Anda di halaman 1dari 2

*Bulan Cinta: Sudahkah Menyayangi Diri Sendiri?

```You are someone’s best dream```– Adrian Michael

Tanpa disadari, kita sering melukai diri sendiri. Bukan luka secara fisik, namun
secara psikis. Sering kali kita menganggap diri kita bodoh, jelek, terlalu gendut,
terlalu kurus, tidak bisa melakukan apa-apa dengan becus. Anggapan-anggapan seperti
itu membuat kita semakin mengkritik dan memarahi diri hingga akhirnya, merasa
semakin kecewa dan membenci diri sendiri. Memberi penguatan bahwa diri kita adalah
korban dari perlakuan kita sendiri.

Ucapan seperti,

“Ah aku memang bodoh. Harusnya kan gak begitu tadi.”

“Emang ya aku itu gak bisa bersikap lebih baik tadi. Malah membuat keadaan semakin
runyam saja.”

“Siaaaaaal. Kenapa sih malah ku kayak gitu.”

Ucapan-ucapan itu bukan dari dirimu terhadap orang lain, melainkan ucapan yang kamu
berikan terhadap dirimu sendiri. Mengkritisi diri ternyata dapat membuat diri
merasa sakit atas kritikan itu sendiri. Dengan merasa sakit, kamu menganggap diri
semakin lemah, tidak berharga, dan tidak bahagia.

Apa kamu termasuk sering melakukan itu? Apabila iya, ada cara yang lebih indah
untuk menyayangi diri kita.

*Terlalu Berfokus pada Luar Diri, Lupa pada Dalam Diri*

Mungkin kita tidak sadar, sudah terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk luar
diri kita. Keadaan yang ada di luar diri, seperti terlalu memerhatikan kepentingan
orang lain, pencapaian orang lain, atau tampilan diri di mata orang lain.

Misalnya, melihat teman kita yang telah mendapatkan pekerjaan lebih dulu atau sudah
melanjutkan kuliah lagi. Lalu membandingkan dengan diri yang belum bisa melakukan
keduanya. Melihat orang lain yang tampil begitu menarik dan disukai banyak orang,
sementara melihat diri sebagai pribadi yang membosankan dan tidak ada yang
mendengar.

Ketika terlalu berfokus pada luar diri, kita lupa untuk melihat lebih dalam diri
kita sendiri. Apa kelebihan yang kita punya, apa yang sebenarnya dibutuhkan, dan
apa yang sebenarnya kita inginkan. Kita tidak perlu mengacu pada pencapaian orang
lain atau pandangan orang lain terhadap diri kita, tetapi coba berbicara dengan
diri sendiri untuk lebih mengetahui pribadi kita secara utuh.

Saat kita sudah mengenali pribadi secara utuh, kita mampu membangun tameng untuk
menghadapi apapun yang ada di luar diri. Kita tidak akan mudah termakan oleh
penilaian maupun pencapaian orang lain karena kita telah tahu apa yang terbaik
untuk diri kita sendiri.

*Bukan Mengkritik, Tetapi Menerima*


Menerima segala hal yang ada dalam diri bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi,
ketika kita merasa terlalu banyak hal buruk dibandingkan hal baik dalam diri kita.
Dengan menerima, kita dapat lebih mengetahui apa yang sebenarnya ada dalam diri.

Bukannya mengkritik, tetapi kita lebih menghargai dan menyayangi diri terlepas
apapun yang terjadi. Akan tetapi, bukan berarti kita lupa untuk mengevaluasi diri.
Evaluasi diri dilakukan untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. Ketika kita
menemukan alasan-alasan di balik suatu peristiwa yang terjadi, kita mampu untuk
terus berjalan ke depan dalam kehidupan.

*Sebagai contoh,* saat mengalami kegagalan, kita berkata, “Aku sudah berusaha
dengan keras, tapi memang belum waktunya untuk saat ini. Tidak apa-apa. Memang
sepertinya pribadiku belum cocok untuk pekerjaan ini. Ada pekerjaan lain yang lebih
cocok untukku nanti”

Atau contoh lain kamu berkata, “Iya, tadi aku salah. Aku memang sedang lelah dan
penat sehingga gak bisa mengontrol perkataan terhadap temanku tadi. Aku jadi lebih
sensitif menanggapinya. Tapi bukan berarti sepenuhnya aku menyalahi diri dan tidak
bisa berbuat lebih baik lagi. Sudah ya, jangan kesal lagi.”

Dengan mencoba berdialog seperti itu, kita memulai untuk lebih menerima tanpa lupa
mengevaluasi diri secara baik. Kita mampu untuk tetap menyayangi diri dalam kondisi
apapun nanti.

*Sayangi Diri Sendiri*


Menyayangi diri sendiri adalah hal mendasar dalam kehidupan, namun sebagian dari
kita mungkin lupa untuk melakukannya. Dengan menyayangi diri, kita mampu menghibur
diri saat terjadi kegagalan atau menyadari ada kekurangan dalam diri. Kita bisa
melihat diri sendiri secara utuh dan jelas. Kita juga menjadi lebih baik dalam
menerima kenyataan bahwa ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan imej yang selama
ini kita bangun untuk orang lain.

*Misalnya*, kamu menggambarkan diri sebagai sosok yang selalu ceria dan humoris di
mata orang lain. Akhirnya, ketika merasa sedih, kamu menahan diri untuk tidak
menangis dan tetap ceria seperti tidak terjadi apa-apa. Kamu malah memarahi dirimu
karena bersikap tidak seperti seharusnya, bukannya menerima tidak apa-apa kamu
menangis sekarang.

Dengan mampu melihat diri penuh rasa sayang meskipun ada luka yang melekat, kita
akan menjadi semakin tangguh dan tabah dalam menghadapi kesulitan. Kita tidak akan
melukai diri kita sendiri lagi, meski sekadar kata-kata yang diucap. Ketika kita
sudah mampu sepenuhnya menyayangi diri, maka akan terasa lebih indah untuk
menyayangi orang lain, bukan?

```Mendengar kata cinta tidak melulu untuk orang lain, tetapi juga untuk diri
sendiri. Jadi, sudahkah kamu menyayangi dirimu sendiri?```

#SyahMP
#Menurutpsikologi
#Meaningfulpschology

Anda mungkin juga menyukai