Anda di halaman 1dari 18

SPP Sebagai

LEMBAGA SOSIAL
DR.Syahrul Akmal Latif.M.Si
Lembaga Sosial
 Lembaga Sosial merupakan himpunan norma-
norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu
kebutuhan pokok di dalam kehidupan.
 Lembaga Sosial sebagai tata cara atau prosedur
yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan
antarmanusia.
 Lembaga kemasyarakatan yang bertujuan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia
FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

1. Menjaga Keutuhan masyarakat


2. Pedoman dalam bertingkah laku dalam
menghadapi masalah dalam
masyarakat,terutama menyangkut
kebutuhan pokok.
3. Merupakan pedoman sistem pengendalian
sosial di masyarakat
PROSES PERTUMBUHAN LEMBAGA
KEMASYARAKATAN
1 . Norma–norma Masyarakat
Norma-norma yang ada di dalam masyarakat ,
mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda.
Ada norma yang lemah, yang sedang sampai yang
terkuat daya ikatnya.
Ada 5 pengertian norma ( di mana dasar norma
tersebut sama , yaitu memberikan pedoman bagi
seseorang untuk bertingkah laku dalam masyarakat)
yaitu :
 Cara (usage) menunjuk pada suatu bentuk perbuatan
 Kebiasaan ( folkways) adalah perbuatan yang diulang-
ulang dalam bentuk yang samaTata kelakuan (mores)
merupakan kebiasaan yang dianggap sebagai cara
berperilaku dan diterima norma-norma pengatur.
 Adat Istiadat (customs) adalah tata kelakuan yang
kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku
masyarakat. Ada sanksi penderitaan bila dilanggar.
 Norma (Norms) adalah hukum (hukum tertulis –
dikodifikasi atau tidak dikodifikasi; hukum tidak tertulis)
2. Proses yang terjadi dalam rangka
pembentukannya sebagai lembaga sosial yaitu
sebagai berikut:
 Proses pelembagaan (institutionalization), yakni
suatu proses yang dilewati oleh suatu norma sosial
yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu
lembaga sosial.
 Norma- norma yang internalized artinya proses
norma-norma kemasyarakatan tidak hanya berhenti
sampai pelembagaan saja, tetapi mendarah daging
dalam jiwa anggota –anggota masyarakat.
Anggota masyarakat taat pada norma yang berlaku, untuk
itu diciptakan sistem pengendalian sosial, yang bersifat :
preventif dan represif.
Ciri- Ciri Umum Lembaga Sosial
1. Suatu Lembaga sosial adalah suatu organisasi pola-
pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud
melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-
hasilnya.
2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri
semua lembaga sosial.
3. Lembaga sosial mempunyai satu atau beberapa
tujuan tertentu.
4. Lembaga sosial mempunyai alat-alat perlengkapan
yang digunakan untuk mencapai tujuan lembaga
yang bersangkutan.
5. Suatu lembaga sosial mempunyai suatu tradisi
tertulis atau yang tak tertulis.
Tipe-tipe Lembaga Sosial
Tipe- tipe lembaga sosial dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Crescive institutions dan enacted institutions
merupakan klasifikasi dari sudut perkembangannya.
Crescive institutions yang juga disebut lembaga-
lembaga paling primer merupakan lembaga yang tak
disengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat.
Contoh : Perkawinan, agama,dll.
Enacted institutions dengan sengaja dibentuk untuk
memenuhi tujuan tertentu, misalnya: Lembaga
pendidikan, Lembaga perdagangan.
2. Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima
masyarakat , timbul klasifikasi atas basic
institutions dan subsidiary institutions.
Basic institutions dianggap sebagai lembaga
sosial yang sangat penting untuk memelihara
dan mempertahankan tata tertib dalam
masyarakat. Misalnya : keluarga,
negara,sekolah.
Sebaliknya subsidiary institutions dianggap
kurang penting. Misalnya : Kegiatan–kegiatan
untuk rekreasi.
3. Dari sudut penerimaan masyarakat dapat
dibedakan approved atau social sanctioned
institutions dengan unsanctioned
institutions.
Approved atau Social sanctioned merupakan
lembaga-lembaga yang diterima masyarakat
seperti misalnya sekolah,perusahaan dagang.
Sebaliknya unsanctioned institutions yang
ditolak masyarakat, walau kadang masyarakat
tidak berhasil memberantasnya. Misalnya :
Kelompok penjahat, pemeras,dll
4. Dari klasifikasi penyebarannya terdapat
General institutions dan restricted
institutions
Agama merupakan suatu general institution,
karena dikenal oleh hampir semua masyarakat
dunia. Sementara Agama Islam, Kristen,dan
lain-lain merupakan restricted institutions
karena hanya dianut masyarakat tertentu di
dunia ini.
5. Berdasarkan fungsinya terdapat pembedaan antara
operative institutions dan regulative institutions.
Operative institutions berfungsi sebagai lembaga
yang menghimpun pola- pola atau tata cara yang
diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan, misalnya : lembaga industrialisasi.
Regulative institutions bertujuan untuk
mengawasi adat istiadat yang tidak menjadi bagian
mutlak lembaga itu sendiri. Contoh : Lembaga-
lembaga penegak hukum seperti polisi, kejaksaan,
pengadilan, lembaga pemasyarakatan, dsb.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KAIDAH
Kaidah Agama Kaidah Kaidah Sopan Kaidah
Kesusilaan Santun Hukum

TUJUAN Penyempurnaan manusia agar Ketertiban masyarakat


jangan menjadi manusia yang
jahat

ISI Ditujukan kepada sikap batin Ditujukan kepada sikap lahir

ASAL USUL Dari Tuhan Dari diri Dari Dari


sendiri masyarakat masyarakat
(nurani) secara tidak secara resmi
resmi
SANKSI Dari Tuhan Dari diri Dari Dari
sendiri dan masyarakat masyarakat
masyarakat secara tidak secara resmi
secara tidak resmi
resmi
HUKUM
1. PERINTAH BERBUAT ATAU TIDAK BERBUAT
YANG DIPATUHI OLEH WARGA SEBAGAI SEBUAH
KEBIASAAN (HABIT).
2. PERINTAH DITUJUKAN KEPADA MASYARAKAT
PADA UMUMNYA.
3. DIBUAT OLEH OTORITAS YANG BERDAULAT.
4. YANG BERDAULAT ADALAH YANG DIPATUHI
OLEH WARGA/PENDUDUK.
5. YANG BERDAULAT TIDAK TUNDUK PADA
PIHAK LAINNYA
6. SANKSI MENJADI UNSUR PENTING
Saran dalam analisis kaedah

1. Rekonstruksi / pembaharuan yang mendesak dilakukan : rekonstruksi kultural


dengan merubah pola pikir cara berhukum, khususnya aparat penegak hukum

2. Pendekatan hukum progresif dapat dijabarkan dalam :


(i) tata urutan perundang – undangan (Arif B Sidharta)
dan (ii) penegakan hukum dalam konteks SISKUMNAS
(Barda Nawawi Arief)

3. Urgensi rekonstruksi kulltural dilatarbelakangi belum


optimalnya kewajiban hakim untuk memahami dan
menggali rasa keadilan masyarakat

4. M.P.Pangaribuan menggagas lay participations, yang


implementasinya terganjal sistem kontinental walaupun
kesejarahan pernah pengenal peradilan lay
participations \1
SISTEM HUKUM
PRIMERY RULES : menekankan pada kewajiban
manusia untuk bertindak atau tidak bertindak 
1). Ada Keteraturan berperilaku di masy, dan
tekanan sosial bagi mereka yang menyimpang;
2) dirasakan sebagai sebuah kewajiban oleh
sebagian besar anggota masyarakat.

SECONDARY RULES: aturan tentang aturan (1.


Aturan yg menetapkan sahnya suatu peraturan -
[rules of recognition]; 2. Bagaimana dan oleh
siapa dapat diubah – [rules of change]; 3.
Bagaimana dan oleh siapa dapat ditegakkan-
[rules of adjudication]).
Lembaga Kontrol Sosial
 Semua masyarakat menginginkan
anggota masyarakat mereka untuk
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial
yang ada dan kita menggunakan
mekanisme kontrol sosial untuk memastikan hal
ini terjadi.
 Suatu lembaga sosial untuk melakukan kontrol
sosial adalah sebuah organisasi
yang membujuk orang, melalui cara halus dan
tidak -(begitu) halus untuk mematuhi nilai-
nilai dominan masyarakat.
SPP sebagai Lembaga Kontrol Sosial
Sistem Peradilan Pidana :
“adalah lembaga kontrol sosial, tetapi
berbeda dari lembaga kontrol sosial lainnya lain dalam
dua cara penting:
 Fokus hanya pada perilaku
yang didefinisikan sebagai kriminal (perilaku terbatas);
 Adalah "basis pertahanan
terakhir masyarakat " terhadap orang-
orang yang menolak untuk mematuhi nilai-
nilai sosial yang dominan. Masyarakat beralih
ke peradilan pidana "ketika semuanya gagal".
 SPP merupakan kontrol sosial formal
karena dilakukan oleh agen resmi

Anda mungkin juga menyukai