Anda di halaman 1dari 15

MODUL PSIKOLOGI SOSIAL

(PSI207)

MODUL SESI 6
PENGARUH SOSIAL

DISUSUN OLEH
Regina Navira Pratiwi, S.Psi., MSc

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 15
PENGARUH SOSIAL

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pengaruh sosial
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang konformitas,
compliance dan kepatuhan

B. Uraian dan Contoh

Pengaruh Sosial adalah usaha yang dilakukan seseorang atau lebih untuk
mengubah sikap, belief, persepsi atau tingkah laku orang lain. Seperti namanya,
pengaruh social social amat kuat dan pervasive terhadap individu. Begitu kuatnya,
sehingga orang yang berusaha mempertahankan control atas dirinya, dapat
mengalami penderitaan yang luar biasa karena tidak dapat membebaskan dirinya
dari belenggu lingkungan. Sekuat apapun seorang individu, kadang tidak bisa
menolak pengaruh social dari lingkungannya. Sebaliknya, kadang seseorang
dipengaruhi oleh lingkungan dalam mengambil keputusan dalam kehidupannya.
Ada 3 aspek penting dalam pengaruh social, yaitu: konformitas (conformity),
kesepakatan (compliance), kepatuhan (obedience), dan indoktrinasi insentif
(intense indoctrination.
Konformitas (conformity)
Manusia cenderung mengikuti aturan-aturan yang ada dalam lingkungannya.
Salah satu contohnya adalah saat kuliah hendak dimulai, kebanyakan mahasiswa
akan mengeluarkan telepon selulernya kemudian mengaktifkan profil silent atau
mematikannya. Atau ketika hendak mengambil uang di ATM atau menaruh uang
di bank, kita menunggu giliran dengan mengantri , begitupun ketika ibu-ibu pergi
ke pengajian, mereka akan mengenakan kerudung atau jilbab gara serasi dengan
pakainnya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 15
Aturan-aturan yang mengatur tentang bagaimana sebaiknya kita bertingkah
laku disebut norma social. Norma juga bisa jadi mendetail dan eksplisit.. Bagiaman
cara manusia dapat mengikuti norma social, sebenarnya tidak terlepas dari adanya
tekanan-tekanan untuk bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan aturan
social. Tekanan yang ada dalam norma social sesungguhnya memiliki pengaruh
yang besar. Tekanan- tekanan untuk melakukan konformasi sangat kuat, sehingga
untuk menghindari situasi yang menekan data menenggelamkan nilai-nilai
personalnya ( baron dan Byrne 2008).
Konformitas adalah suatu jenis pengaruh social di mana individu mengubah
sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma social yang ada.
Seseorang bertingkah laku dengan cara-cara yang dipandang wajar atau dapat
diterima oleh kelompok atau masyarakat kita. Tekanan untuk melakukan
konformitas berakar dari adanya kenyataan bahwa di berbahai konteks ada aturan-
aturan eksplisit maupun implicit yang mengindikasikan bagaimana seharusnya atau
sebaiknya kita bertingkah laku, yang disebut Norma social (social norms), dan
aturan- aturan ini seringkali menimbulkan efek yang kuat pada kita. Norma bisa
saja dinyatakan secara eksplisit (tertulis), contohnya: larangan parkir di Jalan tol,
larangan merokok di tempat umum, perintah untuk tidak menginjak rumput di
taman. Selain itu ada pula norma yang tidak diucapkan atau implicit, contohnya:
ketika Susi pergi kuliah dengan memakai tanktop, ada ketidaknyamanan dalam
dirinya dengan perilakunya tersebut atau mungkin ketidaknyamanan datang dari
orang lain yang melihat cara berpakaian Susi tersebut. Walaupun dalam peraturan
kuliahnya tidak ada peratutan yang mengharuskan memakai baju berlengan, namun
norma-norma implicit bekerja sehingga timbul ketidaknyamanan baik pada diri
Susi maupun orang lain yang berada di sekitarnya. Contoh lainnya dari norma
implicit: peraturan tidak tertulis seperti, “jangan berdiri terlalu dekat dengan orang
asing”, “perempuan jangan duduk ngangkang”, “jangan lupa member tip pada
pelayan”. Tanpa mempedulikan apakah norma social itu implicit atau eksplisit, ada
satu kenyataan yang jelas: sebagian besar orang mematuhi norma-norma tersebut
hamper setiap saat.
Selain itu norma juga dibagi menjadi norma deskriptif dan norma injungtif.
Norma deskriptif berupa saran atau himbauan untuk melakukan sesuatu—norma

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 15
yang mengindikasikam apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu,
Contoh norma deskriptif: himbauan kepala desa kepada warganya untuk melakukan
3M demi mencegah demam berdarah; atau ketika di jalan tol ada himbauan bagi
kendaraan yang berjalan lambat untuk berjalan di bahu kiri dan bagi kendaraan yang
ingin mendahului dan melaju cepat untuk berjalan di lajur kanan. Norma deskriptif
belum tentu dipatuhi, seperti misalnya belum tentu kendaraan di laju kanan semua
melaju cepat, fakta dilapangan banyak kendaraan yang melaju lambat-lambat di
jalur kanan, tapi tidak dikenai sanksi. Norma injungtif adalah berupa perintah atau
larangan yang mengharuskan orang untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu—norma yang menentukan apa yang harus dilakukan—tingkah laku apa
yang diterima dan tidak diterima pada situasi tertentu.. Contoh: perintah membayar
pajak untuk para wajib pajak, bagi yang tidak mematuhi akan dikenai sanksi.
Terkadang kita tidak menyetuji konformitas ini karena konformitas
membatasi kebebasan pribadi. Namun, ada dasar yang kuat berkenaan dengan
konformitas: tanpa konformitas, kita segera menyadari kita berhadapan dengan
kekacauan social. Jadi, pada berbagai situasi, konformitas memiliki fungsi yang
sangat berguna.
Konformitas tidak terjadi pada derajat yang sama di semua situasi. Ada 3
faktor yang mempengaruhi konformitas, yaitu:
1. Kohesivitas (cohesiveness)—derajat ketertarikan yang dirasa oleh individu
terhadap suatu kelompok. Ketika kohesivitas tinggi (ketika kita suka/kagum
terhadap suatu kelompok), tekanan untuk melakukan konformitas bertambah besar,
dan juga sebaliknya. Contoh: dalam 1 genk yang terdiri dari sahabat-sahabat yang
sangat akrab yang koompak, ketika yang satu melakukan rebonding rambut, yang
lainnya juga mengikuti.
2. Ukuran kelompok, semakin besar kelompok tersebut, semakin besar pula
kecenderungan kita untuk ikut serta, bahkan meskipun itu berarti kita akan
menerapkan tingkah laku yang berbeda dari yang sebenarnya kita inginkan.
3. Teori focus normative (normative focus theory), yaitu teori yang mengajukan
bahwa norma akan mempengaruhi tingkah laku hanya bila norma tersebut menjadi
focus dari orang yang terlibat pada

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 15
saat tingkah laku tersebut muncul. Dengan kata lain, orang akan mematuhi norma
injungtif hanya jika mereka memikirkan tentang norma tersebut dan melihatnya
terkait dengan tindakan mereka. Norma mempengaruhitingkahlaku hanya
jika norma-norma tersebut penting bagi kita—ketika kita terfokus pada norma
tersebut. Contoh: saya adalah mahasiswa di Fakultas Ekologi Manusia, IPB.
Norma-norma yang berhubungan dengan ekologi menjadi focus saya dibanding
norma lainnya. Contohnya, saya menjadi lebih terfokus pada norma membuang
sampah pada tempatnya.

Mengapa seseorang melakukan konformitas? Berikut adalah penyebab


seseorang melakukan konformitas:
1. Keinginan untuk disukai dan rasa takut pada penolakan. Salah satu alasan
penting mengapa kita melakukan konformitas adalah: kita belajar bahwa dengan
melakukannya bisa membantu kita mendapatkan persetujuan dan penerimaan yang
kita dambakan. Sumber konformitas ini dikenal dengan pengaruh social normative
(normative social influence), karena pengaruh social ini meliputi perubahan tingkah
laku kita untuk memenuhi harapan orang lain. Untuk disukai dan diterima dalam
suatu kelompok, kita cenderung melakukan konformitas agar sesuai dengan
kelompok tersebut. Selain itu, apapun yang dapat meningkatkan rasa takut kita akan
memperoleh penolakan oleh kelompok tersebut juga akan meningkatkan
konformitas.
2. Keinginan untuk merasa benar: pengaruh social informasional. Kita
menggunakan opini dan tindakan mereka sebagai panduan opini dan tindakan kita.
Tindakan dan opini orang lain menegaskan kenyataan social bagi kita, dan kita
menggunakan semuanya itu sebagai pedoman bagi tindakan dan opini kita sendiri.
Dasar ini disebut pengaruh social informasional (informational social influence),
karena hal tersebut didasarkan pada kecenderungan kita untuk bergantung pada
orang lain sebagai sumber informasi tentang berbagai aspek dunia social. Contoh:
kita mengikuti trend rambut rebonding untuk keinginan merasa bahwa model
rambut ini lah yang benar, yang memang sedang tren saat ini.
3. Membenarkan konformitas: konsekuensi kognitif dari mengikuti kelompok.
Beberapa orang yang melakukan konformitas melakukannya dengan sepenuh hati,

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 15
mereka menganggap bahwa mereka salah dan orang lain benar dan dengan
melakukan konformitas hanya akan menimbulkan dilemma sementara. Namun
banyak juga yang beranggapan penilaian mereka benar naming mereka tidak mau
menjadi berbeda sehingga mereka berperilaku tidak konsisten dengan belief pribadi
mereka. Sehingga untuk mengubah persepsi mereka pada situasi tersebut, mereka
membenarkan konformitas.

Terkadang kita memilik untuk tidak ikut serta atau menolak konformitas.
Beberapa factor penting yang membuat seseorang menolak konformitas:

1. Keinginan individuasi, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan individualitas


kita. Kita ingin menjadi seperti orang lain—tetapi tampaknya, tidak sampai pada
titik di mana kita kehilangan identitas pribadi kita. Sebagian besar dari kita
memiliki keinginan akan individuasi (individuation)—agar dapat dibedakan dari
orang lain dalam beberapa hal. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
konformitas memang lebih banyak terjadi di Negara yang memiliki budaya
kolektivis. Contoh: saat sedang tren rebonding, Susi justru mengikalkan rambutnya
karena ia ingin beda dari yang lain.
2. Keinginan mempertahankan control terhadap kejadian- kejadian dalam
hidupnya. Semakin kuat kebutuhan individu akan control pribadi, semakin sedikit
kecenderungan mereka untuk menuruti tekanan social.
3. Orang-orang yang tidak dapat melakukan konformitas. Ada beberapa orang
yang memang tidak dapat melakukan konformitas karena alasan fisik, hokum atau
psikologis. Cotoh: orang yang homoseksual tidak bisa melakukan konformitas
untuk mencintai orang lawan jenisnya; orang-orang cacat fisik yang tidak dapat
melakukan aktifitas seperti orang kebanyakan.
Pemenuhan Keinginan ( Complience) Seringkali perilaku kita dipengaruhi oleh
permintaan langsung orang lain, hal tersebut merupakan suatu bentuk pengaruh
social yang disebut dengan pemenuhan keinginan ( compliance).
Prinsip dasar Complience adalah ( Cialdini 1994,2006 dalam Baron dan
Byrne 2008) :

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 15
1. Pertemanan atau rasa suka
2. Komitmen atau konsistensi
3. Kelangkaan
4. Timbal balik
5. Validasi social
6. Otoritas

Prinsip-prinsp ini mendasari beragam teknik atau taktik dalam compliance.


Teknik-teknik tersebut digunakan oleh para professional, seperti taktik:

1. The door on the face


2. That’s not all approach
3. Playing hard to get it
4. The fast approaching deadline
5. Foot in the door
6. The law ball

Taktik the foot in the door adalah dengan memulai suatu permintaan kecil,
kemudian setelah didapatkan, permintaan menjadi semakin besar dari sebelumnya.

Kepatuhan ( obedience)
Apek lain dari pengaruh social adalah kepatuhan (obedience)—keadaan di mana
seseorang pada posisi yang berkuasa cukup mengatakan atau memerintahkan orang
lain untuk melakukan sesuatu—dan mereka melakukannya! Kepatuhan lebih jarang
terjadi dari conformitas ataupun kesepakatan, karena bahkan orang-orang yang
memiliki kekuasaan dan dapat menggunakannya seringkali lebih memilih
menggunakan pengaruhnya melalui “velvet glove”—melalui permintaan dan
bukannya perintah langsung.

Kepatuhan yang merusak ( destructive obedience) berarti tindakan yang


berdasarkan kepatuhan itu membahayakan orang lain atau dirinya sendiri.
Penyebab kepatuhan yang merusak yaitu:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 15
1. Orang-orang yang berkuasa membebaskan orang-orang yang patuh dari
tanggung jawab atas tindakan mereka. “saya hanya menjalankan perintah”,
seringkali dijadikan alasan bila sesuatu yang buruk terjadi.
2. Orang-orang yang berkuasa sering kali memiliki tanda atau lencana nyata yang
menunjukkan status mereka. Hal ini menimbulkan norma “Patuhilah orang yang
memegang kendali”. Norma ini adalah norma yang kuat, dan bila kita dihadapkan
dengannya, sebagian besar orang merasa sulit untuk tidak mematuhinya.
3. Adanya perintah bertahap dari figure otoritas. Perintah awal mungkin saja
meminta tindakan yang ringan baru selanjutnya perintah untuk melakukan tindakan
yang berbahaya.
4. Situasi yang melibatkan kepatuhan bisa berubah cepat. Cepatnya perubahan ini
menyebabkan kecenderungan meningkatnya kepatuhan.

Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kepatuhan yang
merusak:

• Individu yang dihadapkan pada perintah dari figure otoritas dapat diingatkan
bahwa merekalah yang akan bertanggung jawab atas kerusakan apapun yang
dihasilkan—bukan pihak otoritas.

• Individu dapat disadarkan bahwa melebihi suatu titik tertentu, maka benar-
benar mematuhi perintah yang merusak adalah tidak layak.
• Individu dapat lebih mudah untuk melawan figure otoritas jika mereka
mempertanyakan keahlian dan motif dari figure-figur tersebut.
• Cukup dengan mengetahui kekuatan yang dimiliki figure otoritas untuk dapat
memerintahkan kepatuhan buta bisa membantu melawan pengaruh itu sendiri.

Pandangan tambahan tentang pengaruh sosial


1. Konformitas
Konformitas adalah pengubahan sikap atau perilaku untuk memenuhi norma sosial
yang baik di lingkungan sekitar. Individu yang konform merasa terganggu jika

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 15
dirinya berbeda dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Hal ini membuat ia
cenderung akan mengikuti orang lain meskipun mungkin bertentangan dengan apa
yang sebenarnya diyakini. Konformitas menunjukkan adanya sebuah keharusan
secara tidak tertulis untuk mengikuti norma sosial. Kecenderungan untuk konform
dengan lingkungan sekitar akan meningkat jika individu merasa dekat dengan
lingkungan tersebut, misalnya dalam kelompok pertemanan yang akrab.
2. Kepatuhan
Kepatuhan adalah perubahan sikap atau perilaku karena perintah dari individu atau
kelompok lain. Tentu saja, kepatuhan ini dipengaruhi oleh posisi individu yang
memberi perintah dari atasan, orang yang lebih tua, ahli di bidang tertentu, atau
yang lain. Kecenderungan untuk patuh ini akan menguat dengan adanya rasa
pertanggungjawaban atas yang memberi perintah dan tanda fisik yang
menunjukkan otoritas. Misalnya tongkat komando dalam dunia militer. Selain itu,
disebabkan oleh perintah yang diberikan secara berkala dan waktu pengerjaan
perintah tersebut singkat. Dengan demikian individu tersebut tidak memiliki cukup
waktu untuk berpikir lebih dalam mengenai apa yang diperintahkan.
3. Kesediaan
Kesediaan adalah perubahan sikap atau perilaku karena individu mengharapkan
tanggapan positif dari orang lain. Tanggapan positif ini bervariasi mulai dari pujian,
balasan material, dan lain-lain. Kesediaan biasanya akan menghilang ketika orang
yang memberi imbalan atau tanggapan positif tidak ada lagi sehingga kesediaan ini
cenderung bersifat sementara. Apakah ini suatu hal yang buruk? Tidak selalu.
Terkadang individu perlu menunjukkan kesediaan ketika sikap atau perilaku yang
terang-terangan tidak sesuai untuk ditunjukkan, misalnya untuk menjaga perasaan
orang lain.
4. Identifikasi
Proses identifikasi terjadi ketika individu meniru perilaku atau sikap individu atau
kelompok lain karena adanya peran sosial. Peran sosial dicontohkan dengan
seorang guru yang mengajar karena memang tugasnya untuk mengajar. Di sisi lain,
guru tersebut akan bertindak sebagai ayah atau ibu ketika berada dalam lingkungan
keluarganya. Identifikasi memiliki beberapa kesamaan dengan konformitas.
Perbedaannya terletak pada peran sosial yang melekat padanya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 15
5. Internalisasi
Individu dikatakan telah menginternalisasi pengaruh sosial jika sesuai dengan apa
yang ia percayai dan sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya karena hal itu
dianggap sebagai sesuatu yang memuaskan. Internalisasi cenderung akan bertahan
lama kecuali individu tersebut menganut nilai yang baru. Orang yang telah
menginternalisasi akan lebih bertahan meskipun ada imbalan-imbalan yang
ditawarkan jika ia mengubah sikap.
Nah, kita sudah tahu mengenai beberapa faktor yang berperan dalam proses
pengaruh sosial. Selanjutnya, apa yang dapat kita ambil dari lima penjelasan
tersebut? Tentu dalam menentukan sikap yang nantinya akan memengaruhi
perilaku, kita perlu mempertimbangkan banyak faktor yang mungkin saja membuat
kita tidak objektif

Perubahan budaya
Setiap individu atau masyarakat pasti mengalami perubahan, baik perubahan sosial
dan perubahan budaya. Perubahan sosial adalah perubahan dalam masyarakat yang
memengaruhi sistem sosial, nilai, ras, sikap, dan pola perilaku individu di antara
kelompoknya. Perubahan budaya adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide
yang dimiliki bersama pada berbagai bidang kehidupan di masyarakat. Sementara
perubahan sosial budaya merupakan perubahan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Di mana mencakup perubahan budaya yang di dalamnya terdapat
perubahan nilai-nilai dan tata kehidupan dari tradisional ke modern. Baca juga:
Teks Anekdot: Pengertian, Struktur, Ciri-ciri, dan Kaidahnya Bentuk Perubahan
sosial budaya Ada beberapa bentuk perubahan sosial budaya, yakni: Proses
perubahan Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud),
pada dasar awalnya dari suatu perubahan adalah komunikasi dari seseorang atau
kelompok lainnya. Pada proses komunikasi terjadi penyampaian informasi tentang
gagasan, ide, keyakinan dan hasil budaya yang berupa fisik. Proses perubahan
budaya dapat terjadi secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok
kehidupan masyarakat. Perubahan yang cepat itu disebut revolusi. Pada perubahan
tersebut dapat direncana atau tanpa direncanakan, dijalankan dengan kekerasan atau
tanpa kekerasan. Perubahan sosial budaya bisa berlangsung secara lambat dan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 15
memerlukan waktu lama. Biasanya perubahan tersebut merupakan rentetan
perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Wujud perubahan sosial
budaya Dalam wujud perubahan sosial budaya tersebut bisa membawa kemajuan
dan kemunduran. Pada proses kemajuan berati perubahan yang dikehendaki dan
dapat menguntungkan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bagi yang
menimbulkan kemunduran itu perubahan yang tidak dikehendaki dan bisa
merugikan kehidupan masyarakat. Baca juga: Tahapan Siklus Hidrologi Pengaruh
kebudayaan Dalam pengaruh kebudayaan dibagi dua hal, yakni: Pengaruh
perubahan besar dalam kebudayaan Perubahan besar merupakan suatu perubahan
yang berpengaruh terhadap masyarakat. Maka terjadi perubahan pada sistem sosial
budaya, terjadinya perubahan pola berpikir struktur masyarakat. Pengaruh
perubahan kecil dalam kebudayaan Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi
pada bagian kecil dari satu unsur budaya. Di mana tidak membawa pengaruh
langsung bagi individu atau masyarakat. Penerimaan perubahan kebudayaan Ada
beberapa hal dalam penerimaan perubahan kebudayaan, yakni: Penerimaan
kebudayaan yang dikehendaki Kebudayaan yang dikehendaki merupakan
perubahan yang diperlukan dan telah direncanakan oleh pihak-pihak yang
mengadakan perubahan. Penerimaan kebudayaan yang tidak dikehendaki
Perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang terjadi tanpa sengaja atau
tidak diinginkan oleh pihak-pihak yang mendagakan perubahan. Perubahan yang
direncanakan Perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang sebelumnya
telah diprogramkan oleh masyarakat atau pemerintah. Perubahan yang tidak
direncanakan Perubahan yang tidak direncanakan adalah perubahan yang tidak
dikehendaki dan berlangsung di luar perkiraaan atau jangkauan manusia. Biasanya
menimbulkan dampak atau akibat yang tidak dikendaki oleh manusia. Baca juga:
Struktur Sosial: Pengertian, Klasifikasi, Ciri-ciri, dan Fungsinya Faktor pendorong
perubahan sosial budaya Berikut faktor pendorong perubahan budaya:
Ketidakpuasan terhadap kondisi yang ada. Penemuan baru (discovery dan
invention). Sikap terbuka terhadap perubahan. Perubahan standar hidup. Sikap
pendidikan yang maju Keadaan masyarakat yang majemuk. Faktor penghambat
perubahan sosial budaya Berikut faktor-faktor penghambat sosial budaya: Alasan
ideologi dan agama. Sikap tertutup terhadap perubahan. Tingkat pendidikan yang

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 15
rendah pada masyarakat. Struktur sosial. Kurangnya hubungan dengan masyarakat
lain. Sikap masyarakat yang sangat tradisional. Dampak perubahan sosial budaya
Adanya perubahan sosial budaya juga memiliki dampak bagi masyarakat. Berikut
dampak perubahan sosial budaya: Dekadensi moral Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), dekandesi adalah kemerosotan (tentang akhlak), kemunduran
(tentang seni, sastra). Dekandesi moral adalah merosotnya moral seseorang yang
ditunjukkan dari perilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma di masyarakat.
Biasanya perilaku tersebut merugikan dirinya dan orang lain. Kriminalitas
Perubahan sosial budaya bisa berdampak pada kriminalitas. Kriminalitas adalah
suatu kondisi dan proses sosial yang menghasilkan perilaku lain. Kriminalitas
merupakan tindakan yang melanggar norma hukum. Aksi protes atau demonstrasi
Demontrasi adalah pernyataan protes yang dikemukakan secara massal.
Konsumerisme Konsumerisme merupakan pandangan yang diikuti dengan
tindakan atau perbuatan penggunaan barang secara berlebihan.

REACTANCE
Akankah orang-orang secara aktif menolak tekanan sosial? Ketika dipaksa
untuk melakukan A, apakah mereka akan melakukannya bukannya Z? Apa yang
akan memotivasi antikonformitas seperti itu? Bab ini menekankan kekuatan
kekuatan sosial. Oleh karena itu tepatlah itu kita menyimpulkan dengan kembali
mengingatkan diri kita sendiri tentang kekuatan orang tersebut. Kita tidak hanya
bola biliar yang bergerak ke mana saja didorong. Kami dapat bertindak sesuai
dengan nilai kami sendiri, terlepas dari kekuatan yang mendorong kita. Mengetahui
bahwa seseorang sedang mencoba memaksa kita bahkan mungkin mendorong kita
untuk bereaksi ke arah yang berlawanan.
Reaktansi Individu menghargai rasa kebebasan dan kemanjuran diri mereka.
Saat sosial yang mencolok tekanan mengancam kebebasan mereka, mereka sering
memberontak. Pikirkan Romeo dan Juliet, yang cintanya diperkuat oleh tentangan
keluarga mereka. Atau pikirkan anak-anak menegaskan kebebasan dan
kemerdekaan mereka dengan melakukan kebalikan dari apa ents bertanya. Karena
itu, orang tua yang cerdas menawarkan pilihan kepada anak-anak mereka alih-alih
perintah: Saatnya bersih-bersih: Mau mandi atau mandi?

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 15
Teori reaktansi psikologis — bahwa orang bertindak untuk melindungi perasaan
mereka kebebasan — didukung oleh eksperimen yang menunjukkan bahwa upaya
untuk membatasi kebebasan seseorang kebebasan sering kali menghasilkan "efek
bumerang" antikonformitas (Brehm & Brehm, 1981; Nail & lainnya, 2000). Dalam
satu percobaan lapangan, banyak siswa nongeeky berhenti memakai gelang
"Livestrong" saat berada di dekat siswa akademis culun mulai mengenakan band
(Berger & Heath, 2008). Demikian pula, orang Inggris kaya dipisahkan diri mereka
sendiri dari kelompok yang berbeda ketika mereka berhenti memakai topi Burberry
setelah mereka tertangkap di antara para hooligan sepak bola (Clevstrom &
Passariello, 2006). Reaktansi dapat menyebabkan minum di bawah umur. A sur-
vey berusia 18 hingga 24 tahun oleh Pusat Kanada di Substance Abuse (1997)
mengungkapkan bahwa 69 persen dari mereka yang berakhir usia legal untuk
minum (21) telah mabuk dalam setahun terakhir, seperti yang terjadi pada 77 persen
dari mereka yang berusia di bawah 21 tahun. Di Amerika Serikat, Survei mahasiswa
di 56 kampus mengungkapkan 25 persen tingkat pantang alkohol di kalangan siswa
minuman legal usia (21) tetapi hanya 19 persen tingkat abstinensi di antara siswa
penyok di bawah 21 (Engs & Hanson, 1989). Menegaskan Keunikan Bayangkan
sebuah dunia yang sepenuhnya serasi, di mana ada tidak ada perbedaan di antara
orang-orang. Akankah dunia seperti itu menjadi tempat bahagia? Jika
ketidaksesuaian bisa menimbulkan ketidaknyamanan, bisa kesamaan menciptakan
kenyamanan? Orang merasa tidak nyaman ketika mereka tampak terlalu berbeda
berbeda dari orang lain. Tetapi dalam budaya Barat yang individualistis mereka
juga merasa tidak nyaman ketika mereka tampil persis seperti itu semua orang lain.
Seperti percobaan oleh C. R. Snyder dan Howard Fromkin (1980) telah
menunjukkan, orang merasa lebih baik ketika mereka menganggap diri mereka
cukup unik. Apalagi, mereka beraksi cara yang akan menegaskan individualitas
mereka. Dalam satu percobaan, Snyder (1980) memimpin mahasiswa Universitas
Purdue untuk percaya bahwa "10 sikap terpenting" mereka berbeda dari atau hampir
identik dengan sikap 10.000 siswa lainnya. Ketika mereka selanjutnya
berpartisipasi dalam pengalaman kesesuaian- Namun, mereka yang kehilangan
perasaan keunikannya adalah yang paling mungkin untuk menegaskan
individualitas mereka dengan nonconfor- mity. Selain itu, individu yang memiliki

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 15
“kebutuhan tertinggi” keunikan "cenderung paling tidak responsif terhadap
pengaruh mayoritas (Imhoff & Erb, 2009).

C. Latihan

1. Jelaskan definisi dari pengaruh sosial !


2. Jelaskan 3 jenis pengaruh sosial
3. Mengapa kita terkadang mengikuti dan menerima pengaruh orang lain?

D. Kunci Jawaban

1. Pengaruh sosial adalah usaha untuk mengubah sikap, kepercayaan, persepsi atau
pun tingkah laku satu atau beberapa orang lainnya. Seperti namanya, pengaruh
social social amat kuat dan pervasive terhadap individu.
2. Conformity
Conformity (konformitas) adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu
mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial.
Compliance
Compliance (Pemenuhan Keinginan) adalah suatu perilaku yang dipengaruhi oleh
permintaan langsung dari orang lain.
Obedience
Obedience (kepatuhan) merupakan salah satu jenis dari pengaruh sosial, di mana
seseorang menaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan tingkah
laku tertentu karena adanya unsur power.
3. Pengaruh Normatif
Menurut teori perbandingan sosial, untuk mempertegas keyakinan sosial kita, kita
merundingkannya dengan perilaku orang lain. Jika pengamatan kita memberi suatu
pedoman dalam berperilaku (norma) kita mungkin akan terpengaruh untuk
melakukan tindakan tersebut. Hal inilah yang mengarahkan kita kepada pengaruh
normatif.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 15
E. Daftar Pustaka
1. Sarwono Sarlito W, Meinarno Eko A dkk (2011), Psikologi sosial, Salemba
Humanika, Jakarta
2. Baron Robert A(2004), Psikologi Sosial jilid 1, Erlangga, Jakarta
3. Sears David O (2009), Psikologi Sosial jilid 1, Erlangga, Jakarta

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 15

Anda mungkin juga menyukai