2. Mengapa Kontrol Sosial perlu dilakukan? 3. Sanksi : Sarana Kontrol Sosial yang utama 4. Efektif-Tidaknya Kontrol Sosial 5. Bentuk Kontrol Sosial 6. Aparat Penegak Kontrol Sosial PENGERTIAN PENGENDALIAN SOSIAL
● Sepanjang semua anggota masyarakat bersedia menaati aturan
yang berlaku, hampir bisa dipastikan kehidupan bermasyarakat akan bisa berlangsung dengan lancar dan tertib. ● Tetapi, berharap semua anggota masyarakat bisa berperilaku selalu taat, tentu merupakan hal yang mahal. ● Di dalam kenyataan, tentu tidak semua orang akan selalu bersedia dan bisa memenuhi ketentuan atau aturan yang berlaku dan bahkan tidak jarang ada orang-orang tertentu yang sengaja melanggar aturan yang berlaku untuk kepentingan pribadinya, seperti seseorang yang nekat bekerja sebagai pencuri atau orang yang dengan sengaja melanggar lampu merah karena tergesa-gesa dan sebagainya. ● Untuk mencegah agar kecenderungan warga masyarakat yang ingin dan telah melanggar aturan tidak terus merebak atau berkembang lebih parah, masyarakat perlu menjalankan pengendalian sosial atau kontrol sosial (social control) terhadap individu-individu anggotanya. ● Menurut Peter L. Berger (1978), yang dimaksud pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang. ● Roucek (1965), pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana atau tidak untuk mengajar individu agar dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan nilai kelompok tempat mereka tinggal. ● Soerjono Soekanto (1981), yang dimaksud pengendalian sosial adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai- nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku. MENGAPA KONTROL SOSIAL PERLU DILAKUKAN?
● Memungkinkan terwujudnya tertib sosial akan tetapi juga
mendatangkan manfaat bagi warga masyarakat secara individual. ● Secara rinci, beberapa faktor yang menyebabkan warga masyarakat berperilaku menyimpang dari norma yang berlaku adalah sebagai berikut (Soekanto, 1981:45) : 1. Karena kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena tidak memenuhi kebutuhan dasarnya. 2. Karena kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan. 3. Karena di dalam masyarakat terjadi konflik antara peranan- peranan yang dipegang warga masyarakat, dan 4. Karena memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga masyarakat secara merata. SANKSI : SARANA KONTROL SOSIAL YANG UTAMA
● Ada tiga jenis sanksi yang digunakan di dalam usaha-usaha
pelaksanaan kontrol sosial ini, yaitu : 1. Sanksi yang bersifat fisik, 2. Sanksi yang bersifat psikologik, dan 3. Sanksi yang bersifat ekonomik, ● Sanksi fisik adalah sanksi yang mengakibatkan penderitaan fisik pada mereka yang dibebani sanksi tersebut, misalnya didera, dipenjara, diikat, dijemur di panas matahari, tidak diberi makan dan sebagainya. ● Sanksi psikologik beban penderitaan yang dikenakan pada si pelanggar norma itu bersifat kejiwaan, dan mengenai perasaan, misalnya hukuman dipermalukan di muka umum, diumumkannya segala kejahatan yang telah pernah diperbuat, dicopot tanda kepangkatan di dalam suatu upacara, dan lain sebagainya. ● Sanksi Ekonomik, beban penderitaan yang dikenakan kepada pelanggar norma adalah berupa pengurangan kekayaan atau potensi ekonomiknya, misalnya pengenaan denda, penyitaan harta kekayaan, dipaksa membayar ganti rugi, dan sebagainya. ● Incentive itu bisa dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Incentive yang bersifat fisik; 2. Incentive yang bersifat psikologik; dan 3. Incentive yang bersifat ekonomik. EFEKTIF-TIDAKNYA KONTROL SOSIAL
Ada lima faktor yang ikut menentukan sampai seberapa jauhkah
sesungguhnya sesuatu usaha kontrol sosial oleh kelompok masyarakat itu bisa dilaksanakan secara efektif. Kelima faktor- faktor tersebut adalah : 1. Menarik tidaknya kelompok masyarakat itu bagi warga-warga yang bersangkutan; 2. Otonom-tidaknya kelompok masyarakat itu; 3. Beragam-tidaknya norma-norma yang berlaku di dalam kelompok itu; 4. Besar-kecilnya dan bersifat anomie-tidaknya kelompok masyarakat yang bersangkutan; dan 5. Toleran-tidaknya sikap petugas kontrol sosial terhadap pelanggaran yang terjadi. BENTUK KONTROL SOSIAL
● Cara pengendalian masyarakat dapat dijalankan dengan cara
persuasif atau dengan cara koersif. ● Cara persuasif terjadi apabila pengendalian sosial ditekankan pada usaha untuk mengajak atau membimbing. ● Cara koersif tekanan diletakkan pada kekerasan atau ancaman dengan mempergunakan atau mengandalkan kekuatan fisik. ● Metode kontrol sosial bervariasi menurut tujuan dan sifat kelompok yang bersangkutan. Di samping berbagai mekanisme seperti desas-desus, mengolok-olok, mengucilkan, menyakiti, bentuk pengendalian sosial juga bisa dilakukan melalui ideologi, bahasa, seni, rekreasi, organisasi rahasia, cara-cara tanpa kekerasan, kekerasan dan teror, pengendalian ekonomi, perencanaan ekonomi dan sosial. ● Roucek (1965) berpendapat bahwa pengendalian sosial pada dasarnya bisa dijalankan melalui institusi atau tidak, ada yang dilakukan secara lisan dan secara simbolis, ada yang dilakukan secara kekerasan, ada yang menggunakan hukuman, dan ada yang menggunakan imbalan, serta ada yang bersifat informal dan ada pula yang formal. ● Peter L. Berger, bahwa olok-olok dan pergunjingan adalah alat kontrol sosial yang kuat di dalam kelompok primer segala jenis. ● Di samping itu, mekanisme yang tak kalah efektif untuk menegakkan tertib sosial di dalam komunitas primer adalah moralitas, adat-istiadat, dan tata sopan santun. ● Cara terakhir, dan tak syak lagi, yang tertua dalam kontrol sosial adalah kekerasan fisik. ● Menurut Peter L. Berger (1985), di berbagai komunitas cara- cara kekerasan dapat digunakan secara resmi dan sah manakala semua cara paksaan gagal. Kerusuhan yang telah berkembang menjadi gerakan anarki, misalnya, seringkali secara terpaksa dibubarkan dan diatasi oleh aparat petugas dengan cara kekerasan, seperti melempar gas air mata atau membubarkan massa yang berkerumun dengan pukulan pentungan. APARAT PENEGAK KONTROL SOSIAL
● Di dalam berbagai masyarakat, beberapa aparat petugas kontrol
sosial yang lazim dikenal adalah aparat kepolisian, pengadilan, sekolah, lembaga keagamaan, adat, tokoh masyarakat, seperti kyai, pendeta, tokoh yang dituakan, dan sebagainya. ● Di kehidupan masyarakat yang telah modern, pihak yang paling utama diharapkan dalam usaha menegakkan kaidah sosial sekaligus melindungi warga masyarakat lain dari gangguan orang-orang yang dengan sengaja maupun tidak sengaja melanggar aturan atau hukum yang berlaku adalah aparat kepolisian. ● Kepolisian di sini memiliki otoritas sesuai dengan mandat yang diterima untuk mengatur ketertiban, keamanan dan keselamatan masyarakat di berbagai tempat dan waktu.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu