Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGENDALIAN SOSIAL

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI DAN


ANTROPOLOGI KESEHATAN

OLEH :KELOMPOK 7

1. GAVIN RUDI ADHYTIAN 25000119120041

2. FAIZ AGHNIA GHIFFARI 25000119130087

3. APRILIA SUSANTI 25000119130177

4. SHEIRLI MEI ASTUTI 25000119120009

5. DIDAN HASAN MURTAQI 25000119140269

S-1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2020
DAFTAR ISI

A. PENGERTIAN

B. BENTU-BENTUK PENGENDALIAN SOSIAL

C. METODE PENGENDALIAN SOSIAL

D. UNSUR-UNSUR PENGENDALIAN SOSIAL

E. LEMBAGA-LEMBAGA PENGENDALIAN SOSIAL

F. TEKNIK PENGENDALIAN SOSIAL

G. UPAYA PENGENDALIAN SOSIAL

H. CONTOH PENGENDALIAN SOSIAL

2
A. Pengertian Pengendalian Sosial

Beberapa pengertian pengendalian sosial menuru para ahli, yaitu:

- Pengendalian sosial menurut Peter L. Berger adalah berbagai cara yang digunakan

masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang, yaitu anggota yang belum

mematuhi segala jenis aturan yang ada.1

- Menurut Soerjono Soekanto, pengendalian sosial merupakan suatu proses baik yang

direncanakan atau tidak direncanakan yang bertujuan untuk mengajak, membimbing atau

bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang

berlaku.2

- Veeger menyatakan pengendalian sosial adalah titik kelanjutan dari proses sosialisasi dan

berhubungan dengan cara serta metode yang digunakan untuk mendorong seseorang agar

berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau masyarakat yang jika dijalankan

secara efektif, perilaku individu akan konsisten dengan tipe perilaku yang diharapkan.3

Dari beberapa definisi pengendalian sosial diatas, dapat disimpulkan bahwa

pengendalian sosial atau kontrol sosial adalah cara-cara yang dapat dilakukan oleh

masyarakat untuk menertibkan anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang dari

nilai-nilai dan kaidah yang berlaku di masyarakat.

Sedangkan dari penjabaran definisi sosial diatas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian

sosial memiliki tujuan utama sebagai keteraturan sosial karena dengan adanya

pengendalian sosial, maka penyimpangan sosial akan teredam dan akan tercapai suatu

keteraturan sosial.2

B. Bentuk Pengendalian Sosial

3
Proses - proses pengandalian sosial yang dilakuakan secara terus - menerus maka sacara

tidak langsung akan menyebabkan perilaku individu sesuai dengan nilai pola atau aturan

yang telah disepakati secara bersama oleh seluruh lapisan masyarakat tertentu.

Menurut Roucek proses pengendalian sosial dapat diklasifikasikan dalam tiga

bentuk, yaitu:5

1. Pengendalian sosial antara individu dan individu lainnya, dimana individu yang satu

mengawasi individu yang lainnya. Misalnya, seorang ayah yang mendidik anak-anaknya

untuk menaati peraturan dalam keluarga.5

2. Pengendalian sosial antara individu dan kelompok terjadi ketika individu mengawasi

suatu kelompok.5

3. Pengendalian sosial antara kelompok dan kelompok lainnya,terjadi ketika suatu kelompok

mengawasi kelompok lainnya.5

Bentuk Pengendalian Sosial

Menurut Soekanto, ada 2 bentuk pengendalian sosial yaitu:2

1. Persuasif

Pengendalian ini dilakukan dengan pendekatan yang halus(membujuk & merayu)

seseorang untuk mematuhi aturan dan norma yang ada di masyarakat. Biasanya cara ini

dilaksanakan pada masyarakat yang kondisinya relatif tentram. 7

Pengendalian sosial secara persuasif adalah dengan cara mempengaruhi sekelompok

orang agar orang yang dipengaruhi mau melaksanakan atau tidak melaksanakan sesuatu

sesuai dengan kehendak dari pihak yang dipengaruhi, dihimbau untuk tidak melakukan

sesuatu sesuai dengan pihak yang mempengaruhi.3

4
2. Koersif

Pengendalian ini dilaksanakan dengan kekerasan fisik atau dengan cara ancaman yang

biasanya menimbulkan korban dan dendam.Pengendalian sosial berupa paksaan seringkali

tidak bersifat resmi atau sah. 2

Mengolok -olok dan perguncingan adalah kontrol sosial yang kuat didalam kelompok

primer.Pengendalian sosial juga bisa dilakukan melalui idieologi, bahasa, seni, rekreasi,

organisasi rahasia, cara - cara tanpa kekerasan, kekerasan dan teror, pengendalian

ekonomi, perencanaan ekonomi dan sosial.6

C.METODE PENGENDALIAN SOSIAL

Cara melakukan pengendalian sosial

1. Sosialisasi

Proses pengendalian sosial dengan menggunakan kata-kata atau perbuatan yang dapat

ditiru/dilakukan oleh masyarakat.Melalui sosialisasi seseorang diharapkan dapat

menghayati (menginternalisasikan) norma-norma, nilai di masyarakat dan menerapkan

dalam perilakunya sehari-hari.4

2. Tekanan Sosial

Proses pengendalian sosial melalui tekanan sosial ini bisa dibilang lebih intens dibanding

dengan sosialisasi. Tekanan sosial ini dilakukan pada kelompok primer dan sekunder.4

3. Kekuatan

Proses pengendalian sosial melalui kekuatan dilakukan dengan memaksa. Kekuatan bisa

bersifat informal dan formal. Dalam kekuatan informal biasanya tidak membuat individu

menjadi taat aturan, maka dibutuhkan kekuatan formal dengan cara membuat atau

5
menerbitkan aturan hukum yang memaksa masyarakat agar menjadi patuh. Agen yang

memiliki legitimasi menerapkan kekuatan untuk kontrol sosial adalah agen yang

berkuasa, seperti Negara.4

Bentuk-bentuk Pengendalian Sosial

Bentuk-bentuk pengendalian sosial antara lain:

a. Desas-desus (Gosip)

Merupakan “kabar burung” atau “kabar angin” yang kebenarannya sulit dipercaya. Gosip

sebagai bentuk pengendalian sosial yang diyakini masyarakat mampu untuk membuat

pelaku pelanggaran sadar akan perbuatannya dan kembali pada perilaku yang sesuai

dengan nilai dan norma dalam masyarakat4

b. Teguran

Merupakan peringatan yang ditujukan pada pelaku pelanggaran. Bisa dalam wujud

lisan maupun tulisan. Tujuan teguran adalah membuat si pelaku sesegera mungkin

menyadari kesalahannya. Misalnya, seorang guru menegurmuridnya yang sering

ngobrol pada waktu belajar di kelas. Adakalanya juga memberikan surat

pemanggilanorang tuanya untuk ke sekolah.4

c. Hukuman ( Punishment)

Adalah sanksi negatif yang diberikan kepada pelaku pelanggaran tertulis maupun

tidak tertulis. Pada lembaga formal diberikan oleh Pengadilan, pada lembaga non

formal oleh Lembaga Adat.4

d. Pendidikan

Pengendalian sosial yang telah melembaga baik di lingkungan keluarga maupun

lingkungan masyarakat. Pendidikan membimbing seseorang agar menjadi manusia

yang bertanggung jawab dan berguna bagi agama, nusa dan bangsanya. Seseorang
6
yang berhasil di dunia pendidikan akan merasa kurang enak dan takut apabila

melakukan perbuatan yang tidak pantas atau menyimpang bahkan melanggar

peraturan.4

e. Agama

Merupakan pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Sebagai pemeluk agama seseorang harus menjalankan kewajiban dan menjauhi

larangan.4

f. Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik akan dijalankan sebagai alternatif terakhir dari pengendalian sosial,

apabila alternatif lain sudah tidak dapat dilakukan. Namun banyak kejadian,

perlakuan ini terjadi tanpa melakukan bentuk pengendalian sosial lain terlebih dahulu.4

D.UNSUR-UNSUR DALAM PENGENDALIAN SOSIAL

Unsur pengendalian sosial dibagi menjadi 2 yaitu unsur internal dan unsure eksternal.

Unsur internal sendiri bersifat sukarela dan lebih bergantung kepada pemahaman individu dan

sosialisasi serta lebih kepada kelompok masyarakat terkecil yaitu keluarga,sedangkan unsur

eksternal lebih menekankan pada individu dalam konteks ini dipaksa, dibimbing, diyakinkan dan

didorong untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan-ketentuan seperti nilai dan norma

yang sudah ada dalam masyarakat.2,8

Unsur internal adalah sebagai berikut:

1. Kasih sayang adalah sumber kekuatan yang muncul dari hasil sosialisasi di dalam

kelompok primernya (misalnya keluarga), sehingga individu punya komitmen kuat untuk

patuh pada aturan. Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang atau

7
rasa dicintai. Penyebab gangguan emosional, masalah perilaku dan bahkan kesehatan fisik

terbesar adalah ketiadaan cinta, tidak adanya kehangatan, hubungan kasih sayang dalam

satu lingkungan yang intim.2

2. Commitment atau tanggung jawab yang kuat pada aturan yang dapat memberikan

kerangka kesadaran tentang masa depan. Bentuk komitmen ini antara lain berupa

kesadaran bahwa masa depannya akan suram apabila ia melakukan tindakan

menyimpang.2

3. Involvement (keterlibatan), akan terdorong individu berperilaku partisipatif dan terlibat

di dalam ketentuan - ketentuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Intensitas

keterlibatan seseorang terhadap aktivitas - aktivitas normatif konvensional dengan

sendirinya akan mengurangi peluang seseorang untuk melakukan tindakan - tindakan

melanggar hukum.9

4. Belive atau kepercayaan, kesetian, dan kepatuhan pada norma-norma sosial atau

aturan masyarakat pada ahirnya akan tertanam pada diri seseorang dan itu berarti aturan

sosial telah self enforcing dan ekstensinya (bagi setiap indivindu) juga semakin kokoh.10

Berikut adalah unsur eksternal:

1. Pengendalian lisan (pengendalian sosial persuasif)

Pengendalian lisan diberikan dengan menggunakan bahasa lisan guna

mengajak anggota kelompok sosial untuk mengikuti peraturan yang berlaku.11

2. Pengendalian simbolik (pengendalian sosial persuasif)

Pengendalian simbolik merupakan pengendalian yang dilakukan dengan

melalui gambar, tulisan, iklan, dan lain-lain. Contoh : Spanduk, poster,

Rambu Lalu Lintas, dll.11

8
3. Pengendalian kekerasan (pengendalian koersif)

Pengendalian melalui cara-cara kekerasan adalah suatu tindakan yang

dilakukan untuk membuat si pelanggar jera dan membuatnya tidak berani

melakukan kesalahan yang sama.11

E. Lembaga Pendampingan Sosial

a. Keluarga

Sosialisasi pertama kali diajarkan dalam keluarga. Keluarga sebagai kelompok primer

yang paling pertama dicari oleh seorang anak, dari keluarga pengembangan kepribadian

anak bermula meskipun terdapat faktor pendorong perubahan dalam masa remaja. Pada

dasarnya, nilai terbentuk dari seseorang berawal dari keluarga.12

b. Lembaga adat

Adat berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat. Selama adat - istiadat serta

merta tetap bertahan maka adat - istiadat itu merupakan ikatan yang paling kuat dalam

membentuk suatu tertib sosial.2

Kondisi masyarakat yang terus berkembang menyebabkan timbulnya nilai-nilai yang

bertolak belakang dengan norma yang ada pada masyarakat. Adat istiadat merupakan

salah satu mempengaruhi individu untuk mengendalikan perilaku dari penyimpangan

nilai-nilai dan norma yang ada pada masyarakat.2

c. Lembaga Penegak Hukum

9
Lembaga yang tugas dan fungsinya diatur dalam undang-undang seperti pengadilan,

kejaksaan, dan kepolisian memiliki peran dalam pengendalian sosial serta memberikan

dampak positif sebagai pengendali sosial atau kontrol sosial.12

Ketika penegendalian sosial melalui cara informal seperti mengolok-olok dan

mengucilkan sudah tidak efektif lagi untuk diterapkan, maka salah satu cara terbaik untuk

mengendalikan dan mengawasi perilaku masyarakat adalah melalui lembaga-lembaga

hukum.1

d. Lembaga Pendidikan

Keikutsertaan lembaga pendidikan sebagai lembaga pengendali sosial sangat berpengaruh

khususnya dikalangan pelajar. Peran tenaga pendidik dalam menggunakan wewenangnya

untuk menindak murid yang melakukan pelanggaran memberikan dampak positif bagi

kalanngan siswa lain untuk tidak melanggar tatanan nilai dan norma yang berlaku.12

e. Lembaga Keagamaan

Menyangkut sistem keyakinan dan praktek keagamaan yang telah dianut oleh masyarakat

secara luas dan diyakini kebenarannya. Lembaga keagaaman sebagai agent of social

control efektif untuk mengurangi dan mengendalikan perilaku menyimpang ditengah

masyarakat.12

f. Lembaga Kemasyarakatan

Lembaga pengendali sosial di tingkat paling bawah serta berhubungan langsung dengan

masyarakat. Meliputi RT, RW, LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa), BPD

(Badan Perwakilan Desa), dan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat).12

10
g. Media

Pengendali sosial dalam bentuk opini publik mengenai penilaian yang benar dan yang

salah menegenai tatanan nilai melalui media. Wujud media sebagai pengendali sosial

salah satunya dalam bentuk diskusi publik.4

h. Aktivis

Penegendali sosial dalam bentuk agen pembaharu yang kritis terhadap kelompok berkuasa

seperti negara untuk diberi kritik ketika menyimpang dari tatanan nilai yang ada.4

F. Teknik Pengendalian Sosial

Menurut Soekanto, ada 2 teknik dalam pengendalian sosial, yaitu:

a. Pengendalian preventif, merupakan upaya pencegahan yang dilakukan agar tidak terjadi
suatu masalah dalam kehidupan masyarakat. Salah satu usaha pengendalian preventif
adalah dilakukannya suatu proses sosialisasi. Melalui proses sosialisasi, masyarakat akan
menaati dan tidak akan melanggar hal-hal yang dapat menyebabkan munculnya suatu
masalah atau penyimpangan.2
b. Pengendalian represif, merupakan upaya pengendalian sosial yang bertujuan untuk
mengembalikan keadaan ke situasi semula setelah terjadinya suatu masalah atau
penyimpangan. Dengan pengendalian represif, masalah yang telah ada tidak akan
bertambah parah dan kemungkinan dapat dihentikan.2

Menurut Setiadi dan Kolip mengungkapkan bahwa pengendalian sosial dapat dilakukan
dengan dua teknik, yaitu:

a. Compulsion (Paksaan), merupakan teknik pengendalian sosial dengan cara memaksa


seseorang untuk mengubah sikapnya yang menyimpang dan menjadi patuh pada nilai dan
norma sosial yang ada di masyarakat.3

11
b. Pervasion (Pengisian), merupakan teknik pengendalian sosial dengan cara menyampaikan

norma dan nilai sosial yang ada di masyarakat secara berulang-ulang sehingga kesadaran

masyarakat terhadap norma dan nilai sosial yang ada dapat meningkat.3

Upaya Pengendalian Sosial

a. Memperkuat keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa

Dengan ketebalan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka potensi untuk

melakuakan penyimpangan dari tatanan nilai yang berlaku semakin sedikit karena takut

akan dosa. Lingkungan keluarga, pendidikan, dan tokoh agama merupakan upaya dalam

memperkuat keimanan untuk menghindari peyimpangan sosial.1

b. Memberi Penghargaan

Penghargaan diberikan kepada masyarakat yang mematuhi tatanan nilai moral dengan

perbuatan baik mereka untuk selanjutnya menjadi contoh untuk masyarakat lain.

Pengahargaan tidak hanya dalam bentuk materi, namun bisa juga melalui interaksi sosial.1

c. Mengambangkan Budaya Malu

Ketika terdapat individu atau kelompok masyarakat yang tidak mematuhi nilai-nilai moral

yang telah ada, biasanya dilakukan pengembangan rasa malu untuk masyarakat tersebut

dengan cara dicela dan digosipkan.1

d. Mengambangkan Rasa Takut

Memberikan ancaman kepada masyarakat yang hendak atau telah melakukan

penyimpangan dari nilai yang telah ada memberikan rasa takut dalam jiwa masyarakat

12
untuk menghindari perilaku yang menyimpang dan mengandung resiko apabila

dilanggar.1

e. Memberi Hukuman

Merujuk pada sistem hukum yang mengenakan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya berupa

denda, pidana, terapi, dan kompromi.1

G.Contoh pengendalian sosial di bidang kesehatan masyarakat

1. Pengendalian sosial terhadap seks bebas pada remaja tingkat akhir di

Desa Cikeruh Kecamatan Jatinagor Kabupaten Sumedang

Di desa Cikeruh merupakan salah satu desa yang terdapat beberapa

perguruan tinggi negeri. Dimana dsa tersebut menjadi desa dengan

memiliki penduduk yang mayoritas kost di desa tersebut. Sehingga

perilaku seks bebas mudah terjadi karena kurangnya pengawasan dari

orang tua kepada mahasiswa yang merantau. Akibatnya, di desa

tersebut mengadakan pengontrolan atau pengendalian sosial berupa

membagikan tata tertib yang ada di desa tersebut, memebrikan

formulir untuk mendata rakyat dengan memncantumkan KTP maupu

KTM. Selain itu, satpam yang ada di desa terbut juga memiliki peran

yang sngat penting dimana keberadaan satpam bisa membantu untuk

mengecek dan mendata setiap kejadian yang ada di desa tersebut

terutama pada malam hari.13

2. Pengendalian sosial perilaku merokok pada remaja awal di dusun Perigi

Parit

13
Pengendalian sosial yang dilakukan di dusun perigi parit mengenai

larangan merokok pada remaja awal dilakukan dengan tiga cara yaitu

yang pertama, dengan cara Preventif yaitu melalui peran tokoh

masyarakat dibandingkan dengan orang tua karena kebanyakan pada

remja ini merokok bersumbunyi dengan orang tuanya. Tindakan ini

dilakukan dengan berupa larangan maupun teguran secara langsung.

Yang kedua, yaitu dengan cara represif dimana di dalam cara ini yang

berperan adalah tokoh masyarakat dan orang tua. Ini dilakukan dengan

cara denagn memberikan hukuman dan sanksi dengan bentuk teguran

secara lisan. Yang ketiga, dengan cara kuratif. Cara ini dilakukan

dengan cara menasehati perokok dengan cara menyadarkan agar tidak

melakukan kesalahan merokok kembali.14

3. Pengendalian sosial dalam merawat keluarga yang terkena

Tuberkulosis Paru di wilayah kerja puskesmas wirobrajan Yogyakarta

Pengendalian sosial ini dilakukan oleh salah satu anggota keluarga

penderita dengan cara mngawasi keteraturan dalam minum obat TB

Paru sehingga pengetahuan dan persepresi keluarga tentang penyakit

Tb paru tidak salah paham. Karena penyakit TB paru banyak yang tidak

sembuh karena faktor dorongan atau dukungan dari keluarga si

Penderita. Karena persepsi orang awam bahwa penderita TB paru

dapat menular sehingga ereka mengasingkan si penderita ataupun

tidak mau berinteraksi dengan penderita sehingga penderita

14
mengalami stres yang bisa menyebabkan tidak sembuhnya penyakit

TB paru.15

DAFTAR PUSTAKA

1. Sunarto, Kamanto. Pengatar Sosiologi. 2004. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

2. Sukanto, S. Sosiologi Suatu Pengantar. 1999. Jakarta: Raja Grafindo.

3. Elly M. Setiadi, Usman Kolip. Pengantar Sosiologi. 2010. Jakarta: Kencana Prenada Media

Grup.

4. Cahyo, K dkk. Sosiologi Antropologi Kesehatan. 2020. Semarang : FKM UNDIP PRESS

5. Joseph S. Roucek, Roland L. Warren, penerjemah Sahat Simamora.Pengantar

sosiologi.Solo.Bina Aksara.1984

6. Kurniati D. Analisa Sistem Sosial ( Sosiologi Kesehatan ).Program Studi Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kedokteran : Universitas Udayana.2016

7. Basrowi.Pengantar sosiologi. Bogor.Penerbit Ghalia Indonesia.2005

8. Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, jilid 1 (edisi terjemahan

Indonesia

oleh Robert M.Z.Lawang), Jakarta: PT. Gramedia, 1988

9. Hagedorn, Robert. Sociology. Toronto: Holt, Rinehart and Winston of Canada

10. Bagong, Suyanto & Narwoko, Dwi (2010) Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan.

Universitas Airlangga

11. Cohen, Bruce J. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Terjemahan oleh Simamora.

Jakarta: Bina Aksara.

15
12. Kurniawati, DPY. Analisa Sistem Sosial (Sosiologi Kesehatan). 2016. Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

13. Krisnani, Hetty & dkk. Pengendalian sosial masyarakat dalam

pencegahan dan penanganan perilaku seks bebas pada remaja akhir di

desa cikeruh kecamatan Jatinagor KabupatenSumedang. 2017. Program

studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu sosial dan ilmu politik:

Universitas Padjajaran. Vol. 8, No. 1. Hal 24-30.

14. Zulfikri. Analisis pengendalian sosial perilaku merokok pada remaja awal di

Dusun Perigi Parit. 2017. Program studi pendidikan sosiologi, Fakultas

keguruan dan ilmu keilmuan : Universitas Tanjungpura Pontianak.

15. Widiastuti, Retno & dkk. Peran keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang menderita tuberkulosis paru di wilayah kerja puskesmas
wirobrajan Yogyakarta. 2009. Program studi ilmu keperawatan : sekolah
tinggi ilmu kesehatan `Aisyiyah Yogyakarta.

16
17

Anda mungkin juga menyukai