Anda di halaman 1dari 12

BAB II

KLAIFIKASI BAHASA

A. Pengertian
Bahasa sebagai alat komunikasi antar manusia di dunia ini sekitar
5.445 (lima ribu empat ratus empat puluh lima) (Parera, 1991:91). Apbil
dicermati bahasa-bahasa tersebut berbeda antara bahasa yang satu dengan
bahasa yang lainnya, namun demikian meskipun berbeda-beda dapat
ditemukan adanya persamaan di antaranya. Sudarno (1994:21 -27)
menyebutkan bahwa adanya persamaan antara bahasa yang satu dengan
bahasa yang lain disebabkan adanya tiga (3) kemungkinan; yakni adanya
persamaan karena kebetulan, persamaan karena pinjaman, dan persamaan
karena bahasa-bahasa tersebut masih memilki hubungan kekeluargaan.
1. Persamaan karena kebetulan
Persamaan unsur-unsur yang terkandung dalam bahasa yang
satu dengan bahasa yang lain dapat dimaklumi dikarenakan banyaknya
bahasa yang dipergunakan sebagai alat komunikasi manusia di dunia ini
serta aspek-aspek kehidupan masyarakat tersebut secra garis besar juga
mengandung kesamaan. Dengan demikian tidak mustahil apabila dalam
bidang bahasapun ditemukan adanya persamaan yang terjadi secara
kebetulan. Sebagai misal kata duo ‘dua’ dalam bahasa Latin dengan kata
duo ‘dua’ dalam bahasa Minang. Kedua kata tersebut tulisannya sama serta
pelafalannya mirip, tetapi antara penutur bahasa Latin dengan penutur
bahasa Minang tidak pernah berhubungan baik secara langsung maupun
melalui kebudayaan ataupun bahasa, serta antara bahasa Minang dan
bahasa Latin tidak mempunyai hubungan kekeluargaan. Di samping itu juga
tidak dimungkinkan kata duo ‘dua’ dalam bahasa Minang meminjam dari
bahasa Latin ataupun sebaliknya. Kesamaan yang ditemukan antara kedua
bahasa tadi terjadi secara kebetulan.
Ciri-ciri bahasa yang memiliki kesamaan unsur-unsurnya secara
kebetulan antara lain berikut ini.
a. Penutur bahasa yang memiliki kesamaan unsur yang terjadi secara
kebetulan tersebut tidak pernah berhubungan secara fisik maupun secara
kultural. Berhubungan secra fisik maksudnya antara penutur bahasa yang
mengandung kesamaan unsur secara kebetulan tersebut tidak pernah
berhubungan secara langsung, berkomunikasi secara lisan. Berhubungan
secara kultural maksudnya penutur bahasa yang mengandung kesamaan
unsur secara kebetulan tersebut berhubungnan melalui penutur bahasa
lain, atau melalui sarana lain, seperti buku, alat perekam.
b. Jumlah unsur bahasa yang mengandung kesamaan tersebut sedikit,
biasanya berupa kata dan pengertian yang terkandung dalam unsur
tersebut tidak bersifat logis dan sistematis.
2. Persamaan karena pinjaman
Persamaan unsur-unsur yang terkandung dalam suatu bahasa
dengan bahasa lain dapat terjadi karena bahasa yang satu tidak mempunyai
bentuk bahasa untuk mengekspresikan suatu konsep, sehingga bahasa
tersebut mengambil/ meminjam satuan lingual dari bahasa yang lain. Proses
peminjaman dapat terjadi setela adanya hubungan baik secara langsung
maupun tidak langsung antara penutur bahasa-bahasa tersebut.
Ciri-ciri bahasa yang memiliki kesamaan unsur-unsurnya karena
pinjaman antara lain berikut ini.
a. Unsur yang dipinjam dari bahasa lain biasanya mengandung pengertian
yang semula tidak dimiliki oleh bahasa peminjam. Sebagai contoh
munculnya kata negara dalam bahasa Indonesia karena meminjam kata
tersebut beserta pengertiannya dari bahasa Sanskerta, komputer dari
bahasa Inggris.
b. Satuan lingual yang dipinjam tersebut biasanya mengandung nilai rasa
tertentu yang lebih tepat/ terasa sopan jika diungkapkan dengan satuan
lingual dari bahasa lain, jika diungkapkan dengan satuan lingual bahasa
peminjam kurang pas. Misalnya kata istinjak yang dipinjam dari bahasa
Arab.
3. Persamaan karena hubungan kekeluargaan
Persamaan unsur-unsur yang terkandung dalam bahasa yang
satu dengan bahasa yang lain dapat terjadi karena semula bahasa-bahasa
tersebut seasal. Seiring dengan berjalannya waktu dan tempat yang terpisah
penutur-penutur yang semula bahasanya seasal lama kelamaan memiliki
hubungan yang renggang dan akibat berikutnya bahasa yang dipergunakan
oleh para penutur yang semuala satu bahasa dimungkinkan lama kelamaan
terpecah menjadi beberapa bahasa yang berbeda. Persamaan dengan
kemungkinan bahasa-bahasa tersebut memiliki hubungan kekeluargaan
jumlah dan ragamnya banyak.
Ciri-ciri bahasa yang memiliki kesamaan unsur-unsurnya karena
hubungan kekeluargaan antara lain berikut ini.
a. Persamaan unsur tersebut dapat terjadi dalam semua tataran
kebahasaan, apalagi bila terpisahnya bahasa-bahasa tersebut dari
bahasa asal dalam kurun waktu yang belum terlalu lama.
b. Dalam bidang leksikon, kosa kata yang mengandung persamaan berupa
kata-kata pokok, maksudnya kata-kata yang dimiliki oleh semua bahasa,
baik penutur itu primitif ataupun sudah modern.
c. Unsur-unsur yang mengandung persamaan itu biasanya bersifat logis dan
konsisten, sehingga dapat memunculkan hukum bunyi.
Adanya persamaan dan perbedaan di antara bahasa-bahasa
tersebut, maka bahasa-bahasa itu dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri
tertentu yang dimilikinya. Joseph Greeberg (1957:66) berpendapat bahwa
dalam pengklasifikasian bahasa secara ilmiah dalam hal ini diharapkan
digunakannya dasar kriteria kebahasaan. Lebih lanjut disarankan tiga kriteria
umum yang harus diperhatikan; yaitu yaitu (a) nonarbritrary/ tidak bebas/ tidak
mana suka, maksudnya dalam kajian Linguistik Historis Komparatif ini dasar
yang dipergunakan dalam mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
tersebut hanyalah korespondensi bunyi dan makna bukan dasar yang lain,
sehingga hasil pengelompokkan yang dilakukan oleh para peneliti akan sama,
(b) exhaustive/ lengkap, maksudnya dalam melakukan kajian Linguistik
Historis Komparatif ini haruslah semua bahasa diteliti, sehingga semua
bahasa dapat masuk dalam satu kelompok bahasa tertentu, (c) uniqueness/
khas, meskipun semua bahasa diteliti namun setiap bahasa akan masuk
dalam satu kelompok (bahasa yang sekerabat atau bahasa yang diasumsikan
berasal dari bahasa asal yang sama) tidak ada bahasa yang masuk dalam
lebih dari satu kelompok.
Pada umumnya bahasa-bahasa yang digunakan sebagai alat
komunikasi masyarakat di dunia ini dapat diklasifikasikan dengan
menggunakan tiga (3) metode yang utama, yakni: klasifikasi bahasa secara
genetis, klasifikasi bahasa secara tipologis, dan klasifikasi bahasa secara
wilayah atau areal.
Klasifikasi bahasa secara genetis mempergunakan kriteria
pengelompokkannya adalah korespondensi bunyi dan makna, sehingga
bersifat nonarbitrary/ tidak bebas. Dengan demikian, pengklasifikasian bahasa
yang dihasilkan oleh ahli bahasa terhadap sasaran bahasa yang sama
hasilnya aka sama pula. Klasifikasi bahasa secara genetis merefleksikan
hubungan kesejarahan pemakai bahasa-bahasa tersebut. Oleh karena itu,
bahasa-bahasa yang mempunyai hubungan kekeluargaan berkemungkinan
terletak dalam satu wilayah geografis. Pada umumnya bahasa-bahasa yang
mempunyai hubungan kekeluargaan terletak dalam satu wilayah geografis
walaupu wilayah itu tidak berbatasan secara langsung. Hal itu nampak pada
wilayah bahasa Rumpun Besar Bahasa Indo-Eropa, Rumpun Besar Austria.
Di samping itu, klasifikasi bahasa secra genetis berusaha mengelompokkan
bahasa-bahasa di dunia ini secara tuntas (meskipu sampai saat ini belum).
Hasil dari klasifikasi ini satu bahasa hanya masuk ke dalam satu kelompok/
rumpun tertentu, seperti bahasa Melayu, bahasa Jawa, atau bahasa Fililpina
hanya masuk dalam rumpun Austronesia.
Sedang klasifikasi bhasa Tipologis dapat mempergunakan kriteria
bahasa yang berbeda-beda, karena terdapat beberapa kriteria bahasa.
Sebagai misal klasifikasi bahasa berdasarkan tipologi fonologi, tipologi
morfologi, ataupun klasifikasi bahasa berdasarkan tipologi sintaksis. Jadi
kriteria yang dperhunakan dalam pengelompokkan bahasa secara tipologi ini
bersifat mana suka/ bebas, sehingga hasil pengelompokkan yang diperoleh
akan berbeda kalau memempergunakan kriteria pengelompokkan yang
berbeda/ tidak sama. Sebagai misal ada bahasa-bahasa yang secara
fonologis termasuk dalam satu kelompok tipologi, akan tetapi kemungkinan
secara sintaksis masuk dalam kelompok lain yang mempunyai persamaan
tipologi sintaksisnya. Klasifikasi tipologis tidak terikat pada aspek keturunan
ataupun hubungan kesejarahan antarpemakai bahasa. Dapat dimungkinkan
dalam satu rumpun bahasa secara genetis terdapat beberapa kelompok
bahasa secara tipologis, dimungkinkan juga dalam dua rumpun besara
bahasa yang berbeda terdapat kelompok bahasa yang secara tipologis sama.
Sebagai contoh bahasa Jawa dan bahasa Inggris secara genetis tidak sama/
berbeda rumpun, karena bahasa Jawa termasuk rumpun Austronesia sedang
bahasa Inggris termasuk rumpun Indo-Eropa tetapi kedua bahasa tersebut
termasuk dalam satu kelompok berdasarkan tipologis sintaksis klausa (SPO).
Bahasa-bahasa yang termasuk dalam satu kelompok tipologi secara geografis
tidak berhubungan, sehingga bahasa-bahasa tersebut dapat tersebar di
seluruh dunia.
Klasifikasi bahasa berdasarkan wilayah/ areal disebut juga tipologi
geografis merupakan pengklasifikasian bahasa yang didasarkan lokasi
geografis atau areal (Conrie, via Soeparno, 1993: 25). Hal ini mengindikasikan
bahwa di setiap daerah/ lokasi geografo akan mewarnai corak pemakaian
bahasanya.
Hal itu nampak di wilayah Pulau Jawa dan sekitarnya terdapat 3
(tiga) bahasa berikut ini.
a. Bahasa Madura; bahasa ini dipergunakan di Pulau Madura dan
sekitarnya dan sebagaian Jawa Timur. Bahasa ini mengenal tiga (3)
dialek, yaitu dialek Pamekasan, dialek Sumenep, dan dialek Bangkalan-
Kangean.
b. Bahasa Jawa; bahasa ini merupakan bahasa yang terpenting di antara
bahasa-bahasa Austronesia, karena (1) sebagai bahasa yang bersejarah;
bahasa Jawa Kuno muncul dalam prasasti sejak abad ke-9, (2) sebagai
bahasa kebudayaaan dengan kesusasteraan yang luas, (3) jumlah
pemakai yang besar, (4) bahasa yang istimewa sedunia karena demikian
mendlamnya dalam membedakan bahasa menurut pangkat, usia, dan
lain-lain. Selain itu, bahasa Jawa yang dipergunakan sebagai alat
komunikasi oleh masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta coraknya
berbeda dengan bahasa Jawa yang dipergunakan sebagai alat
komunikasi oleh masyarakatdi Purwakerta.
c. Bahasa Sunda; dipergunakan di Jawa Barat kecuali Banten. Bahasa
Sunda ini mengenal ‘Lemes’ yang merupakan variasi bahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi kepada orang yang memiliki pangkat
lebih tinggi serta ‘Songong’ yang merupakan variasi bahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi kepada orang yang memiliki pangkat
lebih rendah.
B. Klasifikasi Bahasa Genetis
Pengklasifikasian bahasa ini adalah pengelompokkan bahasa atas dasar
korespondensi bunyi dan makna. Dalam hal ini bahasa-bahasa yang
memiliki persamaan/ kemiripan dalam bunyi dan makna dijadikan satu
kelompok. Klasifikasi ini telah diaplikasikan pada berbagai bahasa di
dunia. Pengklasifikasian ini antara lain menghasilkan rumpun besar Indo-
Eropa dan rumpun besar Austria dengan rincian perkerabatannya terurai
berikut ini.
1. Rumpun Besar Indo-Eropa
Secara garis besar Indo-Eropa dikelompokkan menjadi dua
bagian besar; yaitu rumpun Indo-Eropa Timur yang sering disebut
dengan kelompok Satem dan rumpun Indo-Eropa Barat atau
kelompok Kentum (Parera, 1991: 101). Lebih lanjut dijabarkan bahwa
kelompok Satem maupun kelompok Kentum terdiri atas beberapa
subkelompok berikut.
a. Rumpun Indo-Eropa (Satem), rumpun ini terbagi menjadi empat
(4) subrumpun berikut ini.
1) Subrumpun Indo-Iran yang pernah disebut dengan Indo-Arya;
subrumpun ini terdiri atas dua (2) kelompok berikut.
a) Bahasa-bahasa di India; kelompok bahasa ini terdiri atas:
- Bahasa-bahasa India Kuno: Sanskerta, Weda (sudah
tidak dipakai)
- Bahasa-bahasa India pertengaha: Prakrit dan Pali yang
sudah tidak dipergunakan lagi
- Bahasa-bahasa India modern: Hindi, Hindustani,
Benggali, dan Gypsi
b) Bahasa-bahasa di Iran; kelompok bahasa ini terdiri atas:
- Bahasa-bahasa Iran Kuno: Avesta dan Persia Kuno
(sudah tidak dipakai)
- Bahasa-bahasa Iran petengahan: Pahlawi, Sogda, dan
Saki; ketiganya sudah tidak dipergunakan lagi
- Bahasa-bahasa Iran modern: Persia, Kurda, dan
Afganistan
2) Subrumpun Armenia; subrumpun ini terdiri atas:
-bahasa Armenia Kuno
Bahasa Armenia Rusia, Bahasa Armenia Turki
3) Subrumpun Albania
4) Subrumpun Balto-Slavik, ada ahli yang membedakan menjadi
dua kelompok; yaitu kelompok Baltik dan kelompok Slavik.
Kelompok Baltik terdiri atas bahasa Prusia Kuno (tidak
diperunakan lagi), bahasa Lithunia, dan Bahasa Latvia.
Kelompok Slavik terdiri atas tiga (3) subkelompok; yaitu
subkelompok Slavia Selatan, subkelompok Slavia Timur
(Rusia), dan subkelompok Slavia Barat. Subkelompok Slavia
Selatan meliputi bahasa Bulgaria, Bulgaria Kuno (tidak
dipergunakan lagi), Servia, Kroasia, dan Slovenia.
Subkelompok Salvia Timur (Rusia) meliputi bahasa Ukrania,
Rusia, Putih, dan Rusia Raya. Subkelompok Salvia Barat
meliputi bahasa Bohemia, Slowakia, Polonia, Sorbia, dan
Polabia (tidak diperguakan lagi).
b. Rumpun Indo-Eropa Barat atau Kelompok Kentum, rumpun ini
terbagi atas subrumpun-subrumpun berikut ini.
1) Subrumpun Tokharia yang terdiri atas:
- dialek Tokharia Timur yang disebut bahasa Agnea
- dialek Tokharia Barat yang disebut bahasa Kukhea
2) Subrumpun Yunani atau Helenik, subrumpun ini terdiri atas:
- Bahasa-bahasa Yunani Kuno: Lonia, Attika, Doris, Aeolia
yang kesemuanya sudah tidak dipergunakan lagi
- Bahasa Yunani pertengahan: Koine (tidak dipergunakan lagi)
- Bahasa Yunani modern
3) Subrumpun Italia yang terdiri atas:
- Kelompok Latin-Faliskan, dari bahasa Latin muncul bahasa-
bahasa Roman yang meliputi bahasa Prancis, bahasa
Provensal, bahasa Spanyol, bahasa Portugis, bahasa
Katalonia, bahasa Itali, bahasa Roeman/ Rumania, dan
bahasa Rheto Rumania
- Kelompok Oskan-Umbria
4) Subrumpun Keltik meliputi bahasa Irlanadia, bahasa
Skotlandia, Wels, Komis, Breton, dan Manks
5) Subrumpun Germania yang terdiri atas beberapa kelompok
bahasa berikut.
- Kelompok Germania Timur yang terdiri atas bahasa Gotis,
Wandal, Burgondia
- Kelompok Germania Utara terdiri atas bahasa Norwegia,
Islandia, Swedia, dan Denmark
- Kelompok Germania Barat terdiri atas bahasa Inggris, Fris,
Jerman, dan Belanda
2. Rumpun Besar Austria
Rumpun besar Austria ini dikelompokkan menjadi empat (4)
rumpun, yakni rumpun Austro-Asia, rumpun Austronesia, rumpun
Melanesia, dan rumpun Polinesia. Masing-masing rumpun tersebut terdiri
atas beberapa subrumpun berikut ini.
a. Rumpun Austro-Asia, rumpun ini terdiri atas empat (4) subrumpun berikut:
1) Subrumpun Austro-Asia Barat yang terdiri atas beberapa kelompok
bahasa berikut:
- Kelompok Kasi
- Kelompok Nikobar
- Kelompok Wa-Palaung
2) Subrumpun Austro-Asia Timur yang terdiri atas beberapa kelompok
bahasa berikut:
- Kelompok Mon
- Kelompo Khmer
- Kelompok Moi
3) Subrumpun Tchampa yang terdiri atas beberapa kelompok bahasa
berikut:
- Kelompok Tcham
- Kelompok Raglai
- Kelompok Djarai
4) Subrumpun Yumbri
b. Rumpun Austronesia, rumpun ini terdiri atas dua (2) subrumpun berikut:
1) Subrumpun Austronesia Barat, subrumpun ini terdiri atas beberapa
kelompok berikut:
- Kelompok Malagasi
- Kelompok Austronesia Barat Laut yang meliputi subkelompok
Formosa, Filipina, Chamoro, Palau, Sangihe-Talaut, dan
subkelompok Minahasa
- Kelompok Austronesia Barat Daya meliputi subkelompok Sumatra,
Jawa, Borneo, Bali-Sasak, Gorontalo, Tomini, Toraja, Loinang,
Banggai, Bungku Mori, Sulawesi Selatan, Muna Butung, dan
subkelompok Bima-Sumba
2) Subrumpun Austronesia Timur , subrumpun ini terdiri atas beberapa
kelompok bahasa berikut.
- Kelompok Ambon Timur yang meliputi subkelompok Sikka-Solor,
Kedang-Alor-Pantar, Timor-Timur, Vaikenu, Timor Barat, Kupang,
Seram Timur, Seram Barat, dan subkelompok Banda
- Kelompok Sula-Bacan yang terdiri atas suubkelompok Taliabu,
Sanana, dan subkelompok Bacan-Obi
- Kelompok Halmahera Selatan-Irian Barat
c. Rumpun Melanesia, dan
d. Rumpun Polinesia
C. Klasifikasi Bahasa Tipologis
Klasifikasi ini mempergunakan kriteria struktur bahasa yang
bersifat mana suka atau bebas, maksudnya pengklasifikasian bahasa
berdasarkan tipe strukturnya, misalnya tipe struktur morfologis, struktur
morfosintaksis, struktur fraseologis, atau struktur semantik. Masing-masing
klasifikasi ini mempergunakan dasar/ kriteria yang berbeda dalam
pengempokkan bahasa sasaran. Sebagai misal klasifikasi bahasa
berdasarkan tipologi morfologis berikut ini.
Soeparno (1993) menjellaskan bahwa berdasarkan tipe struktur
morfologinya bahasa dapat dikelompokkan menjadai empat (4) kelompok,
yaitu: a) tipe aglutinatif, b) tipe fleksi, c) tipe flekso-aglutinatif, dan d) tipe
isolatif. Masing-masing tipe bahasa memiliki ciri-ciri yang berbeda berikut ini.
a. Tipe Aglutinatif
Bahasa-bahasa yang struktur morfologis termasuk dalam tipe
aglutinatif pada struktur kata yang dimiliki memiliki ciri-ciri berikut.
- Struktur kata merupakan penggabungan antara unsur poko dengan unsur
tambahan (kata dibentuk melalui proses afiksasi)
- Struktur kata merupakan penggabungan unsur pokok dengan unsur pokok
(kata dibentuk dengan proses pemajemukan)
- Struktur kata terdiri atas pengulangan unsur pokok (kata dibentuk dengan
proses pengulangan)
Biasanya bahasa-bahasa yang berasal dari rumpun Austronesia
termasuk bahasa yang memiliki struktur morfologisnya termasuk bahasa
yang bertipe aglutinatif. Sebagai misal bahasa dari rumpun Austronesia yang
memiliki tipe aglutinatif adalah bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Dayak,
bahasa Makasar, bahasa Malagasi, bahasa Tagalok, dan bahasa Bisaya.
b. Tipe fleksi
Bahasa-bahasa yang dilihat dari tipe morfologisnya termasuk
bahasa bertipe fklesi adalah bahasa yang struktur kata diwujudkan dengan
mengubah bentuk kata. Contoh bahasa-bahasa yang bertipe fleksi adalah
bahasa Arab, bahasa Sanskerta, dan bahasa Latin. Peruubahan bantuk kata
dalam bahasa yang bertipe fleksi dibedakan menjadi deklinasi dan
konjugasi. Yang dimaksud dengan deklinasi adalah perubahan bentuk kata
yang disebabkan oleh perbedaan jenis kata, jumlah, dan kasus. Misalnya
deklinasi pada kata benda deva ‘dewa’ dari bahasa Sanskerta berikut.

Jumlah
Kasus
Tunggal Dual Plural
Nominatif devah devau dev*h
Vokatif deva devau dev*h
Akusatif devam devau dev*n
Instrumentalis devana devaby*m devaih
Datif dev*ya devaby*m devabyah
Ablatif dev*t devaby*m devabyah
Genetif devasya devayoh devan*m
Lokatif deve devayoh devesu

Selanjutnya yang dimaksud dengan konjugasi adalah peruubahan


bentuk kata yang disebabkan oleh perbedaan persona, jumlah, dan kala.
Misalnya konjugasi pada kata kerja vad ‘berkata’ dari bahasa Sanskerta berikut.
Jumlah
Persona
Tunggal Dual Plural
Persona 1 vadami vad*vah vad*mah
Persona 2 vadasi vadathah vadatha
Persona 3 vadati vadatas vadanti

c. Tipe flekso-aglutinatif
Bahas-bahasa yang termasuk dalam tipe flekso-aglutinatif adalah
bahasa yang memiliki karakter gabungan dua tipe yaitu tipe fleksi dan tipe
aglutinatif. Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang bertipe
flekso-aglutinatif. Untuk menunjukkan jamak dan kala lampau bahasa inggris
mengikuti tipe aglutiinatif yaitu dengan proses penambahan unsur, misalnya
kata book ‘buku’ untuk jamaknya book + s sehingga menjadi books ‘banyak
buku’, pencil ‘pensil’ untuk jamaknya ditambah + s sehingga menjadi pencils
‘banyak pensil’. Demikian juga untuk menunjukkan kala lampau pada kata
kerja bahasa Ingngris ada yang dilakukan dengan menambahkan unsur
pada kata kerja tersebut, namu ada juga untuk menunjukkan kala lampau
dilakukan dengan mengubah bentuk kata seperti bahasa yang betipe fleksi.
Contoh dengan menambahkan unsur pada kata untuk menunjukkan kala
lampau pada bahasa Inggris adalah kata walk ‘berjalan’ untuk menunjukkan
kala lampau dengan menambahkan unsur + ed sehingga menjadi walked
‘telah berjalan’. Untuk menunjukkan kala lampau pada kata kerja pada
bahasa Innggris memiliki karakter seperti bahasa yang memiliki tipe fleksi
yaitu dengan mengubah bentuk kata. Misalnya pembentukan kata lampau
untuk kata drink ‘minum’ dengan mengubah bentuk menjadi drank ‘telah
minum’. Contoh pembentukan kata di atas menunjukkan bahwa bahasa
Inggris memiliki karakter bahasa yang bertipe agluutinatif dan bahsa yang
bertipe fleksi, dengan demikian bahasa Inggris termasuk bahasa yangbertipe
flekso-aglutiinatif.
d. Tipe isolatif
Bahasa yangbertipe isolasi tidak mengenal perubahan dan
pembentukan kata secara segmental atau tanpa mengenal adanya prosede
morfologis. Bahasa tipe ini dikenal dengan nama bahasa tonis, karena unsur
distingtifnya ditunjukkan dengan adanya perubahan atau perbedaan nada.
Bahasa yang termasuk tipe isolasi antara lain bahasa Vietnam, bahasa
Mandarin, bahasa Kiangsi, bahasa Ningpo, dan bahasa Kantong.

Anda mungkin juga menyukai