Anda di halaman 1dari 9

Negara Agama - Sekularisme

Halaman ini berisi tulisan mengenai informasi sederhana yang mungkin berguna untuk menambah
pengetahuan kita, dan mungkin juga dapat meluruskan pengetahuan kita yang keliru selama ini, jika
ada.

Sumber informasi di bawah ini diambilkan dari sumbernya : Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas.

Negara Agama

Agama resmi atau agama negara merupakan agama yang berstatus resmi di suatu negara. Biasanya
agama-agama ini memiliki lebih banyak hak dan lebih sedikit kewajiban dibandingkan agama lainnya
yang ada di negara itu.

Dunia Kristen

Negara-negara di Eropa dan Amerika Selatan kini kebanyakan sudah tidak memiliki agama resmi,
meskipun mayoritas penduduknya beragama Katolik, Ortodoks, atau Protestan. Banyak negara
dengan agama resmi akan membahayakan kebebasan beribadah agama yang lain. Di dunia Barat,
hampir semua agama dihapus dari hukum negara dan kehidupan sebelumnya. Dan ternyata masalah
yang terkait dengan agama resmi sekarang tidak ada, seperti di Inggris (Anglikan) atau Skandinavia
(Lutheran), yang dalam prakteknya agama negara tidak ada dalam undang-undang.

Negara Kristen yang memiliki agama resmi

Katolik Roma

Andorra

Argentina

Bolivia

Kosta Rika

El Salvador

Liechtenstein

Malta

Monako

Paraguay

Peru

Polandia

Vatikan
Swiss (beberapa kanton)

Lutheran

Denmark

Finlandia (terbatas, bersama dengan Kristen Ortodoks)

Islandia

Norwegia

Calvinisme

Skotlandia

Swiss (beberapa kanton)

Anglikan

Inggris

Ortodoks Timur

Finlandia (terbatas, bersama dengan Lutheran)

Georgia

Yunani

Rusia (bersama dengan Islam, Buddha, dan Yudaisme)

Dunia Islam

Di kebanyakan negara yang penduduknya mayoritas Islam, Islam adalah agama resmi negara.
Pengecualian adalah Turki, yang sekularismenya kuat sehingga agama dilarang masuk ranah politik.
Meskipun Islam diakui agama resmi di negeri-negeri tersebut, kenyataannya hanya menyentuh
aspek ruhaniah (spiritual), sementara hukum bernegara hanya diambil sebagian.

Negara Islam dengan agama resmi


Afganistan

Aljazair

Bahrain

Bangladesh

Brunei

Komoro

Mesir

Irak

Iran

Yaman

Yordania

Kuwait

Libya

Malaysia

Maladewa

Mauritania

Maroko

Oman

Pakistan

Qatar

Rusia (bersama dengan Kristen Ortodoks, Buddha, dan Yahudi)

Arab Saudi

Somalia

Somaliland

Tunisia

Uni Emirat Arab


Agama lain

Negara Buddha dengan agama resmi

Bhutan

Kamboja

Rusia (bersama dengan Gereja Ortodoks, Yahudi, dan Islam)

Thailand

Negara Hindu dengan agama resmi

Nepal menyatakan Hindu sebagai agama resmi, namun sejak tahun 2006, Nepal menyatakan diri
sekuler.

Negara Yahudi dengan agama resmi

Rusia (bersama dengan Buddha, Islam, dan Gereja Ortodoks)

(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_negara).

Negara Sekular

Negara sekular adalah salah satu konsep sekularisme, dimana sebuah negara menjadi netral dalam
urusan agama, dan tidak mendukung orang yang beragama maupun orang yang tidak beragama.[1]
Negara sekular juga mengklaim bahwa mereka memperlakukan semua penduduknya sederajat,
meskipun agama mereka berbeda-beda, dan juga menyatakan tidak melakukan diskriminasi
terhadap penduduk beragama tertentu. Negara sekular juga tidak memiliki agama nasional.

Negara sekular didefinisikan melindungi kebebasan beragama. Negara sekular juga dideskripsikan
sebagai negara yang mencegah agama ikut campur dalam masalah pemerintahan, dan mencegah
agama menguasai pemerintahan atau kekuatan politik.

(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Negara_sekular).

Sekularisme

Sekularisme atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini secara garis besar adalah sebuah
ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau negara harus berdiri terpisah dari agama atau
kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan
kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta
tidak menganak-emaskan sebuah agama tertentu.
Sekularisme juga merujuk kepada anggapan bahwa aktivitas dan penentuan manusia, terutamanya
yang politis, harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret dan fakta, dan bukan
berdasarkan pengaruh keagamaan.

Tujuan dan argumen yang mendukung sekularisme beragam. Dalam Laisisme Eropa, diusulkan
bahwa sekularisme adalah gerakan menuju modernisasi dan menjauh dari nilai-nilai keagamaan
tradisional. Tipe sekularisme ini, pada tingkat sosial dan filsafat seringkali terjadi selagi masih
memelihara gereja negara yang resmi, atau dukungan kenegaraan lainnya terhadap agama.

Sekularisme dalam kehidupan bernegara

Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan menuju pemisahan antara agama dan
pemerintahan. Hal ini dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan dan
agama negara, menggantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan
pembedaan yang tidak adil dengan dasar agama. Hal ini dikatakan menunjang demokrasi dengan
melindungi hak-hak kalangan beragama minoritas.

Sekularisme, seringkali dikaitkan dengan Era Pencerahan di Eropa, dan memainkan peranan utama
dalam peradaban barat. Prinsip utama Pemisahan gereja dan negara di Amerika Serikat, dan
Laisisme di Perancis, didasarkan dari sekularisme.

Kebanyakan agama menerima hukum-hukum utama dari masyarakat yang demokratis namun
mungkin masih akan mencoba untuk mempengaruhi keputusan politik, atau meraih sebuah
keistimewaan khusus. Aliran agama yang lebih fundamentalis menentang sekularisme. Penentangan
yang paling kentara muncul dari Kristen Fundamentalis dan juga Islam Fundamentalis. Pada saat
yang sama dukungan akan sekularisme datang dari minoritas keagamaan yang memandang
sekularisme politik dalam pemerintahan sebagai hal yang penting untuk menjaga persamaan hak.

Negara-negara yang umumnya dikenal sebagai sekular di antaranya adalah Kanada, India, Perancis,
Turki, dan Korea Selatan, walaupun tidak ada dari negara ini yang bentuk pemerintahannya sama
satu dengan yang lainnya.

Masyarakat Sekular

Dalam kajian keagamaan, masyarakat dunia barat pada umumnya dianggap sebagai sekular. Hal ini
dikarenakan kebebasan beragama yang hampir penuh tanpa sangsi legal atau sosial, dan juga karena
kepercayaan umum bahwa agama tidak menentukan keputusan politis. Tentu saja, pandangan moral
yang muncul dari tradisi kegamaan tetap penting di dalam sebagian dari negara-negara ini.

Sekularisme juga dapat berarti ideologi sosial. Di sini kepercayaan keagamaan atau supranatural
tidak dianggap sebagai kunci penting dalam memahami dunia, dan oleh karena itu dipisahkan dari
masalah-masalah pemerintahan dan pengambilan keputusan.
Sekularisme tidak dengan sendirinya adalah Ateisme, Banyak para Sekularis adalah seorang yang
religius dan para Ateis yang menerima pengaruh dari agama dalam pemerintahan atau masyarakat.
Sekularime adalah komponen penting dalam ideologi Humanisme Sekular.

Beberapa masyarakat menjadi semakin sekular secara alamiah sebagai akibat dari proses sosial alih-
alih karena pengaruh gerakan sekular, hal seperti ini dikenal sebagai Sekularisasi

Alasan-alasan pendukungan dan penentangan sekularisme

Pendukung sekularisme menyatakan bahwa meningkatnya pengaruh sekularisme dan menurunnya


pengaruh agama di dalam negara tersekularisasi adalah hasil yang tak terelakan dari Pencerahan
yang karenanya orang-orang mulai beralih kepada ilmu pengetahuan dan rasionalisme dan menjauh
dari agama dan takhyul.

Penentang sekularisme melihat pandangan di atas sebagai arrogan, mereka membantah bahwa
pemerintahan sekular menciptakan lebih banyak masalah daripada menyelesaikannya, dan bahwa
pemerintahan dengan etos keagamaan adalah lebih baik. Penentang dari golongan Kristiani juga
menunjukan bahwa negara Kristen dapat memberi lebih banyak kebebasan beragama daripada yang
sekular. Seperti contohnya, mereka menukil Norwegia, Islandia, Finlandia, dan Denmark, yang
kesemuanya mempunyai hubungan konstitusional antara gereja dengan negara namun mereka juga
dikenal lebih progresif dan liberal dibandingkan negara tanpa hubungan seperti itu. Seperti
contohnya, Islandia adalah termasuk dari negara-negara pertama yang melegalkan aborsi, dan
pemerintahan Finlandia menyediakan dana untuk pembangunan masjid.

Namun pendukung dari sekularisme juga menunjukan bahwa negara-negara Skandinavia terlepas
dari hubungan pemerintahannya dengan agama, secara sosial adalah termasuk negara yang palng
sekular di dunia, ditunjukkan dengan rendahnya persentase mereka yang menjunjung kepercayaan
beragama.

Komentator modern mengkritik sekularisme dengan mengacaukannya sebagai sebuah ideologi anti-
agama, ateis, atau bahkan satanis. Kata Sekularisme itu sendiri biasanya dimengerti secara peyoratif
oleh kalangan konservatif. Walaupun tujuan utama dari negara sekular adalah untuk mencapai
kenetralan di dalam agama, beberapa membantah bahwa hal ini juga menekan agama.

Beberapa filsafat politik seperti Marxisme, biasanya mendukung bahwasanya pengaruh agama di
dalam negara dan masyarakat adalah hal yang negatif. Di dalam negara yang mempunyai
kepercayaan seperti itu (seperti negara Blok Komunis), institusi keagamaan menjadi subjek di bawah
negara sekular. Kebebasan untuk beribadah dihalang-halangi dan dibatasi, dan ajaran gereja juga
diawasi agar selalu sejalan dengan hukum sekular atau bahkan filsafat umum yang resmi. Dalam
demokrasi barat, diakui bahwa kebijakan seperti ini melanggar kebebasan beragama.

Beberapa sekularis menginginkan negara mendorong majunya agama (seperti pembebasan dari
pajak, atau menyediakan dana untuk pendidikan dan pendermaan) tapi bersikeras agar negara tidak
menetapkan sebuah agama sebagai agama negara, mewajibkan ketaatan beragama atau
melegislasikan akaid. Pada masalah pajak Liberalisme klasik menyatakan bahwa negara tidak dapat
"membebaskan" institusi beragama dari pajak karena pada dasarnya negara tidak mempunyai
kewenangan untuk memajak atau mengatur agama. Hal ini mencerminkan pandangan bahwa
kewenangan duniawi dan kewenangan beragama bekerja pada ranahnya sendiri-sendiri dan ketika
mereka tumpang tindih seperti dalam isu nilai moral, kedua-duanya tidak boleh mengambil
kewenangan namun hendaknya menawarkan sebuah kerangka yang dengannya masyarakat dapat
bekerja tanpa menundukkan agama di bawah negara atau sebaliknya.

(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sekularisme).

Javanese2000 :

Di bawah ini adalah pembahasan singkat dari berbagai uraian di atas dan penyampaian pandangan
singkat dari sudut pandang kami sebagai orang awam.

Agama resmi atau agama negara merupakan agama yang bersatus resmi di sebuah negara. Sebuah
negara yang mengangkat sebuah agama sebagai agama resmi negara, biasanya agama tersebut
diperlakukan secara istimewa. Bahkan banyak aturan dalam negara yang disesuaikan dengan hukum
agama dan perilaku rakyatnya tidak boleh menyimpang dari aturan-aturan agama.

Agama adalah sesuatu yang bersifat sakral dan kebenaran di dalamnya dianggap sebagai kebenaran
mutlak yang sama sekali tidak boleh dibantah, apalagi memiliki pemikiran dan pendapat yang
berbeda dengan kebenaran di dalam agama.

Tetapi ada 2 macam kebenaran dalam agama :

1. Kebenaran berdasarkan yang tertulis di dalam kitab suci agama.

2. Kebenaran berdasarkan pendapat dan interpretasi manusia atas agama.

Kebenaran yang pertama, yaitu kebenaran sesuai yang tertulis di dalam kitab suci agama, adalah
sebuah kebenaran dasar dan semua penganut agama tersebut akan mengakui hal yang sama.

Kebenaran yang kedua adalah kebenaran berdasarkan pendapat dan interpretasi manusia atas
agama, yang kemudian seringkali dijadikan dogma dan doktrin dalam agama seolah-olah itu adalah
perintah Tuhan sendiri untuk dilakukan dalam kehidupan beragama. Kebenaran agama yang kedua
inilah yang seringkali menjadi problema dan banyak orang telah dihukum, dikucilkan, dianggap sesat
dan dibunuh atau dihukum mati, karena adanya perbedaan penafsiran, perbedaan pemikiran dan
perbedaan pendapat antar manusia, walaupun dalam lingkup agama yang sama. Walaupun pada
masa-masa selanjutnya orang-orang tersebut ternyata terbukti benar, tidak salah, tetapi mereka
sudah terlanjur dihukum atau dibunuh.

Kebenaran agama yang kedua itulah sebenarnya yang paling banyak diributkan orang, bukan hanya
antar penganut agama yang berbeda, juga oleh sesama penganut agama yang sama itu sendiri, yaitu
meributkan pemikiran dan interpretasi yang berbeda atas agama dan isinya.

Karena itu paling baik adalah kita sendiri yang lebih dulu punya pondasi dan pemahaman yang benar
tentang agama kita sendiri, sehingga kita tidak akan diombang-ambingkan oleh para tokoh agama
dan yang sok tahu tentang agama, kita akan bisa membedakan sendiri mana yang salah dan mana
yang benar, apalagi kalau berbicara tentang perbedaan agama dan tentang agama yang berbeda.
Kebenaran yang kedua ini dalam konteks agama dan aturan agama juga banyak memunculkan
pelarangan adanya perbedaan pemikiran dan pendapat, juga ada yang terkait dengan ilmu
pengetahuan yang tidak boleh menyimpang dari pengetahuan manusia yang sudah ada yang diyakini
sesuai dengan kebenaran agama. Seringkali ini terjadi di sebuah negara yang rakyatnya dilarang
untuk berpikiran dan berpendapat yang berbeda dengan keyakinan yang ada di masyarakat terkait
dengan pemahaman agama saat itu yang diyakini bersama sebagai benar.

Misalnya di Eropa ketika saat itu ajaran gereja sangat mendominasi kehidupan masyarakat dan
pemerintahan, yang pada saat itu manusia berpandangan bahwa bumi adalah pusat alam semesta,
dan bumi itu diam, matahari yang bergerak mengeliling bumi dari arah timur ke barat (geosentris),
maka Nicolaus Copernicus dicemooh dan ditentang oleh banyak orang, termasuk oleh tokoh-tokoh
gereja, karena menyatakan pemikiran dan pendapat bahwa bumi-lah yang mengitari matahari
(heliosentris). Atau ketika saat itu manusia berpandangan bahwa bumi itu datar, yang bila seseorang
berjalan lurus ke satu arah, maka di ujung bumi nanti dia akan jatuh ke bawah. Itulah sebabnya ide
Kristoforus Kolumbus yang berpendapat bahwa bumi berbentuk bulat dan ingin untuk berlayar
mengelilingi bumi dicemooh oleh banyak orang.

Galileo Galilei juga dikenal sebagai seorang pendukung Copernicus mengenai peredaran bumi
mengelilingi matahari. Akibat pandangannya itu ia dianggap merusak iman dan diajukan ke
pengadilan gereja Italia tanggal 22 Juni 1633. Pemikirannya tentang matahari sebagai pusat tata
surya bertentangan dengan ajaran Aristoteles maupun keyakinan gereja saat itu bahwa bumi adalah
pusat alam semesta. Ia dihukum dengan pengucilan (tahanan rumah) sampai meninggalnya. Baru
pada tahun 1992 Paus Yohanes Paulus II menyatakan secara resmi bahwa keputusan penghukuman
itu adalah salah, dan dalam pidato 21 Desember 2008 Paus Benediktus XVI menyatakan bahwa
Gereja Katolik Roma merehabilitasi namanya sebagai ilmuwan.[2]

Mengenai anggapan bahwa teori Copernicus bertentangan dengan ajaran Alkitab, Galileo menulis, "
[Copernicus] tidak mengabaikan Alkitab, tetapi ia tahu betul bahwa jika doktrinnya terbukti, hal itu
tidak akan bertentangan dengan Alkitab apabila ayat-ayatnya dipahami dengan benar ".

Sekularisme atau sekulerisme dalam pemahaman masa kini, secara garis besarnya adalah sebuah
ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi negara harus berdiri terpisah dari agama atau
kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan
kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta
tidak meng-anak-emas-kan sebuah agama tertentu.

Sekularisme juga merujuk pada anggapan bahwa aktivitas dan keputusan manusia, terutama yang
politis, harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret dan fakta, bukan
berdasarkan pengaruh keagamaan.

Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan menuju pemisahan antara agama dan
pemerintahan, dapat dalam bentuknya seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan dan
agama negara, menggantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan
pembedaan yang tidak adil dengan dasar agama. Hal ini dikatakan menunjang demokrasi dengan
melindungi hak-hak kalangan beragama minoritas.
Negara sekular adalah salah satu bentuk perwujudan konsep sekularisme, dimana sebuah negara
menjadi netral dalam permasalahan agama, dan tidak mendukung orang beragama maupun orang
yang tidak beragama. Negara sekular juga mengklaim bahwa mereka memperlakukan semua
penduduknya sederajat, meskipun agama mereka berbeda-beda, dan juga menyatakan tidak
melakukan diskriminasi terhadap penduduk beragama tertentu. Negara sekular juga tidak memiliki
agama nasional.

Negara sekular didefinisikan melindungi kebebasan beragama. Negara sekular juga dideskripsikan
sebagai negara yang mencegah agama ikut campur dalam masalah pemerintahan, dan mencegah
agama menguasai pemerintahan atau kekuatan politik.

Negara Indonesia cenderung untuk berada di tengah-tengah antara negara agama dan negara
sekular, tetapi bisa juga dikatakan merupakan negara dengan ideologi tersendiri yang tidak persis
sama dengan negara sekular.

Seperti negara sekular, negara Indonesia menyatakan memperlakukan semua penduduknya


sederajat, meskipun agama mereka berbeda-beda, dan juga menyatakan tidak melakukan
diskriminasi terhadap penduduk beragama tertentu.

Indonesia adalah negara yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, artinya negara
Indonesia mengakui kepercayaan kepada Tuhan YME dan mengharuskan warga negaranya untuk
menganut kepercayaan kepada Tuhan YME. Tetapi Indonesia bukan negara agama dan tidak ada
agama yang dijadikan agama negara. Semua agama diperlakukan sama, walaupun ada keinginan dari
pihak-pihak tertentu yang menginginkan Indonesia menjadi negara agama.

Adanya doktrin dan dogma agama yang harus dipatuhi oleh masyarakat di suatu negara, yang
membatasi kebebasan berpikir dan berpendapat, selain membatasi kehidupan rakyatnya, dan
membatasi pengungkapan-pengungkapan kebenaran yang masih tersembunyi, seringkali juga
menyebabkan negara tersebut tidak maju, menjadi negara terbelakang, karena negara itu juga
membatasi sikap berpikir yang akhirnya juga membatasi perkembangan ilmu pengetahuan.
Seharusnya manusia bisa membedakan mana yang merupakan kebenaran agama dan mana yang
merupakan kebenaran hasil pemikiran manusia. Benar atau salahnya pemikiran manusia itu akan
terbukti pada masa selanjutnya.

Seharusnya kehidupan beragama menjadi kehidupan yang bersifat pribadi, menjadi keinginan tulus
manusia untuk percaya dan beribadah menyembah Tuhan. Kehidupan beragama haruslah
didasarkan pada ajaran agama yang murni, bukan didasarkan pada dogma dan doktrin seseorang
yang mempertuhankan dirinya sendiri, yang menganggap benar pendapatnya sendiri, yang
menganggap semua perkataannya sebagai kebenaran mutlak dan harus dipatuhi oleh semua orang
seolah-olah itu adalah perintah Tuhan sendiri yang harus dilakukan manusia dalam beribadah, yang
mengatakan orang lain yang tidak sejalan dengannya dan yang tidak menjalankan perkataannya
sebagai sesat / murtad / kafir.

Anda mungkin juga menyukai