Dibalik Kata Baperan dan Canda, Ada Hati yang Terluka
“Canda aja kok, nggak usah marah.”
“Gitu aja baper.” Anak-anak jaman now pasti sudah nggak asingkan sama kalimat-kalimat diatas. Sekilas terlihat normal, biasa aja, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, apa jadinya kalau kata-kata tersebut digunakan untuk perundungan yang terselubung? Bisa saja kita menggunakan kalimat-kalimat tersebut sebagai tameng agar tidak merasa bersalah setelah mengatakan suatu hal yang mungkin dapat menyakiti orang lain. “Gendutan ya kamu, nggak ada niat diet nih? Canda diet.” “Makanya tumbuh tinggi dikit biar bisa ikut Paskibraka. Eh, nggak usah pakai acra baperan, gitu aja ngambek.” “Kamu dapat nilai berapa nih? Ikut remedi lagi pasti ya? Mukanya biasa aja dong, nggak usah cemberut gitu. Jangan dibawa serius.” Kalimat-kalimat diatas pasti sering sekali kali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya dalam konteks bercanda, tapi candaan yang seperti itu dapat berdampak buruk, lho. Candaan yang membawa penampilan fisik bisa menyebabkan seseorang merasa tidak berguna, hingga depresi bahkan bisa menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai verbal bullying, yaitu tindakan yang dilakukan menggunakan kata-kata ataupun julukan yang menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman dan tersakiti. Tindakan tersebut yang dilakukan dengan sengaja, kemungkinan besar ditujukan untuk menjelekkan, menggosip, dan mengkerdilkan orang lain. Dampaknya memang tidak terlihat secara langsung, karena korban cenderung memendam perasaannya. Maka dari itu sangat sulit untuk menyadari bahwa kita mungkin secara tidak sengaja telah melukai perasaan seseorang dengan berlindung dibalik kata ‘canda’ dan ‘baper’. Akhirnya, candaan-candaan yang menyakitkan itu akan terus kita keluarkan tanpa tau apa akibat yang dirasakan si penerima candaan. Bahkan mungkin kita sudah menganggap umum jenis candaan satu ini. Saat diberitahu bahwa candaan yang seperti itu dapat merusak mental seseorang muncul alasan yang menyatakan bahwa itu tergantung mental si penerima candaan jika mentalnya kuat maka candaan yang seperti itu tidak akan mempengaruhi mereka. Oke, mungkin memang benar seseorang yang mempunyai mental yang kuat bisa menahan berbagai candaan yang tidak mengenakan hati. Akan tetapi perlu diingat sekeras-kerasnya batu bila tertimpa hujan secata terus-menerus pasti akan retak juga pada akhirnya. Arti dari pepatah tersebut juga bisa kita terapkan pada perkara ini. Mental yang kuat jika diserang secara terus-menerus juga akan tumbang, rapuh, bahkan hancur. Bukan karena mereka yang tidak kuat, hanya saja mereka sudah tidak kuat menanggungnya. Lalu tindakan apa yang harus kita lakukan dan mulai dari mana? Tentunya harus dimulai dari diri sendiri dengan cara berhati-hati dalam melontarkan kata-kata, baik yang konteksnya bercanda ataupun bukan. Perlahan kita perbaiki diri kita sedikit demi sedikit. Lalu edukasi orang- orang sekitar kita, seperti teman sekolah, teman kantor, keluarga, maupun teman online kita tentang bahayanya kalimat-kalimat candaan itu. Semua hal diatas harus dilakukan dengan kesadaran diri sendiri bukan karena keterpaksaan. Untuk kalian yang sering menerima candaan yang tidak mengenakkan hati ada tiga tips dari aku yang bisa kalian gunakan. Pertama jangan melawan ataupun membalas candaan tersebut, buktikan bahwa dengan segala kekurangan yang mereka buat candaan kamu bisa meraih prestasi yang patut dibanggakan. Kedua jangan merasa sedih dan membenarkan segala candaan yang kamu terima, percayalah kamu bisa bersinar dengan cahaya mu sendiri. Tidak perlu merasa kecil karena perkataan mereka. Terakhir, yang ketiga berbaur dengan teman-teman yang membuat kalian percaya diri dan selalu berpikir positif. Dengan berbaur bersama mereka kamu bisa meningkatkan rasa percaya diri. Kamu harus meyakinkan bahwa tidak ada yang salah dengan diri kalian, selama kalian tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan orang lain dan kekurangan dalam diri kita merupakan suatu hal yang wajar. Kata candaan dan baperan yang biasa kita lontarkan bisa berdampak yang buruk bagi mental si penerima. Bercanda boleh namun ada batasnya, karena kita tidak bisa menampik humor menjadi salah satu kebutuhan dasar kehidupan manusia. Jangan sampai karena bercanda kita menyakiti perasaan orang lain. Seperti yang disebutkan diatas kata ‘canda’ atau ‘baperan’ jangan menjadi tameng untuk membenarkan diri, seolah-olah apa yang kita katakan tidak akan ada dampaknya. Jadi mulai dari sekarang ayo lebih waspada terhadap apa yang kita ucapkan. Semoga hari kalian menyenangkan kawan.