Anda di halaman 1dari 10

Wêdharan Kawêritan

Para manusia banyak yang menyebutkan bahwa Pangeran (Gusti) adalah sifat kekal tidak
berubah. Serta yang menulis serat ini juga ikut menyebutkan : bahwa Dia-lah sang kuwasa.
Yang kekal tidak rusak. Tapi bagaimana kata sebutan tadi didapat dari apa, serta apa yang
menjadi tanda untuk dapat mengatakan bahwa Pangeran bersifat kekal. Masalah ini benar-benar
tidak mudah harus ada keterangan tanda nyata yang jelas. Padahal untuk bisa mendapat tanda
nyata yang jelas, harus dengan sarana melihat sebanyak-banyaknya barang yang bisa rusak atau
berubah , serta sifat barang tadi apakah tidak menyamai sifat Pangeran, di situ memerlukan
kehati-hatian. Hal yang harus diperhatikan yaitu perubahan barang tadi.

Sungguh dari banyaknya wujud tersebut tidak ada yang tidak rusak, kecuali hanya Jita Pangeran
pribadi yang kekal tanpa berubah. Jita adalah pengandaian seperti langit atau udara, sebagai
dasar berdirinya jagad, walaupun langit tadi juga terpaksa rusak , rusaknya langit sewaktu sudah
sampai di akhir, untuk itu semua barang yang belum menjadi wujud juga ditetapkan rusak
semua, walaupan adat tata cara, watak dan kelakuan juga keinginan kesukaan, yang disukai, dan
kekuatan, juga berubah atau rusak, seperti : muda menjadi tua, lalu meninggal, baik jadi buruk,
kuat jadi lemah, dan seterusnya. Pangeran sendiri menjadi tanda nyata ketetapan hanya yang
kekal, dari Jita Pangeran tidak berubah selamanya, selalu menjadi awal menjadi. Tentang sifat
kekal tadi lebih jelas lagi seperti ini : yang rusak kekal itu adalah kehidupan, maka Pangeran juga
hidup, seperti : hewan, termasuk tumbuh-tumbuhan juga hidup, bahkan semua yang terang itu
sejatinya juga hidup, hampir tidak ada barang yang tidak hidup, walaupun tanah, api, air, angina,
itu juga hidup, namun hidup makhluk dunia tidak seperti hidup Pangeran, kehidupan makhluk
dunia akan menjadi mati, atau berubah, bersama Kehidupan Pangeran yang tidak mungkin mati,
tidak berubah, dan juga kekal. Oleh karena itu tidak ada barang hidup yang menyamai
kehidupan Pangeran, demikian juga sifat-Nya. Kekuwasaan Pangeran kekuwasaan Pangeran
kekal selamanya, walaupun sampai di hari akhir, atau sampai alam terombang ambing
keberadaan Pangeran tidak goyah.

Sabar tapi hanya Pangeran pribadi yang kekal, semua makhluk hidup bisa rusak, atau berubah,
maka wajib berhati-hati. Tapi yang diwaspadai, seharusnya dipilih yang bisa bolak-balik
perubahannya yaitu berubahnya adat, seperti : muda menjadi tuwa, karena sudah lama masanya
jika tua juga bisa menjadi muda apabila sudah kembali lagi, mênggah panunggilipun yang pantas
diadakan di bawah ini

1. Setia berubah menjadi berkhianat

2. Suka > benci

3. Rukun > berselisih

4. Ketetapan > ingkar

5. Sangat suka > biasa

6. Ingat berubah jadi lupa

7. Dermawan > pelit Serta jawabanya


8. Marah > sabar

9. Bodoh > pintar

10. Miskin > kaya

11. Ingin > tidak ingin

12. Mau > tidak mau

13. Gemar > kapok

Paparan diatas tadi, sedikit keterangan dibawah ini

1. Setia berubah menjadi khianat, jika pemikirannya membalik dari keluasan kebalikan
untuk masalah lahir yang tidak sah, atau terbawa dari perasaan, serta memiliki perkiraan
manfaat melebihi yang didapat dari suka ataupun menganggap lebih mudah melakukan
khianat daripada juga melakukan setia yang benar-benar tidak diketahui jika melakukan
khianat, malah lebih susah dengan menggusir budi, selain itu belum pasti yang didapat.
Khianat berubah menjadi setia, pertama apabila sudah tau tentang kehormatan setia lebih
baik daripada khianat, yang kedua, jika sudah tau dan menghargai, bahwa adanya dosa
dan siksa, karena salingmelakukan khianat yang tercela, yang ketiga, mengetahui bahwa
Pangeran (Tuhan/Gusti) tidak tidur, mengetahui keburukan manusia, baik raganya
manusia menjadi penutup jiwa, jiwa manusia menjadi wawasanganing Pangeran,
Walaupun raga manusia menuju tidur namun jiwanya tidak tidur.

2. Suka, berubah menjadi benci apabila sebuah keinginan jahat, baiknya ya dikendalikan,
serta dihalangi sampai tidak bisa melakukan niat dan juga mudah juga tidak membaik,
benci berubah menjadi suka apabila dipunkawoni, serta dipunsalondhohi, juga
dipuncondhongi atau dipunladosu hingga nyaman tidak sekalipun niat melukai, yang ada
hanya berbaikan, menempel, dan cocok.

3. Rukun, berubah menjadi berselisih, apabila berebut masalah lahi, serta ingin menang
sendiri atau berebut lebih unggul niat melihat kekuatan ataupun menuruti kata hati,
caranya untuk mempermalukan lawannya dimulai dengan menganggap : teman jadi
musuh, walaupun pisah tidak peduli, tidak menyesal. Berselisih berubah menjadi rukun
apabila sama-sama ramah lalu selalu ingat untuk menjauhi ucapan yang terasa tidak baik,
diikuti dengan saling tolong menolong dan saling bantu membantu.

4. Ketepatan berubah jadi ingkar apabila terdesak dalam kesulitan dan bencana sampai
membuat ketakutan pergi sudah ikut menjadi terbalik atau menganggap kekuatan
keingkaran melebihi ketetapan. Ingkar berubah menjadi ketetapan apabila ingat serta
dapat menimbang jhasil dari ingkar itu membawa kesusahan kekal membuat tidak
dihormati, merenggangkan kepercayaan, serta tidak disukai dalam banyak hal karena
gegabah dalam bertindak, sampai akhir tidak dihormati.

5. Doyan (sangat suka), berubah menjadi biasa, apabila makanan yang termakan tidak
santun padahal keadaan hawa dan waktu sopan santun berubah rasa di perut atau rasa
santun tidak terasa sampai selesai makan tidak lahap, atau tidak enak. Biasa, berubah
menjadi enak sekali ketika rasa makanan sudah baik, serta cocok dengan keadaan hawa
dan musim, membuat ingin makan dengan lahap, atau cenderung rasanya tidak membuat
sakit.

6. Ingat berubah menjadi lupa, contohnya : orang yang anaknya meninggal tentu selalu
teringat setiap melihat yang mirip dengan anaknya akan semakin mengingat sampai
terasa dalm hati. Namun jika ingatan tadi pecah, muncul ingatan untuk yang lain yang
lebih disukai. Contohnya : selanjutnya ingat membahas ilmu yang berguna dalam
kehidupan, atau apabila seorang laki-laki masih muda, ingat pada wanita yang indah
cantik sekali, dasar menghalangi pemuda. Selanjutnya suka membuat jatuh cinta, jatuh
cinta pada perempuan dan juga jatuh cinta juga pada ilmu, akhirnya lupa akan ingatan
tentang bagaimana dia merasa kasihan kepada anak yang sudah meninggal dunia, atau
pada siapapun yang sudah berpisah lama lalu teringat angan-angan. Lupa berubah
menjadi ingat, contoh : lupa pada kebaikan yang sudah dilakukan, karena menemukan
sesuatu yang dapat membahagiakan saat itu juga, melupakan kebaikan tapi bersama
kebahagiaan tadi tidak tetap, dan mendapat halangan yang tidak mengenankkan hati,
akhirnya manusia dapat menimbang bahagia memiliki kegunaan daripada kekuatan
kebaikan. Demikian tulisan ini.

7. Dermawan berubah jadi pelit apabila kedermawanan tadi tidak diserah terimakan, serta
tidak diperlihatkan, apabila kesusahan tidak dapat mendapat pertolongan , tidak ada yang
gentian memberi, menjadi orang dermawan merasa salah sebab tidak mendapat apa-apa
di kehidupan, tanpa melakukan apa-apa.

Pelit berubah menjadi dermawan, pertama apabila sudah tidak kekurangan sarana. Kedua
ditumbuhi rasa belas kasih, serta dapat merasakan jika pelit itu merenggangkan relasi, apa
yang membuat kelemahan dalam hidup, yaitu hidup sendiri tanpa teman

8. Marah berubah menjadi sabar jika penggunaan kemarahan tanpa bekas yang berguna.
Terkadang yang dimarahi terlihat tumbuh keberanian melawan jadi kemarahannya tadi
keliru. Terkandang menambah tempat yang selalu membuat susah.
Sabar berubah menjadi marah jika kesabaran tadi menjadi disepelekan. Mendekati
kewajiban, atau menjadikan tidak niat yang penting. Atau menumbuhkan kurang berhati-
hati, terlena,

9. Bodoh berubah menjadi pintar jika mau belajar sembarang keahlian serta memberi ilmu
atau menajamkan pemahaman, sarana ingin memikirkan perkara yang lumayan sulit
sehingga menjadi terbiasa sampai kebodohan ini terlihat tak berdaya.
Pintar berubah menjadi bodoh jika sudah melakukan pengetahuan dalam baik buruk, serta
menguasai perkara yang tinggi-tinggi atau terhenti pemikirannya pada perkara yang
terlalun dalam. Sampai dapat mengetahui rasa bermacam-macam perjalanan. Jadi selalu
Menambah ilmu dari sudah penuhnya isi dari banyaknya pengetahuan.

10. Miskin berubah menjadi kaya jika rajin bekerja yang diperbolehkan serta dapat
menabung kekayaan berdasar pengeluaran kemudian ditandai dengan teliti, serta berhati-
hati tanpa adanya halangan.

Kaya berubah menjadi miskin jika selalu royal atau membesar-besarkan ketika
melakukan kesombongan yang membuat boros, berdasar tanpa oleh-oleh, hanya selalu
mengeluarkan dan kehilangan atau tidak mengingat sebab kekayaan yang hanya ada
keberuntungan.

11. Ingin berubah menjadi tidak ingin. Jika yang diinginkan membuat menyesal serta
membuat kemlaratan atau dirasakan akan menumbuhkan penyakit yang berbahaya. Tidak
ingin berubah menjadi ingin, jika yang tidak diinginkan, ini akan menjadikan kesehatan
badan, serta rasanya enak sekali dapat membuat luka hati.

12. Mau berubah menjadi tidak mau jika yang akan dilakukan tidak berfaedah serta membuat
hati menyesal atau pelaksanaannya susah.
Tidak mau berubah menjadi mau jika mendapat keterangan yang jelas, sampai dapat
mencerahkan pikiran, jika yang akan dilakukan besar perolehannya serta banyak
kebaikannya, atau menumbuhkan kebahagiaan tetapi tidak menjadikan celaka.
13. Gemar berubah menjadi kapok jika yang digemari terdapat bagian yang menjadikan
susahnya melangkah, atau membuat kekhawatiran, yang membuat celaka.
Kapok berubah menjadi gemar jika yang membuat kapok sudah tidak menjadi
penghalang niat, serta perilakunya dapat dan baik, atau memang belum ada yang
menandingi, baik dan kebaikannya seperti rasa kegemaran yang dilakukan

Sebab perubahan keadaan maka sebaiknya kita berhati-hati, kita harus berhati-hati tidak
hanya dalam hal hilangnya sesuatu yang kita miliki, seperti anak istri, atau keluarga, guru,
sampai diri kita juga harus hati - hati, jika mungkin saya lupa, jika mungkin saya lelah, bisa jadi
saya tidak kuat, bisa jadi saya pergi, bisa jadi saya belum paham, mungkin saya kasar, saya sakit,
atau mungkin saya mati, dan semua yang harus kita perhatikan dalam diri kita sendiri. Namun
kita tidak dapat sepenuhnya berhati-hati, kita harus memilih dari banyak perkara dunia yang
tidak pantas dalam berhati-hati yang sekiranya tidak bisa diharapkan, bahwa memperhatikan
perkara yang harus berhati-hati contohnya harus berhati-hati saat makan, mencuci tangan, tidur,
berjalan, berbicara, sampai diam pun harus berhati-hati takut terkesan angkuh. Atau tidak ikut
memperhatikan pada masalah yang dibahas dan lainnya. Bila dijabarkan, banyak sekali perkara
yang meyibukkan manusia. Seperti : mencari kutu, mennyambar nyamuk samapai perkara se
sepele apapun, harus dilakukan dengan hati-hati. Kebanyakan perkara sebenarnya masih dibawah
kira-kira, jadi harus dibenarkan. Begitu pula berhati-hati yang berlebihan akan mengurangi rasa
keyakinan kita terhadap kekuasaan Tuhan. Karena setiap kehati-hatian adaah tidak yakin, dan
setiap yakin adalah tidak hati-hati. Jadi kepercayaan bertolak belakang dengan kehati-hatian.
Disitulah bahayanya bertindak bila tanpa hati-hati adalah salah, bila tanpa keyakinan adalah
kliru. Lalu mana yang harus kita laksanakan ? berhati-hati atau yakin. Padahal keduanya adalah
hal yang baik.

Dimulai dari tidak cocoknya dua barang yang sama baiknya, manusia kemudian
mempertimbangkan, memiliki pilihan supaya bisa mencakup keduanya, yaitu : berhati-hati
dalam bertindak untuk diri, untuk menjaga keselamatan raga, kepercayaan dilakukan untuk batin,
melakukan kepercayaan dengan hati-hati. Setelah itu lalu pasrah pada Pangeran (Tuhan/Gusti).
Kekalnya Pangeran menumbuhan kepercayaan, perubahan keadaan menumbuhkan kepercayaan ,
perubahan keadaan menumbuhkan kehati-hatian.
berhati-hati digolongkan menjadi tiga

1. Hati-hati, tidak ceroboh

2. Awas, tidak terlena Berhati-hati


3. Pintar, tidak mudah ditipu

Sebuah lagu dari jaman kina nasehat : masalah kepercayaan pada kebijaksanaan pada kehidupan
yang lebih baik tidak lupa, sebagai pengingat pada kepercayaan

Inilah lagunya :

Kambang-kambang pralampitaning ngaurip kabèh kênèng rusak amung dzat kang maha
suci, sajêgé langgêng kéwålå.

Sebagai pengingat pada watak kebijaksanaan yaitu : Kehormatanku sebagai sang


bijaksana, dengan pemikiran ku yang teliti, hati tidak mati, malah aku berhati-hati

(teliti)

Apa yang membuat manusia bisa hidup

Apa yang membuat manusia bisa mati

Apa yang menjadi sebab manusia bisa menjalani kehidupan

SOLO BOEKHANDEL M. TANOJO

Mêntas ambabar sêrat:

Tali råså
Membagi sebab manusia dapat hidup serta mati, apa saja yang bisa dilakukan di dunia, supaya
dapat menjadi pegangan supaya bisa hidup dengan baik, benar-benar berubah dalam serapan oleh
pemilik kehidupan.

råså

budi

rågå
Talijiwå Talitanåyå
Taliråså Taliswårå

Wѐdhåtanåyå.

Sangat berguna untuk mendapatkan keturunan. Serat wedhatanaya tadi, menjelaskan ketentuan
berumah tangga, pemilihnya terutama menurut tata krama dalam berhubungan badan sampai
indah sekali hingga selesaipun tidak menolak

Selama belum ada yang membukakan topik ini seperti serat wedhatanaya. Isinya banyak, bisa
mengelak, larangan, ajaran leluhur, pantangan, juga kesulitan para leluhur jaman kina. Membuka
kebaikan budi yang menguasai kesedihan. Yaitu pertanda dari perempuan kepada laki-laki, sabar
namun semua tadi sudah lumrah dilakukan banyak orang, jadi serat wedhatanaya, juga pantas
untuk laki-laki maupun perempuan, tidak akan mengecewakan

SOLO BOEKHANDEL M.TANOJO

SOLO
Dimulai dari apa saja yang sudah dibaca di dalam Serat Kaweriten, dapat dipahami bahwa dari
banyaknya wujud tidak ada yang tidak rusak, kecuali Gusti ( Pangeran ) yang memiliki sifat
kekal yang tidak berubah. Maka dari itu ketetapan bahwa selain Gusti ( Pangeran ) bisa berubah
atau rusak seperti (yang muda berubah jadi tua kemudian meninggal, yang baik jadi buruk, yang
kuat jadi lemah, dan lain-lain). Bab ini dapat dipahami dari Serat Kaweriten halaman 6 (enam)

Berhubungan dengan topik kekal juga diterangkan lagi bahwa yang diberkahi kekal itu
hidup, walaupun walaupun banyak barang yang hidup seperti batu, tumbuhan, air, angin, dan
lain-lain. Namun kehidupan makhluk di dunia berbeda dengan kehidupan Pangeran yang tidak
akan mati ataupun berubah ( hidup kekal ). Maka dari itu tidak ada barang yang hidupnya sama
dengan hidup Pangeran. Bab ini dapat diketahui dari Serat Kaweriten halaman 7. Dijelaskan juga
berkaitan dengan kebalikan yang dapat terjadi pada kehidupan.

1. Setia berubah jadi khianat


2. Suka berubah jadi benci
3. Rukun berubah jadi berselisih
4. Ketetapan berubah jadi ingkar
5. Doyan berubah jadi biasa saja
6. Ingat berubah jadi lupa
7. Dermawan berubah jadi pelit
8. Marah berubah jadi sabar
9. Bodoh berubah jadi pintar
10. Kaya berubah jadi miskin
11. Ingin berubah jadi tidak ingin
12. Mau berubah jadi tidak mau
13. Gemar berubah jadi kapok

Masalah diatas juga dijelaskan di dalam teks Serat Kaweriten yang dimulai dari halaman 8
sampai halaman 21. Selanjutnya ada di halaman awal yang menjelaskan bahwa dari perubahan
maka harus berlaku hati-hati. Tentunya yang harus diperhatikan itu tidak hanya perubahan
barang, selain anak istri, guru dan lain-lain. Diri sendiri juga harus diperhatikan. Berhubungan
dengan itu tidak semua kehati-hatian dilakukan, namun juga dipilih yang pantas.

Anda mungkin juga menyukai