Anda di halaman 1dari 21

NAFSU

SUFIYAH/SAWIYAH
Nama : Allifia Recna M
Nim : G0B019020
Prodi/Semester : D3 Gizi/2
 Nafsu sufiah : Nafsu baik:
 Nafsu sufiah merupakan nafsu yang ditimbulkan oleh Mata/Penglihatan.
Nafsu sufiah merupakan nafsu bawaan lahir menempati lapisan pembungkus
ketiga dari luar setelah nafsu lawwamah sebagai pembungkus hati nurani.
 Nafsu sufiah berasal dari unsur Air dan mempunyai sifat seperti Air.
Sifat-sifat dari air antara lain:

1. Air selalu mencari posisi tempat yang paling rendah.


Artinya jika kita dikuasai oleh nafsu ini akan mempunyai sifat rendah hati
terhadap sesama dan merasa rendah diri dihadapan Allah SWT.
2. Air selalu mengambil bentuk dari wadah yang ditempatinya.
Artinya jika kita dikuasai nafsu ini akan pandai menempatkan diri, membawa
diri terhadap lingkungan sekitarnya serta bisa menyesuaikan diri kepada
siapa yang sedang dihadapinya.
Kita juga mempunyai sifat empati, mudah merasa iba dan belas kasihan
kepada orang lain serta suka menolong.
 Nafsu sufiah merupakan sahabat hidup kita yang menginginkan dan
mengajak untuk mengutamakan nafsu ibadah kepada Allah SWT.
Sejahat apapun manusia di dalam dirinya ada keinginan untuk berbuat
baik dan prinsipnya tidak ada orang jahat itu 100 % jahatnya.
Secara ilmiah sifat sufiah merupakan tanda bahwa kita hidup
membutuhkan air sebagai salah satu sumber kehidupan dengan kata
lain manusia tidak minum akan mati maka dapat dipastikan di dalam
tubuh tiap manusia mengandung air.
 Contoh kasus :
1.Rendah hati
Seseorang yang rendah hati adalah seseorang yang berpengetahuan
namun tetap terbuka pada saran dan masukan. kita mungkin akan
menghadapi banyak saran dalam perbincangan dengan orang lain namun
kita yang rendah hati pasti bisa terbuka dengan setiap masukan tanpa
bersikukuh dengan pengetahuannya sendiri.
Seseorang yang rendah hati adalah seseorang yang tidak keras kepala
untuk tetap merasa benar saat jelas-jelas melakukan kesalahan. Kamu
akan jujur pada dirimu sndiri bahwa kamu melakukan kesalahan dan
berusaha memperbaikinya. Bahkan jika menyangkut dengan orang lain,
kamu akan segera meminta maaf dan meredam pertikaian.
 Solusi agar kita memiliki sifat rendah hati
Pertama, dengan cara mengenal Allah subhanahu wa ta’ala. Setiap
manusia akan bersikap tawadhu’ seukuran dengan pengenalannya
terhadap Rabbnya. Orang yang mengenal Allah dengan benar, akan
menyadari bahwa Allah yang Mahakuasa, Mahakaya, dan Mahaperkasa
yang tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya.
Karena, bila mendapatkan kebaikan maka ia memuji Allah dan
bersyukur kepada-Nya, sebab pada hakikatnya ia tidak mampu
mendatangkan kebaikan kepada dirinya kecuali atas izin-Nya. Orang yang
mengenal Allah akan mengakui bahwa dirinya kecil dan lemah, sehingga ia
akan tawadhu’ dan merasa tidak pantas berlaku sombong.
Kedua, pikirkan tentang asal-usul manusia. Seseorang apabila ia
melihat asal-usulnya maka ia akan merasa bahwa ia adalah makhluk yang
paling hina. Cukuplah ia melihat asal diciptakannya manusia yaitu berasal
dari sperma (air mani) yang hina yang selalu dibasuh jika terkena pakaian
dan badan. Kemudian manusia lahir ke dunia dalam keadaan tanpa daya
dan tidak mengetahui apapun.
Ketiga, kenali aib (cacat/kekurangan) diri. Seseorang dapat terjebak
kepada kesombongan bila ia tidak menyadari kekurangan dan aib yang ada
pada dirinya. Boleh jadi seseorang mengira bahwa dirinya telah banyak
melakukan kebaikan padahal ia justru telah melakukan kerusakan dan
kezhaliman.
2. Memiliki sifat empati terhadap sesama :
 Empati adalah saat Anda menempatkan diri pada posisi orang tersebut
dan berbagi kesedihan bersama. Empati adalah kemampuan untuk
melihat situasi dari perspektif orang lain. Ini melibatkan sudut pandang,
emosi, dan kesulitan yang dialami seseorang. Anda menempatkan diri
pada posisi mereka dan merasakan apa yang mereka rasakan.
 Solusi agar kita memiliki sifat empati :
1. Belajar mendengarkan orang lain
 Belajar mendengarkan orang lain adalah langkah pertama supaya kita
dapat membangun empati untuk menjalin relasi dengan orang yang
telah kita kenal sebelumnya. Pada dasarnya, tidak ada orang yang ingin
diremehkan atau dinomor duakan. Karenanya, hilangkan kebiasaan
mengutak-atik ponsel atau memikirkan hal-hal lain ketika kita sedang
berbicara dengan orang lain. Perilaku-perilaku tersebut dapat membuat
orang lain merasa jika kita tidak mendengarkannya dengan sepenuh
hati.
2. Bersikap membuka diri
 Bersikap membuka diri tidak terbatas pada kemauan untuk memulai atau terlibat dalam
pembicaraan dengan orang lain, namun juga untuk membuka diri secara emosional
dengan orang lain. Empati merupakan bentuk komunikasi dua arah. Agar dapat
berempati dengan baik, ada baiknya Anda turut menceritakan tentang diri Anda ketika
terlibat percakapan dengan orang lain. Meskipun begitu, bukan berarti Anda dapat
menceritakan segala kisah hidup Anda kepada semua orang. Jeli dan selektiflah dalam
memilih hal-hal apa saja yang bisa Anda bagikan dan hal apa yang harus Anda simpan
sendiri.
3. Berikan afeksi secara fisik
 Sentuhan secara fisik biasanya akan membuat hubungan antara dua atau lebih orang
menjadi lebih dekat. Meskipun begitu, jangan gunakan cara ini kepada setiap orang.
Masing-masing individu biasanya memiliki batasan sejauh apa ia mau disentuh oleh
orang lain. Karenanya, pastikan tindakan yang kita lakukan masih wajar dan tidak
membuat orang lain merasa tidak nyaman.
4. Fokuskan perhatian pada kondisi di sekitar Anda
 Beberapa orang seringkali berada pada suatu situasi tanpa benar-benar menyadari apa
yang sedang terjadi. Hal ini dapat terjadi karena berbagai hal, mulai dari situasi
lingkungan yang tidak mendukung atau pun karena individu yang kurang fokus. Untuk bisa
membangun empati kepada orang lain, fokus pada kondisi sekitar merupakan hal yang
sangat penting untuk dilakukan. Dengan memfokuskan diri, kita akan sadar ketika terjadi
sesuatu yang berubah dan menjadi lebih peka mengenai tindakan apa yang harus diambil
terhadap perubahan tersebut. 
5. Jangan menilai
 Untuk bisa membangun empati, jangan pernah menilai seseorang atau suatu kondisi
hanya dari sudut pandangkita sendiri.kita bukanlah orang yang bisa mengetahui berbagai
hal tentang seseorang hanya dalam satu kali pandang. Artinya, penilaian subjektif
yangkita buat justru membuat kita semakin sulit untuk membangun empati terhadap
orang lain.
6. Berikan bantuan
 Kadang, beberapa orang enggan meminta bantuan meskipun ia merasa kesulitan.
Meskipun begitu, tidak ada salahnya jika kita tetap dengan tulus menawarkan bantuan
kepada orang lain. Dengan menawarkan bantuan, kita menunjukkan jika kita peduli
dengan orang lain. Meskipun kita telah memberikan bantuan kepada orang lain, namun
jangan pernah mengharapkan orang tersebut melakukan hal yang sama untuk kita.  
 Nafsu sufiyah : Nafsu buruk

Cahaya yang sangat lemah/kondisi hati yang remang-remang, sudah dapat


dipastikan bahwa ia tidak dapat lagi membedakan mana yang baik dan
jelek, benar atau salah, seluruh kehidupannya hanya ditujukan kepada
dunia saja, ia lupa bahwa ada kehidupan lain yaitu kehidupan yang kekal
(akhirat), Cita-citanya hanya pada kenikmatan yang bersifat semu
dan sementara.
 Ciri-cirinya adalah :
1. suka memuji diri sendiri
2. memperindah diri
3. suka mencampuri urusan orang lain
4. senang bila orang lain celaka
5. Perayu
6. selalu merintangi jalan menuju kebaikan, dan
7. senang mendukung pada perbuatan yang maksiat
 Contoh kasus nafsu sufiyah :
1. Memuji diri sendiri
PEPATAH mengatakan, “Senjata yang paling ampuh untuk
menghancurkan kejayaan seseorang bukan dengan pisau. Tetapi,
hancurkanlah dengan pujian.”
Dari pepatah di atas, pujian sejatinya bukanlah cara yang tepat untuk
memotivasi. Pujian justru bisa menjadi senjata yang mematikan bagi siapa
saja yang terlena. Lantas bagaimana jika memuji diri sendiri ?
Belakangan ini, banyak orang narsis. Baik di media sosial atau pun di
dunia nyata. Mereka dengan bangga memuji diri sendiri, menunjukkan
kehebatan, kekayaan, kecantikan, dan segala kemampuan yang dimililki.
Atas banyaknya orang-orang yang suka membangga-banggakan diri, Allah
SWT berfirman,
 ‫ن اتَّقَى‬ ‫م‬
َ ِ ‫ب‬ ‫م‬
ُ َ ‫و أَع ْل‬
َ ُ ‫ه‬ ‫م‬
ْ ُ ‫ك‬‫س‬َ ‫ف‬
ُ ْ ‫ن‬َ ‫فَاَل تزكُّوا أ‬
َُ
ِ
“Jangan kalian memuji-muji diri kalian sendiri, karena Dia-lah yang paling
tahu siapa yang bertaqwa.” (QS. an-Najm: 32)
 Dalam ayat tersebut dijelaskan, bahwa manusia selalu diajarkan untuk
rendah hati, banyak bercermin, dan mengakui bahwa tak ada yang lebih
dari dirinya selain Allah SWT, dan janganlah memuji diri sendiri. Mereka
yang suka membangga-bangga diri hanya bisa menilai dirinya secara
lahiriah, sementara batin mereka buta.
 Sebaliknya, bagi orang-orang yang sering dipuji orang lain sebaiknya
tidak terbuai. Sebab pujian bisa jadi adalah ujian bagi diri kita untuk
menjadi angkuh.
 Solusinya adalah :
1. Tidak Boleh Dilakukan Berlebihan
 Al-‘Izz ibnu ‘Abdis Salam berkata, “Engkau memuji dirimu sendiri lebih
parah daripada engkau memuji orang lain. Karena kesalahan seseorang di
matanya sendiri lebih ia tahu banyaknya dibanding mengetahui kesalahan
orang lain. Kecintaanmu pada sesuatu itu membutakan dan menulikan.
 Dan memang betul, tidak ada yang disukai kecuali diri sendiri. Oleh karena
itu, kita lebih suka melihat ‘aib (kekurangan) orang lain daripada
memperhatikan kekurangan diri sendiri. Juga kita lebih mudah memberi
toleransi jika diri kita kurang, namun tidak bagi yang lain. Sebenarnya
boleh memuji diri sendiri agar memberikan semangat terhadap diri sendiri
tetapi dalam konteks Yang sewajarnya tidak berlebihan.
2. Tidak Boleh Merasa Paling Suci
3. Jika Memuji Diri untuk Niat Baik dan Sesuai Kenyataan
 Boleh memuji diri sendiri agar bisa dicontoh. Tentu ini bagi orang yang
benar-benar niatannya untuk dicontoh orang lain dan aman dari
penyakit riya.
4.Tetap Wajib Mengingat Allah Sebagai Pemberi Nikmat
 Memuji diri sendiri, jika yang dimaksud adalah Al-tahadduts (menyebut-
nyebut) nikmat Allah ‘azza wa jalla atau agar orang lain menteladani
dirinya, hal ini tidak apa-apa. Namun apabila yang dimaksud adalah men-
tazkiyah (memberikan rekomendasi) diri dan berbangga dengan amalnya
atas Rabb ‘azza wa jalla, hal ini tidak boleh karena itu merupakan
sikap kesombongan dalam islam.
5. Tak boleh Berlebihan dan Menjurus pada Sombong
6. Tidak Boleh Berharap Diagung Agungkan Orang Lain
7. Tidak Boleh Memuji Diri Sendiri Sambil Menjelek Jelekkan Orang
Lain
8. Larangan Menilai Diri Sendiri Terlalu Baik
 Seseorang yang mempunyai perasaan ‘ujub akan selalu menilai dirinya
baik dan tidak pernah menilai dirinya buruk dan serba kekurangan,
sehingga ia selalu mengumbar keinginan hawa nafsunya dan tidak
merasa kalau dirinya telah berbuat dosa.
 Contoh kasus selanjutnya adalaah :
2. Senang melihat orang lain susah
 Perasaan senang saat melihat orang lain susah, menurut peneliti dari
Department of Psychology Mercer University, dikenal dengan
nama schadenfreude. Schadenfreude juga dapat diartikan sebagai
“sukacita dalam kerugian”. Istilah ini diambil dari bahasa Jerman, yaitu
“Schaden” yang berarti kerugian dan “Freude” berarti sukacita.
 Contoh sederhananya adalah saat menonton komedi di televisi. Melihat
pelawak yang mengolok-olok rekannya, kita mungkin jadi tertawa
terbahak-bahak karenanya. Reaksi ini muncul karena kita merasa
skenario itu sengaja dibuat untuk menghibur, yang tentu akan
menguntungkan diri kita sendiri. Di sisi lain, kita juga merasa gembira
dan lebih baik dari pada si “korban” karena bukan kitalah yang menjadi
target olok-olok.  
 Ditilik lebih dalam lagi, perasaan senang melihat orang lain susah dapat
pula dipengaruhi oleh rasa putus asa dan insecurity karena harga diri
atau kepercayaan diri yang rendah. 
sumber
 https://nasihathidup.wordpress.com/2012/08/22/nafsu/
 https
://bincangsyariah.com/kalam/hukum-memuji-diri-sendiri-dalam-islam/
 ifestyle.okezone.com/read/2017/08/25/196/1763111/jangan-terlalu-
memuji-diri-sendiri-bisa-fatal-coba-baca-ayat-ini
 https://hellosehat.com/hidup-sehat/psikologi/senang-melihat-orang-susa
h
/
 http://rajiman77.blogspot.com/2014/01/4-jenis-nafsu.html
 http://ciputrauceo.net/blog/2016/1/25/cara-membangun-empati-untuk-m
enjalin-relasi
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai