Anda di halaman 1dari 3

*Kepatuhan dalam Psikologi*

Kepatuhan merupakan pengaaruh sosial dimana seseorang hanya perlu memerintahkan


satu orang lain atau lebih untuk melakukan satu atau beberapa tindakan.

Banyak para ahli psikologi yang membahas tentang kepatuhan (obedience). Menurut
para ahli psikologi sosial adalah sebagai berikut:

• Menurut Robert A. Baron & Donn Byrne, kepatuhan adalah bentuk pengaruh sosial
dimana satu orang memerintahkan seseorang atau lebih untuk melakukan sesuatu, dan
mereka pun melakukannya.
• Menurut David O. Sears, kepatuhan adalah menampilkan perilaku tertentu karena
adanya tuntutan, meskipun mereka lebih suka tidak menampilkannya.
• Menurut Kartono dan Gulo(2000), kepatuhan adalah ditinggalkannya pertimbangan-
pertimbangan sendiri dan melakukan kooperasi (kerjasama) dengan tuntutan-tuntutan
dari seorang otoritas.

*Teori Kepatuhan Sosial*

Pada tahun 1960-an, Stanley Milgram merancang serangkaian eksperimen laboratorium


untuk memahami isu kepatuhan terhadap mayoritas. Milgram melakukan penelitian
terhadap 40 orang partisipan untuk mengetahui pengaruh hukuman terhadap prestasi
belajar.

Dalam penelitian tersebut 20 orang menjadi guru dan 20 orang lagi menjadi siswa dan
dibagi ke dalam berbagai tahap penelitian. Setiap penelitian melibatkan seorang
guru dan seorang murid dan Milgram sendiri sebagai seorang eksperimenter yang
bertanggung jawab terhadap penelitian tersebut.

Eksperimenter/peneliti meminta guru untuk membacakan soal yang harus dijawab oleh
murid. Bila jawaban murid salah, maka murid/siswa tersebut akan dihukum dengan
mendapat sengatan listrik. Kejutan listrik diberikan mulai dari 15 volts- 450
volts. Setiap kali jawaban murid salah, maka kejutan/sengatan listrik akan semakin
meningkat.

Dalam penelitian ini, murid yang sebenarnya adalah asisten Milgram membuat sejumlah
kesalahan dan berpura-pura mengerang kesakitan, bahkan mengatakan bahwa dia
mempunyai penyakit jantung saat mendapatkan sengatan listrik dari guru.

Tentu saja hal ini membuat partisipan yang bertindak sebagai guru menjadi dilema,
apakah dia tetap akan memberi hukuman atau tidak. Apabila dia enggan memberi
hukuman, maka peneliti akan memberikan tekanan kepada dia untuk tetap memberi
hukuman dan mengatakan bahwa apapun yang terjadi merupakan tanggung jawab peneliti.

Dan hasilnya 65% guru tetap menunjukkan kepatuhan total dimana mereka menyelesaikan
eksperimen hingga selesai dan memberi hukuman kepada murid hingga 450 volts.
Eksperimen Milgram ini menunjukkan bahwa orang normal dapat melakukan tindakan
destruktif jika menghadapi tekanan dari otoritas yang sah.

*Faktor Penyebab Kepatuhan*

Menurut David O. Sears, kepatuhan timbul karena adanya faktor-faktor berikut ini:

1. Ketaatan Terhadap Otoritas yang Sah

Harapan atau keinginan dari orang yang menduduki posisi tertentu/memiliki


legitimasi kekuasaan akan menimbulkan kepatuhan. Penelitian yang dilakukan Milgram
tadi menunjukkan gejala ini dengan jelas. Yang dimaksud dengan legitimasi disini
adalah keyakinan umum bahwa pihak otoritas memiliki hak untuk menuntut ketaatan
terhadap perintahnya.

2. Ganjaran, Hukuman, dan Ancaman

Salah satu cara untuk menimbulkan kepatuhan adalah dengan meningkatkan tekanan
terhadap individu untuk menampilkan perikaku yang diinginkan melalui ganjaran,
hukuman atau ancaman. Misalnya orang tua yang tidak ingin anaknya merokok mengancam
tidak akan memberi uang saku jika anaknya tetap merokok, dosen tidak memperbolehkan
mahasiswnya mengikuti kuliah jika mahasiswanya memakai sendal, dan sebagainya.

3. Harapan Orang Lain

Orang akan rela memenuhi permintaan orang lain hanya karena orang tersebut
mengharapkannya. Gejala ini bisa dilihat bila permintaan dilakukan secara langsung.
Sedangkan menurut Robert A. Baron & Donn Byrne, terdapat 4 penyebab kepatuhan.

4. Melepas Tanggung Jawab Pribadi

Artinya, individu menilai bahwa tanggung jawab ada pada orang yang memerintahknnya,
bulan dirinya pribadi. Misalnya, atasannya yang dianggap menanggung semua tanggung
jawab.

5. Penggunaan Simbol – Simbol

Individu yang memberi perintah menggunakan simbol-simbol, seperti lencana, seragam,


dan yang lainnya untuk mengingatkan orang yang diperintah akan kekuasaan serta
peran yang dimilikinya.

6. Kejadian Secara Gradual

Hal-hal yang terjadi secara gradual, yaitu perintah yang dimulai dari hal kecil
kemudian meningkat menjadi lebih besar.

7. Kejadian Sangat Cepat

Proses yang terjadi sangat cepat sehingga individu tidak bisa merefleksikan dan
berpikir secara mendalam tindakan yang mestinya ia lakukan. Kepatuhan yang merusak
berarti tindakan yang berdasarkan kepatuhan itu membahayakan orang lain atau
dirinya sendiri. Penyebab kepatuhan yang merusak yaitu:

8. Pengaruh Besar Orang yang Berkuasa

Orang-orang yang berkuasa membebaskan orang-orang yang patuh dari tanggung jawab
atas tindakan mereka. “saya hanya menjalankan perintah”, seringkali dijadikan
alasan bila sesuatu yang buruk terjadi.

9. Tanda yang Menunjukkan Status Sosial

Orang-orang yang berkuasa sering kali memiliki tanda atau lencana nyata yang
menunjukkan status mereka. Hal ini menimbulkan norma “Patuhilah orang yang memegang
kendali”. Norma ini adalah norma yang kuat, dan bila kita dihadapkan dengannya,
sebagian besar orang merasa sulit untuk tidak mematuhinya.

10. Adanya Perintah Bertahap dari Figure Otoritas

Perintah awal mungkin saja meminta tindakan yang ringan baru selanjutnya perintah
untuk melakukan tindakan yang berbahaya.

11. Perubahan Situasi yang Begitu Cepat


Situasi yang melibatkan kepatuhan bisa berubah cepat. Cepatnya perubahan ini
menyebabkan kecenderungan meningkatnya kepatuhan.

Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kepatuhan yang merusak:

√ Individu yang dihadapkan pada perintah dari figure otoritas dapat diingatkan
bahwa merekalah yang akan bertanggung jawab atas kerusakan apapun yang dihasilkan
bukan pihak otoritas.
√ Individu dapat disadarkan bahwa melebihi suatu titik tertentu, maka benar-benar
mematuhi perintah yang merusak adalah tidak layak.
√ Individu dapat lebih mudah untuk melawan figure otoritas jika mereka
mempertanyakan keahlian dan motif dari figure-figur tersebut.
√ Cukup dengan mengetahui kekuatan yang dimiliki figure otoritas untuk dapat
memerintahkan kepatuhan buta bisa membantu melawan pengaruh itu sendiri.

Selain itu, menurut Robert A. Baron & Donn Byrne Indoktrinasi intensif (intensive
indoctrination) berperan dalam membangun kepatuhan. Indoktrinasi intensif adalah
suatu proses yang dilalui individu untuk menjadi anggota kelompok ekstrem dan
menerima belief serta aturan dari kelompok tanpa bertanya-tanya dengan disertai
komitmen yang tinggi yang merupakan suatu bentuk pengaruh social yang dipaksakan.
Tahapan dalam indoktrinasi intensif ini terdiri dari 4 tahap, yaitu :

- Tahap melunak (softening-up), anggota baru diisolasi dari teman-teman dan


keluarga, dan dilakukan usaha-usaha untuk membuat mereka bingung, lelah, tidak
memiliki orientasi, dan terangsang secara emosional. Tujuan utamanya adalah untuk
memisahkan anggota baru dari kehidupan lamanya dan menempatkan mereka pada keadaan
di mana mereka mau menerima pesan-pesan kelompok.
- Tahap kesepakatan (compliance), anggota baru diminta untuk mengiyakan permintaan
dan belief kelompok serta secara aktif “mencoba” peran sebagai anggota.
- Tahap internalisasi (internalization), anggota baru mulai menerima bahwa
pandangan-pandangan kelompok adalah benar dan mereka sungguh-sungguh mempercayai
pandangan tersebut.
- Tahap konsolidasi (consolidation), anggota baru memperkuat keanggotaan mereka
dengan melakukan tindakan yang mahal, yang membuat mereka sulit, atau bahkan tidak
mungkin untuk mundur: mereka mendermakan seluruh harta milik pribadi mereka kepada
kelompok, memutus ikatan dengan semua mantan teman dan keluarga, mulai secara aktif
merekrut anggota baru, dst.

Hasil akhirnya dari indoktrinasi intensif adalah anggota baru tersebut kini
menerima belief dan dasar pemikiran kelompok dengan tidak bertanya-tanya, dan juga
memiliki pandangan negatif terhadap “orang luar”.

Pengaruh sosial sangat berperan dalam pembentukan kepatuhan. Kepatuhan yang


dibentuk dari pengaruh sosial akan membuat seseorang dengan perilaku tertentu
dengan tidak mengindahkan pertimbangannya sendiri karena mendapatkan tuntutan dari
pihak yang mempunyai otoritas/kewenangan.

_Sumber ; Dosen psikologi_

#SyahMP
#Menurutpsikologi
#Meaningfulpschology

Anda mungkin juga menyukai