Anda di halaman 1dari 11

SOSIOLOGI (8)

PENGENDALIAN SOSIAL/KONTROL SOSIAL

1. Pengertian Pengendalian Sosial


2. Mengapa Kontrol Sosial perlu dilakukan?
3. Sanksi : Sarana Kontrol Sosial yang utama
4. Efektif-Tidaknya Kontrol Sosial
5. Bentuk Kontrol Sosial
6. Aparat Penegak Kontrol Sosial
PENGERTIAN PENGENDALIAN SOSIAL

● Sepanjang semua anggota masyarakat bersedia menaati aturan


yang berlaku, hampir bisa dipastikan kehidupan bermasyarakat
akan bisa berlangsung dengan lancar dan tertib.
● Tetapi, berharap semua anggota masyarakat bisa berperilaku
selalu taat, tentu merupakan hal yang mahal.
● Di dalam kenyataan, tentu tidak semua orang akan selalu bersedia
dan bisa memenuhi ketentuan atau aturan yang berlaku dan
bahkan tidak jarang ada orang-orang tertentu yang sengaja
melanggar aturan yang berlaku untuk kepentingan pribadinya,
seperti seseorang yang nekat bekerja sebagai pencuri atau orang
yang dengan sengaja melanggar lampu merah karena tergesa-gesa
dan sebagainya.
● Untuk mencegah agar kecenderungan warga masyarakat yang
ingin dan telah melanggar aturan tidak terus merebak atau
berkembang lebih parah, masyarakat perlu menjalankan
pengendalian sosial atau kontrol sosial (social control) terhadap
individu-individu anggotanya.
● Menurut Peter L. Berger (1978), yang dimaksud pengendalian
sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk
menertibkan anggota yang membangkang.
● Roucek (1965), pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif
yang mengacu pada proses terencana atau tidak untuk mengajar
individu agar dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan
nilai kelompok tempat mereka tinggal.
● Soerjono Soekanto (1981), yang dimaksud pengendalian sosial
adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak
direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing
atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-
nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku.
MENGAPA KONTROL SOSIAL PERLU DILAKUKAN?

● Memungkinkan terwujudnya tertib sosial akan tetapi juga


mendatangkan manfaat bagi warga masyarakat secara
individual.
● Secara rinci, beberapa faktor yang menyebabkan warga
masyarakat berperilaku menyimpang dari norma yang berlaku
adalah sebagai berikut (Soekanto, 1981:45) :
1. Karena kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak
tertentu atau karena tidak memenuhi kebutuhan dasarnya.
2. Karena kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga
menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan.
3. Karena di dalam masyarakat terjadi konflik antara peranan-
peranan yang dipegang warga masyarakat, dan
4. Karena memang tidak mungkin untuk mengatur semua
kepentingan warga masyarakat secara merata.
SANKSI : SARANA KONTROL SOSIAL YANG UTAMA

● Ada tiga jenis sanksi yang digunakan di dalam usaha-usaha


pelaksanaan kontrol sosial ini, yaitu :
1. Sanksi yang bersifat fisik,
2. Sanksi yang bersifat psikologik, dan
3. Sanksi yang bersifat ekonomik,
● Sanksi fisik adalah sanksi yang mengakibatkan penderitaan
fisik pada mereka yang dibebani sanksi tersebut, misalnya
didera, dipenjara, diikat, dijemur di panas matahari, tidak diberi
makan dan sebagainya.
● Sanksi psikologik beban penderitaan yang dikenakan pada si
pelanggar norma itu bersifat kejiwaan, dan mengenai perasaan,
misalnya hukuman dipermalukan di muka umum, diumumkannya
segala kejahatan yang telah pernah diperbuat, dicopot tanda
kepangkatan di dalam suatu upacara, dan lain sebagainya.
● Sanksi Ekonomik, beban penderitaan yang dikenakan kepada
pelanggar norma adalah berupa pengurangan kekayaan atau
potensi ekonomiknya, misalnya pengenaan denda, penyitaan
harta kekayaan, dipaksa membayar ganti rugi, dan sebagainya.
● Incentive itu bisa dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Incentive yang bersifat fisik;
2. Incentive yang bersifat psikologik; dan
3. Incentive yang bersifat ekonomik.
EFEKTIF-TIDAKNYA KONTROL SOSIAL

Ada lima faktor yang ikut menentukan sampai seberapa jauhkah


sesungguhnya sesuatu usaha kontrol sosial oleh kelompok
masyarakat itu bisa dilaksanakan secara efektif. Kelima faktor-
faktor tersebut adalah :
1. Menarik tidaknya kelompok masyarakat itu bagi warga-warga
yang bersangkutan;
2. Otonom-tidaknya kelompok masyarakat itu;
3. Beragam-tidaknya norma-norma yang berlaku di dalam
kelompok itu;
4. Besar-kecilnya dan bersifat anomie-tidaknya kelompok
masyarakat yang bersangkutan; dan
5. Toleran-tidaknya sikap petugas kontrol sosial terhadap
pelanggaran yang terjadi.
BENTUK KONTROL SOSIAL

● Cara pengendalian masyarakat dapat dijalankan dengan cara


persuasif atau dengan cara koersif.
● Cara persuasif terjadi apabila pengendalian sosial ditekankan
pada usaha untuk mengajak atau membimbing.
● Cara koersif tekanan diletakkan pada kekerasan atau ancaman
dengan mempergunakan atau mengandalkan kekuatan fisik.
● Metode kontrol sosial bervariasi menurut tujuan dan sifat
kelompok yang bersangkutan. Di samping berbagai mekanisme
seperti desas-desus, mengolok-olok, mengucilkan, menyakiti,
bentuk pengendalian sosial juga bisa dilakukan melalui
ideologi, bahasa, seni, rekreasi, organisasi rahasia, cara-cara
tanpa kekerasan, kekerasan dan teror, pengendalian ekonomi,
perencanaan ekonomi dan sosial.
● Roucek (1965) berpendapat bahwa pengendalian sosial pada
dasarnya bisa dijalankan melalui institusi atau tidak, ada yang
dilakukan secara lisan dan secara simbolis, ada yang
dilakukan secara kekerasan, ada yang menggunakan hukuman,
dan ada yang menggunakan imbalan, serta ada yang bersifat
informal dan ada pula yang formal.
● Peter L. Berger, bahwa olok-olok dan pergunjingan adalah alat
kontrol sosial yang kuat di dalam kelompok primer segala
jenis.
● Di samping itu, mekanisme yang tak kalah efektif untuk
menegakkan tertib sosial di dalam komunitas primer adalah
moralitas, adat-istiadat, dan tata sopan santun.
● Cara terakhir, dan tak syak lagi, yang tertua dalam kontrol
sosial adalah kekerasan fisik.
● Menurut Peter L. Berger (1985), di berbagai komunitas cara-
cara kekerasan dapat digunakan secara resmi dan sah manakala
semua cara paksaan gagal. Kerusuhan yang telah berkembang
menjadi gerakan anarki, misalnya, seringkali secara terpaksa
dibubarkan dan diatasi oleh aparat petugas dengan cara
kekerasan, seperti melempar gas air mata atau membubarkan
massa yang berkerumun dengan pukulan pentungan.
APARAT PENEGAK KONTROL SOSIAL

● Di dalam berbagai masyarakat, beberapa aparat petugas kontrol


sosial yang lazim dikenal adalah aparat kepolisian, pengadilan,
sekolah, lembaga keagamaan, adat, tokoh masyarakat, seperti
kyai, pendeta, tokoh yang dituakan, dan sebagainya.
● Di kehidupan masyarakat yang telah modern, pihak yang paling
utama diharapkan dalam usaha menegakkan kaidah sosial
sekaligus melindungi warga masyarakat lain dari gangguan
orang-orang yang dengan sengaja maupun tidak sengaja
melanggar aturan atau hukum yang berlaku adalah aparat
kepolisian.
● Kepolisian di sini memiliki otoritas sesuai dengan mandat yang
diterima untuk mengatur ketertiban, keamanan dan keselamatan
masyarakat di berbagai tempat dan waktu.

Anda mungkin juga menyukai