Anda di halaman 1dari 4

Merawat Luka Batin

Sebagai manusia kita mungkin pernah terluka, perasaan sakit yang tak terlihat namun
membekas untuk waktu yang lama. Boleh jadi luka itu karena ditolak kerja, tuntutan orang
tua, atau yang paling sering adalah patah hati karena putus dengan pasangan. Setiap luka-luka
yang kita terima bisa dari pandangan orang, sikap, tutur kata atau mungkin ekspektasi diri
sendiri. Yang kemudian membuat kita berpikir bahwa mungkin luka ini tidak dapat
disembuhkan. Hal itu juga sering kali memicu diri untuk merasa ingin menyerah atau
membenci diri sendiri. Sama halnya dengan luka fisik ketika tergores atau jatuh dan berdarah,
luka dihati juga bisa semakin parah apabila tidak kita obati. Lantas untuk mengobatinya, apa
yang kita butuhkan? Jika sebuah luka fisik membutuhkan obat-obatan dari rekomendasi ahli
medis, maka obat untuk luka hati kita adalah diri kita sendiri. Tapi bagaimana jadinya jika
diri sendiri, sering kehilangan kendali dan justru memikirkan hal-hal negatif terus menerus?

Merawat Luka Batin adalah sebuah media baca yang tujuannya untuk mengajak kita
paham dan aware bahwa luka bisa menggiring kita mengalami depresi dan stres, yang dalam
kadar paling parah bisa membuat kita menyalahkan diri, menyakiti diri dan bunuh diri.

Mengenali Luka Batin

Layaknya saat kita jatuh terluka secara fisik, untuk bisa memilih cara pengobatannya
kita harus bisa mengenalnya. Apakah luka itu adalah luka goresan yang dalam, atau luka
memar. Supaya bisa memilih obat yang tepat.

Begitu pula luka batin, kita perlu tahu dengan cara mengenali luka itu sendiri.
Meskipun sulit saat kamu sedang terluka, dan sibuk menangis karena sakit. Maka dari itu,
penting untuk membentuk pola pikir yang benar, sehingga ketika luapan emosi muncul
bertubi-tubi, kamu masih bisa berpikir dengan jernih.

A. Luka

Sebenarnya penyebab luka batin itu sangat multifactor, yang mana ada begitu banyak
kemungkinan yang mendorong timbulnya luka tersebut. Mulai dari diri sendiri hingga orang
lain, serta dalam banyak situasi dan kondisi yang juga beragam. Tapi setidaknya, secara garis
besar ada luka-luka yang paling familiar dan sering terjadi di sebagian besar orang. Misalnya
luka yang timbul karena penolakan, baik dari hubungan cinta, penolakan kerja, penolakan
dari teman dan lingkungan. Bisa juga sesederhana harapan yang patah karena tidak bisa
memiliki benda yang diinginkan. Tentu, hal sesederhana itu saja bisa menciptakan luka yang
cukup dalam bagi sebagian orang.

B. Self loathing

Kehadiran luka pada hati kita ini, menyebabkan munculnya emosi-emosi negatif yang
berdampingan dengan pikiran yang tidak kalah negatifnya. Dari sana, munculah pernyataan-
pernyataan yang membuat kita semakin rendah diri karena adanya self loathing. Berawal dari
sebuah penolakan, bisa menggiring seseorang berpikir negatif yang berujung membenci diri
mereka sendiri. ‘Mengapa hidupku terasa tidak berguna?’, ‘Sepertinya cuma aku yang
mengalami ini’, ‘Apakah ada orang yang mau berteman dengan aku?’, ‘Aku memang ga
pantes sih bersama mereka’.

Pemikiran negatif tersebut, hanya akan semakin membuat kita menyalahkan diri dan
merendah, hingga timbulnya kebencian. Mempertanyakan keberadaan diri yang terasa tidak
ada artinya. Sampai bahkan melakukan tindakan self-harm.

C. Depresi

Pada kadar emosi negatif yang lebih tinggi, akan mendorong seseorang menjadi stres
dan depresi berkepanjangan. Jika hal tersebut terjadi maka dapat dikatakan bahwa orang
tersebut mengalami masalah kesehatan mental yang serius. Maka akan lebih baik dengan
meminta bantuan pihak ketiga seperti psikiater.

Dalam tahap depresi, seseorang tidak akan tenang karen isi kepalanya dipenuhi
dengan pikiran yang buruk tentang diri sendiri maupun orang lain. Selain itu, orang yang
mengalami depresi kadang merasa lebih baik menyerah dan mengakhiri hidupnya.

Apa yang Menyebabkan Luka?

Setelah bisa memahami luka yang ada dalam hati, maka setidaknya kita bisa
menganalisa penyebab awal mengapa itu semu muncul. Meskipun sulit, karena kondisi hati
sedang tidak baik-baik saja. Namun bukan berarti luka tidak dapat disembuhkan. Secara garis
besar, yang paling sering menyebabkan luka dalam hati itu adalah kebiasan-kebiasaan kita
yang jarang kita sadari.
A. Trauma

Salah satu alasan yang paling sering menyebabkan luka batin yang dalam yakni
karena adanya peristiwa yang menyakitkan atau trauma. Tentu, perstiwa tidak menyenangkan
merupakan sebuah situasi yang terlalu menyakitkan hingga dapat meninggalkan trauma.

Contohnya seperti peristiwa insiden besar, perceraian, kehilangan seseorang,


mengalami pelecehan seksual, dan juga kekerasan. Peristiwa menyakitkan tersebut biasanya
membuat seseorang cenderung menghindari dan membenci segala sesuatu yang
mengingatkan pada peristiwa tersebut. Selain itu, hal ini juga bisa membuat kita sering
menyalahkan diri sendiri dan menimbulkan kebencian yang semakin dalam.

B. Ekspektasi yang Tinggi

Berharap akan sesuatu adalah salah satu kebiasaan yang sering tidak kita sadari hanya
membuat kita semakin sakit hati apabila tidak terjadi sesuai yang kita harapkan. Ibarat sedang
menonton film, selama kita memiliki ekspektasi yang tinggi akan semakin besar kekecewaan
kita apabila film tersebut tidak bisa memenuhi harapan.

Begitu juga dengan kehidupan sehari-hari. Semakin sering kita menaruh harapan yang
tinggi akan sesuatu, akan semakin mudah kita dikecewakan ketika ada hal-hal yang tidak
terjadi sesuai rencana dan ekspektasi kita sendiri.

Padahal, kita sadar bahwa tidak semua hal dapat kita kendalikan. Sehingga kecil
kemungkinan ekspektasi kita akan terpenuhi. Seiring banyaknya kekecewaan yang didapat
dari berbagai hal, akan memicu timbulnya luka di hati kita.

C. Sifat perfeksionis

Tidak hanya pengenalan mengenai definisi luka itu saja, buku Merawat Luka Batin
juga memaparkan alasan mengapa luka itu bisa muncul. Salah satu faktor lainnya adalah
karena adanya sifat perfeksionis dalam diri kita.

Sehingga apabila terjadi sesuatu yang tidak kita harapkan, atau belum memenuhi
keinginan akan sangat mengganggu kita. Hal ini juga yang dalam tingkat yang lebih tinggi
akan mampu mendorong kita menyalahkan diri sendiri.
D. Membandingkan diri

Sifat lain yang paling sering muncul dalam diri kita adalah kebiasaan membandingkan
diri dengan orang lain. Hal ini bisa juga disebabkan kebiasaan orang disekitar kita yang juga
kerap membandingkan orang lain.

Sehingga dalam benak kita tertanam pemkiran yang tidak jauh berbeda. Selain itu,
kebiasaan membandingkan diri ini juga secara tak sengaja sering muncul saat kita sedang
melihat media sosial. Misalnya seperti melihat pencapaian orang lain di linkedin, melihat apa
yang di posting di instagram.

Hal sederhana seperti itu, sering kali membuat kita berpikir ‘mengapa aku masih
begini-begini saja?’. Akan ada banyak statemen pada diri sendiri, karena merasa dirinya tidak
lebih baik dari orang lain. Merasa tertinggal jika dibandigkan orang lain.

Menyembuhkan Luka Batin

Merawat Luka Batin, juga menyampaikan bagaimana cara yang paling baik bisa kita
lakukan untuk menyembuhkan perasaan-perasaan negatif, dan menghilangkan luka yang ada
di hati. Salah satu caranya adalah dengan mengubah cara kita memandang hal-hal yang ada
dan terjadi pada kita. Kita dapat melakukan healing dengan sendirinya ketika pemikiran kita
pun berubah. Misalnya dengan menerima kalau sebagai manusia memang tempatnya salah.
Sehingga wajar jika kita melakukan kesalahan, wajar apabila tidak sempurna.

Kita perlu mengubah cara pandang menjadi lebih objektif dan bukan subjektif.
Contohnya seperti meskipun mendapat nilai yang tidak sempurna atau benar semua,
setidaknya nilai tersebut sudah diatas rata-rata, maka artinya nilai itu bukanlah nilai yang
buruk.

Memulai merubah pandangan kita melalui hal-hal paling sederhana lebih dulu,
kemudian merubah sudut pandang secara lebih luas dalam menilai diri, menerima kenyataan
dan tidak ada lagi rasa sakit atau luka lama yang membekas di hati.

Anda mungkin juga menyukai