Anda di halaman 1dari 4

Kenali Dirimu, Ketahui Musuhmu:

Mengatasi Quarter Life Crisis


“So scared of getting older, i'm only good at being young. So I play the numbers game,
To find a way to say that life has just begun”
Ada yang relate sama lagu ini? Atau malah merasa "Aku chill aja kok". Saat seseorang
memilih menjadi dewasa, ia dihadapkan dengan 1001 permasalahan dan pertanyaan. Kapan
lulus, kapan kerja, kapan menikah, tujuan hidupnya apa dan banyak pertanyaan klasik lainnya.
Bagi orang yang memiliki mental baja, pertanyaan itu akan dianggap angin lalu dan basa-basi
saja. Namun bagi orang yang mentalnya lemah, pertanyaan tersebut akan mendorongnya ke fase
quarter life crisis.
Quarter life crisis merupakan krisis identitas akibat ketidaksiapan seseorang dalam
memenuhi tuntutan perkembangan masa dewasa, yang mengakibatkan kebimbangan identitas,
khawatir pada relasi interpersonal, dan pekerjaan. Quarter life crisis sangat wajar terjadi di usia
18-30 tahun. Saat berhasil melalui quarter life crisis, ia lebih mampu dihadapkan dengan
berbagai masalah dan menyadari bahwa perubahan yang tidak menyenangkan kadang
dibutuhkan agar mampu meraih apa yang diinginkan. Namun seseorang yang masih terjebak
dalam fase quarter life crisis biasanya merasa cemas, meragukan kemampuan diri, dan putus asa.
Banyak dari kita saat memasuki usia tersebut mulai ragu dengan kompetensi yang
dimiliki, sering membandingkan dengan pencapaian orang lain, overthinking, dan bingung
dengan tujuan hidup. Semakin sering mendapat tuntutan, kita akan merasa emosi dan berfikir
negatif terhadap diri sendiri. Terutama saat ekspektasi keluarga yang kadang sering
membandingkan dengan saudara atau anak tetangga. Apalagi jika melihat teman seusia sudah
meniti karir dan memiliki kisah hidup yang bahagia. Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab
kesehatan mental kita terganggu. Banyak tuntutan, putus asa, lingkungan yang tidak stabil dan
perubahan lainnya menjadi penyebab seseorang mengalami quarter life crisis. Ada 2 faktor yang
mempengaruhi seseorang mengalami quarter life crisis.
1. Faktor internal
       Identity exploration
Kita terus berusaha mencari identitas diri secara serius, mengeksplorasi dan fokus
menghadapi masa depan. Di fase ini, kita kerap memikirkan hal-hal serius yang belum
terpikirkan sebelumnya. Proses pencarian identitas ini kadang membuat kita merasa bimbang
dan cemas, karena identitas diri akan membangun kesadaran pada berbagai pilihan dalam
hidup.
•        Instability
Kita mengalami perubahan hidup secara terus menerus. Perubahan ini dipengaruhi
oleh perubahan gaya hidup di lingkungan sekitar. Gaya hidup zaman orang tua kita berbeda
dengan gaya hidup generasi millenial saat ini, sehingga berdampak pada kita yang masih
belum memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan gaya hidup dan tuntutan hidup yang
tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. 
•        Being self focused
Dituntut lebih dewasa dari sebelumnya, mampu memutuskan dan bertanggung jawab
dengan keputusan yang diambil. Hanya diri sendirilah yang benar-benar tahu apa yang di
inginkan.
•        Feeling in between
Berada di antara perasaan sudah dewasa dan masih remaja yang diharuskan
memenuhi kriteria menjadi orang dewasa, padahal masih merasa belum sepenuhnya menjadi
dewasa. Sering merasa pribadi sudah cukup dewasa namun di sisi lain merasa masih remaja
dan belum memenuhi tahap dewasa untuk memutuskan pilihan.
•        The age of possibilities
Berbagai harapan dimasa depan sering menghantui. Disini kita mulai
mempertanyakan apakah harapan dan mimpi itu berhasil atau justru tak sesuai ekspektasi.
Pemikiran ini tentu menimbulkan kekhawatiran atas kesenjangan harapan dan mimpi
tersebut.
2. Faktor eksternal
Sering kita melihat pencapaian orang lain di sosmed yang sudah lebih baik bahkan
selangkah lebih maju. Faktor ini biasanya berasal dari teman, relasi dengan keluarga, karir dan
pekerjaan, hubungan asmara, dan tantangan akademik.
Tahapan dalam Quarter Life Crisis
Ada tahapan quarter life crisis yang dialami kawula muda. Pertama, locked in.
Cenderung menunjukkan perilaku memenuhi harapan orang lain tapi menyembunyikan perasaan
pribadi dan rentan stress karena merasa terlalu dibatasi sehingga terjebak dalam peran orang
dewasa. Kedua, separation. Mulai melangkah keluar dari komitmen yang dibuat. Merasa lelah,
sedih, kehilangan dan kecemasan masa depan serta merasa kehilangan identitas diri dan berusaha
mengatasi tekanan yang disertai perubahan emosi. Ketiga, exploration. Mengeksplorasi diri
dalam berbagai hal, namun sering merasa labil dan fokus pada diri sendiri. Keempat, rebuilding.
Di tahap akhir ini, kita berkomitmen pada peran baru dalam kehidupan. Mulai mengarahkan
perasaan diri, memiliki rasa kepuasan dan mempunyai kontrol besar terhadap diri sendiri.
Tips Menghadapi Quarter Life Crisis
Lalu bagaimana strategi kita dalam menghadapi quarter life crisis? Berikut tips-tips
menghadapi quarter life crisis:
1.     Menerima jika proses adaptasi tidak harus langsung tahu semuanya, kelola ekspektasi
semaksimalnya agar tidak menimbulkan kecemasan dan keraguan.
2.     Chill dan realistis, pilihan pasti ada yang salah dan benar, cobalah kesempatan apapun
yang datang. Kita bukan Tuhan yang selalu benar, dalam hidup pasti ada hikmah dibalik
semua peristiwa dan jawabannya tidak harus sekarang. Atau bahkan sebenarnya tuntutan
lingkungan itu tidak ada, tetapi kita yang ngotot memenuhi ekpektasi tersebut dan
menyebabkan kita tidak enjoy dalam menjalani pilihan tersebut.
3.     Kelola mindset, jalani proses kehidupan dengan santai. Semua orang mempunyai
jalannya sendiri. Jangan terpengaruh dengan penilaian orang lain, karena mereka hanya
menilai kita sesuai dengan yang dilihat. Yang baik bagi orang lain belum tentu baik bagi
kita.
4.     Kurangi membandingkan diri dan lebih self love. Jika ingin membandingkan diri,
bandingkan dengan keadaan kita yang dulu, bukan dengan orang lain. Membandingkan
diri dengan orang lain akan membuat mental kita semakin down. Kuncinya adalah terus
latih pola pikir kita dalam mengambil keputusan, jangan terburu-buru, dan jangan terlena
dengan pressure social.
5.     Jangan bosan untuk terus mengenali diri karena manusia selalu berubah. Dengan
mengenali diri, bisa menjadikan hal itu sebagai pegangan dalam menghadapi krisis-krisis
yang terjadi, tahu apa yang penting dan diprioritaskan, serta mulai banyak merefleksikan
diri dengan apa yang kita mau.
6.     Buatlah list prioritas hidup dan atur prioritas hidup kita meskipun baru sedikit. Yang
penting prioritas itu dapat dijalankan dahulu. Satu-persatu, semua ada waktunya, tidak
ada yang menyuruh kita untuk lari. Mulailah dari hal-hal yang paling sederhana dahulu.
Ingatlah masing-masing dari kita memiliki garis start dan finishnya sendiri. Semua sudah
Allah desain dalam garis kehidupan kita, dan Allah tahu kapan keinginan kita akan terwujud.
Bukankah Allah Maha Mengetahui? Serahkan dan percayakan semua kepada-Nya, karena
tempat terbaik dalam menaruh kepercayaan dan harapan hanya kepada-Nya. Menjadi dewasa
adalah memilih, kita selalu bisa berkembang menjadi lebih baik dan kita selalu punya
kesempatan itu, take your time and chill. []

Anda mungkin juga menyukai