Anda di halaman 1dari 22

Sosiologi Hukum

Kelompok IV
Kelompok IV
BAB IV • Fitri Yani (H1A122161)

STRUKTUR •

Iffah Al Khairiyyah (H1A122166)
Indri Wase Palette (H1A122168)

SOSIAL DAN •

Irenthin Dwiyani (H1A122170)
Irsandhi (H1A122172)

HUKUM
Jovy Novriansyah (H1A122174)
• Muh. Beni Saputra (H1A122194)
KAIDAH-KAIDAH
SOSIAL DAN HUKUM
A. KAIDAH-KAIDAH SOSIAL
Kaidah sosial adalah ketentuan-ketentuan tentang baik
buruknya perilaku manusia yang mengatur tingkah laku dan
perbuatan manusia di tengah kehidupan bermasyarakat,
dengan menentukan perangkat-perangkat aturan yang
bersifat perintah, anjuran serta larangan-Larangan.
Kaidah sosial yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat ada bermacam-macam, yaitu;
1) Kaidah Kesusilaan
Kaidah Susila adalah kaidah yang paling tua dan paling asli, terdapat didalam sanubari manusia sendiri
karena manusia makhluk bermoral, tanpa melihat kebangsaan atau masyarakat. Sanksi dari pelanggaran
norma susila adalah penyesalan.
2) Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah ketentuan-ketentuan hidup yang timbul dari pergaulan dalam masyarakat.
Norma kesopanan dasarnya adalah kepantasan, kebiasaan, kepatutan yang berlaku dalam masyarakat.
Oleh karenanya, kesopanan dinamakan norma sopan santun, tata krama, atau adat istiadat.
Pelanggaran atas norma kesopanan menimbulkan celaan dari sesamanya, dapat berwujud kata-kata
tetapi akan lebih dirasakan apabila celaan itu berupa sikap kebencian, pandangan rendah dari orang-
orang sekelilingnya, sampai dijauhi dalam pergaulan bahkan sampai dengan pemboikotan dalam
kehidupan bermasyarakat. Sikap tersebut menimbulkan rasa malu, rasa kehilangan sesuatu dikucilkan
sehingga merasakan penderitaan bathin.
3) Norma Agama Atau Kaidah Kepercayaan Kaidah agama atau kaidah kepercayaan ditujukan
kepada kehidupan beriman, kaidah ini juga tujukan terhadap kewajiban manusia kepada tuhan
dan kepada dirinya sendiri. Sumber atau asal kaidah ini adalah ajaran-ajaran kepercayaan atau
agama yang oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan.
Pelanggaran berarti menentang perintah Tuhan. Sanksinya datang dari Tuhan di akhirat.
Setiap pelanggaran ketiga norma diatas akan terkena sanksi. Pada hakikatnya sanksi bertujuan
untuk memulihkan keseimbangan tatanan masyarakat yang telah terganggu oleh pelanggaran-
pelanggaran kaidah. Bagi setiap kaidah sosial tersebut sanksinya tidak dirasakan secara
langsung didunia ini dengan cukup memuaskan, sehingga masih dirasakan kurang cukup
memberi jaminan perlindungan kepentingan manusia. Oleh karena itu, diperlukan
perlindungan kepentingan atau kaidah sosial lain yang melindungi lebih lanjut secara lebih
memuaskan yaitu Kaidah Hukum.
B. KAIDAH HUKUM
Sifat yang nampak pada norma hukum adalah:
a. Adanya paksaan dari luar (sanksi) dari penguasa yang bertugas mempertahankan, dan membina
tata tertib masyarakat dengan perantaraanalat-alatnya.
b. Sifat undang-undang yang berlaku untuk siapa saja.
Norma hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia. Norma hukum tidak mempersoalkan apakah
sikap bathin seseorang itu baik atau buruk. Norma hukum tidak memberi sanksi kepada seseorang
yang mempunyai sikap bathin yang buruk karena yang diperhatikan adalah bagimana perbuatan
lahiriyah nya. Berbeda dengan ketiga norma-norma pertama, maka pelanggaran terhadap norma
hukum diberi hukuman badan yang dapatdipaksakan oleh penguasa.

Kaidah hukum dikaji dari sifatnya, dibedakan atas kaidah hukum yang bersifat imperatif dan
fakultatif.
1. Kaidah hukum yang bersifat imperatif. Kaidah hukum dikatakan bersifat imperatif dikarenakan
sifatnya yang mengikat, memaksa dan harus ditaati, sehingga mengikat setiap orang yang
ditetapkan dalam kaidah hukum. Contohnya terdapat lapanganhukum publik seperti hukum pidana
dan hukum tata negara
2. Kaidah hukum yang bersifat fakultatif.
Kaidah hukum yang bersifat fakultatif adalah kaidah hukum yang sifatnya tidak serta-merta
harus ditaati karena sifatnya hanya merupakan pelengkap. Contohnya terdapat pada ketentuan
hukum waris yang diatur di dalam KUHPerdata.

Isi kaidah hukum dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:


1. Kaidah hukum yang berisikan perintah (gebod), yaitu kaidah hukumyang harus ditaati,
misalnya perintah bagi kedua orang tua agar memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan
sebaik-baiknya (Pasal45 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).
2. Kaidah hukum yang berisi larangan (verbod), yaitu kaidah yang memuat larangan untuk
melakukan sesuatu dengan ancaman aksi apabila melanggarnya, seperti larangan mencuri dalam
Pasal 362KUHPidana.
3. Kaidah hukum yang isinya membolehkan (mogen), yaitu kaidah hukum yang memuat hal-hal
yang boleh untuk dilakukan, tetapi boleh pula untuk tidak dilakukan. Misalnya ketentuan Pasal
29 UU No. 1Tahun 1974, bahwa calon suami-istri yang akan menikah dapat mengadakan
perjanjian tertulis baik sebelum ataupun setelah pernikahan, asalkan tidak melanggar batas-batas
hukum, agama, dan kesusilaan.
LEMBAGA-LEMBAGA
KEMASYARAKATAN
A. BEBERAPA FUNGSI LEMBAGA
KEMASYARAKATAN
1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat,
mereka harus bertingkah laku atau bersikap didalam
Lembaga kemasyarakatan adalah himpunan norma- menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat,
norma dari segala tingkatan yang terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.
berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam 2. Menjaga keutuhan masyarakat.
kehidupan masyarakat. 3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk
mengadakan sistem pengadilan sosial. Artinya, sistem
pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku
anggotaanggotanya.
B. CIRI-CIRI LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Berikut adalah beberapa ciri-ciri dari lembaga sosial.
1. Lembaga sosial memiliki kekekalan tertentu yang berlangsung lama.

LEMBAGA-LEMBAGA Hal ini disebabkan karena adanya anggapan bahwa lembaga sosial ini
berisi sekumpulan norma yang harus dipertahankan oleh anggota di

KEMASYARAKATAN dalamnya dan norma tersebut seperti kehidupan maupun hubungan


yang ada dalam suatu keluarga.
2. Umumnya, lembaga sosial memiliki satu atau lebih tujuan tertentu
yang ingin dicapai oleh setiap anggotanya. Contohnya seperti lembaga
pendidikan yang memiliki tujuan untuk dapat memberikan nilai, norma
maupun ilmu pengetahuan pada generasi berikutnya.
3. Lembaga sosial memiliki sejumlah perangkat yang berfungsi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh anggota sebelumnya.
Contohnya seperti bendera, lambing pada lembaga politik maupun uang
sebagai alat tukar pada lembaga ekonomi dan lainnya.
4. Lembaga sosial merupakan organisasi yang terstruktur serta relatif
kekal.
5. Norma yang terdapat dalam lembaga sosial diambil
LEMBAGA- melalui proses panjang hingga dapat diakui oleh

LEMBAGA
masyarakat setempat.
6. Lembaga sosial memiliki sanksi atau hukuman yang

KEMASYARAKATAN mengikat tentang bagaimana seseorang bersikap serta


bertingkah laku.
7. Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya, lembaga sosial memiliki aturan tertulis serta
tidak tertulis.
8. Memiliki alat pelengkap tertentu berupa simbol
maupun lambing yang dapat digunakan untuk mewakili
lembaga sosial tersebut beserta tujuan yang ingin dicapai
lembaga sosial.
C. TIPE-TIPE LEMBAGA KEMASYARAKATAN
• Dari sudut perkembangannya.
LEMBAGA-LEMBAGA a) Crescive institutions Adalah lembaga sosial yang

KEMASYARAKATAN tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat yang berkembang


dalam masyarakat
b) Enacted institutions Adalah lembaga yang dengan
sengaja dibentuk untuk dapat mencapai suatu tujuan.
Lembaga ini berawal dari crescive social institutions
yang dilengkapi dengan struktur maupun sistem sosial di
dalamnya. Contohnya seperti lembaga ekonomi yang
memiliki fungsi untuk mengatur berbagai bentuk
kegiatan seperti kegiatan produksi dan konsumsi dalam
masyarakat.
• Dari sudut sistem nilai yang diterima masyarakat.
a) Basic institutions Merupakan lemabaga sosial yang bersifat

LEMBAGA-LEMBAGA
mendasar dan pokok. Utamanya lembaga sosial primer ini untuk
mengatur kehidupan bermasyarakat karena memiliki kaidah sosial
yang tinggi untuk mengatur hubungan masyarakat.
KEMASYARAKATAN b) Subsidiary institutions Nilai dari lembaga sosial ini dianggap
tidak penting oleh sebagian masyarakat. Lembaga sosial sekunder
perlu dijalankan secara kompak oleh seluruh lapisan masyarakat,
karena apabila tidak dijalankan dan tidak dipenuhi maka lembaga
sosial sekunder ini tidak akan memberikan pengaruh yang besar
pada kehidupan bermasyarakat.
• Dari sudut penerimaan masyarakat a) Approved-socially
sanctioned institutions Merupakan lembaga sosial yang diterima dan
diakui keberadaannya oleh masyarakat setempat. Contohnya adalah
lembaga kesehatan, lembaga transportasi serta lembaga
perdagangan.
• Dari sudut penyebaran
a) General institutions Merupakan lembaga sosial yang ada dalam
hampir seluruh masyarakat sehingga sifatnya adalah universal atau
LEMBAGA-LEMBAGA menyeluruh. Lembaga ini dapat diterima oleh masyarakat luas dan
memiliki nilai tinggi untuk dapat memenuhi kebutuhan seluruh
KEMASYARAKATAN elemen dalam masyarakat. Contohnya seperti lembaga agama.
b) Restricted Social institutions Lembaga sosial restricted ini
terbentuk berdasarkan kepentingan kelompok, kelas maupun
golongan tertentu yang kemudian dapat membangun suatu ciri khas
serta tidak dapat diterapkan pada golongan, kelompok, maupun
kelas lain. Contohnya adalah lembaga yang menjadi cerminan
untuk kearifan lokal di suatu daerah dalam adat istiadat seperti
organisasi pengairan di Bali.
• Dari sudut fungsinya
a) Operative institutions
b) Restricted institutions
KELOMPOK-
KELOMPOK
SOSIAL DAN
HUKUM
Suatu kelompok sosial mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
1. Setiap warga kelompok tersebut haus sadar bahwa dia merupakan bagian dari
kelompok yang bersangkutan
2. Ada hubungan timbal balik antara warga yang satu dengan yang lainnya
(interaksi)
3. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama olhe warga kelompok itu sehingga
huungan bertambah erat. Seperti nasib yang sama, kepentingan, tujuan, ideologi
politik yang sama dan lain-lain
4. Ada struktur
5. Ada perangkat kaidah-kaidah
6. Menghasilkan sistem tertentu
KELOMPOK-
KELOMPOK
SOSIAL DAN
HUKUM
A. CIRI-CIRI KELOMPOK SOSIAL
1. Ada motivasi, dorongan, dan motif yang sama antara satu individu dengan
lainnya.
2. Ada pembagian tugas atau penegasan fungsi sehingga masing-masing
memiliki kesadaran peran dan wewenangnya di dalam kelompok.
3. Ada akibat dari interaksi yang dilakukan oleh anggota satu dengan anggota
lain.
4. Terbentuk norma di dalam kelompok yang sesuai dengan nilai-nilai yang
diusung oleh anggota.
5. Kepentingan berjalan dan berproses.
6. Ditemukan pergerakan yang dinamis dalam aktivitas mereka.
KELOMPOK-
KELOMPOK
SOSIAL DAN
HUKUM
B. CONTOH KELOMPOK SOSIAL
1. Kelompok primer.
2. Kelompok sekunder.
3. Kelompok formal.
4. Kelompok keanggotan.
5. Publik.
6. Kelompok referensi.
7. Patembayan.
8. Paguyuban.
9. Kelompok informal.
HUKUM DAN PELAPISAN SOSIAL

LAPISAN-
LAPISAN Dalam masyarakat bagaimanapun bentuk
susunannya, stratifikasi (lapisan) sosial tetap
tidak dapat dihilangkan. Dalam sosiologi

SOSIAL DAN sistem lapisan dalam masyarakat dikenal


dengan sebutan stratifikasi sosial (social

HUKUM
stratification).
Sistem sosial dalam masyarkat disebut social
stratification yaitu pembedaan masayarakat
ke kelas-kelas bertingkat.
HUKUM DAN PELAPISAN

LAPISAN- SOSIAL
Sehingga sejumlah individu yang

LAPISAN
mempunyai kedudukan (status) yang sama
menurut masyarakatnya berada dalam satu
lapisan. Tetapnya sistem berlapis-lapis

SOSIAL DAN
dalam masyarakat tersebut dikarenakan
adanya sesuatu yang dihargai dalam
masyarakat tersebut, dan setiap masyarakat

HUKUM
pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya,
maka barang sesuatu tersebut dapat menjadi
bibit yang menimbulkan adanya sistem
berlapis-lapis dalam masyarakat.
HUKUM DAN PELAPISAN

LAPISAN- SOSIAL
Max Weber berbeda dalam melihat

LAPISAN
stratifikasi sosial dalam masyarakat,
menurutnya terwujudnya ketidaksamaan
dengan adanya kelas-kelas dalam

SOSIAL DAN
golongan golongan status adalah karena
berbeda dalam kekuasaan. Menurutnya,
kekuasaan didalam didefinisikan dengan

HUKUM
kemungkinan yang dimiliki orang-orang
untuk terus melaksanakan kehendaknya
walaupun bertentangan dengan kehendak
orang lain.
HUKUM DAN PELAPISAN
LAPISAN- SOSIAL
Adanya kekuasaan dan wewenang didalam setiap

LAPISAN masyarakat merupakan gejala yang wajar,


walaupun wujudnya kadang-kadang tidak disukai
oleh masyarakat itu sendiri, oleh karena sifatnya

SOSIAL DAN yang mungkin abnormal menurut pandangan


masyarakat yang bersangkutan. Setiap
masyarakat memerlukan suatu faktor pengikat

HUKUM atau pemersatu yang terwujud dalam diri seorang


atau sekelompok orang yang memiliki kekuasaan
atau wewenang tadi.
HUKUM DAN PELAPISAN
SOSIAL
LAPISAN- Apabila kekuasaan dihubungkan dengan hukum, maka paling sedikit dua hal
yang menonjol, yang pertama adalah, bahwa para pembentuk penegak maupun
pelaksana hukum adalah para warga masyarakat yang mempunyai

LAPISAN
kududukankedudukan yang mengandung unsur-unsur kekuasaan. Akan tetapi
mereka tidak dapat mempergunakan kekuasaanya dengan sewenang-wenang
karena adanya pembatasan peranannya yang ditentukan oleh cita-cita keadilan
masyarakat dan oleh pemabatasan-pembatasan praktis dari penggunaan

SOSIAL DAN
kekuasaan itu sendiri. Dalam hal ini hukum mempunya pengaruh untuk
membatasi kekuasaan.
Hal kedua adalah bahwa sistem hukum antara lain menciptakan dan
merumuskan hak-hak dan kewajiban-kewajiban serta pelaksanaanya. Melalui

HUKUM
suatu sistem hukum, hak-hak dan kewajiban ditetapkan untuk warga
masyarakat yang menduduki posisi tertentu atau kepada seluruh masyarakat.
Dapat dikatakan bahwa kekuasaan dan hukum mempunyai hubungan timbal
balik, disatu pihak hukum memberi batas-batas pada kekuasaan, dan dilain
pihak kekuasaan merupakan suatu jaminan bagi berlakunya hukum.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai