PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
yang bersifat
terjadi
dalam
proses
belajar
mengajar
ataupun
terjadi
dalam
komunikasi sehari-hari.
Bahasa-bahasa yang digunakan oleh PBB sebagai bahasa
internasional memiliki pola dan struktur kebahasaan yang berbedabeda. Perbedaan pola bahasa menjadikan bahasa memiliki keunikan
tersendiri. Namun,
besarnya
ini, karena bahasa yang paling dikuasai oleh seorang yang menguasai
dua bahasa berpengaruh besar terhadap pemerolehan bahasa yang
akan ia pelajari selanjutnya adalah bahasa yang pertama ia dapatkan
yaitu bahasa ibu.
Rangkaian pemikiran inilah yang menjadi dasar bagi penulis
untuk mengkaji lebih dalam tentang interferensi bahasa ibu terhadap
bahasa target. Adapun bahasa target yang akan difokuskan dalam
analisis ini adalah Bahasa Arab. Penulis memilih Bahasa Arab sebagai
bahasa target untuk pembahasan dalam makalah ini karena bahasa
arab memiliki sedikit kesamaan unsur dan pola kalimat serta kosakata
yang terinferensi dari bahasa arab kedalam bahasa indonesia maupun
sebaliknya.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan
latar
belakang
diatas,
penulis
hanya
akan
menganalisis
dan
membahas
tentang
interferensi
bahasa
ibu
terhadap
Bahasa
Arab
yang
E. TUJUAN PENULISAN
Sebagaimana telah diuraikan dalam perumusan masalah, maka
penulisan makalah ini bertujuan untuk menjawab permasalahan
yang telah dirumuskan yaitu;
1. Untuk mengetahui bagaimana hakikat interferensi bahasa
2. Untuk mengetahui bentuk kesalahan apa sajakah
dilakukann mahasiswa akibat dari interferensi bahasa
yang
BAB II
KAJIAN TEORETIS
2.1. Definisi interferensi
Dalam kamus bahasa indonesia, interferensi adalah masuknya
unsur-unsur bahasa ke dalam bahasa lain 4. Menurut Alwasilah5, yang
rnengetengahkan pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman
dan Stonk bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh
adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa
terhadap bahasa lain mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa,
dan kosakata. Sementara itu, Jendra6 mengemukakan bahwa interferensi
meliputi berbagai aspek kebahasaan, bisa menyerap dalam bidang tata
bunyi (fonologi), tata bentukan kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis),
kosakata (leksikon), dan tata makna (semantik).
Interferensi, menurut Nababan, merupakan kekelinian yang terjadi
sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau
dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua 7. Senada dengan itu, Chaer dan
Agustina
mengemukakan
bahwa
interferensi
adalah
peristiwa
penyimpangan
norma
dari
salah
satu
bahasa
atau
lebih.
Untuk
pertama
ke
dalam
sistem
bunyi
bahasa
kedua
sehingga
kosakata
seperti
bahasa
Inggris
dan
Arab
pun,
dalam
9Op. Cit. H. 43
Menurut Bawa10, ada tiga ciri pokok perilaku atau sikap bahasa.
Ketiga ciri pokok sikap bahasa itu adalah (1) language loyality, yaitu sikap
loyalitas/ kesetiaan terhadap bahasa, (2) language pride, yai-tu sikap
kebanggaan terhadap bahasa, dan (3) awareness of the norm, yaitu sikap
sadar adanya norma bahasa. Jika wawasan terhadap ketiga ciri pokok atau
sikap bahasa itu kurang sempurna dimiliki seseorang, berarti penutur
bahasa itu bersikap kurang positif terhadap keberadaan bahasanya.
Kecenderungan itu dapat dipandang sebagai latar belakang munculnya
interferensi. Dari segi kemurnian bahasa, interferensi pada tingkat apa
pun (fonologi, morfologi dan sintaksis) merupakan penyakit yang merusak
bahasa, jadi perlu dihindari (Chaer dan Agustina). Jendra 11 menyatakan
bahwa dalam interferensi terdapat tiga unsur pokok, yaitu bahasa sumber
atau bahasa donor, yaitu bahasa yang menyusup unsur-unsurnya atau
sistemnya ke dalam bahasa lain; bahasa penerima atau bahasa resipien,
yaitu bahasa yang menerima a-tau yang disisipi oleh bahasa sumber; dan
adanya unsur bahasa yang terserap (importasi) atau unsur serapan.
Dalam komunikasi bahasa yang menjadi sumber serapan pada saat
tertentu akan beralih peran menjadi bahasa penerima pada saat yang
lain, dan sebaliknya. Begitu juga dengan bahasa penerima dapat berperan
sebagai bahasa sumber. Dengan demikian interferensi dapat terjadi
secara timbal balik. Dari pendapat para ahli mengenai pengertian
interferensi di atas, dapat disimpulkan bahwa : 1. kontak bahasa
10 http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/hakikat-hakikikemerdekaan/interferensi-dan-integrasi/ diunduh pada tanggal 29 Juni 2012 pada
jam 08.45 WIB
11 Jendra. Loc.Cit. h. 105
10
menimbulkan
gejala
interferensi
dalam
tuturan
dwibahasawan.
2.
mengucapkan
kembali
bunyi
itu,
dia
menyesuaikan
11
Interferensi
terjadi
apabila
seorang
penutur
mengidentifikasi
dalam
pembentukan
kata-kata
bahasa
pertama
penutur
lain
interferensi
ini
adalah
imerferensi
struktur.
Yairtu
struktur
bahasa
dalam
bahasa
Indonesia.
Padahal
terjemahan yang baik tersebut sebenarnya adalah My friend and i tell that
story to my father. Contoh dalam bahasa Jerman, ich und mein Freund
gehen ins Kino sebagai terjemahan dari saya dan teman saya pergi ke
bioskop. Padahal susunan kalimat yang benar adalah, mein Freund und
ich gehen ins Kino.
2.2.3. Interferensi Sintaksis (Tata bahasa)
Interferensi ini terjadi karena pemindahan morfem atau kata bahasa
pertama ke dalam pemakaian bahasa kedua. Bias juga tertadi perluasan
pemakaian kata bahasa pertama, yakni memperluas makna kata yang
12
sudah ada sehingga kata dasar tersebut memperoleh kata baru atau
bahkan gabungan dari kedua kemungkinan di atas.
Interferensi kata dasar terjadi apabila misalnya seorang penutur bahasa
Indonesia juga menguasai bahasa Arab dengan baik, sehingga dalam
percakapannya sering terselip kata-kata bahasa , sehingga sering terjebak
dalam interferensi.
2.2.4. Interferensi Semantik (Tatamakna)
Interferensi dalam tata makna dapat dibagi menjadi tiga bagian :
I. Interferensi perluasan makna atau expansive interference, yakni
peristiwa penyerapan unsur- unsur kosakata ke dalam bahasa lainnya.
Misalnya konsep kata Distanz yang herasal dari kosakata bahasa Inggris
distance menjadi kosakata bahasa Jerman. Atau kata democration menjadi
Demokration dan demokrasi.
2. Interferensi penambahan makna atau additive interference, yakni
penambahan kosakata baru dengan makna yang agak khusus meskipun
kosakata lama masih tetap dipergunakan dan masih mempunyai makna
lengkap. Misalnya kata Father dalam bahasa Inggris atau Vater daIam
bahasa Jerman menjadi Vati. Pada usaha-usaha menghaluskan makna
juga
terjadi
interferensi,
misalnya:
penghalusan
kata
gelandangan
13
kosakata
kepada
bahasa-bahasa
yang
berkembang
dan
14
Bahasa
donor
adalah
bahasa
yang
dominan
dalam
suatu
yang
menerima
unsur-
unsur
asing
itu
dan
kemudian
penerima
tersebut.
c)
Unsur
serapannya
atau
importasi
15
16
peserta
tutur
merupakan
pangkal
terjadinya
interferensi dan berbagai pengaruh lain dari bahasa sumber, baik dari
bahasa daerah maupun bahasa asing. Hal itu disebabkan terjadinya
kontak bahasa dalam diri penutur yang dwibahasawan, yanpada akhirnya
dapat menimbulkan interferensi.
2) Tipisnya kesetiaan pemakai bahasa penerima
Tipisnya
kesetiaart
dwibahasawan
terhadap
bahasa
penerima
17
penerima yang sedang digunakan oleh penutur, baik secara lisan maupun
tertulis.
yang
bersangkutan,
serta
segi
kehidupan
lain
yang
dikenalnya. Oleh karena itu, jika masyarakat itu bergaul dengan segi
kehidupan baru dari luar, akan bertemu dan mengenal konsep baru yang
dipandang perlu. Karena mereka belum mempunyai kosakata untuk
mengungkapkan
konsep
baru
tersebut,
lalu
mereka
menggunakan
yang
timbul
karena
kebutuhan
kosakata
baru,
18
kosakata
yang
jarang
dipergunakan
tersebut
akan
kata
mengakibatkan
yang
sama
kejenuhan.
secara
Dengan
berulang-ulang
adanya
kata
yang
yang
bisa
bersinonim,
19
demikian,
kebutuhan
kosakata
yang
bersinonim
dapat
mendorong
timbulnya interferensi.
pemakai
bahasa
ingin
menunjukkan
bahwa
dirinya
dapat
13 Ibid. H. 66
20