Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi

yang bersifat

sistematis dan sistemis sebagai sarana komunikasi verbal yang


digunakan oleh segenap penutur yang berada di dunia ini. Bahasa
berfungsi sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tulis.
Bahasa juga bisa dikatakan sebagai alat pergaulan, alat untuk
hubungan jiwa, dan alat untuk melahirkan isi jiwa serta untuk
membicarakan sesuatu1.
Bahasa yang digunakan oleh manusia di dunia ini tidak dapat
diprediksi jumlahnya secara pasti karena keberagaman dan variasi
bahasa dunia yang sangat banyak. Akan tetapi keseluruhan bahasa
yang ada tersebut dapat dipersatukan oleh lembaga Persatuan Bangsa
Bangsa yang memilih beberapa bahasa yang digunakan sebagai
bahasa internasional, diantaranya; Bahasa Arab, Bahasa Inggris,
Bahasa Perancis, Bahasa China, Bahasa Rusia dan Bahasa Spanyol 2
Dalam penggunaan bahasa, setiap orang akan mengenal
dengan bahasa ibu (atau yang lebih kita kenal dengan bahasa asli
seseorang) dan bahasa target ( atau yang lebih kita kenal dengan
bahasa asing yang diajarkan dinegara tersebut). Bahasa ibu dan
bahasa asing bisa digunakan dalam waktu dan suasana yang
bersamaan Kedua bahasa yang digunakan oleh manusia baik hal itu
1 Soeyono, Pendahuluan Metodik Khusus 1 ( Jakarta: harapan Masa, 1989), H 30
2 http://id.wikipedia.org/wiki/Perserikatan_Bangsa-Bangsa diunduh pada tanggal
27 Juni 2012 pada jam 09.40 wib

terjadi

dalam

proses

belajar

mengajar

ataupun

terjadi

dalam

komunikasi sehari-hari.
Bahasa-bahasa yang digunakan oleh PBB sebagai bahasa
internasional memiliki pola dan struktur kebahasaan yang berbedabeda. Perbedaan pola bahasa menjadikan bahasa memiliki keunikan
tersendiri. Namun,

hal tersebut juga memicu munculnya masalah

dalam memahami bahasa lainnya. Bahasa ibu merupakan bahasa


yang didapatkan orang sejak lahir adalah bahasa pertama yang
diperoleh seseorang yang menimbulkan kesulitan untuk mempelajari
bahasa asing yang disebut bahasa target.
Adanya kedwibahasaan akan menimbulkan pengaruh suatu
unsur bahasa ibu yang mempengaruhi bahasa target atau juga
sebaliknya, hal ini dalam bahasa ilmu linguistik dikenal dengan
Interferensi Bahasa. Interferensi Bahasa mereupakan proses transfer
atau pemindahan unsur suatu bahasa kedalam bahasa lain yang
mencakup semua tataran. Interferensi bahasa ini bisa ditimbulkan oleh
beberapa unsur dan faktor.
Salah satu faktornya adalah faktor kebutuhan kosakata baru.
Interferensi yang timbul karena kebutuhan kosakata baru, cenderung
dilakukan secara sengaja oleh pemakai bahasa. Kosakata baru yang
diperoleh dari interferensi ini cenderung akan lebih cepat terintegrasi
karena unsur tersebut memang sangat diperlukan untuk memperkaya
perbendaharaan kata dalam bahasa ibu, sehingga banyak integrasi
Bahasa Asing kedalam Bahasa ibu dalam bentuk kosakata baru.
Adapun faktor lain yang menyebabkan terjadinya interferensi
bahasa adalah faktor kontak bahasa. Kontak bahasa merupakan
pemakaian dua bahasa (bahasa ibu dan bahasa asing) oleh penutur

yang sama secara

bergantian. Dari kontak

bahasa itu terjadi

perpindahan unsur bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain.


Sebagai akibatnya, proses pinjam meminjam dan proses saling
mempengaruhi antar kedua bahasa ini tidak dapat terhindari dan
terjadilah Interferensi bahasa3.
Penggunaan dua bahasa sekaligus sering kita temukan dalam
kegiatan belajar mengajar, khususnya pada kegiatan pembelajaran di
Fakultas Bahasa, di Universitas-universitas yang ada di Indonesia.
Karena difakultas tersebut diajarkan bahasa-bahasa target dari mulai
komponen terkecil nya seperti kosa kata hingga pola pola antar
kalimat bahkan paragraf. Baik dalam bahasa pengantar perkuliahan
dan bahasa komunikasi antar mahasiswa biasanya menggunakan
bahasa target seperti Bahasa Inggris, Arab, Jepang, Jerman, dan
Perancis.
Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Universitas Negeri Jakarta
melaksanakan proses pengajaran dengan menggunakan Bahasa Arab
sebagai pengantar. Mahasiswa yang melakukan studi pada jurusan
Bahasa dan Sastra Arab mereka menerima berbagai mata kuliah yang
berkaitan dengan pola-pola dan kaidah Bahasa Arab. Dalam kajian ini
mahasiswa jurusan bahasa arab potensial melakukan interferensi
Bahasa Indonesia dengann Bahasa Arab.
Melihat dari beberapa faktor diatas, dan melihat

besarnya

intensitas pengaruh antara bahasa ibu dan bahasa target dapat


terlihat dalam masyarakat yang menggunakan 2 bahasa, penulis
merasa perlu untuk mengkaji lebih dalam tentang interferensi bahasa
3 Abdul Chaer, Sosiolinguistik Perkenalan Awal. (Jakarta; Rinerka Cipta, 2010) H.
120

ini, karena bahasa yang paling dikuasai oleh seorang yang menguasai
dua bahasa berpengaruh besar terhadap pemerolehan bahasa yang
akan ia pelajari selanjutnya adalah bahasa yang pertama ia dapatkan
yaitu bahasa ibu.
Rangkaian pemikiran inilah yang menjadi dasar bagi penulis
untuk mengkaji lebih dalam tentang interferensi bahasa ibu terhadap
bahasa target. Adapun bahasa target yang akan difokuskan dalam
analisis ini adalah Bahasa Arab. Penulis memilih Bahasa Arab sebagai
bahasa target untuk pembahasan dalam makalah ini karena bahasa
arab memiliki sedikit kesamaan unsur dan pola kalimat serta kosakata
yang terinferensi dari bahasa arab kedalam bahasa indonesia maupun
sebaliknya.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan

latar

belakang

diatas,

penulis

mengidentifikasikan beberapa point permasalahan yang akan dikaji


lebih dalam pada analisis ini. Point permasalahan yang telah
teridentifikasi adalah:
1. Hakikat Interferensi Bahasa
2. Bentuk kesalahan Mahasiswa dalam penggunaan Bahasa Arab
akibat dari interferensi Bahasa Ibu.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Interferensi kedua
Bahasa tersebut
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka
penulis

hanya

akan

menganalisis

dan

membahas

tentang

bagaimana bentuk kesalahan Mahasiswa Bahasa Arab UNJ akibat


dari Interferensi Bahasa ibu terhadap Bahasa Arab.
D. RUMUSAN MASALAH
Sebagaimana tercantum dalam pembatasan masalah, penulis
merumuskan permasalahan diatas sebagai berikut: Bagaimana
bentuk

interferensi

bahasa

ibu

terhadap

Bahasa

Arab

yang

dilakukan oleh Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UNJ?

E. TUJUAN PENULISAN
Sebagaimana telah diuraikan dalam perumusan masalah, maka
penulisan makalah ini bertujuan untuk menjawab permasalahan
yang telah dirumuskan yaitu;
1. Untuk mengetahui bagaimana hakikat interferensi bahasa
2. Untuk mengetahui bentuk kesalahan apa sajakah
dilakukann mahasiswa akibat dari interferensi bahasa

yang

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya


interferensi bahasa ibu terhadap penggunaan Bahasa Arab

BAB II
KAJIAN TEORETIS
2.1. Definisi interferensi
Dalam kamus bahasa indonesia, interferensi adalah masuknya
unsur-unsur bahasa ke dalam bahasa lain 4. Menurut Alwasilah5, yang
rnengetengahkan pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman
dan Stonk bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh
adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa
terhadap bahasa lain mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa,
dan kosakata. Sementara itu, Jendra6 mengemukakan bahwa interferensi
meliputi berbagai aspek kebahasaan, bisa menyerap dalam bidang tata
bunyi (fonologi), tata bentukan kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis),
kosakata (leksikon), dan tata makna (semantik).
Interferensi, menurut Nababan, merupakan kekelinian yang terjadi
sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau
dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua 7. Senada dengan itu, Chaer dan
Agustina

mengemukakan

bahwa

interferensi

adalah

peristiwa

4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat bahasa 2008). H. 356


5 Alwasilah, A. Chaedar. Beberapa Mazdhab dan Dikotomi Teori Linguistik. (Bandung :
Angkasa1985) h 46

6 I wayan Jendra, Dasar-Dasar Sosiolinguistik. (Jakarta: Ikayana 1991). H. 39


7 Nababan, Sosiolinguistik Suatu Pengantar. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama 1984). H. 8

penyimpangan

norma

dari

salah

satu

bahasa

atau

lebih.

Untuk

memantapkan pemahaman mengenai pengertian interferensi, berikut ini


akan diketengahkan pokok-pokok pikiran para ahli dibidang sisiolinguistik
yang telah mendefinisikan peristiwa ini.
Menurut pendapat Chaer interferensi pertama kali digunakan oleh
Weinrich untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa
sehubungan denan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsurunsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual. Interferensi
mengacu pada adanya penyimpangan dalam menggunakan suatu bahasa
dengan memasukkan sistem bahasa lain. Serpihan-serpihan klausa dari
bahasa lain dalam suatu kalimat bahasa lain juga dapat dianggap sebagai
peristiwa interferensi. Sedangkan, menurut Hartman dan Stonk dalam
Chair interferensi terjadi sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan
ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua8.
Abdulhayi mengacu pada pendapat Valdman merumuskan bahwa
interferensi merupakan hambatan sebagai akibat adanya kebiasaan
pemakai bahasa ibu (bahasa pertama) dalam penguasaan bahasa yang
dipelajari (bahasa kedua). Sebagai konsekuensinya, terjadi transfer atau
pemindahan unsur negatif dari bahasa ibu ke dalam bahasa sasaran.
Pendapat lain mengenai interferensi dikemukakan oleh Alwasilah
mengetengahkan pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman
dan Stonk, bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan
8 Abdul Chaer, Sosiolinguistik Perkenalan Awal. (Jakarta; Rinerka Cipta, 2010) H.
89

oleh adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu


bahasa terhadap bahasa lain mencakupi pengucapan sa-tuan bunyi, tata
bahasa dan kosakata9. Suhendra Yusuf (1994:67) menyatakan bahwa
faktor utama yang dapat menyebabkan interferensi antara lain perbedaan
antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Perbedaan itu tidak hanya
dalam struktur bahasa melainkan juga keragaman kosakata. Pengertian
lain dikemukakan oleh Jendra menyatakan bahwa interferensi sebagai
gejala penyusupan sistem suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Interferensi
timbul karena dwibahasawan menerapkan sistem satuan bunyi (fonem)
bahasa

pertama

ke

dalam

sistem

bunyi

bahasa

kedua

sehingga

mengakibatkan terjadinya gangguan atau penyimpangan pada sistem


fonemik bahasa penerima.
Interferensi merupakan gejala perubahan terbesar, terpenting dan paling
dorninan dalam perkembangan bahasa. Dalam bahasa besar, yang kaya
akan

kosakata

seperti

bahasa

Inggris

dan

Arab

pun,

dalam

perkembangannnya tidak dapat terlepas dari interferensi, terutama untuk


kosakata yang berkenaan dengan budaya dan alam. lingkungan bahasa
donor. Gejala interferensi dari bahasa yang satu kepada bahasa yang lain
sulit untuk dihindari. Terjadinya gejala interferensi juga tidak lepas dari
perilaku penutur bahasa penerima.

9Op. Cit. H. 43

Menurut Bawa10, ada tiga ciri pokok perilaku atau sikap bahasa.
Ketiga ciri pokok sikap bahasa itu adalah (1) language loyality, yaitu sikap
loyalitas/ kesetiaan terhadap bahasa, (2) language pride, yai-tu sikap
kebanggaan terhadap bahasa, dan (3) awareness of the norm, yaitu sikap
sadar adanya norma bahasa. Jika wawasan terhadap ketiga ciri pokok atau
sikap bahasa itu kurang sempurna dimiliki seseorang, berarti penutur
bahasa itu bersikap kurang positif terhadap keberadaan bahasanya.
Kecenderungan itu dapat dipandang sebagai latar belakang munculnya
interferensi. Dari segi kemurnian bahasa, interferensi pada tingkat apa
pun (fonologi, morfologi dan sintaksis) merupakan penyakit yang merusak
bahasa, jadi perlu dihindari (Chaer dan Agustina). Jendra 11 menyatakan
bahwa dalam interferensi terdapat tiga unsur pokok, yaitu bahasa sumber
atau bahasa donor, yaitu bahasa yang menyusup unsur-unsurnya atau
sistemnya ke dalam bahasa lain; bahasa penerima atau bahasa resipien,
yaitu bahasa yang menerima a-tau yang disisipi oleh bahasa sumber; dan
adanya unsur bahasa yang terserap (importasi) atau unsur serapan.
Dalam komunikasi bahasa yang menjadi sumber serapan pada saat
tertentu akan beralih peran menjadi bahasa penerima pada saat yang
lain, dan sebaliknya. Begitu juga dengan bahasa penerima dapat berperan
sebagai bahasa sumber. Dengan demikian interferensi dapat terjadi
secara timbal balik. Dari pendapat para ahli mengenai pengertian
interferensi di atas, dapat disimpulkan bahwa : 1. kontak bahasa
10 http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/hakikat-hakikikemerdekaan/interferensi-dan-integrasi/ diunduh pada tanggal 29 Juni 2012 pada
jam 08.45 WIB
11 Jendra. Loc.Cit. h. 105

10

menimbulkan

gejala

interferensi

dalam

tuturan

dwibahasawan.

2.

interferensi merupakan gejala penyusupan sistem suatu bahasa ke dalam


bahasa lain 3. unsur bahasa yang menyusup ke dalam struktur bahasa
yang lain dapat menimbulkan dampak negatif, dan 4. interferensi
merupakan gejala ujaran yang bersifat perseorangan, dan ruang geraknya
dianggap sempit yang terjadi sebagai gejala parole (speech).
2.2. Macam-macam interferensi
2.2.1. Interferensi fonologi (bunyi)
Interferensi terjadi bila bila penutur itu mengidentifikasi fonem
sistem bahasa pertama (bahasa sumber a-tau bahasa yang sangat kuat
mempengaruhi seorang penutur) dan kemudian memakainya dalam
sistem bahasa kedua (bahasa sasaran).
Dalam

mengucapkan

kembali

bunyi

itu,

dia

menyesuaikan

pengucapannya dengan aturan fonetik bahasa pertama. Penutur dart jawa


selaiu menambahkan bunyi nasal yang homorgan di muka kata-kata yang
dimulai dengan konsonan /b/, /d/, /g/, dan /j/. misalnya pada kata:
/mBandung/, /mBalif, /nDaging/, /nDepold, /ngGombong/, /nyJambi/. Dalam
pengucapan kata-kata tersebut telah terjadi interferensi tata bunyi bahasa
Jawa dalam bahasa Indonesia.

2.2.2. Interferensi Morfologi (Perubahan Kata)

11

Interferensi

terjadi

apabila

seorang

penutur

mengidentifikasi

morfem atau tata bahasa pertama dam kemudian menggunakannya


dalam bahasa kedua. Interferensi tata bentuk kata atau morfologi terjadi
bila

dalam

pembentukan

kata-kata

bahasa

pertama

penutur

menggunakan atau rnenyerap awalan atau akhiran bahasa kedua.


Misalnya awalan ke- dalam kata ketabrak, seharusnya tertabrak, kejebak
seharusnya terjebak, kekecilan seharusnya terialu kecil Dalam bahasa
Arab ada sufiks -wi dan -ni untuk membentuk adjektif seperti dalam katakata manusiawi, inderawi, dan gerejani.
Tipe

lain

interferensi

ini

adalah

imerferensi

struktur.

Yairtu

pemakaian struktur bahasa pertama dalam bahasa kedua. Misalnya


kalimat dalam bahasa Inggris, I and my friend tell that story to my father
sebagai hasil terjemahan dari saya dan teman saya menceritakan cerita
itu kepada ayah saya. Dalam kalimat bahasa Inggris tersebut tampak
penggunaan

struktur

bahasa

dalam

bahasa

Indonesia.

Padahal

terjemahan yang baik tersebut sebenarnya adalah My friend and i tell that
story to my father. Contoh dalam bahasa Jerman, ich und mein Freund
gehen ins Kino sebagai terjemahan dari saya dan teman saya pergi ke
bioskop. Padahal susunan kalimat yang benar adalah, mein Freund und
ich gehen ins Kino.
2.2.3. Interferensi Sintaksis (Tata bahasa)
Interferensi ini terjadi karena pemindahan morfem atau kata bahasa
pertama ke dalam pemakaian bahasa kedua. Bias juga tertadi perluasan
pemakaian kata bahasa pertama, yakni memperluas makna kata yang

12

sudah ada sehingga kata dasar tersebut memperoleh kata baru atau
bahkan gabungan dari kedua kemungkinan di atas.
Interferensi kata dasar terjadi apabila misalnya seorang penutur bahasa
Indonesia juga menguasai bahasa Arab dengan baik, sehingga dalam
percakapannya sering terselip kata-kata bahasa , sehingga sering terjebak
dalam interferensi.
2.2.4. Interferensi Semantik (Tatamakna)
Interferensi dalam tata makna dapat dibagi menjadi tiga bagian :
I. Interferensi perluasan makna atau expansive interference, yakni
peristiwa penyerapan unsur- unsur kosakata ke dalam bahasa lainnya.
Misalnya konsep kata Distanz yang herasal dari kosakata bahasa Inggris
distance menjadi kosakata bahasa Jerman. Atau kata democration menjadi
Demokration dan demokrasi.
2. Interferensi penambahan makna atau additive interference, yakni
penambahan kosakata baru dengan makna yang agak khusus meskipun
kosakata lama masih tetap dipergunakan dan masih mempunyai makna
lengkap. Misalnya kata Father dalam bahasa Inggris atau Vater daIam
bahasa Jerman menjadi Vati. Pada usaha-usaha menghaluskan makna
juga

terjadi

interferensi,

misalnya:

penghalusan

kata

gelandangan

menjadi tunawisma dan tahanan menjadi narapidana.


3. Interferensi penggantian makna atau replasive imerference, yakni
interferensi yang terjadi karena penggantian kosakata yang disebabkan
adanya perubahan makna seperti kata saya yang berasal dari bahasa

13

melayu sahaya.Dengan contoh-contoh di atas maka dapat dibedakan


antara campur kode dengan inteferensi. Campur kode mengacu pada
penggunaan serpihan bahasa lain dalam suatu bahasa, sedangkan
interferensi mengacu pada penyimpangan dalam penggunaan suatu
bahasa dengan memasukkan sistem bahasa lain. Tetapi ierpihan-serpihan
berupa klausa dari bahasa lain dalam suatu kalimat bahasa lain masih
bisa dianggap sebagai peristiwa campur kode dan juga interferensi., Dari
segi "kemurnian bahasa", interferensi dapat merusak" bahasa. Dari segi
pengembangan bahasa, interferensi merupakan suatu mekanisme yang
sangat penting untuk memperkaya dan mengembangkan suatu bahasa
untuk mencapai taraf kesempurnaan bahasa sehingga dapat digunakan
dalam segala bidangkegiatan. Bahkan Hocket (1958) mengatakan bahwa
interferensi merupakan suatu Qejala terbesar, terpenting dan paling
dotninan dalam bahasa.
Kontribusi utama interferensi yaitu bidang kosakata. Bahasa yang
mempunyai latar belakang sosial budaya, pemakaian yang luas dan
mempunyai kosakata yang sangat banyak, akan banyak memberi
kontribusi

kosakata

kepada

bahasa-bahasa

yang

berkembang

dan

mempunyai kontak dengan bahasa tersebut. Dalam proses ini bahasa


yang memberi atau mempengaruhi disebut bahasa sumber atau bahasa
donor, dan bahasa yang menerima disebut bahasa penyerap atau bahas
resepien, sedangkan unsur yang diberikan disebut unsur serapan atau
inportasi.

14

Menurut Soewito (1983:59) interferensi dalam bahasa Indonesia dan


bahasa-bahasa nusantara berlaku bolak balik, artinya, unsur bahasa
daerah bisa memasuki bahasa indonesia dan bahasa indonesia banyak
memasuki bahasa daerah. Tetapi dengan bahasa asing, bahasa Indonesia
hanya menjadi penerima dan tidak pernah menjadi pemberi. Unsur- unsur
dalam Interferensi Sekurang- kurangnya ada tiga unsur penting yang
mengambil peranan dalam terjadinya proses interferensi yaitu a) Bahasa
sumber (source language) atau biasa dikenal dengan sebutan bahasa
donor.

Bahasa

donor

adalah

bahasa

yang

dominan

dalam

suatu

masyarakat bahasa sehingga unsur-unsur bahasa itu kerapkali dipinjam


untuk kepentingan komunikasi antar warga masyarakat. b) Bahasa
sasaran atau bahasa penyerap (recipient). Bahasa penyerap adalah
bahasa

yang

menerima

unsur-

unsur

asing

itu

dan

kemudian

menyelaraskan kaidah- kaidah pelafalan dan penulisannya ke dalam


bahsa

penerima

tersebut.

c)

Unsur

serapannya

atau

importasi

(importation). Hal yang dimaksud di sini adalah beralihnya unsur- unsur


dari bahasa asing menjadi bahasa penerima.
Interferensi menurut Jendra (1991:106-114) dapat dilihat darl berbagai
sudut sehingga akan menimbulkan berbagai macam interferensi antara
lain:
(1) Interferensi ditinjau dari asal unsur serapan
Kontak bahasa bisa terjadi antara bahasa yang masih dalam satu kerabat
maupun bahasa yang tidak satu kerabat. Interferensi antarbahasa
sekeluarga disebut dengan pen-yusupan sekeluarga (internal interference)

15

misalnya interferensi bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa. Sedangkan


interferensi antarbahasa yang tidak sekeluarga disebut penyusupan
bukan sekeluarga (external interference) misalnya bahasa interferensi
bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.
(2) Interferensi ditinjau dari arah unsur serapan
Komponen irrterferensi terdiri atas tiga unsur yaitu bahasa sumber,
bahasa penyerap, dan bahasa penerima. Setiap bahasa akan sangat
mungkin untuk menjadi bahasa sumber maupun bahasa penerima.
Interferensi yang timbal balik seperti itu kita sebut dengan interferensi
produktif Di samping itu, ada pula bahasa yang hanya berkedudukan
sebagai bahasa sumber terhadap bahasa lain atau interferensi sepihak.
Interferensi yang seperti ini disebut interferensi reseptif.
(3) Interferensi ditinjau dari segi pelaku
Interferensi ditinjau dari segi pelakunya bersifat perorangan dan
dianggap sebagai gejala penyimpangan dalam kehidupan bahasa karena
unsur serapan itu sesungguhnya telah ada dalam bahasa penerima.
Interferensi produktif atau reseptif pada pelaku bahasa perorangan
disebut interferensi perlakuan atau performance interference. Interferensi
perlakuan pada awal orang belajar bahasa asing disebut interferensi
perkembangan atau imerferensi belajar.
(4) Interferensi ditinjau dari segi bidang.
Pengaruh interferensi terhadap bahasa penarima bisa merasuk ke
dalam secara intensif dan bisa pula hanya di permukaan yang tidak

16

menyebabkan sistem bahasa penerima terpengaruh. Bila interferensi itu


sampai menimbulkan perubahan dalan sistem bahasa penerima disebut
interferensi sistemik. Interferensi dapat terjadi pada berbagai aspek
kebahasaan antara lain, pada sistem tata bunyi (fonologi), tata bentukan
kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis), kosakata (leksikon), dan bisa
pula menyusup pada bidang tata makna (semantik).
2.3. faktor Penyebab Terjadinya Interferensi
Selain kontak bahasa, menurut Weinrich12 ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya interferensi, antara lain:
1) Kedwibahasaan peserta tutur
Kedwibahasaan

peserta

tutur

merupakan

pangkal

terjadinya

interferensi dan berbagai pengaruh lain dari bahasa sumber, baik dari
bahasa daerah maupun bahasa asing. Hal itu disebabkan terjadinya
kontak bahasa dalam diri penutur yang dwibahasawan, yanpada akhirnya
dapat menimbulkan interferensi.
2) Tipisnya kesetiaan pemakai bahasa penerima
Tipisnya

kesetiaart

dwibahasawan

terhadap

bahasa

penerima

cenderung akan menimbulkan sikap kurang positif Hal itu menyebabkan


pengabaian kaidah bahasa penerima yang digunakan dan pengambilan
unsur-unsur bahasa sumber yang dikuasai penutur secara tidak terkontrol.
Sebagai akibatnya akan muncul bentuk interferensi dalam bahasa
12 Abdul Chaer, Sosiolinguistik Perkenalan Awal. (Jakarta; Rinerka Cipta, 2010)
H. 64-65

17

penerima yang sedang digunakan oleh penutur, baik secara lisan maupun
tertulis.

3) Tidak cukupnya kosakata bahasa penerima


Perbendaharaan kata suatu bahasa pada umumnya hanya terbatas
pada pengungkapan berbagai segi kehidupan yang terdapat di dalam
masyarakat

yang

bersangkutan,

serta

segi

kehidupan

lain

yang

dikenalnya. Oleh karena itu, jika masyarakat itu bergaul dengan segi
kehidupan baru dari luar, akan bertemu dan mengenal konsep baru yang
dipandang perlu. Karena mereka belum mempunyai kosakata untuk
mengungkapkan

konsep

baru

tersebut,

lalu

mereka

menggunakan

kosakata bahasa sumber untuk mengungkapkannya, secara sengaja


pemakai bahasa akan menyerap atau meminjam kosakata bahasa sumber
untuk mengungkapkan konsep baru tersebut. Faktor ketidak cukupan atau
terbatasnya kosakata bahasa penerima untuk mengungkapkan suatu
konsep baru dalam bahasa sumber, cenderung akan menimbulkan
terjadinya interferensi.
Interferensi

yang

timbul

karena

kebutuhan

kosakata

baru,

cenderung dilakukan secara sengaja oleh pemakai bahasa. Kosakata baru


yang diperoleh dari interferensi inicenderung akan lebih cepat terintegrasi
karena unsur tersebut memang sangat diperlukan untuk memperkaya
perbendaharaan kata bahasa penerima.

18

4) Menghilangnya kata-kata yang jarang digunakan


Kosakata dalam suatu bahasa yang jarang dipergunakan cenderung
akan menghilang. Jika hal ini terjadi, berarti kosakata bahasa yang
bersangkutan akan menjadi kian menipis. Apabila bahasa tersebut
dihadapkan pada konsep baru dari luar, di satu pihak akan memanfaatkan
kembali kosakata yang sudah menghilang dan di lain pihak akan
menyebabkan terjadinya interferensi, yaitu penyerapan atau peminjaman
kosakata baru dari bahasa sumber. Interferensi yang disebabkan oleh
menghilangnya

kosakata

yang

jarang

dipergunakan

tersebut

akan

berakibat seperti interferensi yang disebabkan tidak cukupnya kosakata


bahasa penerima, yaitu unsur serapan atau unsur pinjaman itu akan lebih
cepat diintegrasikan karena unsur tersebut dibutuhkan dalam bahasa
penerima.
5) Kebutuhan akan sinonim
Sinonim dalam pemakaian bahasa mempunyai fungsi yang cukup
penting, yakni sebagai variasi dalam pemilihan kata untuk menghindari
pemakaian

kata

mengakibatkan

yang

sama

kejenuhan.

secara

Dengan

berulang-ulang

adanya

kata

yang

yang

bisa

bersinonim,

pemakai bahasa dapat mempunyai variasi kosakata yang dipergunakan


untuk menghindari pemakaian kata secara berulang-ulang. Karena adanya
sinonim ini cukup penting, pemakai bahasa sering melakukan interferensi
dalam bentuk penyerapan atau peminjaman kosakata baru dari bahasa
sumber untuk memberikan sinonim pada bahasa penerima. Dengan

19

demikian,

kebutuhan

kosakata

yang

bersinonim

dapat

mendorong

timbulnya interferensi.

6) Prestise bahasa sumber dan gaya bahasa


Prestise bahasa sumber dapat mendorong timbulnya interferensi,
karena

pemakai

bahasa

ingin

menunjukkan

bahwa

dirinya

dapat

menguasai bahasa yang dianggap berprestise tersebut. Prestise bahasa


sumber dapat juga berkaitan dengan keinginan pemakai bahasa untuk
bergaya dalam berbahasa. Interferensi yang timbul karena faktor itu
biasanya berupa pamakaian unsur-unsur bahasa sumber pada bahasa
penerima yang dipergunakan.13

13 Ibid. H. 66

20

Anda mungkin juga menyukai