Hall
Sepuluh Aturan Dasar untuk Hidup Lebih Baik
1. Berhenti mengkhawatirkan
Gagasan umum bahwa orang yang khawatir adalah warga negara yang
bijaksana dan teliti adalah salah. Orang Mesir menyadari hal ini ketika mereka
memasukkan kekhawatiran ke dalam dosa utama. Jangan bingung antara
perhatian dan kekhawatiran. Orang yang bijaksana merencanakan solusi, tetapi
orang yang khawatir hanya larut dalam keraguannya sendiri. Jika Anda berpikir
jernih, kekhawatiran Anda akan berkurang. Orang yang khawatir tidak hanya
mengalami bencana yang sama berkali-kali, namun juga merusak kesehatannya
dan mengganggu semua orang yang berhubungan dengannya. Ada banyak hal
di dunia ini yang memerlukan pertimbangan matang, namun sebenarnya tidak
ada yang perlu ditakutkan selain rasa takut.
3. Ambisi moderat
Ada kecenderungan untuk mengabaikan berkat-berkat alami dan sederhana
sementara kita terus mengejar tujuan-tujuan yang jauh. Setiap individu
mempunyai kapasitas tertentu. Jika dia dapat mengenali kemampuannya sendiri
dan memanfaatkannya, dia dapat memperoleh keamanan pribadi. Namun, jika ia
terus-menerus mencari sesuatu yang tidak dapat dicapai secara wajar, ia tidak
akan pernah merasakan kebahagiaan atau kepuasan. Orang bijak mengamati
akibat buruk dari ambisi yang tidak terkendali, dan memilih moderasi. Tidak perlu
menjadi terkenal untuk menjadi bahagia, dan seseorang tidak perlu menjadi
warga negara terkemuka dalam masyarakat untuk memuaskan naluri sosialnya.
Orang yang ambisius biasanya membayar terlalu banyak untuk apa yang mereka
dapatkan, dan menjadi lebih sengsara setelah mendapatkannya.
Bahkan orang yang egois pun menyadari bahwa ia tidak mampu menyimpan
dendam, dan orang yang tidak egois tidak akan membiarkan dendam menumpuk
karena mereka lebih tahu dan lebih percaya.
10. Jangan pernah menyalahkan orang lain atas kesalahan kita sendiri
Hal ini hampir tidak diperlukan. Masing-masing dari kita tampaknya memiliki
kapasitas luar biasa untuk melakukan hal-hal buruk dan memilih dengan tidak
bijaksana. Sebenarnya, kita berada dalam kesulitan karena kita belum
memanfaatkan kekuatan dan kemampuan yang kita terima sebagai hak asasi
secara konstruktif. Orang lain hanya bisa menyakiti kita ketika kehidupan batin
kita terlalu lemah untuk bertahan menghadapi cobaan atau ujian. Daripada
membenci kemalangan dan mencari alasan atas keterbatasan kita, kita harus
menghadapi faktanya. Entah kita lebih kuat dari masalah dan bisa
menyelesaikannya dengan cerdas, atau masalah lebih kuat dari kita, dan satu-
satunya solusi adalah meningkatkan kekuatan kita sendiri. Orang lain tidak bisa
disalahkan atas ketidakbahagiaan kita. Setiap orang harus mencari ketenangan
pikirannya sendiri, dan, sebagaimana diungkapkan dengan baik dalam Arabian
Nights, kebahagiaan harus diperoleh.