Anda di halaman 1dari 8

Nama Kelompok : Kristian Onahia Daeli (200510054)

Titus Ardi Halawa (200510089)


Sofian Servansius S. Nduru (200510087)
Armalius Hulu (200510017)
Mata Kuliah : Psikologi Kepribadian
Dosen : Largus Nadeak, Lic. S. Th

KEMARAHAN ADALAH EMOSI SEKUNDER

“Lebih mudah marah daripada menghadapi persoalan yang lebih mendalam”

Teramat penting untuk dipahami bahwa kemarahan adalah emosi luar yang dikirimkan
untuk melindugi emosi dalam aspek yang lebih sensitif dari hati kita. Kemarahan adalah respons
sekunder yang menyembunyikan persoalan yang lebih mendalam dan peka. Kemarahan
Bukanlah Masalahnya; Kemarahan Adalah Lampu Peringatan. Emosi sekunder memberi tahu
anda bahwa ada yang salah dengan tudung emosional, rohani, dan hubungan dalam kehidupan
anda. Untuk menyelesaikan masalah kemarahan, anda perlu mengetahui masalah pokoknya
terlebih dahulu. Kemarahan adalah respon sekunder yang memberi tahu kita bahwa ada sesuatu
yang hilang, salah atau tidak nyaman, dan butuh diperiksa, diperbaiki atau diganti.

Kebutuhan dibalik Kemarahan

Emosi-emosi tersebut dapat dikategorikan dalam tiga kelompok. Pertama kemarahan


mungkin mengidentifikasikan bahwa kita mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi
dan merasa sakit hati. Kedua harapan-harapan yang tidak terpenuhi yang di dalamnya
mengarahkan kita pada perasaan frustasi. Ketiga rasa tidak aman dari diri atau harga diri yang
terancam. Kemarahan itu seperti puncak gunung es. Kemarahan kerap menjadi hal yang tampak
oleh mata, tetapi tidak menunjukkan keseluruhan masalah sebenarnya. Jadi, jauh di bawah
terdapat emosi-emosi primer yang mendorong kemarahan memuncak ke permukaan.

1
Acknowledge. Akui bahwa anda marah, Backtrack. Mundur ke emosi primer, Consider.
Pikiran penyebab, Determine. Tentukan cara terbaik untuk menghadapinya. Inilah ABCD-nya
kemarahan.

Luka Akibat Kebutuhan Yang Tidak Terpenuhi

Langkah pertama dalam mengatasi sisi perusak kemarahan ini adalah dengan mengenali
bahwa ia bukanlah masalahnya. Kemarahan adalah gejala permukaan yang memberi tahu kita
bahwa ada infeksi di dalam.

Frustasi Akibat Harapan Yang Tidak Terpenuhi

Merasa frustasi kerap berkunjung pada kemarahan, tidak peduli apakah hal yang
merintangi jalan itu nyata atau bayangan saja. Frustasi dapat terjadi dari sebuah peristiwa seperti
jalan macet, antrian panjang, kondisi ekonomi, atau seseorang. Apa pun sumbernya, jika kita
tidak diperlakukan seperti apa yang kita harapkan, jika kita tidak bisa mengerjakan hal yang kita
pikir dapat kita kerjakan, kita frustasi.
Saat hidup dalam iman, selalu ada tegangan antara perihal menjadi realistis dan percaya
bahwa Allah melakukan hal-hal luar biasa dalam kehidupan. Namun, banyak orang memiliki
harapan-harapan tinggi tanpa landasan realistis-dan berakhir kecewa. Saat harapan-harapan dan
kenyataan tidak berbaur, bisa jadi akan marah. Ingatlah, masalahnya bukan kemarahan,
melainkan luka dan frustasi dari kebutuhan dan harapan yang tidak terpenuhi.

Di samping mengharapkan banyak dari orang lain, banyak atau mungkin kebanyakan dari
kita juga mengharap terlalu banyak dari diri kita sendiri. kita membuat diri kita kecewa karena
tidak hidup persis seperti yang idealnya kita harapkan, saat ini terjadi, tentunya, kemarahan
hanya sejengkal dari jangkauan-kemarahan dalam yang berakibat pada depresi dan kemarahan
luar yang berakibat pada agresi.

Harapan Menjadi Tuntutan

ketika tidak terjadi dan tuntutan kita terhalang, kita marah. Asumsi-asumis tentang
hubungan, pemenuhan, pekerjaan, pernikahan, dan kerohanian secara samar berangsur berubah
menjadi tuntutan dan perintah. Jelas terlihat bahwa banyak harapan terhadap orang-rang di
sekitar, baik di rumah maupun di tempat kerja. Namun, ketika ditanya apakah ia telah

2
mengomunikasikan harapan-harapannya tersebut, ia membalas, “Tapi mereka seharusnya tahu.
Sudah jelas itu.” Kini jelaslah alasan ia frustasi. Mengomunikasikan Frustasi merupakan alat
sederhana untuk mengkonsumsikan frustasi dari harapan yang tidak terpenuhi adalah mengganti
pernyataan tuntutan menjadi pernyataan keinginan.

Rasa Tidak Aman Akibat Harga Diri yang Terancam

Saat keselamatan, kemampuan, peran, atau kepribadian kita terancam atau dipertanyakan,
sering merespon dengan kemarahan. Perasaan tidak aman dapat muncul dari bos atau pasangan
yang tidak menghargai kita. Hal ini terjadi saat saat pekerjaan kita sedang dipertaruhkan, anak-
anak didera, karakter difitnah, rumah disita, usaha bangrut, atau kehadiran kita diabaikan. Rasa
tidak aman juga terjadi saat kita atau orang yang kita cintai berada dalam bahaya, saat-saat ketika
orang tidak tahu hal yang dihargai diserang atau berada dalam bahaya. Kata-kata kasar
membangkitkan kemarahan. Kata-kata membuat kita marah karena menjadikan kita merasa tidak
aman. Akan tetapi, kita juga didesak untuk tidak menjadi orang yang keras hati dan tidak
pemaaf. Sikap tidak pemaaf dapat dengan mudah berubah menjadi dendam.

Menemukan Rasa Aman Kita

Ketika kita menyadari bahwa alasan mendasarnya adalah rasa tidak aman, perlu berhenti
dan bertanya kepada diri kita sendiri, “siapa yang menyerang saya? Siapa yang terlibat?”. Anda
dapat mengafirmasi rasa aman. Saat Anda menemukan rasa aman Anda dalam Kristus, Anda
lebih tidak terbebani oleh kegagalan-kegagalan Anda dan lebih tidak terganggu oleh apa yang
orang lain katakana atau lakukan. Anda akan tidur nyenyak dan menjaga agar kepala Anda diisi
dengan kebaikan. Hal ini penting untuk mampu mengatakan kepada diri Anda sendiri, “Aku
merasa aman dalam kristus. Aku tidak akan membungkuk kepada kelakuan macam itu. Hal-hal
ini memang diberikan dalam kehidupan, hanya ada satu pribadi di seluruh semesta ini yang
mengetahui cara memenuhi kebutuhan kita dan menyembuhkan luka kita. Itulah pesan
kekristenan PB.

Mengubah Kemarahan: Dari Lawan Menjadi Kawan (ABCD-nya Kemarahan)

Kemarahan membimbing kita menghadapi kemarahan dengan cara sederhana dan mudah
diingat. Hal ini menyemangati kita untuk menguji kemarahan kita, mengenali apa yang terletak

3
di baliknya, mempertimbangkan faktor-faktor penyebabnya, dan kemudian menentukan cara
terbaik untuk menghadapinya. Ini akan menjadi tugas sulit bagi mereka yang tumbuh dalam
keluarga di mana kemarahan dipandang sebagai monster mengerikan atau dosa, atau untuk
mereka yang berada apa pun. Sebelum kita dapat mulai secara efektif menghadapi kemarahan
kita, kita harus mengakui bahwa kemarahan itu ada dan harus menatapnya lekat-lekat. Kita harus
berhenti lari dari kemarahan.

Mundur ke Emosi Primer

Kita telah mengenal emosi-emosi umum yang menyadari kemarahan. Merasa cemburu,
takut, malu, duka, putus asa, ditolak, kesepian, gelisah, tidak berharga, angkuh, iri, atau
terperangkap. Kita menjadi penyelidik diri agar mampu membongkar samara emosi mendasar
tersebut. meskipun baik untuk memikirkan penyebabnya, kita harus berhati-hati agar terhenti
dalam introspeksi. Kita perlu menghabiskan sebagian besar dari waktu kita pada bagian D dari
ABCD-nya kemarahan.

Tetapkan cara Terbaik untuk Menghadapinya

Saat marah, kita perlu mendapatkan cara terbaik untuk menghadapi situasi. Alasan yang
benar memaksa kita menguji motif-motif kita, apakah kita marah karena alasan yang benar atau
dibenar-benarkan karena alasan yang baik atau buruk? Cara utama untuk mendapatkan
keputusan tentang ini adalah melalui percakapan yang jujur dengan Allah dan beberapa
penemuan diri yang jujur dan pribadi. Apa yang seharusnya kita perbuat atas situasi ini? saat kita
mendapati diri kita berada dalam situasi yang tidak diinginkan dengan perasaan kemarahan di
dalamnya, pada dasarnya kita mempunyai dua pilihan: Apakah saya mengekspresikan perasaan
saya secara langsung kepada orangnya, atau apakah saya melepaskan perasaan marah itu
melalui berbagai kegiatan lain? Menghadapi kemarahan secara langsung berarti memilih
melawan situasi. Kita mencoba dan mengubahnya. Hal terbaik adalah mengekspresikan diri kita
dengan jelas tanpa niat menyalahkan atau menyerang. Kita membiarkan kemarahan kita
diketahui, tetapi dengan cara-cara yang terlebih dahulu kita bahas. Menghadapi kemarahan
secara tidak langsung dapat memberi kita beberapa pilihan lagi. Kadang kala, sangat baik
menerima berbagai hal dengan apa adanya.

4
Riset mengindikasikan bahwa pengekspresian kemarahan kerap membuatnya bertambah
buruk. Semakin kita mengomunikasikan kemarahan kita, kita merasa semakin marah. Dalam
menghadapi orangnya langsungsung, seringnya yang terbaik adalah dengan menemui langsung
orang terlibat. Hal ini mengundang dialog terbuka dan bukannya komunikasi rasa prihatin satu
arah. Dalam konseling, saya mendapati teknik ini sangat bisa membantu: meminta orang untuk
membuat roleplay sebelum mereka betul-betul melakukannya. Roleplay membantu menyiapkan
kita untuk berkonfrontasi, mengantisipasi respons yang mungkin muncul, dan mengembangkan
rasa empati terhadap alasan orang lain itu melakukan atau mengatakan hal tersebut.

Penting juga bagi kita untuk ingat menggunakan suara yang lembut, menghindari kata-
kata yang bermuatan emosi (seperti yang menyumpah, menyalahkan, membatasi, atau sarkastik),
dan tetap rasional. Terkadang, yang terbaik adalah memberi tahu orang tersebut bahwa kita ingin
bicara dengannya. Hal ini memberi orang tersebut waktu untuk berpikir tentang situasinya dan,
harapannya, melepaskan niat membela diri. Melalui telepon, saat berkomunikasikan kerisauan
hati kita langsung ke orangnya tidak mungkin untuk dilakukan, atau saat hal tersebut tidak bijak
atau bahkan berbahaya, berbicara melalui telepon mungkin menjadi metode terbaik. Melalui
surat, ketika menghadapi orangnya secara langsung bukanlah tindakan aman, baik, atau mungkin
untuk dilakukan, kita boleh memilih untuk mengomunikasikan kerisauan hati kita dalam bentuk
tertulis. Pengekspresian secara tidak langsung, maka perlu mengenali beberapa cara untuk
mengalihkan atau melepaskan kemarahan itu. Thomas Jefferson menyarankan kita agar
menghitung sampai sepuluh saat marah. Kita dapat menghadapi kerisauan hati kita pada tiga
kemungkinan titik waktu: sekarang, nanti, atau tidak sama sekali. Kita perlu menghadapi ketiga
kemungkinan titik waktu ini apabila menunggu hanya akan membuat masalah menjadi buruk.

Kemarahan Adalah Pilihan

Cara kita mengekspresikan kemarahan adalah pilihan. Sebagaimana kita dapat memilih
mengeluarkannya dengan cara-cara yang menyerang atau tegas, dalam cara-cara yang mengibas
atau penuh kasih. Nanum pilihan ada pada kita. Dimana kita mengatakan bahwa kita tidak tahan,
dan hal itu tidak benar. Kita harus berkomitmen pada kata-kata yang sudah dipertimbangkan dan
dipilih dengan baik dan mengambil waktu untuk menimbang, merencanakan, dan merenung.
Kita perlu menyadari bahwa kita mempunyai pilihan: apakah mengutuk atau
mempertimbangkan.

5
Mengubah Jalan Kemarahan
Apabila kemarahan adalah pilihan, kita dapat memilih untuk merespons dalam cara-cara
yang meredakan dan bukannya memperburuknya. Kita memiliki kemampuan untuk mengubah
jalan kemarahan melalui apa yang kita katakan, cara kita mengatakannya, dan kapan kita
mengatakannya. Manusia mempunyai pilihan. Apakah kita tetap tinggal dan mencoba
memperbaiki situasi, atau mungkin yang terbaik adalah menjauhi situasi itu atau mengambil
sedikit rehat? Saat seseorang berteriak, sangatlah mudah untuk melompat naik ke kereta
kemarahan. Untuk itu sebagai orang yang beriman, kita mesti membiarkan diri untuk menyadari
bahwa hal pertama yang dapat kita lakukan adalah memohon kepada Tuhan agar diberi
kebijaksanaan untuk memimpin Anda.
Pertimbangkan Berbagai Pilihan sebelum Marah
Kita biasanya menemui berbagai situasi begitu cepatnya sehingga tidak mempunyai
banyak waktu untuk mengevaluasi dan memilih respons. Kita bereaksi melalui refleks naluriah
kita. Respons-respons kita adalah bawaan atau mendarah daging-dan sering kali kemarahan
adalah hal yang meloncat ke luar. Itulah mengapa banyak dari respons emosional kita perlu
diprogram ulang. Hal yang utama ialah mengevaluasi diri Ini adalah tempat di mana rasakan
tergantung pada hasil pencaritahuan kita atas hal yang terjadi. Kita bertanya kepada diri sendiri.
Membuat Perubahan
Apabila kemarahan adalah pilihan, kita mungkin perlu membuat beberapa perubahan
dalam cara kita bereaksi terhadap orang dan cara kita mengevaluasi berbagai peristiwa. Kita
perlu membuat pilihan-pilihan bijak, sehat, dan penuh berkat. Kita mulai dengan hasrat untuk
berubah. Kemudian kita membuat keputusan yang bersifat pribadi dan sadar untuk mengubah
respons kemarahan kita.
Cepatlah Mendengar
Kemarahan memiliki potensi besar untuk kebaikan. Kita perlu tahu cara
mengendalikannya alih-alih membiarkannya mengendalikan kita. Jika tidak, ia dapat
membangun penghalang dan memacetkan hati dan akal budi kita. Sampai kita belajar untuk
memakai watak kita seperti yang dimaksudkan Allah, kemarahan akan selalu menjadi masalah
dalam hidup kita. Untuk itu apa yang mesti dilakukan. Hal yang utama ialah menyadari bahwa
jika kemarahan itu dibiarkan tanpa kekang, kemarahan dapat menghancurkan kita dan orang-
orang di sekitar kita.

6
Rencana Allah Mengenai Pengelolaan Kemarahan

Kitab Yakobus dalam Perjanjian Baru ditulis bagi orang-orang yang mengalami masa-
masa sulit. Yakobus tahu orang-orang itu cenderung mengatakan dan melakukan hal-hal yang
pantas disesali. Di tengah-tengah penyemangatannya tersebut, Allah mengilhami Yakobus untuk
menulis rencana pengelolaan kemarahan yang terdiri atas tiga bagian. Sederhana, tetapi
menantang:(1) cepatlah mendengar; (2) lambat untuk berkata-kata; dan (3) lambat untuk marah
(Yak. 1:19). Pertama ialah membiarkan diri untuk cepat mendengarkan. Kedua menyimak
sesuatu yang di dengarkan itu sendiri. Ketiga dengarkan emosi primer atau alasan mendasar bagi
kemarahan. Keempat mendengarkan orang lain dan menjadi seorang penyimak yang baik, dan
terakhir mendengarkan suara hati atau suara Allah sendiri.

Lambat untuk berbicara


Kata yang terucap dari dalam diri lebih banyak daripada menyesali diamnya diri sendiri.
Lambat untuk berbicara berarti diri sendiri berpikir sebelum bicara, menimbang-nimbang kata-
kata diri dengan teliti. misalkan yang sering terucap “ orang bisa berpikir”. Lambat untuk bicara
tidak berarti bicara perlahan, seakan-akan dalam gerakan lambat. Hal ini berarti memerhatikan
kata-kata diri sendiri dan mendiamkan lidah sendiri. Makna harfiah dari frasa ini dalam teks asli
berbahasa Yunani adalah berhenti, merenung, atau menimbang sebelum kita membiarkan sesuatu
keluar dari mulut kita. Hal ini juga berarti melarang atau menahan diri dari kata-kata yang
mungkin akan di sesali nantinya, merenung dan bercermin kepada hal yang ingin kita sampaikan.
Lambat untuk Marah

Obat terhebat untuk kemarahan adalah penundaan. “Orang yang sabar besar
pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan,” begitu firman Tuhan dalam
Amsal 14:29. Orang yang lekas marah di tengah kita meledak dalam kemarahannya saat kita
tidak berada pada jalannya. Jika kita tidak sabar dan pengertian,kita menjadi lekas marah dan
bodoh.

Mengubah Reaksi ke Refleksi

Kata kemarahan dalam Perjanjian Baru aslinya berasal dari dua kata Yunani yang
berbeda. Kata yang satu adalah thumos,yang berarti meledak.Jenis kemarahan yang satu ini
adalah jenis yang gegabah, reaktif, dan impulsif. Kata yang lain, mengacu kepada perasaan-
7
perasaan benci dan terpendam. Ini adalah jenis kemarahan yang kita miliki saat seseorang telah
menyerang kita atau telah mengecewakan atau menyakiti kita. Inilah jenis kemarahan yang
bernanah dan menjadi infeksi kanker yang menggerogoti kita dari dalam. Satu kata mengacu
kepada tipe yang cepat dan meledak-ledak, kata yang lain mengacu kepada tipe yang panjang
dan tetap hidup. Kedua jenis kemarahan ini sama-sama merusak dan berbahaya. Keduanya
adalah bom waktu yang akan meledak jika kita tidak melakukan sesuatu untuk melucutinya.

Satu cara pasti untuk memperlambat kemarahan kita adalah dengan belajar menggunakan
komunikasi yang efektif. Berikut adalah beberapa saran untuk dapat menyelesaikannya:

1. Komunikasikan kebutuhan Anda dengan sikap tanpa maksud menuduh.


2. Cobalah untuk memahami dan mengakui sudut pandang orang lain.
3. Tetaplah pada persoalan dan fakta-faktanya (jangan menyerang karakter orang).
4. Kenali jalan keluar yang mungkin diambil (negosiasi, kompromi, kerjasama, bergiliran, dan
sebagainya).
5. Pertahankan ketenangan, rasa hormat, dan keobjektifan, dan tetaplah terbuka untuk masukan
gagasan baru.
6. Jika diskusinya memanas, pertimbangkanlah untuk mengambil waktu jeda.

Hal yang membuat seseorang marah dari hari ke hari jawabannya sederhana yaitu stres.
Hubungan antara stres dan kemarahan dalam kehidupan bukanlah tidak lazim. Semakin tertekan,
terbakar, kewalahan, atau sibuk kita, semakin rentan kita kepada kemarahan.

Cara Memperkecil Stres

1. Hilangkan ketergesa-gesaan.
2. Turunkan harapan.
3. Belajar untuk berkata tidak terlalu serius
4. Akui kesalahan dan ketidaksempurnaan.
5. Rawatlah diri Anda.
6. Ketahuilah hal yang memicu kemarahan Anda.

Anda mungkin juga menyukai