Anda di halaman 1dari 2

*Memahami bahwa quarter life crisis bukanlah suatu krisis*

Menurut Jeffrey Jensen Arnett dari University of Maryland College Park, usia 18-25
tahun (emerging adulthood atau dewasa awal) sudah tidak melihat dirinya sebagai
remaja akan tetapi juga belum merasa dewasa. Pada masa transisi ini, seseorang
mengalami perubahan dan eksplorasi berbagai kemungkinan dalam hal cinta, pekerjaan,
dan pandangan hidup.

Suatu hal yang normal jika di masa-masa ini Anda diliputi dengan kebingungan. Tidak
perlu khawatir karena hampir semua orang mengalaminya juga. Oleh karena itu,
gejolak yang terjadi pada Anda di usia 18-25 tahun ini bukanlah suatu krisis. Akan
tetapi, hanyalah suatu fase kehidupan untuk menuju fase kehidupan lainnya.

*Berhenti membanding-bandingkan*

Membanding-bandingkan pencapaian orang lain dan kehidupan diri sendiri hanya akan
membuat Anda merasa minder. Apalagi di era media sosial ketika Anda dapat dengan
mudah menjumpai foto orang-orang berkeliling dunia, menemukan tambatan hati,
mempunyai anak dan lain sebagainya.

Studi menyebutkan bahwa mengonsumsi sosial media berlebihan dapat menyebabkan


depresi, loh! Salah satu alasannya yaitu adanya perasaan rendah diri karena
mengukur kesuksesan dari kaca mata orang lain2.

*Lakukan sesuatu*

Daripada hanya duduk terdiam melamun sambil menikmati pencapaian orang lain melalui
layar ponsel, yuk bangkit dan sambut berbagai kesempatan di luar sana! Ingat, Anda
masih punya masa depan yang panjang sehingga kesehatan perlu dijaga. Rutinlah
berolahraga dan makan makanan sehat. Galilah potensi diri dengan bergabung dalam
komunitas.

Bergabung dalam sebuah komunitas dapat membantu Anda menambah ilmu dan pengalaman.
Selain itu, juga dapat melatih Anda keterampilan sosial dan memperluas relasi.
Tingkatkan kemampuan diri Anda dengan mengikuti kursus dan seminar. Ada banyak hal
positif yang dapat dilakukan jika Anda mau untuk beranjak dari tempat tidur Anda.

*Mengontrol ekspektasi*

Dalam melakukan sesuatu, tidak jarang kenyataan bertentangan dengan harapan.


Kecewa, tentu saja. Memiliki pemikiran untuk selalu ‘menapak pada tanah’ dapat
membantu dalam berdamai dengan kenyataan. Rapalkan mantra, “Saya sekarang berada di
posisi dan kondisi yang tepat. Saya hanya butuh bertahan dan berjuang sedikit
lagi.” Selain itu, bersikaplah lebih adaptif dan fleksibel dalam menghadapi
berbagai kemungkinan yang terjadi. Bukan berarti harus menyerah dalam menggapai
cita-cita. Tiap kegagalan atau ketidaksesuaian kenyataan dengan harapan dijadikan
motivasi. Bukankah bola juga perlu dihentakkan ke bawah untuk dapat melanting
tinggi?

*Don’t be so hard on yourself*

Dengan segudang aktifitas yang Anda lakukan sebagai bentuk aktualisasi diri, bukan
berarti Anda tidak berhak untuk isitirahat dan bersenang-senang. Relaks, tidak
perlu terburu-buru dan mengejar kesempurnaan hidup. Bukan hal yang salah untuk
menolak suatu ajakan jika Anda merasa tidak sesuai dengan kata hati.

Satu hal yang paling penting, Anda tidak perlu mengutuki permasalahan memiliki
quarter life crisis. Akan tetapi, fokuslah pada hal-hal yang mampu melejitkan
potensi Anda selagi muda. Yuk, pahami dan jalani kelima kiat di atas dan
berbahagialah!

#Menurutpsikologi
#Meaningfulpschology

Anda mungkin juga menyukai