Anda di halaman 1dari 7

Materi kesatu

A. Kenapa jujur itu sulit

Bersikap baik kepada orang lain, tetapi tidak dilandasi kejujuran adalah kemunafikan
dan racun bagi diri sendiri. Tidak jujur berarti tidak seiya-sekata dan itu berarti orang
yang tidak jujur belum sanggup mengambil sikap yang lurus. Orang yang tidak lurus,
tidak enempatkan dirinya sebagai titik tolak, tetapi lebih mengutamakan apa yang
diperkirakan diharapkan oleh orang lain. Kejujuran dimulai dari lingkungan yang
terdekat, yakni dari diri sendiri, keluarga, kelas, sekolah dan tempat tinggal. Ibarat bola
salju, pribadi jujur akan menggelinding terus membentuk keluarga yang jujur. Keluarga
yang jujur menggelinding terus membentuk lingkungan tempat tinggal terdekat yang
jujur. Lingkungan yang jujur menggelinding terus tak tertahankan akan membentuk
masyarakat yang jujur dan masyarakat jujur seperti itu pada akhirnya akan mampu
membangun karakter bangsa yang jujur. Contoh dalam hal ini adalah bangsa Finlandia.
Kata-kata kunci kejujuran adalah berkata dan bertindak benar, lurus hati, terhormat,
terbuka, menghargai diri sendiri, dapat dipercaya, memiliki niat yang lurus terhadap
setiap tindakan (Bahri, 2008: 15; Tamrin, 2008: 16). Kejujuran ibarat naik sepeda, perlu
latihan untuk bisa terampil. Dalam kehidupan sekolah, nilai kejujuran dapat diwujudkan
oleh peserta didik , dengan tidak melakukan kecurangan akademik, seperti tidak
berbohong kepada guru dan dosen, tidak mencontek saat ujian, tidak melakukan
plagiarisme, dan tidak memalsukan nilai. Jujur :
a) Berkata benar
b) Bertindak benar
c) Terbuka
d) Menghargai diri senddiri

Kejujuran merupakan hal yang tidak terbatas dan sangat menentukan dan dapat menjadi
pendorong kita, melampaui yang kita perkirakan. Kejujuran juga lebih berat dan susah
dari yang kita bayangkan. Karena budaya kita memahami dan membelokkan makna
Kejujuran yang sebenarnya menjadi “bagikan pendapat dan perasaan kamu”, dengan
mengatakan kepada orang lain tentang hal yang tidak membuat nadi dan hati kita tidak
berdebar (kalau menyatakan sesuatu dengan hati berdebar, dan tekanan darah naik berati
tidak jujur). Hal yang diyakini dan dipahami oleh budaya kita itu bukanlah bertolak
belakang dengan dengan makna sebenarnya dari Kejujuran; melainkan yang dipahami
budaya tersebut adalah kebalikan dari rasa malu, atau ketidakmaluan. Kejujuran yang
dipahami secara dangkal mengarah ke “berbagi”; Kejujuran yang dipahami secara
dalam akan mengarah ke Kebenaran. Kejujuran yang dipahami secara dangkal
dinyatakan dihadapan kehadiran orang lain; sedangkan Kejujuran yang dipahami secara
dalam dinyatakan dihadapan kehadiran Tuhan (dan sudah pasti dihadapan hati kita
sendiri masing-masing).
Tat Twam Asi adalah ajaran moral yang bernafaskan ajaran agama Hindu. Wujud nyata
dari ajaran ini dapat kita lihat dalam kehidupan dan prilaku dan prilaku keseharian
dalam umat manusia. Manusia dalam hidupnya memiliki berbagai macam kebutuhan
hidup yang dimotifasi oleh keinginan (Kama) manusia itu sendiri. Manusia sebagai
mahluk hidup itu banyak jenis,sifat dan ragamnya, seperti manusia sebagai mahluk
individu,sosial, relligius, ekonomis, budayadan lain sebagainya. Semua itu harus dapat
dipenuhi oleh manusia secara menyeluruh dan bersamaan tanpa memperhitungkan
situasi dan kondisinya serta keterbatasan yang dimilikinya, betapa susah yang dirasakan
oleh setiap individu.
Kejujuran sangat penting dimiliki semua orang dan harus dipegang menjadi prinsip
hidup. Bagaimana mau sukses jika berkata jujur sangat sulit dilakukan. Semua yang
ingin dicapai secara instan akan membuat itu sementara. Jujur berarti berani berbicara
hal yang sebenarnya tanpa mengurangkan atau melebihkan. Jika itu tidak mudah maka,
segera belajar dan cari tahu apa penyebab kamu sulit untuk berkata jujur.

a. Kamu sudah terbayang akan ejekan orang sekitar


Jangan jadikan bahan ejekan orang lain menghalangi kamu untuk berkata jujur. Kata-
kata mereka memang menyakiti hati, tetapi akan lebih sakit jika kamu berani untuk
berbohong. Intinya jangan fokus kepada mereka serta ejekannya buktikan bahwa
dengan jujur, kamu bisa membuat hidup damai.

b. Merasa nyaman berbohong karena merasa hidup tidak pernah sulit


Suka berbohong mungkin sudah menjadi santapanmu tiap hari. Tanpa berbohong
rasanya dunia tidak lengkap bahkan, kamu sangat bangga bertahan atas perilaku buruk
tersebut. Kenyamanan yang kamu rasakan sekarang hanyalah sementara, tetapi hidup
dengan damai akan abadi jika kamu berkata jujur.

c. Takut dijauhi orang-orang sekitar


Selalu nyaman berteman dengan orang yang mendukung kamu untuk berbohong tidak
baik. Justru karena mereka mendukung kamu berbohong, itu akan menunjukkan bahwa
sikap mereka juga suka berbohong. Coba ketika kamu memutuskan untuk belajar
berkata jujur maka orang-orang tersebut akan menjauhimu.
d. Tidak mau mendengar nasihat
Sulit berkata jujur bisa jadi akibat kamu tidak mau mendengar nasihat. Begitu banyak
nasihat diberikan orang-orang di sekitarmu, karena mereka sangat peduli dengan
kehidupanmu. Saat kamu mengabaikannya, maka hidup kamu akan terus sulit untuk
berkata jujur. Semua hal yang tidak kita sukai pasti berasal dari sebuah paksaan terlebih
dulu, baru terbiasa dan akan menjadi bagian dalam diri. Seperti berkata jujur, jika kamu
paksa untuk melakukan itu lalu mendengar nasihat agar menjadi pegangan diri maka,
yakinlah bahwa kejujuran menjadi sebagian integritas terpenting dalam diri.

e. Takut kalau mendapat hukuman


Hidup selalu melewati masa sulit dan akan tambah sulit jika kamu suka berbohong.
Hukuman yang kamu pikirkan selama ini hanyalah sementara, dan justru seharusnya
kamu bangga saat mendapat hukuman untuk memperjuangkan hal yang baik.
Sebaliknya, jika kamu berkata jujur akan membuat orang lain bangga akan
karaktermu.Hidup jujur bukanlah sebuah pilihan tetapi suatu keharusan dan kamu akan
merasakan langsung arti hidup damai yang sebenarnya.
Materi kedua

B. Tingkatan Kejujuran

Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Kebenaran
atau kejujuran adalah sendi yang terpenting bagi berdiri tegaknya masyarakat. Karena
hanya dengan kebenaran, dapat terciptanya saling pengertian satu sama lain dalam
masyarakat. Tanpa adanya saling pengertian tidak mungkin terjadi tolong-menolong.
Jujur memiliki 3 tingkatan yaitu :
1. Kejujuran dalam ucapan yang sesuai dengan kenyataan
2. Kejujuran dalam perbuatan yang sesuai antara ucapan dan perbuatan
3. Kejujuran dalam niat yang merupakan kejujuran tertinggi karena ucapan dan
perbuatan hanya kepada tuhan.

Seorang guru dan orangtua harus menjadi teladan bagi anak karena anak belajar dari
perbuatan sekitarnya. Jika guru dan orangtua ingin membangun karakter jujur dalam
anak, karakter tersebut sudah terbiasa muncul dulu pada guru dan orangtua.

Imam Al-Ghazali membagi tingkat jujur sebagai berikut:


1) jujur tingkat pertama adalah kejujuran lisan. Kejujuran ini tidak terjadi kecuali hanya
pada berita dan kabar, atau pada sesuatu yang dikandung oleh kabar itu atau
pemberitahuannya. “Dan adalah keharusan bagi setiap orang untuk menjaga kata-
katanya, maka hendaklah dia tidak berbicara kecuali dengan jujur dan benar”;
2) jujur tingkat kedua adalah jujur di dalam niat dan kehendak. Kejujuran ini menunjuk
pada sifat ikhlas, yakni bahwa tiada yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu
atau berdiam diri kecuali Allah Ta’ala;
3) jujur tingkat ketiga adalah jujur di dalam azam. Sesungguhnya seorang manusia telah
melafalkan azam (niat kuat) untuk beramal. dia berkata kepada dirinya sendiri: “Jika
Allah memberiku rejeki dengan harta maka aku akan menshadaqahkan semuanya, atau
separuhnya” atau “Jika Allah memberiku kekuasaan maka aku akan berbuat adil dalam
memegangnya dan aku tak akan maksiat kepada Allah dengan satu bentuk kedhaliman
atau penyimpangan apapun kepada para makhluk”;
4) jujur tingkat keempat adalah jujur di dalam menunaikan azam (niat yang kuat).
Karena sesungguhnya seseorang bisa bermurah hati dan dermawan melafalkan azam di
dalam suatu kondisi tertentu, kala tiada keberatan apapun di dalam janji dan berazam,
sebab beban pada saat itu masih ringan;
5) jujur tingkat kelima adalah jujur di dalam amal. Kejujuran ini diwujudkan dengan
bersungguh-sungguh dalam beramal, sehingga amalan dilahirnya tidak menampakkan
sesuatu yang ada di dalam batinnya, dia tidak bisa disifati dengan zahirnya; dan
6) jujur tingkat keenam adalah kejujuran yang paling tinggi tingkatannya dan paling
mulia, yakni jujur dalam menegakkan agama. Jujur di dalam rasa takut, kerelaan,
tawakal, kecintaan dan seluruh perkara agama.
Materi ketiga

C. Penyebab-penyebab Tidak Jujur

Orang tua juga perlu memahami dan mengetahui mengapa anak suka berbohong.
Memarahinya secara langsung bukanlah hal yang tepat. Sehingga ketika orang tua sudah
mengerti, dan bisa melanjutkan untuk mengajarinya mencintai kebenaran dan bersikap
jujur. Berikut lima alasan umum yang membuat anak-anak berbohong:

1. Keluar dari Situasi Buruk


Dalam situasi "terjepit", biasanya anak-anak cenderung berbohong. Biasanya mereka
hanya ingin mencari aman, dimana mereka percaya bahwa kebohongan bisa
menyelamatkan mereka dari situatu "terjepit".

2. Tekanan Teman-teman Sebaya


Salah satu alasan lainnya adalah terjebak oleh tekanan teman-teman. Untuk
mendapat pengakuan dan agar bisa berteman dalam suatu kelompok, biasanya anak-
anak cenderung berbohong dan melakukan hal-hal yang sebenarnya mereka enggak
sukai.

3. Untuk Mendapatkan Perhatian dari Orang Lain


Anak-anak memang suka perhatian, mereka enggak suka bila diacuhkan. Mereka
akan melakukan apa saja untuk mencari perhatian agar orang lain melirik mereka.

4. Berbohong Telah Menjadi Kebiasaan


Jika kebohongan menjadi suatu kebiasaan, itu sesuatu yang enggak baik dan perlu
ada perhatian khusus untuk anak. Orang tua harus ikut andil dalam hal ini, karena
kelamaan anak mulai berpikir bahwa berbohong itu baik dan normal. Ini adalah salah
satu alasan umum mengapa anak suka berbohong. Mereka juga menganggapnya
sebagai tindakan yang keren.

5. Orangtua Tak Pernah Mengecek Perilaku Anak


Meskipun orang tua terkadang sibuk, tapi perhatian anak tetap perlu diperhatikan.
Terkadang, lebih baik mengatakan kebohongan putih daripada kenyataan yang
menyakitkan. Namun bukan berarti, Anda bisa berbohong sesuka hati Anda.
Berbohong tetap dinilai sebagai perbuatan tak terpuji yang bisa membahayakan
keharmonisan hubungan.

Berikut adalah enam alasan mengapa seseorang berbohong :

1. Kebiasaan
Berbohong bisa bersumber dari kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari. Mereka yang
memiliki kebiasaan semacam ini lebih suka mengatakan ketidakjujuran ketimbang
kebenaran.

2. Malu
Anda berbohong karena ingin menyembunyikan kejelekan atau kekurangan Anda. Ini
bisa saja berkaitan dengan hubungan masa lalu Anda dengan sang mantan atau rahasia
terdalam Anda yang tidak ingin diketahui siapa-siapa.
3. Tidak ingin menyakiti orang lain
Anda mungkin tidak ingin menyakiti hati pasangan. Anda takut Anda akan mematahkan
hatinya dengan mengungkapkan kebenaran padanya.

4. Tidak ingin dihakimi


Beberapa orang tidak ingin membiarkan orang lain tahu rahasia terdalam mereka, yang
dapat membuat orang lain menghakimi mereka. Sikap ini kemudian memunculkan
keinginan untuk berbohong agar dapat menutupi kekurangan atau rahasia yang
disembunyikan.

5. Cara paling mudah


Mengatakan kebenaran sangatlah rumit dan sulit. Dan itu bisa mempengaruhi hidup Anda
secara negatif. Alhasil, berbohong menjadi cara termudah untuk mengatasi masalah
tersebut.

6. Tidak menghormati diri sendiri


Anda tidak berpikir bahwa Anda memiliki jawaban yang cukup meyakinkan untuk orang
lain, sehingga akhirnya Anda berbohong. Ini merupakan tanda bahwa Anda tidak
menghormati diri sendiri.

Inilah enam alasan mengapa seseorang akhirnya berbohong pada pasangan atau orang-orang
di sekitarnya.
Materi keempat

D. Cara Menumbuhkan Sikap Jujur

Melatih kejujuran pada anak dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun. Ada berbagai
cara yang bisa diterapkan untuk melatih kejujuran :

1. Berikan contoh yang baik


Sebagai orang tua, tentunya kita adalah panutan anak-anak kita. Apa yang anak lihat
dari perilaku orang tuanya, bisa jadi mempengaruhi anak untuk berperilaku demikian.
Menurut California Department of Education, sejak anak berusia 3 tahun ia sudah dapat
meniru perilaku orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua perlu memberi contoh perilaku
baik kepada anaknya. Dengan begitu, anak-anak juga akan termotivasi untuk
berperilaku jujur seperti yang ditunjukkan oleh orang tuanya.

2. Berikan apresiasi saat berkata jujur


Ketika anak sedang berkata jujur, berikanlah apresiasi, terutama bila ia mengakui hal
yang ia takuti atau khawatirkan. Sebelum mengoreksi mereka, kita bisa memberikan
kalimat pujian atau sentuhan afeksi yang membuat anak merasa aman dan dihargai. Hal
tersebut dapat membantu anak untuk menanamkan perilaku jujur ke depannya. Seperti
yang kita ketahui, anak-anak sering kali tidak berkata jujur karena takut dimarahi. Oleh
karena itu, biasakan untuk membuat anak merasa aman anak saat dia berkata dan
berperilaku jujur.

3. Kenalkan anak pada cerita-cerita yang mengandung nilai kejujuran


Kenalkan cerita-cerita yang memiliki nilai kejujuran pada anak. Misalnya, dongeng
cerita Si Kancil yang mengisahkan tentang Si Kancil yang suka mencuri mentimun dan
dijauhi oleh teman-temannya karena ia gemar mencuri. Suatu hari ia menyadari
sikapnya dan berjanji untuk tidak mencuri lagi. Karena ia berkata jujur dan menepati
janjinya, ia akhirnya dipercayai oleh teman-temannya. Dari cerita tersebut, anak-anak
dapat belajar dan memperoleh banyak pelajaran untuk membangun karakter dirinya.

4. Perlakukan anak dengan jujur dengan menepati janji


Terkadang orang tua melakukan kesalahan kecil yang tanpa disadari berdampak pada
perilaku anak. Misalnya, ketika anak menangis, kita berkata “Jangan menangis, nanti
Bunda belikan mainan.” Lalu ketika tangisannya berhenti, tidak membelikan mainan.
Hal ini merupakan kebohongan kecil yang dapat diidentifikasi oleh anak karena kecewa
saat orang tua tidak memenuhi janjinya. Lebih baik kita mencari cara lain yang lebih
efektif daripada tidak menepati janji kecil sekalipun.

5. Membiasakan jujur pada diri sendiri


Melatih anak untuk membiasakan diri jujur pada diri sendiri bukanlah hal yang mudah.
Terkadang hal ini sulit dilakukan karena ada ketakutan-ketakutan di dalam diri anak.
Cobalah berkomunikasi dengan anak untuk mencari tahu apa masalahnya. Selanjutnya,
bantu anak untuk jujur pada dirinya sendiri. Seperti halnya ketika dalam proses belajar
di masa pandemi ini. Adanya pandemi ini mengharuskan anak-anak untuk belajar dari
rumah secara daring. Bantulah anak untuk mengerjakan tugas secara jujur. Dengan
memberikan dorongan, anak akan mulai mengerti dan yakin dengan kemampuannya.
6. Dukung anak agar tidak menyalin tugas sekolah dari internet
Di situasi seperti sekarang, peran orang tua sangatlah penting dalam
proses belajar anak di rumah. Selain mendampingi anak dalam
mengerjakan tugas, memberikan dorongan pada anak untuk
mengerjakan tugas secara jujur juga dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai