
subjek penelitiannya meliputi unsur-unsur fonetik, morfemik, sintaksis, dan wacana
untuk kepentingan pengajaran dan penerjemahan. Tujuan dari analisis kontrastif
sendiri adalah untuk mencari persamaan dan perbedaan antara dua bahasa atau lebih
yang menjadi objek kajian. Adapun manfaat yang didapatkan dari analisis kontrastif
ini adalah hasil temuan analisis kontrastif dapat digunakan sebagai salah satu
pertimbangan dasar dalam menyusun bahan pelajaran, silabus pengajaran bahasa,
dan dalam memilih pola-pola terjemahan yang tepat (Pribadi, 2013).

2. Analisis Kontrastif Wacana dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

Term mengenai wacana merupakan kata yang berupa ucapan atau tutur, hal
tersebut diambil dari makna yang berasal dari bahasa sangsekerta. Kata wacana
berasal dari kosa kata Sansekerta vacana yang artinya ‘bacaan’. Kata vacana
kemudian trasnsliterasi ke dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Jawa Baru menjadi
wacana yang berarti bicara, kata, atau ucapan. Kata wacana dalam bahasa Jawa Baru
itu diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana yang berarti ucapan,
percakapan, kuliah. Tertulis di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
kemudian pengertian wacana tersebut ditegaskan kembali, yakni bahwa wacana
tidaklah lain dari suatu komunikasi verbal atau percakapan; atau pertukaran ide
secara verbal. Pembahasan wacana ini berkaitan erat dengan pembahasan
keterampilan berbahasa terutama keterampilan berbahasa yang bersifat produktif,
yaitu berbicara dan menulis. Baik wacana maupun keterampilan berbahasa, sama-
sama menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Analisis wacana pada
umumnya menarget language use atau bahasa yang digunakan sehari- hari, baik
yang berupa teks lisan maupun tertulis, sebagai objek kajian atau penelitiannya. Jadi
objek kajian atau penelitian analisis wacana adalah unit bahasa di atas kalimat atau
ujaran yang memiliki kesatuan dan konteks, bisa berupa naskah pidato, rekaman
percakapan yang telah dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat, debat,
ceramah atau dakwah agama dsb (Ismail Suardi Wekke, 2019).

Dalam referensi yang penulis temukan, terdapat beberapa istilah terkait


wacana. Menurut Edmondson, wacana adalah suatu peristiwa berstruktur yang
dimanifestasikan dalam perilaku linguistik (yang lainnya), sedangkan teks adalah
suatu urutan ekpresi-ekspresi linguistik terstruktur yang membentuk suatu
keseluruhan yang pada uniter. Kemudian pendapat lain dikemukan oleh Deese,
wacana adalah sepereangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan
rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan
itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang
dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan atau
pengutaraan wacana itu. Kemudian dari Kridalaksana mengungkapkan wacana
(discourse) adalah satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal atau
gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karnagan
yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau
kata yang membawa amanat yang lengkap (Muis, 2014).
Setelah mengetahui gambaran umum terkait wacana, kali ini penulis
melanjutkan materi dengan masuk ke dalam materi utama yaitu analisis wacana atau
analisis kontrastif wacana pada bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Dalam kaitan
dengan analisis kontrastif, James menyebut dua macam cara kerja analisisnya,
yakni: (a) analisis teks dan (b) analisis wacana. Yang disebut dengan analisis teks
ialah analisis pada tingkat formal yang mengkaji unit-unit suprasentential. Unit
suprasentential ini lebih luas dari kalimat, yang disebut dengan teks. Analisis unit-
unit suprasentensial inilah yang disebut oleh Widdowson dengan istilah usage
(penggunaan bentuk-bentuk bahasa). Sementara itu, yang disebut dengan analisis
wacana ialah analisis perbandingan bahasa pada tingkat fungsional, yaitu suatu
analisis yang memfokuskan pada suatu kajian bagaimana manusia menggunakan
bahasa secara pragmatis. Analisis wacana atau fungsional inilah yang disebut oleh
Widdowson dengan istilah use (pragmatik) (Pribadi, 2013).

Pemahaman terhadap jenis-jenis wacana akan menyebabkan kemudahan


dalam menganalisis sebuah wacana. Menurut dasar pengklasifikasiannya, wacana
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Diantaranya adalah:

a. Jenis Wacana berdasarkan Acuannya Adapun

jenis wacana berdasarkan acuannya menurut Zaimar dibagai menjadi 2 jenis


Wacana yaitu wacana Fiksi dan non fiksi. Acuan pada wacana fiksi tidak ada dalam
dunia nyata. Acuannya hanya wacana tekstual, yaitu unsur bahasa yang ada pada
wacana itu sendiri. Wacana fiksi biasanya mengandung cerita. Sedangkan Wacana
non fiksi ini mempunyai acuan dalam dunia nyata. Jadi acuannya tidak terbatas
pada unsur kebahasaan (Ismail Suardi Wekke, 2019).

b. Jenis Wacana berdasarkan bentuk penyajiannya

Zaimar, dkk., (2009) mengemukakan jenis wacana deskriptif, wacana


eksplikatif, wacana instruktif, wacana argumentatif, wacana naratif, dan wacana
informatif berdasarkan bentuk penyajian dan isinya. Wacana deskriptif adalah
suatu wacana yang mengemukakan representasi atau gambaran tentang sesuatu
atau seseorang, yang biasanya ditampilkan secara rinci. Dalam bahasa Indonesia,
deskripsi disebut juga pemerian. Wacana Naratif, Wacana ini biasa disebut cerita,
dan merupakan serangkaian peristiwa yang terjadi pada seorang tokoh (tokoh ini
bisa manusia, binatang, tanaman atau benda). Wacana eksplikatif mengandung
suatu penjelasan dan bertujuan agar para pembaca memahami sesuatu (suatu
fenomena). Wacana Intruktif ini menampilkan petunjuk (misalnya aturan pakai),
aturan (misalnya aturan main), peraturan (misalnya peraturan pada suatu
perguruan) dan pedoman (misalnya pedoman dalam suatu organisasi). Wacana
argumentatif adalah hubungan logis antar gagasan. Wacana ini bertujuan
mempengaruhi, mengubah pendapat, sikap atau tingkah laku bahkan
menggoyahkan keyakinan pembaca 8 atau keseluruhan pendengarnya. Wacana
Informatif, Sebenarnya semua wacana memberikan informasi di samping tujuan
lainnya, misalnya untuk menggambarkan sesuatu (deskriptif), untuk bercerita
(naratif), untuk mempengaruhi orang lain (argumentatif), untuk menjelaskan
sesuatu (eksplikatif) dan untuk memberi perintah (instruktif) (Ismail Suardi Wekke,
2019).

c. Jenis Wacana berdasarkan Saluran Komunikasi

Dalam mengomunikasikan sesuatu, penutur berinteraksi dengan mitra


tuturnya dengan berbagi cara. Abdul Rani, dkk. (2006), mengemukakan jenis
wacana berdasarkan saluran yang digunakan dalam komunikasi dapat digolongkan
menjadi wacana lisan dan wacana tertulis. Wacana tertulis adalah wacana yang
berupa rangkaian kalimat yang menggunakan ragam bahasa tulis. Wacana lisan
adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau lewat media lisan.

d. Jenis Wacana berdasarkan Fungsi Bahasa

Menurut Roman Jakobson (dalam Zaimar, 2009), setiap pemakaian bahasa


menggunakan salah satu dari enam fungsi bahasa. Keenam fungsi tersebut
meliputi wacana referensial, wacana fatik, wacana ekspresif, wacana konatif,
wacana metalinguistik, wacana puitik.

e. Jenis Wacana berdasarkan Peserta komunikasi


Terakit pembagian wacana berdasarkan peserta komunikasi, disini Zaimar dkk.,
mengungkapkan pendapatnya dalam buku Telaah Wacana, mengklasifikasikan
jenis wacana berdasarkan peserta komunikasi menjadi dua bagian, yakni wacana
monolog dan wacana berupa dialog.

f. Jenis Wacana berdasarkan Eksistensi Wacana

Kemudian Djajasudarma mengemukakan pendapat dengan membedakan


wacana berdasarkan eksistensinya. Dalam hal ini Djajasudarma memandang
bahwa wacana merupakan bahasa yang digunakan dalam pembicaraan. Sehingga
Djajasudarma menggolongkan eksistensi wacana menjadi wacana verbal dan
nonverbal.

g. Jenis Wacana berdasarkan bahasa yang digunakan

Ada pendapat dari tokoh yang bernama Sumarlam, yang menyebutkan bahwa
berdasarkan bahasa yang digunakan, wacana dapat diklasifikasikan menjadi: 1)
wacana bahasa nasional (Indonesia); 2) wacana bahasa lokal atau 12 daerah
(bahasa Jawa, Bali, Sunda, Madura, dsb.); 3) wacana bahasa internasional (bahasa
Inggris); dan 4) wacana bahasa lainnya, seperti bahasa Belanda, Jerman, Perancis,
dan sebagainya (Ismail Suardi Wekke, 2019).

KESIMPULAN

Analisis kontrastif adalah aktivitas linguistik yang bertujuan untuk


menghasilkan tipologi dua bahasa yang kontrastif berdasarkan asumsi bahwa
bahasa-bahasa itu bisa dibandingkan. Tujuan dari analisis kontrastif sendiri adalah
untuk mencari persamaan dan perbedaan antara dua bahasa atau lebih yang menjadi
objek kajian. Dalam kaitan dengan analisis kontrastif, James menyebut dua macam
cara kerja analisisnya, yakni: (a) analisis teks dan (b) analisis wacana. Wacana
(discourse) adalah satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal atau
gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karnagan
yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau
kata yang membawa amanat yang lengkap. Sementara itu, yang disebut dengan
analisis wacana ialah analisis perbandingan bahasa pada tingkat fungsional, yaitu
suatu analisis yang memfokuskan pada suatu kajian bagaimana manusia
menggunakan bahasa secara pragmatis. Analisis wacana atau fungsional inilah yang
disebut oleh Widdowson dengan istilah use (pragmatik)
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Nandang Sarip. Analisis Wacana Dan Kontrastif Dalam Pembelajaran


Bahasa Arab. Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol. 17, No.
2, Juli-Desember 2014.

Muis,Siti Fauziah. Analisis Wacana dalam Bahasa Indonesia. Shautut Tarbiyah, Ed.
Ke-31 Th. XX, Novermber 2014.

Pribadi. Moh. Kasus Analisis Kontrastif Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab Serta
Implikasinya dalam Pengajaran Bahasa (Analisis Deskriptif Metodologis).
Adabiyyat, Vol. XII, No. 1, Juni 2013.

Wekke, Ismail Suardi. Studi Naskah Bahasa Arab: Teori, Konstruksi, dan Praktik.
(Yogyakarta, Penerbit Gawe Buku: 2019)

Anda mungkin juga menyukai