Penerbit :
Kami menyadari, panduan ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu masukan
dari berbagai pihak guna penyempurnaan Panduan Pelaksanaan Laboratorium
Inovasi Administrasi Negara, dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para
Narasumber yang selama ini telah berkontribusi dalam penyusunan panduan ini.
Satu : Drum Up 6
Pengantar 6
Tujuan 8
Metode 8
Dua : Diagnose 9
Pengantar 9
Tujuan 11
Metode 12
Tiga : Design 14
Pengantar 14
Tujuan 16
Metode 17
Empat : Deliver 18
Pengantar 18
Tujuan 20
Metode 20
Enam : Penutup 23
Lampiran
Lampiran 1 Persiapan Pra Laboratorium Inovasi 2
Lampiran 2 Drum-Up 39
Lampiran 3 - Instrumen Penilaian Innovation
42
Readiness Level (IRL)
Lampiran 4 Diagnose 66
Lampiran 5 Design 75
Lampiran 6 Deliver 85
Lampiran 7 Display 89
Inovasi menjadi salah satu tool dalam mengakselerasi peningkatan daya saing
Indonesia. Setiap elemen negara yang meliputi pemerintah, swasta, dan
masyarakat sipil harus melakukan inovasi. Inovasi pada lingkungan instansi
pemerintah meliputi antara lain kementerian, lembaga pemerintah non
kementerian (LPNK), pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota sangat
penting karena dapat mengakselerasi inovasi swasta dan masyarakat dalam
meningkatkan pelayanan publik. Pemerintah daerah menjadi salah satu ujung
tombak pelayanan publik yang wajib melakukan inovasi. Pelayanan publik yang
inovatif akan meningkatkan pelayanan, pemberdayaan masyarakat, pertumbuhan
ekonomi, dan daya saing yang semakin tinggi. Kemampuan daya saing daerah yang
tinggi pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kesadaran pentingnya inovasi saat ini ditandai dengan telah diterbitkannya Undang-
Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan
peluang pemerintah daerah untuk melakukan inovasi. Tepatnya pada pasal 386
yang menyatakan bahwa dalam rangka peningkatan kinerja penyelenggaraan
Tujuan
Inovasi di sektor publik pada prinsipnya berisikan dimensi sikap (soft) dan dimensi
teknis (hard). Dimensi sikap berurusan dengan bagaimana menggugah pengambil
kebijakan untuk berinovasi, sedangkan dimensi teknis berurusan dengan
penguasaan pengetahuan teknis (manajerial dan substantif) yang dibutuhkan oleh
suatu inovasi. Oleh karena itu, buku panduan ini dimaksudkan untuk membekali
setiap fasilitator laboratorium inovasi (champion innovation) untuk mengelola
kedua dimensi ini dengan baik, yang ditunjukkan dengan kemampuan dalam:
Metode
Untuk mewujudkan kedua dimensi (soft dan hard) yang disebutkan di atas, maka
model laboratorium inovasi dibagi ke dalam lima tahap yaitu Drum Up, Diagnose,
Design, Deliver dan Display atau disingkat 5D. Seperti pada Gambar 1.
Pada gambar sebelumnya, dimensi soft (mindset) yang berorientasi sikap lebih
terkonsentrasi pada tahap drum up, sedangkan dimensi hard (teknokratis) berada
pada diagnose, design, deliver dan display. Meskipun demikian, dalam praktek
dimensi soft tersebut perlu terus diikutkan agar keseluruhan proses inovasi
terlaksana dengan penuh semangat sehingga tujuan inovasi dapat dicapai dengan
baik.
Kata Drum Up dalam bahasa Inggris berarti menabuh genderang. Jika kata ini
digabung dengan kata support
sehingga menjadi Drum Up Support
maka akan berarti menggalang
dukungan.
Oleh karena itu, dalam rangka membangun kesadaran kolektif untuk berinovasi ini,
maka seorang champion innovation perlu memastikan bahwa kesadaran,
kemauan, dan motivasi untuk berinovasi harus lahir dari pimpinan puncak terlebih
dahulu. Jika belum, maka sudah menjadi tugas seorang champion innovation untuk
terus menyusun strategi untuk mengubah sikap atau mindset mereka.
Dalam tahap drum up, champion innovation pada dasarnya bekerja dalam ranah
afektif atau sikap perilaku. Bahan-bahan yang dipergunakan lebih banyak
diarahkan untuk menginspirasi atau menggugah kesadaran untuk berinovasi.
Contoh-contoh best practice atau success story seseorang menjadi bahan yang
sangat penting untuk digunakan. Apalagi jika bahan tersebut mengandung efek
dramatis yang dapat menggugah perasaan.
Tujuan
Metode
Diagnose gagasan
oleh
baru
tingkat
ditentukan
kesiapan
Mengacu pada keterkaitan kedua hal di atas, maka penting bagi champion
innovation untuk terlebih dahulu mengetahui tingkat kesiapan suatu instansi
pemerintah dalam berinovasi. Untuk mengetahui tingkat kesiapan berinovasi ini,
terdapat 4 aspek yang perlu diukur secara akurat yaitu; (a) kepemimpinan,
organisasi, sumberdaya manusia, dan implementasi kegiatan. Indikator masing-
masing aspek ini dan tata cara mengukurnya dapat dilihat pada lampiran 3.
Pada cara yang berbasis masalah, seorang practicioner innovation menemukan ide
inovasi dengan berangkat dari adanya permasalahan yang ditemukan dalam
organisasinya. Cara ini dapat dianalogkan dengan seorang dokter yang melakukan
diagnose terhadap seorang pasien. Tentu dia terlebih dahulu harus menentukan
jenis penyakit dan kemudian menentukan tindakan yang harus dilakukan.
Kesalahan dalam mendiagnosa organisasi dapat mengakibatkan kesalahan dalam
menentukan penyakit organisasi yang berujung pada tindakan yang diambil juga
keliru sehingga membahayakan organisasi.
Cara mendiagnosa organisasi berbasis masalah ini dilakukan dengan tiga tahapan
kegiatan yang berurut, yaitu inovator terlebih dahulu harus mengendalikan dirinya,
atau menata niatnya bahwa ide inovasi yang akan dimunculkan sesungguhnya
untuk kepentingan publik dan bukan kepentingan dirinya atau kelompok tertentu,
kemudian menentukan tingkat kinerja organisasi, dan terakhir menentukan
intervensi atau tindakan yang akan diambil. Intervensi atau tindakan inilah yang
harus mengandung ide-ide kreatif yang memiliki unsur kebaruan.
Kedua adalah cara mendiagnosa organisasi yang berbasis non-masalah. Ide inovasi
dengan cara ini dimunculkan dengan menggunakan teknik atau template berpikir
kreatif. Dengan teknik ini, seorang practicioner innovation dapat menemukan ide
kreatif secara langsung. Oleh karena itu, seorang practicioner innovation perlu
menguasai teknik atau template tersebut. Beberapa template yang dapat
dipergunakan adalah innovation shopping, analisis morfologi, berpikir terbalik, dan
lain-lain. Pada Lampiran 4 bagian Substansi Paparan Diagnose, memperlihatkan
berbagai teknik dan template berpikir kreatif.
Ide-ide inovasi yang dihasilkan baik melalui teknik mendiagnosa organisasi maupun
melalui teknik template berpikir kreatif perlu dikomunikasikan dengan kepala
daerah atau pimpinan puncak tempat laboratorium inovasi dilaksanakan.
Persetujuan mereka terhadap ide-ide inovasi dibutuhkan untuk melanjutkan proses
inovasi ke tahap berikutnya yaitu tahap design. Seorang practicioner innovation
wajib menjadikan persetujuan pimpinan puncak sebagai persyaratan ke tahap
design.
Tujuan
Tahap diagnose ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesiapan instansi berinovasi
dan memfasilitasi practicioner innovation untuk menemukan ide inovasi, yaitu
gagasan-gagasan yang mengandung unsur kebaruan. Oleh practicioner innovation,
ide inovasi ini diyakini dapat meningkatkan kinerja organisasinya.
Untuk mencapai tujuan tahap diagnose, maka metode yang dipergunakan adalah
workshop. Dengan metode ini, practicioner innovation akan bekerja, menggali
potensi yang dimilikinya, dan mengerahkan segala kompetensinya untuk
menemukan ide-ide inovasi. Dalam workshop ini berbagai tool diperkenalkan untuk
dipergunakan. Pertama adalah beberapa tools dalam mendiagnosa permasalahan
dan yakni :
Pohon Masalah
SWOT and TOWS Analysis
Fishbone Diagram
5 Whys Analysis dan Force Field Analysis
Selain itu terdapat beberapa teknik atau template berfikir kreatif yaitu:
Organizational diagnosis
Morphology analysis
Template/Fast idea generation
Innovation shopping
1. Metode pertama adalah berupa kegiatan presentasi dan review ide inovasi
yang telah dibuat oleh practicioner innovation di hadapan champion
innovation, master innovation dan pejabat daerah terkait. Pada metode
pertama ini, seorang champion dapat menilai dan memberikan saran atas
ide inovasi yang dihasilkan oleh practicioner.
2. Metode kedua adalah berupa proses konsultasi (desk consultation) antara
practicioner innovation kepada para champion innovation dan master
innovation. Pada metode kedua ini, seorang practicioner innovation dapat
Seperti halnya tahap diagnose, tahap design ini juga bersifat teknis, yaitu
bagaimana menuangkan ide inovasi ke dalam suatu rancangan rencana aksi yang
detail. Oleh karena itu, desain
1 Perancangan
2 Pembuatan
3 Ujicoba
4 Implementasi
5 Monev
Perlu diketahui oleh setiap champion innovation bahwa rencana aksi inovasi sarat
dengan pengetahuan teknis baik yang bersifat administratif atau manajerial
maupun yang bersifat substantif. Oleh karena itu, untuk memastikan keakuratan
dari rencana aksi ini, seorang practicioner innovation perlu didampingi oleh pihak
atau lembaga yang memiliki keahlian (expertise) di bidang substantif tersebut.
Misalnya, seorang practicioner innovation yang akan berinovasi di sektor pertanian
Oleh karena itu, seorang champion innovation perlu menguasai teknik membangun
koalisi yaitu kemampuan menyusun strategi komunikasi yang tepat untuk
menggiring (framing) stakeholder tertentu yang menolak inovasi menjadi menerima
inovasi. Metode pemetaan stakeholder dapat dilihat pada Lampiran 5.
Rencana aksi inovasi dan pemetaan stakeholder (jika dibutuhkan) juga perlu terus
dikomunikasikan dengan pimpinan puncak (Bupati, Walikota, Gubernur, Jabatan
Pimpinan Tinggi) untuk mendapat persetujuan. Jika sudah disetujui, maka proses
inovasi dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap deliver atau pelaksanaan
inovasi.
Tujuan
Tahap design inovasi bertujuan untuk menghasilkan rencana aksi inovasi, termasuk
pemetaan stakeholder berikut strategi komunikasinya jika diperlukan.
Tahap deliver atau tahap pelaksanaan inovasi merupakan tahap yang memiliki
waktu yang cukup panjang. Jumlah kegiatan/langkah dan lamanya waktu
pelaksanaan setiap kegiatan/langkah berkontribusi terhadap jangka waktu
pelaksanaan suatu inovasi. Mungkin ada inovasi yang membutuhkan waktu
beberapa bulan, satu tahun, bahkan beberapa tahun.
DELIVER rencana
kebutuhan
aksi
waktu
sesuai
yang
............ menginformasikan diperlukan.
Selain peluncuran inovasi, dalam masa deliver ini, seorang champion innovation
juga perlu melakukan monitoring terhadap pelaksanaan setiap langkah/kegiatan.
Dengan menggunakan rencana aksi, seorang champion innovation perlu memantau
progres pelaksanaan dari masing-masing langkah/kegiatan. Tujuan utama kegiatan
monitoring ini adalah untuk memastikan inovator tetap disiplin melaksanakan
langkah-langkah yang sudah direncanakan. Instrumen monitoring menggunakan
instrumen rencana aksi yang sudah terisi lengkap sebagaimana terlihat pada Tabel
1 sehingga champion innovation cukup melakukan check dan recheck terhadap
implementasi rencana aksi tersebut.
1
Penjelasan terkait penggunaan SINOLA dapat diihat pada Manual Penggunaan SINOLA
Tujuan
Metode
Selama deliver terdapat dua kegiatan utama yaitu peluncuran pelaksanaan inovasi
dan monitoring inovasi. Peluncuran pelaksanaan inovasi dilakukan dengan acara
seremonial yang dapat bersifat formal maupun informal. Sedangkan monitoring
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dilakukan antara
lain dengan observasi dan survei lapangan. Sedangkan monitoring secara tidak
langsung dengan menggunakan SINOLA atau berbagai media komunikasi online
lainnya.
DISPLAY Untuk
kepada
mengumumkan
stakeholder
termasuk kepada
masyarakat, seorang
ajang show off, blow your own inovator perlu melaporkan
trumpet, pengumuman ..... kegiatan inovasi yang telah
dilakukan. Kegiatan ini
disebut display dan merupakan salah satu bentuk akuntabilitas inovator kepada
publik. Di samping itu, kegiatan display dimaksudkan sebagai ajang show off, blow
your own trumpet, pengumuman kepada dunia luar bahwa Anda sebagai
practicioner innovation sudah berbuat sesuatu untuk kepentingan publik.
Dalam kegiatan ini, inovator memamerkan proses inovasi yang dilakukan. Jika
memungkinkan, kegiatan ini juga memamerkan hasil inovasi apabila inovasi telah
selesai dilaksanakan. Kegiatan display dapat dilakukan dalam berbagai bentuk
kegiatan seperti pameran, talkshow, maupun seminar.
Lalu apa saja yang dipamerkan atau ditampilkan dan bagaimana cara
melakukannya? Seorang champion innovation perlu memastikan bahwa
practicioner innovation melakukan pendokumentasian yang lengkap terutama
dalam bentuk gambar atau foto. Inovator perlu memamerkan bagaimana kondisi
awal sebelum inovasi dilakukan, kondisi setelah inovasi dilakukan atau kondisi
Efektivitas kegiatan display tentu ditentukan oleh banyak jumlah pengunjung dan
luasnya kegiatan tersebut diekspose di media. Oleh karena itu, inovator perlu
mengundang sebanyak mungkin stakeholder untuk mengunjungi kegiatan Display
ini, dan menghadirkan sebanyak mungkin media untuk meliputnya.
Tujuan
Metode
Kegiatan Display dilakukan dalam beragam bentuk misalnya melalui (a) pameran
inovasi, (b) talkshow inovasi, (c) seminar inovasi, atau gabungan dua atau ketiga hal
ini.
Model berinovasi 5D ini adalah jawaban konkret untuk memecahkan dua tantangan
utama dalam berinovasi di sektor publik yaitu willingnes to inovate dan ability to
innovate. Model berinovasi 5D diyakini dapat membuat pejabat instansi pemerintah
dari tidak menyukai inovasi menjadi menyukai inovasi, melakukan inovasi, dan
memiliki inovasi di instansi yang dipimpinnya.
Persiapan Legalitas
Tim Daerah sebaiknya dipilih berdasarkan unit atau SKPD pemerintah daerah yang
memiliki posisi cukup strategis dalam mengkoordinasikan pelaksanaan
laboratorium inovasi. Bagian Organisasi Sekertariat Daerah merupakan salah satu
contoh unit pemerintah daerah yang cukup strategis dalam mengontrol
pelaksanaan laboratorium inovasi, terutama fungsi koordinasi peserta. Hal ini dapat
2
Penjelasan terkait peran Tim Teknis Daerah sebagai Admin Daerah SINOLA dapat dilihat pada
manual penggunaan SINOLA
Tim Daerah juga sebaiknya unit atau SKPD pemerintah daerah yang berisikan
individu-individu yang memiliki komitmen kuat dalam melaksanakan inovasi. Hal ini
terlihat pada laboratorium inovasi Kabupaten Muara Enim tahun 2015, di mana
BAPPEDA yang bertindak sebagai Tim Daerah. BAPPEDA merupakan unit yang
cukup bersemangat dalam berinovasi sehingga mereka yang berperan sebagai
leading sector dalam pelaksanan laboratorium inovasi Muara Enim.
Selain itu, disarankan bahwa individu dalam Tim Daerah mengikuti Workshop
Champion Innovation atau pelatihan fasilitator laboratorium inovasi yang diadakan
LAN, sehingga dapat mendukung pelaksanaan laboratorium inovasi di daerahnya
dengan lebih optimal.
Unit atau SKPD yang menjadi Tim Daerah juga ikut serta sebagai peserta
laboratorium inovasi. Pada semua daerah laboratorium inovasi di tahun 2015 dan
2016, Tim Daerah mereka juga ikut sebagai peserta laboratorium inovasi daerah.
Posisi sebagai koordinator tidak lantas menghilangkan kesempatan unit atau SKPD
tersebut sebagai peserta laboratorium inovasi.
DRUM-UP
Terdapat beberapa metode dalam Drum-Up antara lain sosialisasi, kuliah umum,
visitasi ke instansi yang telah berhasil berinovasi, dan lain sebagainya. Pemilihan
metode Drum-Up dapat didiskusikan terlebih dahulu antara Tim Daerah dengan
fasilitator LAN. Tim Daerah harus mempersiapkan segala sesuatunya terkait dengan
metode Drum-Up yang dipilih. Misalnya, apabila memilih metode visitasi ke
perusahaan swasta maka Tim Daerah harus mempersiapkan segala sesuatu terkait
visitasi baik biaya perjalanan peserta, surat-menyurat, dsb.
3
Atau yang dapat menggantikannya seperti salah satu Deputi LAN
4
Waktu penyelenggaraan tersebut dengan catatan belum memperhitungkan waktu perjalanan
fasilitator LAN ke daerah
Apabila menggunakan metode kuliah umum, maka pada Fase Drum-Up Champion
Innovation (fasilitator LAN) perlu mengontekstualkan bahan-bahan yang dimiliki.
Misalnya, jika akan melakukan drum up di kabupaten X, maka diupayakan menggali
informasi-informasi kontekstual terkait prestasi dan potensi berinovasi dari
Kabupaten X. Berikut ini adalah beberapa slide contoh pemaparan informasi
kontekstual lokus laboratorium inovasi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam percaturan global, posisi Indonesia belum menggembirakan. Pada
berbagai indeks internasional seperti daya saing, efektifitas pemerintahan,
inovasi, kemudahan berusaha, dan sebagainya, Indonesia masih menempati
urutan yang rendah, bahkan di tingkat negara-negara Asia Tenggara
sekalipun. Kinerja pemerintahan yang rendah ini menimbulkan
permasalahan sosial yang memprihatinkan seperti jumlah penduduk miskin,
pengangguran, kekurangan gizi, kematian ibu dan anak yang masih signifikan.
Kondisi di atas ironis dengan potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
untuk sejahtera, yang ditandai dengan kekayaan alam yang melimpah,
potensi sumber daya manusia, peluang pasar yang besar dan proses
demokrasi yang relatif stabil. Namun prakondisi yang sudah terpenuhi itu
belum mampu dikelola secara inovatif oleh pemerintah. Instansi pemerintah
belum mampu menghasilkan cara kerja dan produk yang inovatif yang
mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakat bangsa Indonesia.
Untuk mengejar ketertinggalan ini, Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan
cara-cara kerja yang sifatnya business as usual, melainkan harus diganti
dengan cara kerja yang inovatif, yaitu suatu cara kerja baru yang akan
menghasilkan produk baru yang membawa manfaat yang dapat dirasakan
secara lebih luas dan lebih cepat. Oleh karena itu, inovasi adalah satu-
satunya pilihan untuk menjawab permasalahan ini.
Pemerintah Indonesia menyadari sepenuhnya urgensi inovasi di sektor
publik. Pada Tahun 2013, Presiden menyetujui kelembagaan Lembaga
Administrasi Negara yang mengusung inovasi dengan membentuk satu
kedeputian baru yaitu Deputi Inovasi Administrasi Negara melalui Peraturan
Presiden Nomor 57 Tahun 2013. Kemudian pada Tahun 2014, Undang-
Undang 23 Tahun tentang Pemerintahan Daerah diterbitkan dengan salah
satu fokusnya adalah inovasi daerah. Selanjutnya, di Buku RPJMN yang terbit
B. Tujuan
Panduan IRL ini bertujuan untuk:
1. mengukur dan menentukan tingkat kesiapan suatu instansi pemerintah dalam
berinovasi;
2. mengidentifikasi aspek-aspek organisasi yang masih memerlukan penguatan
agar instansi pemerintah tersebut dapat lebih siap dalam berinovasi;
3. membantu instansi pemerintah dalam menyusun strategi peningkatan
kapasitas internalnya menuju instansi pemerintah yang siap berinovasi.
BAB II
TINGKAT KESIAPAN BERINOVASI
A. Tingkat Kesiapan
IRL adalah sebuah sistem pengukuran yang bertujuan untuk menentukan tingkat
kesiapan suatu instansi pemerintah dalam melaksanakan inovasi administrasi
negara. Panduan IRL ini menetapkan tingkat kesiapan suatu instansi pemerintah
dalam berinovasi ke dalam empat tingkat atau level, yaitu:
Instansi pemerintah yang IRL-nya berada pada level I dan 2 tidak kondusif untuk
melaksanakan inovasi. Oleh karena itu, instansi pemerintah ini terlebih dahulu perlu
mengembangkan kapasitas internalnya.
INNOVATION DESKRIPSI
READINESS LEVEL
Level 4: Organisasi sangat siap untuk berinovasi yang ditandai
dengan adanya ambisi pemimpin untuk memberi
Sangat Siap manfaat kepada stakholder, kerjasama secara luas hingga
internasional, adanya budaya kerja inovatif dalam
pengelolaan sumberdaya manusia, dan pengukuran
kinerja hingga outcome.
B. Indikator
Setiap indikator di atas juga diturunkan ke dalam empat level, mulai dari deskripsi
indikator untuk level sangat siap (Level 4), siap (Level 3) , cukup siap (Level 2) sampai
dengan deskripsi indikator untuk level kurang siap (Level 1).
1. Aspek Kepemimpinan
2. Aspek Organisasi
nal
nal.
nal
A. Tim Penilai
Penilaian IRL dilaksanakan oleh sebuah Tim Penilai. Untuk menjaga obyektivitas, Tim
Penilai IRL berasal dari Lembaga Administrasi Negara dan Instansi Pemerintah yang
akan diukur IRL-nya. Pelibatan kedua unsur dalam Tim Penilai ini dapat
menghadirkan mekanis check and balance.
Tim Penilai dari instansi pemerintah yang akan dinilai IRL-nya bertugas untuk
mengumpulkan data dan evidence untuk masing-masing indikator aspek dan
memberikan penilaian yang bersifat self-assesment. Sedangkan Tim Penilai dari
Lembaga Administrasi Negara, bertugas menilai keabsahan data dan evidence,
memperhatikan nilai self-assesment, dan memberikan nilai final.
1. Penilaian Indikator
No Indikator Nilai
1. Keragaman sumberdaya manusia
2. Kompetensi sumberdaya manusia
3. Pemberian reward
4. Komitmen sumberdaya manusia
Total nilai indikator
Nilai akhir aspek
Dengan mengacu pada nilai akhir aspek di atas, maka nilai akhir IRL dapat dihitung. Nilai
akhir IRL dihitung berdasarkan nilai total atau keseluruhan aspek dibagi dengan jumlah
aspek, dengan menggunakan formulir berikut:
No Aspek Nilai
1. Kepemimpinan
2. Organisasi
3. Sumberdaya Manusia
4. Implementasi
Total nilai IRL
Nilai akhir IRL
Berdasarkan Nilai Akhir IRL di atas, maka tingkat IRL suatu instansi
pemerintah dapat ditentukan, sesuai tingkatan level kesiapan berinovasi
berikut ini:
Level 4 - Sangat Siap : 84 100
Level 3 - Siap : 68 - 84
Level 2 - Cukup Siap : 51 67
Level 1 - Kurang Siap : 50
BAB V
PENUTUP
Hasil IRL yang memperlihatkan tingkat IRL menunjukkan tingkat kesiapan organisasi
dalam berinovasi. Organisasi yang IRL nya berada pada level rendah ( level 1 atau 2)
hendaknya memaknai hasil IRL tersebut sebagai peringatan bahwa organisasinya
belum siap berinovasi.
DIAGNOSE
Pada tahap ini Tim Daerah harus mempersiapkan apa saja kelengkapan yang
dibutuhkan dalam workshop Diagnose. Kedua, Tim Daerah harus mempersiapkan
dan mengkoordinasi acara presentasi atau konsultasi rancangan ide inovasi
peserta Laboratorium Inovasi. Ketiga, Tim Daerah harus mengumpulkan rancangan
Ide Inovasi yang telah disusun dan dipresentasikan/ dikonsultasikan oleh SKPD
peserta Laboratorium Inovasi. Ide-Ide inovasi inilah yang akan menjadi dasar
pembuatan Rencana Aksi yang akan disusun pada tahap Design.
Satu hal yang perlu diperhatikan yakni, apabila tim fasilitator memilih metode
presentasi guna penilaian ide inovasi peserta Laboratorium Inovasi maka tidak
diperlukan banyak personil dalam mengawal workshop Diagnose. Namun, Tim
Fasilitator dan Tim Daerah memilih metode konsultasi dalam menilai ide inovasi
peserta, maka diperlukan cukup banyak personil yang datang ke daerah5
5
Berdasarkan pengalaman Laboratorium Inovasi Daerah yang diselenggarakan oleh LAN
bekerjasama dengan beberapa daerah pada tahun 2016, diperlukan minimal 5 orang fasilitator
guna menilai ratusan ide inovasi.
Berikut ini terdapat beberapa Tools yang dapat digunakan practicioner innovation
(Innovation Practicioner) dalam mendiagnosa permasalahan dalam organisasinya.
6
Waktu penyelenggaraan tersebut dengan catatan belum memperhitungkan waktu perjalanan
fasilitator LAN ke daerah
1. Morphology Analysis
DESIGN
Pada tahap ini Tim Daerah harus mempersiapkan apa saja kelengkapan yang
dibutuhkan dalam workshop Design. Kedua, Tim Daerah harus mempersiapkan dan
mengkoordinasi acara presentasi atau konsultasi rancangan Rencana Aksi Inovasi
peserta Laboratorium Inovasi. Ketiga, Tim Daerah harus mengumpulkan rancangan
Rencana Aksi Inovasi yang telah disusun dan dipresentasikan/ dikonsultasikan oleh
SKPD peserta Laboratorium Inovasi. Rencana Aksi Inovasi inilah yang akan menjadi
dasar monitoring inovasi yang dilakukan oleh fasilitator Laboratorium Inovasi pada
tahap Deliver. Baik dokumen Rencana Aksi Inovasi maupun Ide Inovasi merupakan
berkas yang akan dilampirkan dalam Komitmen Kinerja SKPD dengan Kepala
Daerah pada saat acara Launching Inovasi atau titik awal pelaksanaan tahap
Deliver.
7
Berdasarkan pengalaman Laboratorium Inovasi Daerah yang diselenggarakan oleh LAN
bekerjasama dengan beberapa daerah pada tahun 2016, diperlukan minimal 5 orang fasilitator
guna menilai ratusan rencana aksi inovasi.
8
Waktu penyelenggaraan tersebut dengan catatan belum memperhitungkan waktu perjalanan
fasilitator LAN ke daerah
a. Rencana Aksi
Pada tahap Design, para inovator akan membuat sebuah rencana aksi dari setiap
ide inovasi yang mereka gagas pada tahap Diagnose. Rencana aksi inovasi
mengandung 6 poin utama yang disingkat menjadi ASKABB. Keenam poin tersebut
merupakan kolom pada tabel rencana aksi inovasi. Pada poin pertama yakni APA
berisikan step by step kegiatan/ aktivitas yang dilakukan dalam
mengimplementasikan ide inovasi sejak awal hingga evaluasi. Kegiatan tersebut
bisa berupa kegiatan dalam ranah administratif maupun teknis substantif. Kegiatan
tersebut bisa berbentuk diskusi dan perancangan sistem, koordinasi, konsultasi,
ujicoba, dan lain sebagainya.
Poin ketiga adalah KAPAN, yang berisikan keterangan mengenai jadwal tiap-tiap
kegiatan tersebut dilakukan. Pada kolom ini diisikan rentang waktu pelaksanaan
kegiatan (misal: Minggu I Februari Minggu II Februari) atau waktu pasti kegiatan
tersebut dilakukan (misal: 1 Januari 2016). Pengisian rentang waktu pelaksaanaan
ini disesuaikan dengan 1 tahun pelaksanaan kegiatan.
Poin keempat adalah APA, yang berisikan keterangan mengenai output dari masing-
masing kegiatan/ aktivitas. Output dari tiap-tiap kegiatan ini bisa berupa draft
kebijakan, konsep/ prototype sistem, SOP baru, Surat Keputusan, Notulensi Rapat,
dan berbagai bentuk produk (output) kegiatan lainnya.
Poin kelima adalah BAGAIMANA yang berisikan keterangan mengenai cara atau
metode yang digunakan dalam melaksanakan tiap-tiap kegiatan/ aktivitas. Pada
kolom ini diisi secara kongkrit metode teknis yang dilakukan dalam melaksanakan
suatu kegiatan/ aktivitas (misal : Komposting Sampah). Pada kolom ini juga dapat
diisi metode-metode lain pelaksanaan kegiatan seperti; Focus Group Discussion
(FGD), Penyuluhan, Rapat Teknis, dan bentuk teknis pelaksanaan kegiatan lainnya.
Poin keenam adalah BERAPA yang berisikan keterangan mengenai berapa besaran
biaya dan sumber anggaran pada masing-masing kegiatan/ aktivitas. Besaran biaya
dan sumbernya harus dituliskan apabila memang membutuhkan biaya dari
anggaran SKPD tersebut. Sementara apabila menggunakan anggaran dari SKPD
lain atau pihak ketiga maka tidak diwajibkan mencantumkan besaran biaya namun
tetap mencantumkan keterangan dari manakah sumber dananya.
Lalu, pada tahap Pembuatan Inovasi berisikan kegiatan/ aktivitas guna membentuk
produk, sistem atau mekanisme kerja inovasi. Kegiatan/ aktivitas yang termasuk
pada tahapan ini adalah; (a) penciptaan inovasi atau mekanisme pelaksanaan
inovasi, (b) pembuatan pedoman (SOP) pelaksanaan inovasi, (c) penciptaan
prototype inovasi (apabila inovasi berbentuk produk IT), dan (d) kegiatan lain yang
termasuk pembentukan inovasi sebelum diujicobakan.
Berikut ini adalah contoh Rencana Aksi Inovasi dari sebuah inovasi berbentuk
sistem informasi yang tengah dikembangkan Pusat Inovasi Tata Pemerintahan LAN
bernama Sistem Informasi Laboratorium Inovasi (SINOLA). Inovasi ini berupaya
memberikan alternatif kedua dalam penyelenggaraan Laboratorium Inovasi dari
pelaksanaan secara konvensional menjadi secara virtual.
Selain pembuatan rencana aksi, pada tahap Design, para inovator juga membuat
matriks pemetaan stakeholder pelaksana inovasi yang telah digagas..
DELIVER
Launching
Pada tahap Deliver, para inovator akan mulai mengimplementasikan ide inovasi
yang telah mereka buat rencana aksinya. Sebelum menjalankan ide inovasinya,
para inovator yang merupakan SKPD atau unit pemerintah daerah akan melalui apa
yang disebut dengan launching inovasi. Acara yang menjadi penanda awal
dimulainya pelaksanaan ide inovasi tersebut, berisikan kegiatan penandatangan
kontrak kinerja inovasi atau komitmen berinovasi antara inovator dengan Kepala
Daerah. Kehadiran Kepala Daerah sangat diperlukan pada acara launching guna
mengikat komitmen berinovasi
para peserta Laboratorium
Inovasi.
Suasana Acara Launching Inovasi di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Muara Enim
9
Waktu penyelenggaraan tersebut dengan catatan belum memperhitungkan waktu perjalanan
fasilitator LAN ke daerah
10
Berdasarkan pengalaman acara Launching pada Laboratorium Inovasi kerjasama LAN
dengan beberapa pemerintah daerah di tahun 2016, cukup 3 orang fasilitator yang dibutuhkan
termasuk pejabat strukturalnya.
Pada acara monitoring, kehadiran Kepala Daerah tidak begitu diperlukan. Tim
Daerah bertugas mempersiapkan segala sesuatu terkait dengan proses monitoring
oleh fasilitator dan Tim Daerah sendiri. Berbagai kesiapan tersebut misalnya
penyiapan transportasi ke instansi yang akan dimonitoring, proses penjadwalan
monitoring dan pengkoordinasian instansi yang akan dimonitor.
11
Waktu penyelenggaraan tersebut dengan catatan belum memperhitungkan waktu
perjalanan fasilitator LAN ke daerah
12
Berdasarkan pengalaman Laboratorium Inovasi Daerah yang diselenggarakan oleh LAN
bekerjasama dengan beberapa daerah pada tahun 2015 dan 2016, diperlukan minimal 5 orang
fasilitator guna memonitoring ratusan inovasi.
Tabel ketiga merupakan tabel utama dari lembar monitoring. Tabel ini dibagi
menjadi 5 baris kotak sesuai dengan 5 tahapan kegiatan mulai dari perancangan
hingga monitoring dan evaluasi inovasi. Pada tiap tahap terdapat satu atau
beberapa kegiatan yang nantinya akan ditulis perkembangannya pada kolom
Aktivitas. Sedangkan pada kolom Keterangan diisi informasi tambahan seperti
Tabel keempat merupakan isian daftar bukti dari pelaksanaan inovasi. Pada tabel
ini, akan diisi terkait bentuk-bentuk evidence apakah yang dimiliki oleh inovator
sebagai bukti telah dilaksanakannya kegiatan-kegiatan inovasi. Sementara tabel
kelima adalah tabel yang berisikan nama pemonitor, contact person inovator baik
berupa telpon dan email instansi, serta nomor halaman lembar monitoring. Kelima
tabel dalam form monitoring perlu diisi secara keseluruhan guna mempermudah
pemantauan Champion Innovation di kemudian hari. Selain itu, pengisian form
monitoring ini juga berfungsi sebagai data dasar bagi inovator untuk pembuatan
sebuah deskripsi atau storyline inovasi yang telah mereka laksanakan.
DISPLAY
Pada tahap terakhir laboratorium inovasi ini, para inovator akan memamerkan
proses inovasi yang dilakukan pada sebuah Pameran Inovasi. Jika memungkinkan,
kegiatan ini sebaiknya memamerkan hasil inovasi yang telah selesai dilaksanakan.
Namun tidak menutup kemungkinan inovasi yang sedang berjalan dapat
dipamerkan pada acara Display Inovasi tersebut. Beberapa hal perlu diperhatikan
terkait Display antara lain; (a) kesiapan media promosi inovasi oleh inovator atau
instansi pengusung inovasi, (b) persiapan teknis penyelenggaraan pameran inovasi,
(c) kepanitian pameran inovasi, dan (d) jenis acara serta aktivitas dalam Pameran
Inovasi tersebut.
Poin Pertama, sang inovator harus mampu menampilkan sebuah media visual atau
audio-visual yang setidaknya memuat; (a) latar belakang munculnya inovasi atau
kondisi sebelum dan sesudah dilaksanakan inovasi, (b) milestones atau strategi
yang ditempuh untuk mewujudkan inovasi, (c) apa dan bagaimana mekanisme
inovasinya (d) siapa stakholder pelaksana inovasi, (e) sumberdaya apa saja yang
diperlukan guna melaksanakan inovasi, (e) apa output inovasinya. Selain itu juga
dapat ditambahkan beberapa hal terkait; (f) apa kendala dalam pelaksanaan
inovasi, (g) apa dampak inovasi, dan (h) bagaimana kemungkinan replikasinya.
Semua informasi tersebut dapat ditampilkan oleh inovator dengan berbagai macam
bentuk media display yang informatif dan komunikatif, misal; (a) buku, (b) brosur,
dan pamflet, (c) banner atau x-banner, (d) penayangan video tentang inovasi, dan
(e) bentuk media display lainnya. Secara garis besar, bentuk media display dapat
dikategorikan menjadi 4 yakni; (a) printed information, (b) eletronic & digital display,
(c) printed product, dan (d) installationn and gimmick. Keempat kategori media
display tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Hal keempat terkait dengan jenis acara dan aktivitas dalam Pameran Inovasi itu
sendiri. Tim Daerah dapat membuat sekreatif mungkin acara Pameran Inovasi
tersebut. Pengalaman Display Labinov Jogja 2015, selain menyediakan booth
pameran bagi SKPD/unit inovator, pemkot Yogyakarta juga membuat sebuah acara
Talkshow berjudul Ngobras Inovasi Daerah yang disiarkan oleh media televisi
lokal. Pemkot Yogyakarta juga mengundang para pelaku UMKM guna mengisi
booth-booth yang disediakan untuk display produk-produk kreatif mereka. Selain
itu, pemkot Yogyakarta juga mempertontonkan tari tradisional pada acara Talkshow
tersebut. Acara penjurian dan pemberian penghargaan kepada instansi dengan
inovasi terbaik juga dapat dilakukan pada acara tersebut. Kombinasi antara
pameran dan kegiatan-kegiatan lain yang cukup inovatif akan semakin
menyemarakkan penyelenggaraan Pameran Inovasi.