Anda di halaman 1dari 36

Olah Roh,

Manunggaling Kawula Lan Gusti

Tulisan-tulisan yang terkait dengan hal-hal kegaiban, kebatinan dan spiritual tidak dimaksudkan
untuk menyimpang dari ajaran agama apapun dan tidak perlu dipertentangkan dengan agama
apapun, dan tidak ada maksud untuk mengedepankan atau membelakangkan agama tertentu,
karena agama adalah bersifat pribadi bagi yang percaya dan mengimaninya. Tetapi di dalam
pembahasannya ada ditekankan aspek kebatinan / spiritual ketuhanan, bukan agama, dan
terkandung juga pesan-pesan moral untuk menambah kebijaksanaan manusia dalam memahami
agama dan untuk hidup berkeagamaan yang lebih baik dan untuk menambah kesadaran manusia
akan perilaku berbudi pekerti yang adalah dasar dari pribadi manusia yang berakhlak mulia.

Dalam memahami kegaiban, keilmuan gaib dan mahluk halus, kebatinan dan spiritual, ketuhanan /
keagamaan dan spiritualitas berketuhanan dibutuhkan kearifan dan netralitas yang tinggi, karena
mengandung nilai kawruh yang sangat tinggi. Jika masih belum matang dalam beragama dan
berketuhanan dan masih rendah spiritualitas ketuhanannya maka akan muncul sentimen agama dan
keAkuan agama. Tak ada maksud lain dari kami kecuali hanya ingin mengungkapkan spiritualitas
ketuhanan sepanjang pengetahuan yang kami miliki.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan ketuhanan, selalu terkait erat dengan kepercayaan /
keagamaan. Kami tidak bermaksud meninggikan atau pun merendahkan keagamaan / agama
tertentu, tetapi penekanan kami adalah pada aspek kebatinan dan spiritual ketuhanan itu sendiri,
bukan agama.

Penulis berusaha bersikap netral, tidak menggunakan agama tertentu sebagai dasar acuan tulisan.
Sekalipun ada membahas ajaran agama, Penulis berusaha bersikap objektif sesuai apa adanya agama
itu, tidak melebih-lebihkan suatu agama atau pun mengurangi nilainya, objektif sesuai apa adanya
agama itu, dan objektif sesuai apa yang diketahui oleh Penulis.

Secara keseluruhan Penulis tidak mengedepankan agama, yang Penulis tekankan adalah aspek
ketuhanannya, karena agama hanyalah sebagian saja dari jalan / laku manusia berketuhanan. Jika
pun ada kesamaan pandang dengan jalan keagamaan tertentu, tetap saja yang dikedepankan adalah
sisi ketuhanannya, bukan agama, kebetulan saja itu terjadi karena jalan ketuhanannya searah.

Ketuhanan mengandung unsur rasa batin, panggilan batin, yang menarik orang untuk berketuhanan,
percaya akan keberadaan Tuhan, dan memuja Tuhan, memuliakan Tuhan. Adanya agama dan jalan
kepercayaan akan mengakomodir keinginan batin manusia untuk berketuhanan dan menuntunnya
dalam tatalaku beribadah.

Tetapi adanya unsur pemujaan akan cenderung menjauhkan manusia dari pengenalan yang benar
tentang sosok yang mereka puja. Termasuk kepercayaan dalam bentuk agama atau bentuk formal
berketuhanan yang lain, dalam hal manusia mengimani agama dan beribadah, adanya unsur
pemujaan akan cenderung menjauhkan manusia dari pengenalan yang benar tentang Tuhan, karena
akan dipenuhi dengan persepsi, pencitraan dan pengkultusan yang cenderung melebih-lebihkan.

Agama hanyalah salah satu saja jalan bagi manusia untuk berketuhanan, tuntunan supaya manusia
dapat mengenal Tuhan dan tuntunan untuk manusia beribadah kepadaNya, jangan agama malah
dinomorsatukan menggantikan ketuhanan.

Rasa ketuhanan adalah yang menentukan ada-tidaknya panggilan batin manusia untuk mengenal
Tuhan, untuk beragama, mengimani agama, untuk beribadah dan beriman kepada Tuhan.

Kurangnya rasa ketuhanan akan menjauhkan manusia dari keinginan untuk berketuhanan.

Kurangnya rasa ketuhanan akan menjauhkan manusia dari keinginan beriman dan beribadah
kepadaNya.

Kurangnya rasa ketuhanan juga menyebabkan manusia merasa beriman, walaupun enggan
beribadah.

Kurangnya rasa ketuhanan juga menyebabkan manusia merasa beriman, walaupun sehari-harinya
dirinya mengabaikan Tuhan dan agama / ibadah.

Kurangnya rasa ketuhanan akan menjauhkan manusia dari keinginan memuliakan Tuhan, hanya
memuliakan dirinya sendiri, agama dijadikan alat / kedok saja untuk memuliakan dirinya sendiri di
mata orang lain.

Kurangnya rasa ketuhanan juga menyebabkan manusia merasa beriman, yang walaupun rajin
beribadah, tetapi perbuatan-perbuatannya kerap menyimpang dari budi pekerti dan kesusilaan,
tidak mencerminkan perbuatan-perbuatan mulia dari sesosok pribadi mulia yang sudah mengenal
Tuhan, perbuatan-perbuatannya tidak mencerminkan kehidupan manusia mulia yang sudah
mengenal Tuhan, tetapi tetap merasa beriman.

Kurangnya rasa ketuhanan akan membuat manusia merasa dirinya besar, tidak takut kepada Tuhan,
tidak takut hukuman Tuhan.

Tentang Tuhan, masing-masing agama dan jalan ketuhanan mempunyai pernyataan dan persepsi
tentang Tuhan yang tidak semuanya sama, walaupun mereka masih seagama, yang akan
memunculkan persepsi ketuhanan yang berbeda-beda tidak persis sama pada para penganutnya,
sehingga kemudian akan memunculkan banyak perbedaan pandangan, memunculkan aliran-aliran
dan sekte-sekte. Tetapi adanya perbedaan pandangan itu secara positif seharusnya bisa menambah
wawasan ketuhanan kita, minimal kita menjadi tahu bahwa ada pandangan ketuhanan lain yang
berbeda dengan pandangan kita yang itu akan bisa menambah kebijaksanaan kita dalam
berketuhanan.

Ketika kita bicara Tuhan, kebanyakan yang kita bicarakan adalah Tuhan menurut persepsi kita
sendiri, Tuhan menurut agama dan cerita agama yang kemudian kita citrakan di dalam hati dan
pikiran kita, yang itu bukanlah Tuhan yang sesungguhnya di atas sana, tetapi hanyalah persepsi dan
citra Tuhan saja yang kita citrakan sendiri di dalam pikiran kita sendiri. Dengan adanya pencitraan itu
kemudian kita merasa tahu Tuhan, merasa mengenal Tuhan, walaupun sebenarnya itu hanyalah
persepsi saja, hanya pencitraan saja, bukan menunjukkan bahwa kita benar-benar sudah
menemukan / mengenal Tuhan yang keberadaanNya di atas sana.

Kalau kita bicara Tuhan seharusnya fokus kita adalah kepada Tuhan itu sendiri, kepada Sosok
PribadiNya, mengedepankan pengenalan kita pribadi terhadap Sosok Pribadi yang disebut Tuhan,
bukannya ngotot mengedepankan agama, apalagi sampai ngotot mempertentangkan kebenaran
antar agama.

Begitu juga kalau kita ingin menemukan Tuhan, itu harus dilakukan dengan kita fokus pada
KeberadaanNya dan pada Sosok PribadiNya, bukannya mengedepankan persepsi kita sendiri tentang
Tuhan atau ngotot meninggikan agama seolah-olah dengan itu kita benar sudah tahu Tuhan atau
sudah mencapai Tuhan.

Pemahaman yang salah tentang agama, tentang agamanya sendiri maupun agama orang lain, akan
semakin menjauhkan manusia dari ketuhanan yang benar, menjauhkan manusia dari Tuhan yang
benar, karena Tuhan yang benar menurut pendapatnya hanyalah Tuhan yang ada dalam pikirannya
saja, Tuhan menurut pemikiran dan pendapatnya sendiri, Tuhan menurut pencitraan dan
persepsinya sendiri, bukan Tuhan yang sebenarnya.

Seharusnya semua orang mengenal lebih dulu Tuhan-nya, mengenal lebih dulu siapa Tuhan yang
harus disembahnya, barulah kemudian ia menentukan sendiri jalan agama / ketuhanan yang sesuai
untuk mengakomodir ketuhanannya itu. Jangan lebih dulu berkeras dengan agama tanpa lebih dulu
tahu siapa Tuhan sebenarnya yang harus disembah. Dan jangan menyembah Tuhan dengan jalan
penyembahan yang salah.

Tetapi untuk benar-benar menemukan dan mengenal Tuhan hanya bisa dilakukan secara pribadi,
tidak dengan mendalami atau sekedar mengikuti tuntunan agama, karena agama itu hanya berfungsi
mengenalkan kita pada adanya Tuhan, sifat-sifatNya dan kehendak-kehendakNya, tetapi untuk
menemukan Tuhan dan untuk mengenal sisi PribadiNya itu harus dilakukan secara pribadi.
Sesudahnya itu akan menjadi hubungan yang pribadi antara si manusia dengan Tuhan.

Yang Penulis nomorsatukan adalah supaya manusia mampu mengenal Tuhan dengan benar (Tuhan
yang benar, bukan hanya persepsi dan mencitrakan Tuhan di dalam hati dan pikiran saja). Sesudah
bisa mengenal Tuhan- nya dengan benar, manusia akan tahu peribadatan dan keagamaan
bagaimana yang seharusnya dilakukannya. Semuanya terserah si manusianya sendiri sejauhmana ia
akan berketuhanan, apakah hanya akan sebatas agamanya saja ataukah akan lebih jauh lagi
berusaha mengenal Tuhan yang sesungguhnya dan kemudian dengan benar datang beribadah
kepadaNya.

Karena itu jika belum matang dalam beragama dan berketuhanan maka akan muncul sentimen
agama dan keAkuan agama. Tak ada maksud lain dari Penulis kecuali hanya untuk mengungkapkan
pandangan ketuhanan dengan pendekatan kebatinan dan spiritual sepanjang pengetahuan yang
kami miliki.

Mungkin tulisan ini terlalu tinggi untuk orang kebanyakan, sebaiknya dibaca hanya oleh pribadi-
pribadi yang sepuh saja, atau dibaca hanya oleh orang-orang yang selama ini sudah menjalani laku
kebatinan dan spiritual, terutama laku kebatinan dan spiritual ketuhanan dan laku kebatinan /
spiritual untuk mencari kesejatian Tuhan yang dengan hikmat dan kearifan yang tinggi akan lebih
bisa memahami isinya, dan mungkin juga akan bisa membuktikan sendiri kebenarannya.
_________

Laku kebatinan dan spiritual biasanya merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan, menjadi satu
kesatuan yang dilakukan bersama-sama. Spiritualitas yang tinggi biasanya adalah hasil dari laku
kebatinan dan spiritual seseorang dalam rangka pencarian ketuhanan.

Biasanya seseorang menekuni dunia spiritual sebagai kelanjutan dari laku kebatinannya, biasanya
adalah laku kebatinan ketuhanan, yang kemudian dilanjutkan menjadi laku spiritual pencarian
ketuhanan. Dengan demikian dari laku kebatinan dan spiritualnya itu orang tersebut menguasai
sekaligus materi kebatinan dan spiritual, dan kekuatan sukmanya juga berasal dari laku kebatinan
dan spiritualnya tersebut.

Biasanya walaupun proses laku yang dijalani oleh seseorang adalah olah kebatinan, hasilnya akan
merupakan kombinasi dari kebatinan dan spiritual. Dalam setiap sisi kebatinan yang ditekuni
seseorang selalu terkandung makna spiritual yang juga harus dikuasai. Dan dalam penggunaan
kekuatan kebatinan biasanya juga disalurkan melalui kekuatan pikiran, sehingga biasanya orang-
orang yang menekuni kebatinan, laku kebatinannya itu bukan hanya membentuk kekuatan
kebatinan, tapi juga membentuk kekuatan gaib spiritual. Dan biasanya para tokoh kebatinan dan
para praktisi kebatinan, orang-orang yang benar menekuni kebatinan, biasanya mempunyai
kemampuan spiritual juga.

Tetapi tidak semua orang yang menjalani olah kebatinan, dia juga menjalani olah spiritual. Pada
jaman dulu, di Jawa, ketika manusia masih hidup di jaman kesaktian, kekuatan kebatinan merupakan
sumber utama kekuatan yang melandasi kesaktian kanuragan. Pada tingkat kesaktian yang tinggi
seseorang melatih keilmuannya selain dengan olah kanuragan dan tenaga dalam, juga dilambari
dengan kekuatan kebatinan. Laku prihatin, berpuasa bahkan tapa brata akan mengisi sehari-hari
lakunya.

Kebanyakan laku kebatinan mereka tidak secara khusus dilakukan untuk mempelajari olah spiritual,
tetapi lebih ditujukan untuk meningkatkan kesaktian kanuragan. Karena itu kebanyakan laku
kebatinan dan spiritual yang tinggi dijalani oleh orang-orang yang sudah menepi, yang sudah tidak
lagi mengedepankan olah kesaktian untuk lebih mengedepankan laku kebatinan ketuhanan, yang
kemudian dilanjutkan dengan laku spiritual ketuhanan. Spiritualitas yang tinggi biasanya adalah hasil
dari laku kebatinan dan spiritual seseorang dalam rangka pencarian ketuhanan.

Karena itu orang-orang jaman dulu yang menekuni laku kebatinan dan spiritual biasanya adalah juga
orang-orang yang berilmu kesaktian tinggi, yang sudah melewati masa-masa pelatihan olah
kanuragan dan tenaga dalam. Bahkan banyak kemudian yang pada masa tuanya mengaso
meninggalkan keduniawiannya, mandito, dan menepi, menjadi seorang panembahan atau pertapa,
untuk lebih menekuni dunia kerohanian ketuhanan. Karena itu seorang panembahan atau pertapa
biasanya adalah orang-orang yang mumpuni dalam ilmu kesaktian, hanya saja kemudian
kesaktiannya itu tidak kelihatan, karena mereka lebih mengedepankan sikap sebagai seorang yang
sudah mandito, seorang yang kelihatan lebih menekuni dunia kerohanian.

Tulisan di dalam halaman ini yang berjudul Olah Roh, Manunggaling Kawula Lan Gusti, adalah
tingkatan lebih lanjut dari laku kebatinan dan spiritual. Di dalamnya diungkapkan tujuan tertinggi
dari laku kebatinan dan spiritual yang umum dilakukan oleh orang-orang yang menjalaninya, yaitu
laku kebatinan dan spiritual keTuhanan.

Puncak dari berbagai ilmu kebatinan dan spiritual adalah pencapaian manusia atas
pengetahuan tentang rahasia kehidupan dan hakekat kehidupan, yaitu kehidupannya sendiri,
kehidupan di alam ini, kehidupan di alam nanti, adanya kehidupan lain selain kehidupan manusia,
asal-usul kehidupan, dan rahasia tentang Tuhan Sang Pencipta dan Penguasa Kehidupan dan jalan
untuk dapat mencapaiNya.

Puncak lain dari berbagai ilmu kebatinan dan spiritual adalah pencapaian manusia atas kekuatan /
kesaktian sesuai pencapaian keilmuannya.

Puncak dari laku kebatinan dan spiritual ketuhanan adalah pencapaian kesadaran atas pengetahuan
akan adanya Tuhan dan kesadaran bahwa untuk mencapai Tuhan hanya dapat dilakukan dengan
menyelaraskan roh manusia dengan Roh Tuhan dan menyelaraskan jalan hidup manusia dengan
kehidupan yang dikehendaki oleh Tuhan, supaya nantinya manusia dapat kembali diterima menyatu
dengan Tuhan. Pemahaman yang dicapai dalam laku ketuhanan ini kemudian mewujud menjadi
ajaran ketuhanan, menjadi agama, menjadi aliran-aliran atau sekte di dalam suatu agama, atau
menjadi kelompok / paguyuban kebatinan ketuhanan.
Puncak lain dari laku kebatinan dan spiritual ketuhanan adalah pencapaian kekuatan / kesaktian /
kuasa yang berasal dari keselarasan roh manusia dengan Tuhan, walaupun itu mungkin baru bisa
sebatas menyelaraskan- nya dengan "Cahaya"-Nya saja.

Puncak dari Olah Roh, Manunggaling Kawula Lan Gusti yang kemudian diwujudkan menjadi Ajaran
Roh adalah pencapaian manusia atas pengetahuan yang benar tentang Tuhan, tentang SejatiNya
Tuhan dan jalan yang benar menuju Tuhan, keselarasan manusia dengan Tuhan dan firman-
firmanNya dan tinggal di dalam Tuhan dan KuasaNya, sehingga
tercipta kemanunggalan yang sempurna antara manusia dengan Tuhan, menjadi Kemanunggalan
yang mewujudkan sesuatu yang lebih besar daripada sekedar kekuatan dan kesaktian,
yaitu Kuasa untuk melakukan berbagai perbuatan besar, termasuk perbuatan-perbuatan yang
disebut mukjizat dan mendatangkan tanda-tanda dari langit (Tuhan), perbuatan-perbuatan besar
yang tidak dapat dilakukan dengan hanya mengandalkan kekuatan manusia sendiri atau
mengandalkan penyatuannya dengan roh-roh duniawi lain, dan Kemanunggalan dengan Tuhan itu
bisa dicapai disaat manusia masih hidup, tidak perlu menunggu sampai nanti, berharap bahwa
nantinya manusia dapat kembali menyatu dengan Tuhan.

Olah Roh adalah olah laku dan tingkatan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia.

Tingkatan ini dijalani bukan lagi dengan olah fisik, olah batin atau olah spiritual, tetapi adalah dengan
mengolah spiritual rohnya, termasuk mengolah penyatuan roh manusia dengan roh lain yang lebih
tinggi.

Olah Roh tidak sama dengan olah sukma yang mengolah kemampuan sukma manusia di luar tubuh,
tetapi tidak mengolah spiritual rohnya.

Olah Roh juga tidak sama dengan olah kebatinan dan spiritual, walaupun juga mengolah potensi
sukma / roh manusia, tetapi masih berputar-putar di sekitar alam kehidupan dan pengetahuan
duniawi.

Tetapi olah kebatinan dan spiritual, bersama dengan rasa kebatinan dan spiritual, dapat menjadi
dasar untuk olah Roh, untuk menjalani laku kebatinan dan spiritual keTuhanan , untuk melakukan
pencarian Roh (Tuhan).

Dalam tulisan ini Penulis ingin menekankan pembedaan antara roh (dengan huruf kecil) yang
adalah roh manusia atau roh-roh duniawi lain, dengan Roh (dengan huruf besar) yang adalah roh
lain yang lebih besar dan lebih tinggi daripada roh manusia dan roh-roh duniawi lain atau penyatuan
Roh itu dengan roh manusia.

Penulis belum mengetahui contoh manusia yang sudah pernah mencapai kondisi tertinggi ini selain
beberapa Nabi Israel (tidak semuanya) dan murid-murid Yesus jaman dulu dan beberapa orang
Kristen tertentu. Mereka tidak mempelajari ilmu ini, tetapi olah laku dan penyatuan roh mereka
dengan Tuhan Penguasa Alam telah menjadikan mereka seolah-olah telah menguasai ilmu ini.

Budaya Kebatinan dan Spiritual Ketuhanan

Di Jawa, pada jaman sebelum berkembangnya agama Islam, orang-orang Jawa hidup dengan
kepercayaan kebatinan spiritual kejawen (kejawaan), yang sebagian juga mengadaptasi ajaran
agama Hindu dan Budha. Mereka percaya akan keberadaan Roh Agung Alam Semesta (sekarang
disebut Tuhan). Mereka menjalani laku untuk menyelaraskan rasa kebatinan mereka dan hidup
mereka dengan kearifan sifat-sifat Tuhan. Mereka juga menyelaraskan hidup mereka dengan
keserasian alam (termasuk dengan roh-roh halus). Tujuan tertinggi penghayatan kepercayaan
mereka adalah penyatuan dengan Tuhan, selain supaya hidup mereka di dunia direstui dan
diberkahi, juga supaya nanti sesudah kematian mereka dapat kembali menyatu dengan Tuhan.

Ajaran-ajaran dalam kebatinan spiritual kejawen mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan dan
mengarah pada ajaran Kemanunggalan seperti disebut di atas, misalnya ajaran Manunggaling
Kawula Lan Gusti, Sangkan Paraning Dumadi, Sukma Sejati, dsb, yang mengajarkan kesejatian diri
sebagai manusia dan penyembahan kepada Roh Agung Alam Semesta (Tuhan). Mereka yang sangat
dalam menekuni penghayatan kebatinan kejawaan itu memiliki kekuatan dan kegaiban sukma yang
tinggi sekali, sehingga bila pada masa sekarang orang hanya bisa percaya atau tidak saja ketika
mendengar istilah moksa, pada masa itu seorang tokoh kebatinan yang melakukan moksa adalah
sesuatu yang biasa.

Dalam ajaran-ajaran kejawen tersebut manusia diajak mendekatkan diri kepada Tuhan,
menyelaraskan sifat-sifat manusia dengan sifat-sifat Tuhan, bersandar dan menyelaraskan diri
dengan kuasa Tuhan, dan diajak untuk melepaskan diri dari belenggu duniawi, melepaskan sifat-sifat
tamak dan serakah pada kepemilikan duniawi yang dapat mengotori kesucian hati dan batin
manusia dan dapat menghambat jalan manusia menuju Tuhan. Ajaran ini didasarkan pada
kepercayaan untuk kembali pada kemurnian jati diri dan sifat-sifat manusia yang sejati sesuai
kehendak Tuhan pada saat penciptaan manusia.

Ajaran-ajaran kejawen menekankan penghayatan keyakinan bahwa dalam diri manusia sebenarnya
sudah terkandung roh agung ciptaan Tuhan yang berbeda dengan roh-roh lain, hanya saja dalam
kehidupan sehari-hari manusia terlalu larut dalam hidup keduniawian, sehingga menjauhkan roh
manusia dari Roh Tuhan. Manusia lebih dekat dengan duniawinya, sehingga jauh dari penciptanya.
Banyaknya pengkultusan dalam kehidupan beragama justru semakin menjauhkan manusia dari
Tuhan, menjadikan Tuhan semakin jauh untuk dijangkau, sehingga dianggap mustahil manusia dapat
mengenal Tuhan secara langsung, apalagi untuk mencapaiNya, yang itu sudah mendorong manusia
untuk melakukan pengkultusan tentang Tuhan dan mendorong untuk semakin mengedepankan
agama dan ibadah formal, bukan ketuhanan.

Kebatinan Jawa pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan kepercayaan manusia Jawa
terhadap Tuhan, yang kemudian diajarkan turun-temurun menjadi tradisi dan warisan budaya
leluhur sejak jaman kerajaan purba, jauh sebelum hadirnya agama Hindu-Budha dan Islam di pulau
Jawa. Penghayatan keTuhanan itu bukanlah agama. Agama mereka bisa apa saja, tetapi, di samping
ajaran ketuhanan dalam agamanya, orang Jawa mempunyai penghayatan sendiri tentang Tuhan.
Agama Hindu dan Budha yang telah lebih dulu masuk ke Jawa telah diterima dengan baik oleh
masyarakat Jawa dan mewarnai sikap kebatinan Jawa, karena memiliki banyak kesamaan dengan
spiritualisme Jawa.

Kebatinan ketuhanan Jawa (Kejawen) pada dasarnya adalah sebuah laku penghayatan kepercayaan
ketuhanan, bukan agama. Pengertian Manunggaling Kawula Lan Gusti dalam konsep kejawen adalah
hubungan manusia dengan Tuhannya secara langsung dan pribadi. Kepercayaan ketuhanan kejawen
tidak mendasarkan diri pada ajaran nabi-nabi dan tidak membutuhkan kitab suci seperti halnya
agama-agama modern. Pendekatan mereka kepada Tuhan dilakukan secara langsung dan pribadi ,
dengan rasa , dengan batin. Itulah yang disebut agama kaweruh , yang orang-orangnya berusaha
mengerti dan mengenal Tuhan secara langsung dan pribadi sehingga orang memiliki pemahaman
yang dalam tentang agamanya dan tentang Tuhan sesembahannya. Agama mereka bisa apa saja,
tetapi di samping agamanya itu manusia Jawa mempunyai penghayatan sendiri tentang Tuhan.
Melalui olah rasa dan batin manusia Jawa berusaha secara pribadi mengenal langsung Tuhan-nya
dan berusaha menyatu secara langsung denganNya.

Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara ketuhanan kejawen dengan agama
modern. Penganut agama modern menjadikan ajaran-ajaran dalam kitab sucinya sebagai sumber
pengetahuan mereka tentang Tuhan dan menjadi acuan peribadatan mereka. Semua keharusan dan
larangan di dalam kitab suci harus dipatuhi, kitab suci menjadi dasar peribadatan yang tidak boleh
dilanggar. Pengenalan dan pengetahuan mereka tentang Tuhan umumnya hanyalah sebatas apa
yang sudah tertulis dalam kitab suci saja dan sebatas interpretasi dan pemahaman yang diajarkan
dalam keagamaan mereka saja, tidak lebih, dan tidak boleh lebih, apalagi menyimpang dari itu, yang
kemudian malah memunculkan banyak pencitraan dan pengkultusan, dogma dan doktrin tentang
Tuhan, tentang pahala dan dosa, tentang surga dan neraka, sehingga menjadi umum bahwa
kemudian penganutnya akan meninggikan agama, bahkan mempertuhankannya, lebih daripada
mereka mempertuhankan Tuhan. Sedangkan penganut ketuhanan kejawen berusaha menyelaraskan
kerohanian dan kehidupan mereka sesuai penghayatan ketuhanan mereka masing-masing untuk
mendapatkan jalan menuju Manunggaling Kawula Lan Gusti. Agama mereka bisa apa saja, tetapi
orang Jawa mempunyai penghayatan sendiri tentang Tuhan.

Para pelaku penghayat kejawen, yang sangat dalam menekuninya, menemukan suatu kekuatan yang
mengalir di dalam tubuh mereka, yaitu kekuatan Sukma Sejati, kekuatan roh agung yang diciptakan
Tuhan dalam pribadi manusia, kekuatan yang sama sekali berbeda dengan kekuatan tenaga dalam
kanuragan, dan kekuatan ini jauh lebih kuat daripada tenaga dalam. Kekuatan ini tidak bisa didapat
dengan cara latihan fisik ataupun olah nafas. Kekuatan ini terbangkitkan ketika seseorang mesu raga,
mengesampingkan kekuatan biologis dan hasrat keduniawian. Kekuatan ini berasal dari jiwanya yang
paling dalam, dari jiwa yang menyembah Tuhan.

Orang-orang yang menekuni kebatinan, perhatian kebatinan mereka lebih ditujukan "ke dalam" (ke
dalam batin sendiri), berupa penghayatan kebatinan, sehingga juga menyentuh relung batin yang
paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga proses laku mereka "membangunkan" inner power, yaitu
kekuatan dari batin, jiwa, sukma. Dan kekuatan dan kegaiban sukma mereka jelas berbeda
dibandingkan orang-orang lain yang tidak menekuni kebatinan.

Ketika kekuatan itu sudah terbangkitkan dan menyatu dengan diri seseorang, maka kekuatan dari
niat batin dan kehendaknya bisa menjadikan suatu kejadian, tanpa perlu amalan gaib atau aji-aji.
Kegaiban seorang yang linuwih dan waskita. Dan semua perkataannya jadi ! saking kersaning Allah.
Dan ketika kekuatan itu menyatu dengan kesaktian fisiknya, maka sulit sekali ada orang yang dapat
menandinginya, karena kesaktiannya menjadi berlipat-lipat ganda kekuatannya setelah dilambari
dengan kekuatan sukmanya. Sekalipun seseorang tidak memiliki ilmu kesaktian kanuragan, tetapi
kekuatan fisiknya akan menjadi jauh lebih kuat ketika dilambari dengan kekuatan sukmanya, suatu
kekuatan yang jelas tidak semata-mata berasal dari kekuatan fisiknya.

Seseorang yang menekuni dan mendalami ajaran-ajaran kejawen ini biasanya akan memiliki
kegaiban dan kekuatan sukma yang tinggi, yang berasal dari penghayatan kebatinan dan keselarasan
sukmanya dengan kemaha-kuasa-an Tuhan, menjadikan mereka memiliki kegaiban tinggi sebagai
orang-orang yang linuwih dan waskita. Mereka membentuk pribadi dan sukma yang selaras dengan
keillahian Tuhan. Mereka membebaskan diri dari belenggu keduniawian, sehingga berpuasa dan
berprihatin tidak makan dan minum berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka, dan
melepaskan keterikatan roh mereka dari tubuh biologis mereka, kemampuan melolos sukma,
bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang kemudian moksa, bersama
raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa terlebih dulu mengalami kematian.

Pengetahuan dan ajaran tentang Sedulur Papat Kalima Pancer, Manunggaling Kawula Lan
Gusti, Sangkan Paraning Dumadi, Sukma Sejati, Guru Sejati, dsb, adalah puncak-puncak dari
keilmuan kebatinan dan spiritual jawa jauh sebelum datangnya agama Islam di pulau Jawa. Konsep-
konsep tersebut adalah terminologi asli kejawen dan adalah hasil pencapaian kebatinan dan spiritual
tokoh-tokoh kejawen, yang kemudian diajarkan kepada para pengikutnya, dan akhirnya berkembang
menjadi ajaran kebatinan jawa atau menjadi aliran kepercayaan kerohanian kejawen.

Istilah kebatinan Manunggaling Kawula Lan Gusti, yaitu ajaran penghayatan penyatuan dan
keselarasan manusia dengan Tuhan, adalah istilah di dalam kepercayaan kebatinan jawa dan
menjadi tujuan dari laku penghayatan kepercayaan kejawen. Tetapi istilah itu menjadi populer
setelah digunakan oleh Syech Siti Jenar dalam ajaran kebatinan Islam jawa, karena saat
itu bertentangan dengan pendapat Sunan Kudus yang menganggap ajaran itu bukan murni ajaran
Islam. Dalam hal ini Syech Siti Jenar sebagai seorang pemuka agama Islam dianggap sudah
mengajarkan suatu ajaran yang bukan asli ajaran Islam, menyimpang dari ajaran Islam yang benar,
dan dianggap sesat.

Syech Siti Jenar pada dasarnya adalah seorang ulama / pengajar agama Islam yang datang dari luar
Jawa. Pengetahuan kebatinan kejawen dipelajarinya dari Ki Ageng Pengging, dan yang dipelajarinya
hanyalah intisarinya saja, untuk menambah wawasan kebijaksanaannya tentang kejawaan dan
menambah kedalaman kebatinan ketuhanannya. Ajaran kejawen itu pada dasarnya adalah ajaran
penghayatan ketuhanan dari sudut pandang orang Jawa. Dan atas pemahamannya pada ajaran
kebatinan ketuhanan kejawaan itu Syech Siti Jenar menemukan banyak pencerahan mengenai
agamanya sendiri, agama Islam, mendapatkan sudut pandang lain tentang pemahaman ketuhanan
yang tidak akan didapatkannya jika ia hanya mengikuti tata cara Islam seperti yang selama ini
dijalaninya.

Kebatinan Jawa pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan kepercayaan manusia Jawa
kepada Tuhan, yang kemudian diajarkan turun-temurun menjadi tradisi dan warisan budaya leluhur
sejak jaman kerajaan purba, jauh sebelum hadirnya agama Hindu-Budha dan Islam di pulau Jawa.
Penghayatan ketuhanan itu bukan agama. Agama mereka bisa apa saja, tetapi, di samping ajaran
ketuhanan dalam agamanya, orang Jawa mempunyai penghayatan sendiri tentang Tuhan. Agama
Hindu dan Budha yang sudah lebih dulu masuk ke Jawa telah diterima dengan baik oleh masyarakat
Jawa dan mewarnai sikap kebatinan Jawa, karena memiliki banyak kesamaan dengan kebatinan dan
spiritualisme Jawa.

Pemahaman yang dalam mengenai ketuhanan Islam setelah menjalani laku penghayatan kebatinan
ketuhanan cara Jawa telah memperkaya wawasan ketuhanan Syech Siti Jenar dan menjadi bahan
untuk mengajarkan agama Islam di pulau Jawa, menjadi pengetahuan yang berguna dalam
mengadaptasikan ajaran Islam kepada masyarakat jawa pada saat itu yang mayoritas adalah
penganut kejawen, dan berguna untuk bertukar pikiran atau berdebat tentang ketuhanan dan
agama, tetapi selain itu laku penghayatan kebatinan itu juga telah menambah tinggi kekuatan
kebatinan dan kegaiban sukma Syech Siti Jenar sendiri.

Di Jawa ada seorang pertapa / panembahan yang dulu hidup pada jaman kerajaan Kediri. Beliau
adalah salah satu orang yang menekuni ketuhanan kejawaan di atas. Beliau juga moksa. Tetapi tidak
seperti manusia moksa yang lain, beliau, karena kekuatan ilmunya, dapat bebas keluar masuk alam
manusia dan alam gaib. Ketika masuk ke alam manusia, beliau benar-benar mewujud menjadi
manusia berdaging. Ketika masuk ke alam gaib, beliau akan sama dengan sukma / roh manusia yang
lain.

Tidak seperti roh manusia lain yang sudah menerima hidupnya sebagai roh, beliau aktif mencari
keberadaan Tuhan dan mengejar kesempurnaan menyatunya dirinya dengan Tuhan. Dari dulu
sampai sekarang sudah banyak tokoh keagamaan di alam roh (almarhum) yang ditemuinya, tetapi
tidak ada satu pun yang dapat menyempurnakan penyatuannya dengan Tuhan. Begitu juga ketika
hadir dalam sosok manusianya di alam manusia yang masih hidup, tidak ada satu pun orang yang
ditemuinya dapat mengantarkan dirinya menyatu dengan Tuhan. Mungkin suatu saat nanti kita
sendiri dapat bertemu dengan beliau, di kehidupan yang sekarang atau nanti di kehidupan setelah
kematian.

Ini adalah salah satu contoh kuatnya keyakinan kepercayaan manusia kepada Tuhan, tetapi manusia
dengan usahanya sendiri tidak dapat mencapai Tuhan, dan Tuhan juga tidak menunjukkan
kesejatianNya kepada semua orang, kecuali kepada orang-orang tertentu saja yang Ia berkenan.

Mereka yang mempelajari atau diberi ilmu-ilmu gaib, sudah umum bila mereka berkaitan dengan
gaib, ada penyatuan secara langsung maupun tidak langsung, antara dirinya dengan gaibnya.
Gaibnya itu bisa menjadi khodam pendampingnya, atau dihadirkan untuk diperintah melaksanakan
tujuan dari ilmu gaibnya, seperti untuk keselamatan, kekuatan / kesaktian, pelet, santet, guna-guna,
pengasihan, penglaris dagangan, dsb. Jenis-jenis ilmu inilah yang biasa disebut sebagai ilmu khodam,
yaitu yang menggunakan jasa mahluk gaib lain (khodam ilmu / prewangan) sebagai kekuatan
ilmunya. Tingkat kemanjuran dan kekuatan ilmunya tergantung pada tingkat penyatuan seseorang
dengan khodamnya dan tergantung pada kekuatan dari khodamnya itu sendiri.
Di beberapa tempat di Indonesia juga kerap terdengar cerita tentang seseorang yang ketempatan
sesuatu roh, yang kemudian menyebabkan orang tersebut dapat melakukan perbuatan-perbuatan
ajaib di mata umum. Roh yang datang kepadanya itu bisa adalah khodam dari leluhurnya, bisa juga
roh / mahluk halus lain yang merasa cocok dengannya dan mengikut. Roh itulah yang
menyebabkannya dapat melakukan perbuatan-perbuatan ajaib yang sebelumnya sama sekali tidak
dapat dilakukannya, seperti mengobati / menyembuhkan orang sakit secara gaib, meramal, memiliki
kesaktian dan pukulan yang mematikan, dsb. Roh gaib tersebut menyatu dengan orang tersebut,
sehingga kekuatan ilmu orang itu menjadi sebanding dengan roh tersebut.

Di negara India dan sekitarnya, yang hingga saat ini masih tetap merupakan wilayah dengan budaya
kebatinan dan spiritual nomor 1 tertinggi di dunia, ada banyak ajaran tentang Kemanunggalan
manusia dengan Sang Penguasa Alam. Bentuk ajarannya umumnya adalah ajaran penyatuan dan
pemujaan kepada Dewa-Dewi India yang mereka percayai sebagai figur-figur yang mewakili Sang
Penguasa Alam, dan mereka menempatkan hidup mereka di bawah naungan para Dewa.

Di wilayah itu juga ada banyak sekali ajaran ilmu khodam (dan perdukunan), yaitu penyatuan
manusia dengan roh lain sebagai kekuatan ilmunya. Penyatuan yang paling tinggi antara manusia
dengan roh lain adalah berupa penitisan Dewa ke dalam diri seseorang, seperti penitisan Dewa
Wisnu ke dalam diri pribadi Prabu Kreshna (Dewa Wisnu juga pernah menitis ke dalam diri Prabu
Airlangga, raja kerajaan Kediri, dan Prabu Siliwangi, raja kerajaan Pajajaran). Penyatuan itu
menghasilkan kesaktian dan kewaskitaan yang luar biasa, bahkan semenjak si manusia tersebut
masih kecil dan belum belajar ilmu kesaktian. Penyatuan dari penitisan Dewa merupakan bentuk
kesaktian kemanunggalan tertinggi yang diketahui manusia, kecuali ada penitisan roh duniawi lain
yang lebih sakti daripada Dewa.

Budha Gautama adalah seorang keturunan bangsawan yang telah meninggalkan keduniawiannya
untuk menjalani panggilan hidup sebagai seorang spiritualis yang akan menerangi orang lain agar
menjadi lebih baik kualitas kepribadiannya sebagai manusia. Seorang spiritualis sejati, yang karena
panggilan hidupnya, untuk mencapai tujuannya itu beliau telah meninggalkan segala pamrih duniawi
dan menjalani berbagai macam laku, tirakat dan prihatin. Beliau telah mencapai tahapan
"Pencerahan" setelah mengenal sifat-sifat Tuhan dari "Cahaya" -Nya dan karenanya beliau kemudian
juga mengetahui banyak rahasia kehidupan, sehingga menjadi seorang yang "Tercerahkan" dan
beliau mendedikasikan dirinya sesuai panggilan hidupnya.

Sesuai pencapaiannya itu juga semua keilmuan kesaktian kanuragan, kebatinan dan spiritualnya
menjadi seperti bertumbuh-bertambah, karena beliau telah menguasai aspek filosofis dari
keilmuannya, menjadi seorang yang digdaya, linuwih dan waskita, jiwa dan raganya. Karenanya,
beliau menjadi seseorang yang memiliki kesaktian "super" dibandingkan manusia lain, semasa
hidupnya di dunia maupun sukmanya setelah hidup di alam roh. Dan atas dedikasinya pada
panggilan hidupnya itu menjadikannya seseorang yang memiliki hikmat kebijaksanaan kesepuhan
yang digunakannya untuk menerangi dan mengayomi orang lain.

Banyak pengikutnya yang meneladani hidupnya dan melaksanakan keagamaan dan meditasi sesuai
ajarannya untuk juga dapat mencapai tahapan "Pencerahan", dan beberapa di antaranya sudah
berhasil mencapai tingkatan Budha. Tetapi ajarannya itu adalah untuk mendapatkan "Pencerahan",
bukan untuk manunggal dengan Tuhan.

Berbagai bentuk ajaran dan keilmuan tersebut di atas, sekalipun terkait dengan ajaran ketuhanan,
dan pada manusianya sudah mewujudkan suatu kegaiban yang tinggi yang berasal dari penyatuan
dan keselarasan roh manusia dengan "sesuatu" yang tinggi, tetapi masih bukan merupakan
kemanunggalan Manunggaling Kawula Lan Gusti yang sempurna seperti yang dimaksudkan disini.

Pencarian Roh dan Ketuhanan

Allah itu Gaib.

Keberadaan Tuhan hanya bisa dirasakan secara roh, karena itu untuk mempelajarinya juga harus
dilakukan dengan mengedepankan roh (kebatinan / spiritual). Pencarian kesejatian Tuhan dan
pengetahuan tentang "Sosok Pribadi" Tuhan melibatkan pengetahuan gaib berdimensi tinggi,
diperlukan pengertian yang dalam tentang kegaiban, kebatinan dan spiritual, tidak bisa dijalani
hanya dengan jalan mendalami agama saja yang hanya akan memunculkan banyak pencitraan dan
pengkultusan saja, dogma dan doktrin saja. Karena itulah kebanyakan orang yang melakukan
pencarian ketuhanan dan yang menekuni kebatinan / spiritual ketuhanan banyak yang mempunyai
lingkaran halo di belakang kepalanya sebagai tanda kuatnya laku kebatinan / spiritual mereka.

Termasuk yang sudah disebutkan di atas, ada banyak sekali ajaran tentang Kemanunggalan, bukan
hanya di Jawa, tetapi juga di negara-negara lain di berbagai belahan bumi ini, tetapi tidak ada satu
pun ajaran itu yang dapat memberikan hasil pencapaian yang sempurna seperti yang seharusnya.
Kegagalan dalam mencapai tingkat kesempurnaan dari ajaran Kemanunggalan tersebut disebabkan
oleh tidak adanya 2 unsur pokok dalam ajarannya, yaitu :

1. Tidak adanya konsep yang benar tentang Tuhan.

Konsep tentang tujuan yang ingin dicapai dalam suatu ajaran akan menentukan arah, jalan dan
cara yang dijalani oleh para pelakunya.

Konsep yang keliru tentang Tuhan, dan cara dan jalan yang keliru untuk mencapai Tuhan, tidak akan
mengantarkan siapapun kepada Tuhan, apalagi manunggal denganNya.

2. Tidak adanya Guru Sejati.

Dalam semua ajaran, harus ada sosok Guru Sejati, yang benar telah menguasai ajarannya, yang
benar telah mencapai tingkat kesempurnaan sesuai ajarannya, dan yang benar dapat membawa
semua yang diajarnya kepada tingkat kesempurnaan seperti dirinya.

Dalam ajaran Kemanunggalan tersebut di atas, yang menjadi Guru Sejati haruslah yang benar sudah
mengetahui kebenaran tentang Tuhan dan benar sudah mencapai tingkat Kemanunggalan, supaya
dapat menuntun semua yang diajarnya kepada pengetahuan yang benar dan tingkat yang sama
dengan dirinya.

Tetapi yang umumnya terjadi, yang ada adalah figur-figur tertentu, yang sekalipun belum
memperoleh pengetahuan yang benar tentang Tuhan dan belum mencapai tingkat Kemanunggalan,
tetapi mengajarkan ajaran tersebut, ajaran yang berupa "agama" atau aliran kepercayaan tertentu,
ada juga yang menciptakan dogma dan doktrin yang 'memaksa' mengharuskan orang lain untuk
melaksanakan ajarannya, ditambah 'sangsi" dan hukuman bagi yang tidak mematuhinya.

Banyak orang berusaha mencari jalan untuk mendapatkan 'Pencerahan' mengenai konsep yang
benar tentang Tuhan, tentang "Sejati"-nya Tuhan, dan tentang "Pribadi" Tuhan yang sejati, tentang
siapa "Sosok Pribadi" yang menjadi Tuhan. Tetapi tidak semua orang yang mencari Tuhan berhasil
dalam usahanya, dan Tuhan sendiri juga tidak menunjukkan Kesejatian-Nya kepada
mereka, karena Tuhan mempunyai jalan-Nya sendiri.
Dengan kemampuan dan usahanya sendiri manusia tidak dapat mencapai Tuhan, karena Tuhan-lah
yang berkuasa menentukan kepada siapa Dia berkenan menunjukkan diriNya dan kepada siapa Ia
berkenan memanunggalkan diriNya.

Tetapi kepada mereka yang tekun mencariNya, Tuhan memberikan 'Cahaya' -Nya, sehingga mereka
tidak pulang dengan tangan hampa, tidak menghabiskan hidup untuk perbuatan yang sia-sia,
berhasil mendapatkan pencerahan atas apa yang dicarinya, walaupun baru sebatas 'Cahaya'-Nya
saja, bukan 'Sejati'-Nya.

Itulah yang kemudian diajarkan kepada banyak orang, yaitu 'Cahaya' - Nya, bukan 'Sejati' - Nya,
ajaran yang selalu disebutkan berasal dari "Wahyu" Tuhan. Padahal yang dibutuhkan adalah ajaran
yang benar tentang 'Sejati' - Nya Tuhan, supaya manusia dapat mengenal Pribadi-Nya dengan benar
dan dapat mengetahui juga jalan yang benar menuju Tuhan.

Karena konsep tentang Tuhan masih belum tepat, maka ajaran-ajaran tersebut tidak dapat
mengantarkan siapa pun untuk dapat sampai kepada Tuhan, dan semua orang yang menjalankan
ajarannya tidak ada satu pun yang dapat membuktikan bahwa dirinya telah mencapai kondisi
manunggal dengan Tuhan.

Tetapi dalam olah kebatinan dan spiritual, seseorang yang sudah dapat menyelaraskan dirinya,
kebatinan dan spiritual rohnya dengan sifat-sifat Tuhan, apalagi dengan "Cahaya" Tuhan, walaupun
masih belum cukup untuk mengantarkan dirinya kepada "Sejati" - Nya Tuhan, sudah dapat
mendatangkan suatu kekuatan yang luar biasa besar dalam dirinya dan memampukannya
melakukan banyak perbuatan ajaib, memampukannya melakukan banyak perbuatan besar dan ajaib.
Mungkin itulah yang menyebabkan mereka "merasa" sudah manunggal dengan Tuhan, walaupun
sebenarnya mereka sendiri belum sampai pada "Sejati"-Nya Tuhan.

Seseorang yang sudah dapat menyelaraskan dirinya, kebatinan dan spiritual rohnya dengan sifat-
sifat Tuhan, apalagi dengan "Cahaya" Tuhan, sudah dapat mendatangkan suatu kekuatan yang besar
dalam dirinya dan mampu melakukan banyak perbuatan besar dan ajaib. Tetapi kadarnya masih jauh
dibandingkan mereka yang benar-benar telah mengenal Tuhan, telah "manunggal" dengan Tuhan,
dan telah menyelaraskan kebatinan dan spiritual rohnya dengan "Sejati" - Nya Tuhan, yang bukan
hanya mampu melakukan perbuatan-perbuatan ajaib, tapi juga mampu mendatangkan tanda-tanda
dari langit (Tuhan) ke atas bumi, termasuk mendatangkan bala tentara malaikat, jika diperlukan.

Pencapaian kebatinan dan spiritual tentang Tuhan akhirnya akan menjadi suatu ajaran kepercayaan
kerohanian, ajaran ketuhanan, bukan lagi tentang keilmuan, termasuk mereka yang awalnya
melakukan pencarian Tuhan sebagai bagian dari laku keilmuan kesaktian, kebatinan dan spiritualnya.
Mereka yang sudah menyelaraskan spiritual rohnya dengan Roh Tuhan, walaupun hanya sebatas
"Cahaya" -Nya saja, bukan "Sejati" -Nya, dapat menghadirkan ke dalam dirinya suatu kuasa untuk
melakukan banyak perbuatan besar dan ajaib yang berasal dari dirinya sendiri, dirinya yang "baru",
tidak perlu lagi mengandalkan ilmu-ilmu atau amalan-amalan gaib atau aji-aji kesaktian, yang dengan
kekuatan rohnya ilmu-ilmu itu dapat seketika dengan mudah ia musnahkan keampuhannya.

Manunggaling Kawula Lan Gusti

Banyak manusia merasa jauh dari Tuhan, tidak menemukan jalan mencapai Tuhan, tidak
menemukan "Terang" Tuhan, tidak dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan manusia,
karena tidak banyak manusia yang menyadari dan mengimani bahwa "Cahaya" dan "Kuasa" Tuhan
melingkupi / menyelimuti semua kehidupan di bumi. Ditambah lagi adanya rasa pemujaan yang
memunculkan berbagai macam pencitraan dan pengkultusan manusia terhadap Tuhan yang
cenderung melebih-lebihkan, yang semakin mengaburkan kesejatianNya, hanya menjadikan Tuhan
semakin jauh saja untuk dijangkau dan menjadikan mustahil manusia dapat mengenal Tuhan secara
pribadi, apalagi untuk manunggal denganNya.

Tuhan memberikan "Cahaya" dan "Kuasa"- Nya ke seluruh penjuru bumi, sehingga sekalipun suatu
daerah di bumi belum terjamah agama, belum mengenal agama-agama formal, tetapi manusia-
manusia di tempat tersebut dapat memiliki kearifan ketuhanan, memiliki kesadaran akan adanya
"Roh Agung Alam Semesta", dan beberapa orang di antara mereka "terpanggil" untuk lebih dalam
menekuni laku kebatinan dan spiritual ketuhanan, yang kemudian selaku seorang tokoh kepercayaan
akan mengajarkannya kepada orang lain sebagai ajaran ketuhanan dan kerohanian.

Tuhan memberikan Cahaya dan Kuasa-Nya ke seluruh penjuru bumi, menjadi tanda bahwa Tuhan
menaungi kehidupan di bumi, sehingga manusia dapat memiliki kearifan ketuhanan, dan mereka
yang memerlukan pertolongan Tuhan bisa menggunakan kuasaNya itu, atau untuk meminta
petunjuk, dengan berdoa menghayati kebersamaan dan bersugesti tersambung dengan Tuhan.

Cahaya dan Kuasa Tuhan menyelimuti seluruh kehidupan di bumi, sehingga manusia yang percaya
dan menyelaraskan dirinya dengan penghayatan / kebatinan ketuhanan akan dapat menumbuhkan
kekuatan batin dan sukma yang tinggi. Kuasa Tuhan itu juga bisa "dipinjam" dengan menyebut
namaNya dalam pengamalan ilmu gaib, dan sesuai sugesti dan kekuatan kepercayaan masing-masing
pelakunya, di dalam penghayatan kepercayaan kepada kuasa Tuhan itu manusia dapat juga
melakukan berbagai perbuatan yang ajaib. Tetapi itu hanyalah "meminjam" kuasa Tuhan, kuasa yang
sudah disediakan Tuhan untuk manusia dan dunia, bukan si manusianya yang sudah manunggal
dengan Tuhan.

Banyak usaha manusia yang dilakukan untuk penyatuan dan penghayatan ketuhanan dan selalu
menyebut nama Tuhan dalam kesehariannya, tetapi belum cukup untuk Tuhan berkenan manunggal
dengan seseorang, karena Tuhan mempunyai jalanNya sendiri, dan Tuhan hanya memilih orang-
orang tertentu saja yang Ia berkenan untuk memanunggalkan diriNya kepadanya. Walaupun tidak
semua manusia bisa manunggal dengan Tuhan, tetapi Cahaya dan Kuasa Tuhan yang menyelimuti
semua kehidupan di bumi adalah karunia bagi manusia karena Tuhan menaungi kehidupan di bumi.

Kuasa dan Cahaya Tuhan itu tidak bisa dipahami hanya dengan jalan agama dan ibadah formal saja,
apalagi mendasarkan kepercayaannya hanya pada dogma dan doktrin agama saja dan pencitraan
dan pengkultusan, karena tujuan dari berbagai ajaran ketuhanan dan agama bukanlah untuk dianut
seperti baju seragam sekolah yang dipakai sebagai lambang identitas, tetapi supaya manusia lebih
bisa mengenal Tuhan, untuk membentuk kearifan kehidupan manusia sebagai mahluk yang telah
mengenal Tuhan, supaya manusia dapat menyelaraskan kehidupannya dengan kehidupan yang
menjadi kehendak Tuhan, supaya meninggalkan cara hidup lama sebagai mahluk yang tidak
mengenal Tuhan dan memulai hidup baru sebagai mahluk yang sudah mengenal Tuhan, supaya
nantinya manusia dapat layak kembali menyatu dengan Penciptanya.

Seseorang harus memiliki kearifan yang tinggi dan sikap kerohanian yang benar dalam
berkeagamaan dan berketuhanan (termasuk berkebatinan dalam agama) untuk dapat dengan benar
memahami ketuhanan, untuk dapat dengan benar mengenal Tuhan, dan untuk dapat menyelaraskan
kehidupannya sesuai dengan kehidupan yang menjadi kehendak Tuhan, sehingga kemudian akan
dapat dirasakan bahwa agama adalah bersifat pribadi bagi para penganutnya, karena agama adalah
cara dan jalan manusia untuk mengenal Tuhan, yang tidak boleh dipaksakan kepada orang lain,
apalagi digunakan untuk menghakimi orang lain.

Mereka yang benar telah manunggal dengan Tuhan, atau yang sudah mengenal Tuhan walaupun
baru sebatas "Cahaya" -Nya saja, akan tidak lagi menginginkan pamrih apa-apa dari dunia ini,
termasuk pamrih atas kekuatan keilmuan dan kepemilikan duniawi. Walaupun dengan kuasa dari
kemanunggalan itu seseorang dapat menjadi penguasa dunia dan tidak ada satupun mahluk dan roh
duniawi yang dapat melawan kuasanya, tetapi semuanya itu tidak berarti apa-apa dibandingkan
dengan Kemuliaan dan Keagungan Tuhan yang sudah dikenalnya, yang tidak dapat digantikan
dengan apapun juga yang dapat diberikan oleh dunia ini. Yang kemudian diinginkannya hanyalah
untuk dapat sesegera mungkin menyatu dengan Kemuliaan dan Keagungan itu. Dan kepada semua
orang yang mau mendengarkannya, tanpa paksaan dan ancaman kekerasan, akan diajarkannya
semua apa yang diketahuinya tentang Tuhan, yang kemudian akan mewujud menjadi sebuah ajaran
keTuhanan, walaupun itu mungkin baru sebatas "Cahaya" -Nya saja.

Seseorang yang mengaku mengenal Tuhan, tetapi masih memiliki hasrat dan pamrih duniawi yang
besar, apalagi memaksakan kekuasaan supaya ajarannya dianut oleh orang lain, maka bisa
dipastikan bahwa semua pengakuannya itu adalah palsu belaka. Penipu ! Pendusta ! Karena
Kemuliaan dan Keagungan Tuhan menuntut manusia menjadi pribadi yang juga mulia dan agung,
yang selaras dengan sifat-sifat Tuhan, yang jauh dari rasa kebencian dan permusuhan, termasuk
kepada orang-orang yang berbeda keyakinan, karena hubungan dan kedekatan manusia dengan
Tuhan bersifat pribadi, tidak dapat dipaksakan kepada orang lain, apalagi dengan kekerasan, dan
manusia juga bukan robot yang bisa diprogram / dipaksa untuk percaya dan beribadah tanpa adanya
keyakinan dan pengetahuan dalam dirinya yang mengantarkannya pada kesadaran yang tinggi akan
Tuhan.

Selain sebagai mahluk biologis, manusia sendiri juga dibekali roh, sehingga juga dapat mengetahui
hal-hal yang bersifat roh. Tetapi sehari-harinya roh manusia itu terbelenggu dalam kehidupan
biologis manusia, sehingga manusia tidak peka dengan hal-hal yang bersifat roh, bahkan banyak
orang yang sudah tumpul batinnya. Karena itu seringkali seseorang harus bisa membersihkan hati,
pikiran dan batinnya, harus bisa melepaskan belenggu keduniawiannya untuk bisa mendalami hal-
hal yang bersifat roh dan keTuhanan. Jika tidak bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya, maka
dalam hal-hal yang bersifat roh dan keTuhanan (dan agama) yang muncul kemudian adalah sifat-
sifat ke-Aku-an, sok suci, sok beriman, sok tahu, sok benar.

Seseorang yang ingin mencari Tuhan, haruslah percaya pada keberadaanNya, pada kesejatianNya,
percaya bahwa Tuhan ada di atas semua agama dan ajaran ketuhanan yang ada (keberadaan Tuhan
tidak di bawah agama atau ketuhanan tertentu), dan kepercayaan kepada Tuhan harus melebihi
kepercayaan kepada agama atau apapun juga.

Seseorang yang ingin mencari Tuhan, haruslah murni terbebas dari segala urusan dan belenggu
duniawi, termasuk bebas dari aturan-aturan agama dan ajaran ketuhanan yang ada, karena
keberadaan dan kesejatian Tuhan tidak dibatasi oleh agama ataupun segala macam ajaran
ketuhanan. Fokus kepada pribadi Tuhan dan KesejatianNya. Yang bila kemudian ketuhanan yang
benar sudah didapatkan, bila itu memang terkait dengan agama tertentu, seseorang akan tahu
perbuatan apa dan keagamaan bagaimana yang seharusnya dilakukannya untuk menyelaraskan
dirinya dengan kehendak Tuhan atas manusia dan dunia.

Ada tanda yang menyatakan bahwa seseorang berkenan bagi Tuhan, yaitu sukma / roh-nya
dipakaikan jubah panjang putih bersih.

Seseorang yang dianugerahi menerima "Cahaya" Tuhan (menerima , bukan mencapai karunia), dari
wajahnya akan memancar suatu aura cahaya putih bersih. Terlebih lagi orang-orang yang telah
manunggal dengan Tuhan, tubuh roh dan wajahnya akan terang seperti matahari, penuh keillahian.
Pakaian jubah panjang putih bersihnya terang berkilau lebih daripada malaikat. Itulah tanda dari
Tuhan. Tuhan sudah mengangkat derajatnya, rohnya sudah mendapatkan tubuh yang baru, rohnya
tidak lagi tergolong sebagai roh-roh duniawi, tetapi sudah terhitung sebagai roh illahi. Dengan roh-
nya yang baru itu ia memiliki kuasa yang besar, kuasa yang lebih daripada kuasa roh apapun di
bumi ini. Dan ia berkuasa pula mendatangkan tanda-tanda dari langit, tanda-tanda dari Tuhan, ke
atas dunia, jika diperlukan.

Dan akan ada sinar terang dari langit yang melingkupi dirinya, tanda bahwa Tuhan menaunginya dan
roh-nya terhubung dengan Roh Tuhan.

Tetapi cahaya-cahaya itu hanya dapat dilihat secara gaib, karena itu adalah cahaya dari Roh-nya,
bukan tubuh fisiknya. Di dalam kemanunggalan itu Rohnya terhubung dengan Tuhan, sehingga dapat
setiap saat ia mengetahui apa yang menjadi kehendak Tuhan dan dapat berbuat setiap saat tanpa
perlu menunggu turunnya wahyu atau perintah dari Tuhan.

Mereka yang telah manunggal dengan Tuhan, semua perkataan mereka, yang berasal dari
kemanunggalan itu, akan sama dengan Firman Tuhan, karena Tuhan hadir di dalam kemanunggalan
itu dan berkata-kata melalui mereka. Dalam hal ini mereka bukanlah Nabi, tetapi lebih daripada
Nabi, karena Allah hadir di dalam kemanunggalan itu menyatakan KuasaNya. Dan di dalam
kemanunggalan itu, semua perbuatan-perbuatan mereka, termasuk mendatangkan tanda-tanda dari
langit, adalah perbuatan Tuhan sendiri yang berkenan menunjukkan KuasaNya kepada manusia,
melalui mereka.

Banyak keajaiban bila seseorang menyelaraskan diri dengan Tuhan, walaupun belum manunggal
dengan Tuhan. Mereka yang menyelaraskan diri dengan roh-roh duniawi pun banyak yang bisa
membuat keajaiban, seperti dengan ilmu gaib dan ilmu khodam, atau pada orang-orang yang
ketempatan khodam atau yang ketitisan dewa. Dalam hal ini mereka memanunggalkan diri dengan
yang bersifat duniawi.

Dalam hal kemanunggalan dengan Tuhan, berarti ada interaksi antara 2 pihak, yaitu si manusia dan
Tuhan.

- Si manusia memanunggalkan dirinya dengan Tuhan dan menempatkan dirinya di bawah Kuasa Roh
Allah,

sehingga Roh Allah hidup di dalam dirinya, menjadikannya menyatu dengan Allah, dan Kuasa Allah
mengisi

dirinya, menjadikan dirinya penuh dengan keillahian, menjadi manusia yang illahi.

- Tuhan memanunggalkan diri-Nya dengan si manusia dan memberinya Kuasa-Nya

(Kuasa Illahi yang sering juga disebut sebagai Kekuatan / Tenaga Roh).

Dalam hal kemanunggalan dengan Tuhan, berarti bukan hanya si manusia yang manunggal dengan
Tuhan, tetapi Tuhan juga memanunggalkan diiri-Nya kepada orang itu. Yang sudah tertulis di atas
adalah tanda-tanda gaib manusia yang telah manunggal dengan Tuhan yang jelas berbeda dengan
seseorang yang manunggal dengan yang bersifat duniawi, walaupun juga mampu membuat
mukjizat.

Mereka yang telah manunggal dengan Tuhan, Tuhan mengangkat derajatnya, Roh Allah menyatu
dengan dirinya. Tubuh rohnya menjadi Roh Kudus, rohnya menjadi roh yang baru, penuh keillahian
Rohnya tidak lagi tergolong sebagai roh-roh duniawi, tetapi sudah terhitung sebagai roh illahi.
Rohnya yang baru itu memiliki kuasa yang besar, yang lebih daripada kuasa roh apapun di bumi. Dan
bersama Kuasa Tuhan di dalam dirinya mereka berkuasa pula mendatangkan tanda-tanda dari langit,
tanda-tanda dari Tuhan, ke atas bumi, jika diperlukan.

Tanda-tanda gaib di atas adalah tanda bahwa Tuhan berkenan manunggal dengan seseorang,
menaunginya dan memuliakannya, sehingga si manusia tidak lagi tergolong sebagai mahluk duniawi,
tetapi sudah menjadi mahluk illahi beserta segala KuasaNya.

Bila anda menemukan tanda-tanda (gaib) seseorang yang telah manunggal dengan Tuhan, seperti
disebut di atas, siapapun dia, apapun agamanya, belajarlah kepadanya, supaya dapat menjamin
bahwa jalan kepercayaan dan keagamaan anda benar menuju Tuhan yang benar, bukan
menghabiskan hidup hanya untuk bersikukuh dan fanatik dengan agama dan kepercayaan,
pengkultusan, dogma dan doktrin, atau ego, pendapat dan ke-Aku-an sendiri, yang akhirnya ternyata
hanya memperebutkan pepesan kosong yang tidak akan pernah mengantarkan siapapun kepada
Tuhan yang benar.

Ajaran Yesus Tentang Roh

Ajaran Manunggaling Kawula Lan Gusti yang diajarkan oleh Yesus adalah bersifat kepercayaan
kerohanian, bukan tentang kesaktian atau keampuhan ilmu kebatinan-spiritual dan ilmu gaib /
khodam, walaupun pada kenyataannya semuanya tergantung pada orang yang bersangkutan apakah
akan digunakannya murni untuk tujuannya berketuhanan ataukah juga untuk tujuan kesaktian.
Karena kenyataannya, selain menjadi berkuasa melakukan banyak perbuatan besar dan mukjizat dan
mendatangkan tanda-tanda dari langit, berkuasa menundukkan mahluk halus dan setan-setan, juga
berkuasa atas hidup dan matinya orang lain, dan bukan hanya mampu membunuh tubuh, tetapi juga
mampu membunuh jiwa. Kuasa atas perbuatan-perbuatan yang tak dapat dicari padanannya dengan
kemampuan seseorang yang sakti mandraguna sekalipun.

Yesus mengajar manusia untuk tidak mengkultuskan Tuhan. Segala macam pencitraan dan
pengkultusan manusia tentang Tuhan cenderung melebih-lebihkan dan akan semakin mengaburkan
kesejatianNya, hanya menjadikan Tuhan semakin jauh saja untuk dijangkau dan menjadikan mustahil
manusia dapat mengenal Tuhan secara pribadi (sehingga seseorang yang mengaku mengenal Tuhan
akan dikucilkan atau dihukum mati). Padahal Tuhan sendiri ingin dekat dengan manusia, ingin
supaya manusia mengenalNya dengan benar. Betapa banyak berkat kehidupan sudah
dicurahkanNya kepada dunia karena kasih sayangNya, dan berapa banyak Nabi sudah dikirimkanNya
untuk menyadarkan manusia akan kesejatianNya, tetapi tetap saja manusia tidak dapat
mengenalNya dengan benar, dan karena kesombongan dan kemunafikan tetap saja manusia merasa
benar sendiri, merasa tahu agama dan Tuhan, tetapi melakukan bakti dan penyembahan dengan
cara yang salah.

Yesus mengajar manusia untuk tidak mengkultuskan agama, apalagi mempertuhankan agama, dan
tidak menjadikan agama sebagai alat untuk berkuasa dan menghakimi sesama manusia. Yesus
mengajar manusia untuk mengerti dengan benar kehendak-kehendak Allah di dalam agama, supaya
manusia menjalankan agama dengan benar, bukan hanya sebatas apa yang sudah dinyatakan saja di
dalam agama, bukan hanya sebatas apa saja yang sudah tersurat, tetapi juga yang tersirat, karena
agama adalah pengetahuan dan tuntunan untuk manusia dapat mengenal Allah dan untuk mengerti
dengan benar kehendak-kehendakNya untuk dilaksanakan oleh manusia supaya manusia dapat layak
dan mulia di hadapan Tuhan.

Yesus tidak pernah menyebut ajaranNya sebagai agama. Yang diinginkanNya adalah supaya
ajaranNya menjadi teladan sebagai ajaran yang benar, supaya manusia mengenal Allah yang benar,
mengenal pribadi Allah dengan benar, mengenal Sejati Allah dengan benar dan melaksanakan
kehendak-kehendakNya dengan benar, tidak lagi terkungkung dalam paradigma agama dan
pemikiran-pemikiran manusia yang salah, yang menjadi dogma dan doktrin dalam agama, yang
adalah ajaran dan perintah manusia untuk dilaksanakan dalam hidup berkeagamaan, seolah-olah itu
benar adalah perintah Tuhan.

Ada pokok-pokok ajaran yang diajarkan Yesus kepada murid-muridNya untuk Kemanunggalan
dengan Tuhan, yaitu untuk melakukan segala sesuatu perbuatan secara roh dan melakukan doa dan
peribadatan secara roh, karena manusia dan Tuhan terhubung secara roh. Menyatu secara roh
dengan Tuhan, tinggal di dalam Tuhan, menyatu dengan firman-firmanNya dan menjalankannya dan
Tuhan hadir di dalam orang itu bersama dengan Kuasa-Nya, yang akan menjadi suatu bentuk
kesaksian bahwa Allah benar ada dan Kuasa-Nya nyata.

Firman Yesus: "Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam Roh
dan Kebenaran".

Dalam menyembah Tuhan, manusia harus melakukannya dalam Roh dan Kebenaran, secara roh
menyatu dengan Tuhan, dan benar, bebas dari kesombongan hati, kepalsuan dan kemunafikan.

Berdoa secara roh. Beribadah juga secara roh. Jangan berdoa dan beribadah hanya dengan tubuh,
hati dan pikiran saja, tetapi juga secara roh. Jangan sampai tubuh, hati dan pikiran kita khusyuk
berdoa, tetapi roh kita tidak ikut berdoa, dan tidak tersambung dengan Tuhan. Jangan sampai tubuh,
hati dan pikiran kita beribadah, tetapi secara roh kita tidak beribadah. Jangan sampai peribadatan
dilakukan hanya sebagai kewajiban formal beragama saja tanpa adanya penyatuan roh dengan
Tuhan. Dan tanpa kebenaran, bebas dari kesombongan hati, kepalsuan dan kemunafikan, tidak ada
gunanya manusia berdoa dan beribadah kepada Tuhan. Ibadahnya tidak akan dibenarkan oleh
Tuhan.

Firman Yesus : "Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-
penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran, sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian.
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."

Berdoa dan berpuasa. Berpuasa bukan hanya puasa fisik, tetapi terutama adalah puasa secara roh,
yaitu puasa hati, puasa batin, puasa di dalam pikiran dan perbuatan, meninggalkan cara hidup lama
duniawi yang penuh dengan hasrat cinta diri, hawa nafsu, ketamakan dan kemunafikan, terlahir baru
sebagai orang yang telah mengenal Allah, menjalankan perintah-perintah Allah, melakukan
perbuatan-perbuatan yang menyenangkan hati Allah, sepanjang hidup menjaga kekudusan diri,
kudus di dalam Allah.

Berkata-kata dengan bahasa Roh. Itulah yang dilakukan Yesus setiap mengajar orang, sehingga
sekalipun orang-orang yang datang kepadaNya berasal dari tempat-tempat yang jauh, berbeda-beda
daerah dan berbeda bahasa dengan tempat asal Yesus, tetapi mereka dapat mengerti semua yang
diucapkan oleh Yesus, karena Yesus tidak hanya berkata-kata dengan mulutNya, tetapi juga dengan
Roh-Nya. Mereka yang mendengarkan hanya dengan telinganya saja, pasti tidak akan mengerti
karena bahasa mereka berbeda. Tetapi bahasa Roh yang diucapkan oleh Yesus dapat ditangkap oleh
roh orang-orang yang mendengarkanNya, sehingga mereka semua dapat mengerti.

Berkata-kata dengan bahasa Roh. Itu juga yang dilakukan murid-murid Yesus ketika pertama kali
mereka kepenuhan Roh Kudus di Yerusalem, Israel. Bahasa Roh mereka ucapkan kepada semua
orang yang hadir di tempat itu. Sekalipun yang hadir di tempat itu banyak yang berasal dari tempat-
tempat yang jauh, bahkan ada yang datang dari Mesir dan Libya, yang bila hanya mendengarkan
dengan telinganya saja pastilah tidak akan mengerti, tetapi roh mereka dapat menangkap bahasa
roh yang disampaikan oleh murid-murid Yesus, sehingga mereka semua dapat mengerti. Sekalipun
mereka tidak mengerti bahasa asal murid-murid Yesus, tetapi mereka "merasa" mendengar murid-
murid Yesus itu berbicara dalam bahasa mereka masing-masing, sehingga masing-masing mereka
dapat mengerti. Bahkan banyak yang tercengang dan takut karena dengan Kuasa Roh murid-murid
Yesus banyak melakukan perbuatan mukjizat dan tanda-tanda yang dari Tuhan.

Seseorang yang dengan kepercayaannya dapat melakukan segala sesuatu secara Roh, mereka juga
akan dapat mengerti sesuatu yang bersifat roh. Termasuk juga melihat secara Roh, yang tidak sama
dengan melihat dengan cakra mata ketiga yang hanya mampu melihat kegaiban tingkat rendah saja,
dan tidak akan pernah mampu untuk melihat, yang para mahluk gaib pun tidak mampu melihat,
yang bahkan para Dewa sekalipun tidak mampu untuk melihatnya, keberadaan Roh Kudus yang
melingkupi kepala orang-orang percaya dan telah menerima dirinya dibaptis dan tanda serupa
sepasang sayap burung merpati di dahi mereka yang adalah meterai dari Allah. Dan dengan Kuasa
Roh, kuasa Tuhan hadir di dalam diri mereka, sehingga mereka dapat melakukan banyak perbuatan
ajaib di mata umum.

Yesus telah menjadi Terang yang menerangi manusia akan Allah yang benar dan jalan yang benar
kepadaNya. Barangsiapa mengerti perkataan dan Firman-FirmanNya, percaya dan melaksanakannya,
ia sama dengan orang yang sudah keluar dari kegelapan dan masuk ke dalam terang dan kegelapan
tidak menguasainya lagi. Dan semua orang yang percaya kepadaNya dan menerimaNya diberiNya
kuasa supaya menjadi Anak-Anak Allah, yaitu mereka yang percaya kepada Allah dalam nama-Nya,
orang-orang yang terlahir baru karena Allah.

Mereka yang percaya kepada Allah dan Yesus, dan sudah menerima dirinya dibaptis, dikaruniakan
Roh Kudus. Mereka yang sungguh-sungguh bertekun di dalam Allah dan mampu bersaksi tentang
keimanannya kepada Allah dan Yesus, mengimani Kuasa Roh itu akan memampukan orang
melakukan perbuatan besar dan mukjizat. Firman Yesus: " Tanda-tanda ini akan menyertai orang-
orang yang percaya : mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku .

Kebulatan kepercayaan dan penyatuan dengan Roh Allah menjadikan murid-murid Yesus mampu
melakukan berbagai perbuatan mukjizat. Bahkan setan-setan pun tunduk kepada mereka, karena
Kuasa Roh yang ada pada mereka lebih daripada kuasa roh apapun di bumi ini. Tidak ada satu pun
mahluk yang mampu melawan Allah. Tidak perlu lagi khawatir diserang oleh roh atau orang yang
tinggi ilmunya. Dapat dikatakan bahwa orang-orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus
Kristus, percaya dan mampu mengamalkan setiap firmanNya, mampu mengimani kuasa ke-Anak
Allah-annya dan mampu menjadi saksi Kristus dalam setiap perbuatannya, menjadi orang yang sekti
tanpa aji.

Inilah yang disebut tingkat kasampurnan dalam ilmu kebatinan-spiritual, yaitu menyatunya roh
manusia dengan Roh Allah, menyatunya roh manusia dengan tujuan hidup : Sang Hidup. Kebulatan
kepercayaan dan Roh itu membuat manusia menjadi ciptaan baru, terlahir baru, menjadi Aku yang
baru , menjadi memiliki hayat kekal Allah. Inilah yang disebut kasampurnan atau sempurna,
menyatunya roh manusia dengan Roh Allah. Dalam hal ini Yesus adalah Mahaguru dari Ajaran
Roh dan adalah Guru Sejati bagi murid-muridNya dan orang-orang yang percaya kepadaNya.

Tetapi dalam segala sesuatu kemampuan, tingkat kemanjurannya adalah tergantung pada tingkat
keyakinan dan penyatuannya. Sayang sekali banyak pengikutNya sampai sekarang yang tidak
mengerti tentang ajaran ini. Malahan segala sesuatu yang bersifat roh seringkali dianggap klenik dan
musyrik, dijauhkan dan tabu untuk dibicarakan, tidak menyadari bahwa seharusnya mereka-lah yang
berkuasa atas segala roh di bumi ini. Yang kemudian berkembang hanyalah kepercayaan tradisi dan
rutinitas peribadatan saja, berpegang pada agama saja, pada gereja dan imam / pendeta, bukan
pada ajaran Yesus yang murni, sehingga tidak semua pengikut Yesus dengan kepercayaannya
mampu mencapai kesempurnaan kemanunggalan, tidak semuanya mampu untuk berbuat dan
memberi kesaksian iman dan perbuatan seperti yang sudah difirmankan oleh Yesus.

------------

Jalan, Kendaraan dan Tujuan

Di dunia ini sejak jaman dulu sampai sekarang ada banyak sekali jalan ketuhanan, ada banyak sekali
laku ketuhanan dan laku pencarian Tuhan yang dilakukan orang, baik secara kebatinan, secara
keagamaan, maupun dengan cara pendekatan logika berpikir manusia. Yang disebut agama itu
hanyalah sebagian kecil saja dari jalan ketuhanan yang ada, bukan satu-satunya jalan ketuhanan
sampai-sampai orang memaksakan agamanya kepada orang lain.

Masing-masing agama sebenarnya adalah ajaran ketuhanan. Dan masing-masing laku orang
beragama dan beribadah sebenarnya adalah laku ketuhanan. Tetapi karena manusia sudah
melakukan penyederhanaan sikap berpikir, sudah melakukan pengkotak-kotakkan, sudah terbiasa
berpikiran agama, semua laku ketuhanan dan ajaran ketuhanan dikelompokkan sebagai agama yang
eksklusif yang masing-masing dianggap berbeda dengan agama lainnya, sehingga kita akan
memandang sebuah laku ketuhanan dan ajaran ketuhanan secara sempit hanya sebagai agama
Kristen, Katolik, Islam, Budha, Hindu, dsb, atau dianggap sebagai aliran kepercayaan yang bukan
agama.

Masing-masing agama dan masing-masing orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri tentang Tuhan
dan agama. Apa yang dituliskan di halaman ini bukanlah tentang agama, dan tidak dimaksudkan
untuk merujuk kepada agama tertentu, tetapi adalah tentang Tuhan, dan tentang citra dan persepsi
manusia tentang Tuhan dan dan tentang laku ketuhanan yang sudah dijalani oleh banyak orang
dengan caranya sendiri-sendiri. Ada yang benar dapat sampai kepada Tuhan, ada yang tidak.

Nama-nama tokoh manusia yang sudah disebutkan sepanjang tulisan di atas adalah nama-nama dari
orang-orang yang telah menjalani laku kebatinan / spiritual ketuhanan dan masing-masing telah juga
mengajarkan pengetahuan kebatinan / spiritual ketuhanannya kepada orang-orang yang mau
menerimanya. Tetapi karena masing-masing orang merasa sudah mempunyai agama sendiri-sendiri,
ditambah lagi adanya pengkotak-kotakkan agama, dan adanya keAkuan dan fanatisme agama, maka
nama-nama tokoh-tokoh tersebut di atas pada masa sekarang ini lebih banyak dikaitkan dengan
keagamaan atau aliran kepercayaan tertentu saja, tidak dipandang sebagai tokoh-tokoh manusia
yang dulunya sudah menjalani laku kebatinan dan spiritual ketuhanan.

Walaupun pada masa sekarang nama-nama tokoh-tokoh di atas selalu dikaitkan dengan keagamaan
tertentu saja sesuai ajarannya masing-masing dan masing-masing tokoh juga mempunyai pengikut,
tetapi pada masanya masing-masing mereka adalah tokoh-tokoh pelaku kebatinan / spiritual
ketuhanan, terutama pada masa-masa mereka mencari jatidiri. Untuk mengenal pribadi dan
kesejatian dari ajaran masing-masing tokoh di atas, untuk menambah pengetahuan dan wawasan
ketuhanan kita diperlukan pengenalan secara langsung dan pribadi terhadap sosok masing-masing
tokoh tersebut yang tidak boleh dilakukan dengan mengedepankan fanatisme dan sentimen agama.

Dalam ulasan mengenai laku ketuhanan dan pencarian Tuhan di atas harus dipahami bahwa Penulis
tidak menekankan pada bentuk agama, apalagi menjual agama. Agama adalah bersifat pribadi bagi
para penganutnya. Apa agama yang dianut dan sejauhmana orangnya berkeagamaan /
berketuhanan itu terserah orangnya sendiri. Seandainya para pembaca dan orang yang lain
mempunyai laku dan jalan yang lain, jalan yang berbeda, silakan saja, tidak perlu dipertentangkan,
mudah-mudahan kita semua benar dapat sampai kepada Tuhan yang benar.

Tentang agama dan Tuhan, bisa dikatakan bahwa semua orang mempunyai tujuan yang sama, yaitu
ingin mengenal, ingin datang dan berbakti dan mencapai Tuhan sebagai Sang Penguasa Kehidupan.
Tetapi persepsi orang tentang Tuhan dan untuk mencapai Tuhan itu jalan dan jurusan yang dilalui
berbeda-beda, kendaraannya juga berbeda-beda, tidak sama. Dari sekian banyak laku keagamaan
dan ketuhanan masing-masing orang itu ada yang sudah benar jalannya dan bisa mengantarkan
orangnya kepada Tuhan yang benar, ada juga yang tidak. Jangan lebih dulu mempertentangkan
kendaraannya tanpa lebih dulu tahu dengan benar tujuannya dan tahu dengan benar jalan / jurusan
yang harus dilaluinya, karena tujuan, kendaraan, jalan dan jurusan yang salah, walaupun diyakini
orang sebagai benar, tidak akan pernah mengantarkan siapapun kepada tujuannya yang benar.

Seharusnya manusia lebih dulu dengan benar mengenal Tuhan yang menjadi tujuannya, harus lebih
dulu tahu siapa Tuhannya, barulah kemudian ia memilih agama yang sesuai untuk dianutnya sebagai
jalan yang dipilihnya untuk ia datang, menyembah dan beribadah dengan benar kepada Tuhannya.
Agama menjadi sarananya menuju Tuhan. Jangan lebih dulu mempertentangkan agama, apalagi
membanding-bandingkan kebenaran agama kalau belum tahu Tuhan yang benar yang harus
disembah. Orang harus lebih dulu tahu Tuhan yang benar yang harus disembahnya, sesudah itu
barulah ia datang beribadah kepadaNya dengan jalan ibadah yang benar. Sesudahnya sejauhmana ia
akan berketuhanan, apakah akan hanya sebatas jalan agamanya saja ataukah akan lebih jauh lagi
berketuhanan itu terserah orangnya sendiri, karena itu akan menjadi hubungan yang pribadi masing-
masing orang dengan Tuhannya.

Mungkin perlu untuk kita bisa membedakan pengertian agama dengan ketuhanan.

Tuhan tidak sama dengan agama.

Begitu juga sebaliknya, agama tidak sama dengan Tuhan.

Ada saatnya kita harus fokus menjalankan keagamaan.

Di saat yang lain, walaupun masih dalam lingkup keagamaan, ada saatnya yang kita harus fokus
langsung kepada Tuhan.

Dalam kita menjalankan peribadatan agama, tatacara di dalam peribadatan seharusnya dijalankan
dengan benar.

Tetapi dalam kita berdoa, fokus kita haruslah langsung kepada Tuhan, bukan kepada agama dan
jangan menempatkan diri terkungkung di dalam agama.

Berkat dan hikmat yang dari Tuhan adalah berasal dari Tuhan, harus dimintakan langsung kepada
Tuhan, bukan kepada agama. Kalau kita menginginkan berkat Tuhan, fokus kita haruslah kepada
Tuhan, bukan kepada agama.
Keselamatan yang dari Tuhan adalah berasal dari Tuhan, harus dimintakan langsung kepada Tuhan,
bukan kepada agama. Kalau kita menginginkan keselamatan itu fokus kita haruslah kepada Tuhan
dan menjalankan tata aturan yang ditetapkan oleh Tuhan, bukan kepada agama.

Begitu juga bila ada keinginan untuk kita "tersambung", apalagi "manunggal" dengan Tuhan, fokus
kita haruslah langsung kepada Tuhan, bukan kepada agama. Sebelumnya kita harus sudah lebih dulu
tahu Tuhan, dengan "Tuhan" yang mana kita ingin tersambung / manunggal. Jangan sampai salah.

Dalam hal ini jangan kita terjebak dalam pemikiran sempit fanatisme agama.

Kalau kita dengan benar memandang agama sebagai jalan ketuhanan, sebagai jalan kita pribadi
menuju Tuhan, ditambah laku kebatinan ketuhanan untuk tersambung langsung dengan Tuhan,
maka nantinya kita akan tahu sendiri apakah jalan dan agama kita itu benar menuju Tuhan yang
benar ataukah tidak.

Tetapi jika kita hanya berkeras pada "baju" agama saja, kita tidak akan tahu apa-apa apakah jalan
kita itu benar menuju Tuhan yang benar karena kita akan terdorong untuk meyakini dan
meninggikan citra dan persepsi kita sendiri tentang Tuhan dan agama dan akan terdorong untuk
menekankan keseragaman baju agama kita saja. Itu juga sebenarnya yang sudah menimbulkan
banyak pertikaian, karena walaupun baju seragamnya sama, tapi ternyata ada bagian di baju itu
yang tidak semuanya seragam.

Atau mungkin kita masih tidak bisa membedakan pengertian agama dengan ketuhanan, walaupun
sudah diusahakan menggunakan kalimat dan bahasa yang sederhana dan universal, karena kita
sudah terlanjur terbiasa berpikiran agama, sudah terlanjur terbiasa berpikiran sempit hanya pada
agama saja, sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan dan ketuhanan selalu
dihubungkan dengan agama, dan setiap kita berbicara tentang Tuhan dan ketuhanan selalu
dibelokkan menjadi berbicara agama. Akibatnya setiap kita berbicara tentang Tuhan dan ketuhanan,
jika kita berbicara dengan orang-orang yang seagama kita tidak boleh berbicara menyimpang dari
yang sudah digariskan oleh agama, supaya tidak dikatakan sesat, murtad, kafir, dan setiap kita
berbicara dengan orang lain yang berbeda agama selalu berpotensi memunculkan perselisihan.

Mungkin tulisan ini terlalu tinggi untuk orang kebanyakan, mungkin lebih cocok untuk dibaca oleh
orang-orang yang selama ini sudah menjalani laku kebatinan dan spiritual, terutama laku kebatinan
dan spiritual ketuhanan dan laku kebatinan / spiritual untuk mencari kesejatian Tuhan, yang dengan
hikmat dan kearifan yang tinggi akan lebih bisa memahami isinya, dan mungkin juga akan bisa
membuktikan sendiri kebenarannya. Dan bagi orang-orang yang masih mencari Tuhan dan
kesejatianNya mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat baginya.

Penulis ada menuliskan konsep olah kebatinan ketuhanan dalam tulisan berjudul Kebatinan Dalam
Keagamaan yang tujuannya adalah untuk kita belajar olah roh untuk bisa tersambung dengan Tuhan
(Tuhan menurut jalan kepercayaan kita masing-masing), yang kalau benar berhasil tercipta
ketersambungan dengan Tuhan, itu akan menjadi bekal / dasar untuk manunggaling kawula lan
Gusti. Itu juga akan menjadi dasar untuk kita menilai sendiri laku keagamaan kita selama ini apakah
benar menuju Tuhan yang benar.

--------------

Kiranya tulisan ini dapat menjadi masukan yang berharga untuk menyegarkan kepercayaan orang-
orang yang percaya kepada Yesus dan Tuhan. AjaranNya yang murni dan benar, ajaran yang
mengenalkan manusia pada Sejati-Nya Tuhan, yang menjadikan manusia dengan benar mengenal
pribadi Allah dan dengan benar mengenal kehendak-kehendakNya, janganlah digantikan dengan
dogma, pengkultusan, ajaran-ajaran dan perintah-perintah manusia seolah-olah benar itu adalah
perintah Tuhan untuk dilaksanakan dalam manusia beragama dan beribadah, yang menjadikan
manusia terkotak-kotak menjadi pengikut-pengikut fanatik agama, aliran-aliran, gereja-gereja atau
menjadi pengikut fanatik pendeta dan imam tertentu, menjadi terkotak-kotak antara orang Kristen
yang satu dengan lainnya. Masing-masing gereja merasa lebih baik dan lebih penting daripada gereja
lainnya. Masing-masing orang Kristen merasa berbeda dengan orang Kristen yang lain. Masing-
masing anggota menganggap pendetanya / imamnya lebih baik daripada pendetanya orang lain, dsb.
Bagaimana mengimani firman Yesus : "Akulah pokok anggur yang benar dan kamu adalah ranting-
rantingnya", jika masing-masing gereja dan anggotanya merasa diri menjadi pokok anggur utama
yang memiliki ranting / pengikut yang banyak, mengesampingkan Yesus yang adalah pokok anggur
yang utama, merasa diri lebih besar daripada lainnya, tidak menyadari bahwa mereka hanya-lah
salah satu saja dari ranting-rantingNya yang masih harus menghasilkan buah-buah kepercayaan.
Bagaimana memahami "Satu tubuh tetapi banyak anggota", jika masing-masing gereja dan anggota
merasa lebih penting daripada lainnya, tangan merasa lebih penting daripada kaki, tangan kanan
merasa lebih penting daripada tangan kiri.

Jangan mengkultuskan gereja dan pendeta / imam, apalagi sampai menganggap gerejanya sendiri-
lah yang benar di hadapan Allah, dan menganggap pendeta / imam-nya lebih memiliki berkat
daripada pendetanya orang lain. Jangan mempertuhankan gereja, pendeta dan imam karena gereja
dan pendeta / imam adalah sarana Allah saja supaya umatNya tidak tercerai-berai di dalam
kepercayaan, menjadi sarana Allah mengumpulkan umatNya seperti induk ayam mengumpulkan
anak-anaknya. Jangan mempertuhankannya.

Kepercayaan dan peribadatan memang penting, jangan mengabaikannya. Tetapi janganlah terjebak
dalam kepercayaan tradisi dan bentuk formal rutinitas peribadatan, yang sesudah ke gereja
kemudian dianggap kewajiban kita beribadah sudah selesai. Ibadah dengan datang ke gereja
bukanlah satu-satunya jalan ibadah kepada Tuhan. Ada banyak firman Tuhan yang harus
dilaksanakan. Dari banyaknya firman Tuhan itu apa saja yang sudah kita imani dan sudah kita
laksanakan akan menjadi dasar untuk kita menilai sendiri sudah sejauhmana keimanan kita itu dan
sudah berapa banyak buah-buah perbuatan kepercayaan yang kita haslikan. Sama seperti yang
dikatakan Yesus : "MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan
menyelesaikan pekerjaanNya". Keseluruhan ibadah kita adalah melaksanakan kehendak-kehendak
Tuhan seperti yang sudah tertuang di dalam firman-firmanNya, yang tersurat dan yang tersirat, dan
itu bukan hanya ke gereja saja. Jangan merasa beriman hanya karena rajin ke gereja, tetapi juga
jangan mengabaikannya.

Yesus juga tidak pernah memberi perintah untuk rajin ke gereja. Sejatinya ajaran Yesus adalah ajaran
ketuhanan, bukan agama, dan ajaran ketuhananNya itu tidak menekankan kehidupan yang agamis
formal. Yang diinginkanNya adalah supaya kita dengan benar mengenal Tuhan dan mengerti
kehendak-kehendakNya dan menghasilkan perbuatan-perbuatan nyata sebagai buah-buah
kepercayaan kita, menjadi kesaksian dan pernyataan iman kita kepada Tuhan, dan supaya para
pengikutNya melakukan persekutuan , persekutuan orang percaya , sehingga api semangat
kepercayaan yang sudah redup bertemu dengan api semangat kepercayaan anggota yang lain dan
semuanya kembali menyala berkobar-kobar. Persekutuan di dalam Allah, yang juga diisi dengan doa-
doa, puji-pujian dan pembacaan firman Tuhan. Persekutuan yang menyegarkan semangat
kepercayaan, yang anggota-anggotanya dapat menjadi gembala bagi anggota yang lain, sehingga
tidak sampai ada domba Allah yang hilang, dan itu tidak sama dengan peribadatan yang hanya
mengikuti atau mendengarkan saja sang pengkotbah dan tidak sama dengan gereja-gereja yang
merasa berdiri sendiri-sendiri.

Ke gereja memang bukanlah satu-satunya jalan beribadah kepada Tuhan, tetapi jangan
mengabaikannya, karena itu adalah sarana Tuhan untuk mengumpulkan anak-anakNya supaya tidak
tercerai-berai di dalam kepercayaan. Lakukanlah dengan sikap hati memuliakan Tuhan, jangan
melakukannya hanya sebagai pemenuhan kewajiban formal beragama saja.

Manusia dibebaskan untuk memilih hari dan waktu beribadah. Yang penting adalah kita
menghormati peribadatan dan melaksanakannya. Dan yang penting lagi adalah kita menghormati
(memperingati) hari-hari besar agama, terutama adalah hari kelahiran, penyaliban / wafat,
kebangkitan dan hari kenaikan Yesus Kristus, jangan mengabaikannya, karena itu akan menjadi
bentuk penghormatan dan pernyataan iman kita kepadaNya.

Membaca kitab suci dan mengerti firman Allah memang penting, jangan mengabaikannya. Tetapi
janganlah sombong merasa lebih beriman daripada orang lain karena merasa lebih mengerti, banyak
membaca atau bahkan hafal Alkitab, karena tidak ada keselamatan di dalamnya. Yang diinginkanNya
adalah supaya kita dengan benar mengenal Allah, mengerti sejatinya kehendak-kehendakNya yang
tertuang di dalam masing-masing FirmanNya dan melaksanakannya di dalam kehidupan kita sehari-
hari.

Salah dan dosa akan diampuni bila kita bertobat. Tetapi bersih dari dosa juga bukan ukuran untuk
diterima oleh Tuhan. Pengampunan dosa adalah wilayah kekuasaanNya sebagai wujud kasihNya
kepada manusia yang lemah dan tak mampu untuk tidak berbuat dosa, dan adalah karunia bagi kita
bila kita diampuni. Selebihnya, hasilkanlah buah-buah kepercayaan dengan perbuatan-perbuatan
kita yang nyata, jangan sampai didapatiNya timbangan kita ringan. Jangan juga hidup menyendiri,
karena itu akan mengurangi kesempatan kita untuk menghasilkan buah-buah kepercayaan.

Jangan juga mengkultuskan agama, apalagi mempertuhankan agama, karena agama hanyalah
pengetahuan dan tuntunan saja untuk manusia dapat mengenal Allah dan untuk mengerti
kehendak-kehendakNya untuk dilaksanakan oleh manusia supaya manusia menjadi mahluk mulia
dan layak di hadapan Tuhan dan layak untuk diterimaNya menyatu kembali denganNya. Yesus
sendiri tidak pernah menyebut ajaranNya sebagai agama. Justru orang lain yang menyebut begitu
dan pengikut-pengikutNya disebut umat Kristiani. Yang diinginkanNya adalah supaya ajaran-
ajaranNya menjadi teladan sebagai ajaran yang benar, yang menjadikan manusia mengenal Allah
yang benar, mengenal pribadi Allah dengan benar, mengenal Sejati Allah dengan benar, mengerti
dan melaksanakan kehendak-kehendakNya dengan benar, tidak lagi terkungkung dalam paradigma
agama dan pemikiran-pemikiran manusia yang salah, yang menjadi dogma dan doktrin dalam
agama, yang menjadi ajaran dan perintah manusia untuk dilaksanakan dalam hidup berkeagamaan,
seolah-olah itu adalah perintah Tuhan.

Walaupun banyak orang berpikiran agama dan sudah juga mengkotak-kotakkan agama sehingga
orang-orang yang percaya kepada Yesus disebut beragama kristiani / nasrani dan di dalamnya pun
terpecah-pecah lagi ke dalam banyak aliran gereja dan sekte, tetapi sesungguhnya kepercayaan
tentang Yesus bukanlah agama, tetapi adalah kepercayaan ketuhanan, yaitu kepercayaan terhadap
ketuhanan Yesus Kristus dan terhadap KuasaNya dalam mengeluarkan ajaran dan Firman dan
tentang Tuhan yang diwartakanNya. Karena itu jangan terjebak di dalam agama dan jangan
berpikiran sempit pada agama saja.

Agama adalah istilah, nama dan bentukan pemahaman dan sikap berpikir manusia tentang Tuhan
dan ketuhanan. Masing-masing agama mempunyai persepsi dan versi sendiri-sendiri tentang Tuhan.
Tetapi tidak semua agama mengenalkan manusia tentang Tuhan yang benar dan tidak semua agama
bisa mengantarkan manusia kepada Tuhan yang benar.

Untuk belajar mengenal agama, kita harus belajar dari orang yang sudah tahu tentang agama.

Untuk belajar mengenal Tuhan, kita harus belajar dari orang yang sudah tahu tentang Tuhan.

Yesus adalah Sesosok Pribadi yang menjadi Tuhan, yang jelas tahu siapa Tuhan, dan jelas tahu
jalannya menuju Tuhan, bukan sesosok pribadi yang masih mencari Tuhan dan bukan sesosok
pribadi yang berharap nantinya ia akan dimuliakan dan diterima Tuhan. KepadaNya sudah
diserahkan semua Firman dan Kuasa. Ia sudah dengan benar mengajar manusia tentang Tuhan yang
benar, SejatiNya Pribadi Tuhan yang benar dan Kehendak-KehendakNya yang benar yang harus
dilaksanakan oleh manusia, dan dengan KuasaNya Ia sudah menunjukkan jalan yang benar untuk
manusia datang kepada Tuhan.

Dan yang menjadi isi firman Yesus adalah supaya kita sempurna hidup di dalam Allah, Firman Allah
sempurna hidup di dalam kita dan kita hidup di dalam Allah, manunggal dengan Allah, tidak lagi
terlepas dari Tuhan, bukan sekedar beragama kristen seperti yang selama ini kita pikirkan.

Sejatinya ajaran Yesus adalah ajaran ketuhanan, bukan agama, dan ajaran ketuhananNya itu tidak
menekankan kehidupan yang agamis formal. Ajaran ketuhanan itu juga yang menyebabkan ajaran
Yesus berbenturan dengan orang-orang yang berpikiran agama dan yang mempertuhankan agama
(ahli-ahli Taurat, kaum Farisi dan Saduki). Sehingga kalau kita berkeras pada agama, gereja, pendeta
/ imam, maka kita akan hidup dalam dunia dogma dan doktrin dan tidak akan mampu mengenal
Allah dengan benar dan akan menjadi sama dengan orang-orang yang berpikiran agama dan yang
mempertuhankan agama.

Pemikiran-pemikiran manusia tidak akan pernah mampu menjangkau Tuhan dan tidak akan mampu
untuk mengenal pribadi Allah dengan benar. Karena itu Allah memberikan RohNya (Roh Kudus)
kepada manusia supaya manusia dengan rohnya dan Roh Kudus itu lebih mampu mengenal Allah
dengan benar, dan lebih mampu mengetahui apa yang menjadi kehendak-kehendakNya untuk
dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Roh Kudus dikaruniakan Allah kepada semua orang yang
percaya kepadaNya dalam nama Yesus Kristus dan yang telah menerima dirinya dibaptis. Karena itu
orang-orang yang telah menerima Roh Kudus itu haruslah mereka membuka hati dan pikirannya dan
"mendengarkan" suaraNya untuk mendengarkan pengajaranNya untuk ia membangun hikmat
ketuhanannya.

Jangan mengkultuskan Tuhan. Allah bukanlah Yang Maha Baik atau Yang Maha Adil ataupun Yang
Maha Jahat, karena Ia bisa mengasihi, bisa juga murka dan membinasakan, dan menimpakan
kesalahan seseorang kepada anak keturunannya. Allah bukanlah Yang Maha ini atau Yang Maha itu,
karena Ia bisa berbuat sebaliknya. Pemikiran-pemikiran manusia tidak bisa memaksakan sifat-sifat
pribadi Allah bahwa Allah itu begini atau Allah itu begitu, juga tidak bisa membatasi sifat-sifat Allah
bahwa Allah itu tidak begini atau Allah itu tidak begitu.

Tetapi yang pasti, Allah itu Maha Kuasa. Tidak ada kuasa yang lebih besar daripada Kuasa-Nya.
Semua mahluk harus tunduk kepadaNya. Kepatuhan adalah segalanya. Segala sesuatu dilakukanNya
berdasarkan KuasaNya. Ia berkuasa membenarkan ataupun menyalahkan. Sekalipun mungkin salah
di mata manusia, tetapi kita akan dibenarkan Allah karena iman kita kepadaNya. Perbuatan yang kita
lakukan karena iman akan dibenarkanNya (karena itu kita harus membangun hikmat yang dari Tuhan
supaya kita bisa dengan benar mengerti kehendak-kehendakNya, kemudian mengimaninya dengan
perbuatan-perbuatan kita yang nyata, jangan berkeras pada pemikiran sempit agama dan jangan
menyembahNya / beribadah dengan cara yang salah).

Dan yang juga pasti, Allah itu baik. Dan Ia selalu menggenapi janjiNya. Ia berkuasa atas segala
mahluk dan kehidupan, tetapi Ia tidak sok kuasa, tidak menindas semua mahluk di bawah
kekuasaanNya. Justru Ia ingin supaya semua mahluk juga baik, terlebih adalah manusia, supaya baik
sesuai dengan citraNya pada saat penciptaan, baik sama seperti diriNya, supaya manusia dapat layak
masuk ke dalam KemuliaanNya. Tidak ada manusia atau mahluk apapun yang mulia di mataNya,
kecuali Allah memuliakan dia dan memasukkannya ke dalam kemuliaanNya, dan semua yang tidak
mulia bagiNya akan dibuangNya ke tempat sampah dan dibakar bersama dengan sampah-sampah
yang lain.
Jangan juga mengkultuskan Yesus. Memang nanti pada Hari Penghakiman Ia akan turun ke dunia
sebagai Raja Besar yang menghakimi manusia. Tetapi sebelum Hari Penghakiman itu tiba, karena
kasihNya, sekarang-sekarang ini pun beliau sering turun ke dunia, menyambangi umatNya,
menaungi kepercayaan umatNya, menjadi seorang kakak yang mengayomi adik-adikNya. Jangan
menganggap Yesus jauh dari kehidupan manusia, karena Ia sendiri aktif mengayomi umatNya. Tetapi
sama seperti perkataanNya dulu, pada saat Anak Manusia turun ke dunia, akankah Ia menemukan
iman di bumi ?

Yesus bukan perantara manusia kepada Tuhan.

Yesus adalah TUJUAN !

Yesus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup.

Tidak seorang pun dapat datang kepada Allah tanpa ia melalui Yesus.

Orang harus lebih dulu datang kepada Yesus sebelum ia dapat sampai kepada Allah.

Yesus telah menjadi Terang yang menerangi manusia akan Allah yang benar dan jalan yang benar
kepadaNya. Barangsiapa mengerti perkataan dan Firman-FirmanNya, percaya dan melaksanakannya,
ia sama dengan orang yang sudah keluar dari kegelapan dan masuk ke dalam terang dan kegelapan
tidak menguasainya lagi. Dan semua orang yang percaya kepadaNya dan menerimaNya diberiNya
kuasa supaya menjadi Anak-Anak Allah, yaitu mereka yang percaya kepada Allah dalam nama-Nya,
orang-orang yang terlahir baru karena Allah.

Allah memuliakan orang-orang yang percaya kepadaNya melalui pemberitaan PutraNya Yesus
Kristus, sehingga Ia mengaruniakan Roh-Nya, Roh Kudus, kepada orang-orang yang percaya
kepadaNya dan yang telah menerima dirinya dibaptis, sebagai tanda menyatunya Roh Allah dengan
manusia, supaya mereka menjadi Anak-Anak Allah, dan memiliki kuasa yang lebih daripada kuasa
roh apapun di bumi ini.

Roh Kudus adalah perantara manusia kepada Tuhan, perantara doa-doa, dan pembuka Hikmat yang
dari Allah untuk manusia supaya manusia dapat dengan benar mengenal Allah.
Roh Kudus itu juga adalah tanda penyatuan Allah dengan manusia, tinggal si manusia-nya sendiri
apakah percaya dengan kemanunggalan Allah itu dan percaya juga pada ke-Anak Allah-annya sendiri
dan ia sendiri memanunggalkan dirinya dengan Allah. Roh Kudus menjadi perantara manusia dengan
Tuhan. Roh Kudus akan aktif bekerja jika si manusia juga aktif tersambung dengan Tuhan. Dengan
Roh Kudus itu manusia berkuasa mengusir setan-setan dan roh-roh jahat, dan berkuasa juga
melakukan perbuatan-perbuatan besar dan mukjizat.

Dan itu tetap berlaku hingga jaman ini, sehingga mereka yang percaya kepada Allah dalam nama
Yesus Kristus, dan percaya juga pada ke-"Anak Allah"-an mereka sendiri, dapat juga melakukannya.
Perbuatan-perbuatan yang akan menjadi kesaksian bahwa Allah benar ada dan Kuasa-Nya nyata,
dan bahwa cerita tentang Allah dan Yesus bukan hanya menjadi cerita kehidupan jaman dulu saja,
tetapi juga berlaku hingga sekarang, karena Allah itu kekal adanya dan firman-firman-Nya berlaku
sepanjang masa.

__________

Anda mungkin juga menyukai