Anda di halaman 1dari 5

CARA PENGENDALIAN SOSIAL

Ada dua sifat pengendalian sosial, yaitu preventif dan represif. Preventif adalah pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran. (contoh, pesan orang tua pada anaknya ketika hendak berangkat ke sekolah. Analisa Tersebut dinasihati agar tidak melakukan tindakan yang tidak bertanggung jawab, seperti dudukduduk di pinggir jalan, melakukan perkelahian tau bermain di pusat perbelanjaan. Apabila nasihat ini didengar dan dipatuhi oleh anaknya, maka anak tersebut akan terhindar dari berbagai masalah sebagai akibat dari penlaku yang tidak bertanggung jawab. Represif adalah pengendalian sosial yang ditujukan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran terjadinya pengendalian ini dilakukan seteIah orang melakukan suatu tindakan penyimpangan (deviasi) Contoh, sesudah tawuran antarsekolah berlangsung, para guru mempertemukan dua kelompok siswa yang bertikai dari masing-masing sekolah untuk mendapatkan pemecahan masalah sehingga suasana masing-masing sekolah kembali normal. Ada berbagai cara pengendalian sosial yang dilakukan masyarakat. Roucek berpendapat bahwa pengendalian sosial dapat dilakukan melalui institusi atau non institusi, secara lisan, simbolik dan melalui kekerasan, menggunakan hukuman atau imbalan, dan secara formal atau informal. Sementara menurut Fromm pengendalian sosial dapat dilakukan melalui sosialisasi, sedangkan menurut Lapiere pengendalian sosial dapat dilakukan melalui tekanan sosial.

1. Cara Pengendalian Melalui Institusi dan Non-institusi Cara pengendalian melalui institusi adalah cara pengendalian sosial melalui lembaga-lembaga sosial yang ada didalam masyarakat, seperti lembaga pendidikan, hukum, agama, politik, ekonomi, dan keluarga. Cara pengendalian melalui non-institusi adalah cara pengendalian di luar institusi sosial yang ada, seperti oleh individu atau kelompok massa yang tidak saling mengenal. Cara pengendalian ini seringkali menggunakan kekerasan dan sifatnya tidak resmi.

2. Pengendalian secara Lisan, Simbolik, dan Kekerasan Cara pengendalian melalui lisan dan simbolik sering juga disebut cara pengendalian sosial persuasif. Cara ini menekankan pada usaha untuk mengajak atau membimbing anggota masyarakat agar dapat bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Pengendalian sosial secara lisan dilakukan dengan mengajak orang menaati aturan dengan berbicara langsung dengan bahasa lisan (verbal). Sementara,

pengendalian sosial secara simbolik dapat dilakukan antara lain melalui tulisan, spanduk, dan iklan layanan masyarakat. Cara pengendalian sosial melalui kekerasan sering disebut juga cara pengendalian_sosial koersif. Cara ini menekankan pada tindakan atau ancaman yang menggunakan kekuatan fisik. Tujuan tindakan ini agar si pelaku jera dan tidak melakukan perbuatannya lagi. Cara koersif sebaiknya dilakukan sebagai upaya terakhir sesudah cara pengendalian persuasif dilakukan.

3. Pengendalian Sosial Melalui Imbalan dan uman (Reward and Punishmet) Cara pengendalian sosial melalui imbalan cenderung bersifat preventif bersifat mengalihkan. Seseorang diberi imbalan atas tindakannya agar ia berperilaku sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Contoh, di sekolah siswa bisa mendapatkan beasiswa bila berperilaku sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan sekolah, seperti mendapatkan nilai bagus, tidak bolos sekolah, atau tidak mencontek dalam ujian. Cara pengendalian sosial melalui hukuman cenderung bersifat represif. Cara ini bertujuan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran terjadi.

4. Cara Pengendalian Sosial Formal dan Informal Cara pengendalian formal menurut Horton dan Hunt adalah cara pengendalian sosial yang dilakukan oleh lembaga-lembaga resmi yang juga memiliki peraturanperaturan resmi, seperti perusahaan, perkumpulan serikat kerja, atau lembaga peradilan. Peraturan-peraturan yang dihasilkan lembaga-lembaga ini umumnya tertulis dan sudah distandardisasi. Contoh, sebuah perusahaan sudah membuat aturan mengenai kenaikan pangkat, gaji, atau cuti beserta sanksi-sanksinya. Cara pengendalian informal adalah cara pengendalian sosial yang dilakukan oleh kelompok yang kecil, akrab, bersifat tidak resmi, dan tidak mempunyai aturanaturan resmi yang tertulis. Contoh, aturan-aturan dan kebiasaan yang ada dalam sebuah keluarga atau kelompok bermain. Cara pengendalian dalam kelompokkelompok ini cenderung spontan atau tidak direncanakan. Contoh, di dalam suatu kelompok bermain, ada seseorang yang menyakiti hati temannya. Teman-teman yang lain kemudian memberi hukuman pada orang itu secara spontan, seperti mengejek, menyindir, menyebarkan desas-desus, memberikan teguran. Desas-desus merupakan kabar angin (kabar burung). Kabar ini berupa berita yang menyebar secara cepat dan kadang-kadang tidak berdasarkan fakta atau kenyataan. Kebenaran berita tersebut masih diragukan. Desas-desus sering disebut dengan gosip. Gosip sebagai bentuk pengendalian sosial dapat membuat pelaku pelanggaran sadar akan perbuatannya dan kembali

kepada perilaku yang sesuai dengan norma-norma dalam masyarakatnya. Hal ini akan membuat pelaku bertindak lebih berhati-hati dan tidak mengulangi perbuatannya. Contoh, si A digosipkan telah melakukan perbuatan tidak bermoral. Gosip menyebar di masyarakat dengan cepat walaupun belum tentu si A melakukannya. Akibat gosip tersebut, si A akan bertindak lebih berhati-hati agar tidak digosipkan untuk kedua kalinya. Gosip sering terjadi di kalangan selebritis atau orang-orang yang terkenal di masyarakat, seperti para pejabat, artis, dan tokoh-tokoh masyarakat. Gosip terkadang juga dipakai sebagai alat untuk mendongkrak popularitas seseorang. Misalnya, menggosipkan artis pada hal-hal yang berkaitan dengan sikap dan tindakan artis tersebut. Teguran adalah peringatan yang ditujukan kepada seseorang yang melakukan penyimpangan. Teguran dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Tujuan teguran adalah membuat si pelaku sesegera mungkin menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya. Teguran dalam organisasi formal umumnya dilakukan secara bertahap. Biasanya teguran dilakukan sebanyak tiga kali secara tertulis. Jika teguran demi teguran tidak diindahkan, maka pelaku pelanggaran akan dikenakan sanksi disiplin. Contoh, seorang guru menegur muridnya yang sering terlambat masuk kelas. Hal ini dapat disampaikan secara lisan. Namun, ketika seorang wali kelas memberikan surat kepada orang tua murid yang anaknya sering membolos, hal tersebut merupakan bentuk dari teguran tertulis.

5. Cara Pengendalian Sosial Melalui Sosialisasi Menurut Fromm, apabila suatu masyarakat ingin berfungsi efektif, maka para anggota masyarakat harus berperilaku sesuai dengan nilai dan norma sosial yang mengatur pola hidup dalam masyarakat tersebut. Agar anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai dan norma (konform), diperlukan proses penanaman nilai dan norma yang disebut sosialisasi. Dalam sosialisasi, individu-individu yang menjadi anggota masyarakat

dikendalikan sehingga tidak melakukan perilaku menyimpang, menurut Fromm, sosialisasi membentuk kebiasaan, keinginan, dan adat istiadat kita. Apabila masingmasing individu memiliki pengalaman sosialisasi yang sama, maka mereka akan suka rela dan tanpa berpikir panjang lagi akan berperilaku sesuai dengan harapan-harapan sosial. Melalui sosialisasi seseorang menginternalisasikan norma dan nilai. Jika nilai dan norma sosial itu sudah menginternal dalam diri individu, maka di mana pun individu itu akan berperilaku konform (menyesuaikan diri).

Suatu proses pengendalian sosial dapat dilaksanakan dengan berbagai cara tang pokok nya berkisar bpada cara cara tanpa kekerasan (persuasif) ataupun dengan paksaan (represif). Cara mana yang sebaiknya diterapkan sangat tergantung pada faktor terhadap siapa pengendalian sosial tadi hendak diberlakukan dan dalam keadaan yang bagaimana. Dalam suatu masyarakat yang relatif tenteram, cara cara yang persuasif mungkin akan lebih efektif daripada penggunaan paksaan. Hal ini disebabkan sebagian besar kaidah dan nilai nilai soaial telah melembaga atau bahkan mendarah daging didalam diri para warga masyarakat . jika keadaannya demikian, berarti paksaan sama sekali tidak diperlukan. Sebaliknya, jika disuatu masyarakat banyak terdapat pelanggaran, maka tindakan represif dapat diterapkan demi tercapainya ketertiban soaial. Untuk melaksanakan hal tersebut ada beberapa cara pengendalian sosial yang dapat dilakukan, antara lain sebagai berikut. a. Cemoohan Jika salah seorang anggota masyarakat atau kelompok berbuat sesuatu yang dianggap menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku, maka seseotang /kelompok orang tersebut akan dicemooh atau diejek oleh anggota masyarakat lainnya dengan tujuan agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar norma itu lagi, dan diharapkan anggota masyarakat lain mengetahui jika perbuatan tersebut dianggap melanggar norma atau nilai yang berlaku didalam masyarakat tadi. Jadi cemoohan atau ejekan disini bertujuan untuk mengendaliukan penyimpangan sosial. b. Teguran Teguran merupakan satu bentuk pengendalian sosial. Teguran bisa berupa peringatan, baik secara langsung maupun tidak langsung c. Pendidikan Jika pengendalian sosial melalui pendidikan dilakukan secara efektif, maka bentuk bentuk pengendalian sosial yang lain hanya sebagai pendukungnya. Pendidikan adalah proses yang diawali sejak lahir , berlangsung sepanjang hidup, dan merupakan cara pengendalian sosial yang efektif. d. Agama Setiap pemeluk agama yang taat akan mengakui kebenaran ajaran agamanya dan menjadikan ajaran agamanya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Jika melanggar ajaran agamanya, ia akan merasa berdosa, tersingkir, dan berusaha bertobat. Agama juga merupakan sarana pengendalian sosial yang efektif. e. Gosip atau Desas desus Gosip atau desas desus adalah berita yang menyebar secara cepat dan tidak berdasarkan pada kenyataan. Biasanya terjadi ketika kritik sosial secara terbuka, tetapi

tidak dapat dilontarkan. Dengan gosip tersebut individu yang berperilaku menyimpang akan merasa malu dan bersalah sehingga akan lebih berhati hati dalam bertindak. f. Ostrasisme Ostrasisme dapat diartikan sebagai pengucilan. Misalnya, ada seorang anggota masyarakat yang walaupun diperbolehkan bekerja sama dalam kelompok masyarakat, tetapi dia tidak diajak berkomunikasi. Tujuan ostrasisme atau pengucilan ini agar anggota masyarakat yang bersangkutan atau masyarakat lainnya tidak melakukan pelanggaran terhadap nilai dan norma yang berlaku. g. Fraundulens Fraundulens adalah pengendalian sosial dengan jalan meminta bantuan kepada pihak lain yang lebih dianggap dapat mengatasi masalah. h. Intimidasi Salah satu bentuk pengendalian sosial lainnya adalah intimidasi. Intimidasi dilakukan dengan cara menekan, memaksa, mengancam, atau menakut nakuti. i. Hukum Setiap masyarakat telah mengembangkan sistem penghargaan dan hukuman (sanksi) agar merangsang para anggotanya untuk mentesuaikan diri dengan notma norma sosial yang berlaku. Sanksi positif dihubungkan dengan penghargaan penghargaan yang diberikan kepada seseorang yang dapat menyesuaikan diri. Sanksi negatif berupa hukuman hukuman yang mungkin diterapkan apabila seorang tidak berhasil menyesuaikan diri. Adanya sistem pengendalian sosial yang baik belum berarti tidak akan terjadi penyimpangan dan penyelewengan dalam masyarakat. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena : a. Ada akidah kaidah atau nilai nilai yang tidak memuaskan pihak tertentu, Kadang kadang terjadi keadaan dimana sistem pengendalian sosial tidak dapat diterapkan seterusnya, dan d. Terjadi konflik dalam masyarakat karena perbedaan kepentingan

b. Tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga secara merata, c.

Anda mungkin juga menyukai