Anda di halaman 1dari 6

BAB V

LEMBAGA KEMASYARAKATAN (LEMBAGA SOSIAL)

Fungsi Lembaga Kemasyarakatan yaitu; (1) Pedoman dalam bertingkah laku dalam
menghadapi masalah dalam masyarakat, terutama menyangkut kebutuhan pokok. (2) Menjaga
keutuhan masyarakat. (3) Merupakan pedoman sistem pengendalian sosial di masyarakat.

A. Proses Pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan


1. Norma-Norma Masyarakat
Supaya hubungan antar manusia didalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana
diharapkan, dirumushkan norma-norma masyarakat. Mula-mula norma-norma tersebut
terbentuk secara tidak sengaja. Misalnya, dahulu di dalam jual-beli, seorang perantara tidak
harus diberi bagian dari keuntungan. Akantetapi, lama-kelamaan terjadi kebiasaan bahwa
perantara harus mendapat bagiannya, dimana sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung
itu, yaitu pembeli ataukah penjual.
Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma tersebut, secara sosiologis
dikenal adanya empat pengertian, yaitu:
a. Cara (usage) lebih menonjol di dalam hubungan antarindividu dalam masyarakat. Suatu
penyimpangan terhadapnya tak akan meng-akibatkan hukuman yang berat, akan tetapi
hanya sekedar celaan dari individu yang dihubunginya. Misalnya, orang mempunyai
cara masing-masing untuk minum pada waktu tertentu. Ada yang minum tanpa
mengeluarkan bunyi; ada pula yang mengeluarkan bunyi sebagai pertanda rasa
kepuasannya menghilangkan kehausan.
b. Kebiasaan (Folkways) mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara.
Kebiasaan yang diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang
sama merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Contoh;
kebiasaan memberi hormat kepada orang lain yang lebih tua.
c. Tata Kelakuan (mores) mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia
yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar, oleh
masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan sangat penting karena; (1) tata
kelakuan memberikan batas-batas pada perilaku individu. (2) tata kelakuan
mengidentifikasi individu dengan kelompoknya. (3) tata kelakuan menjaga solideritas
antaranggota masyarakat.
d. Adat-istiadat (Custom), tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-
pola perilaku masyarakat dapat meningkatkan kekuatan mengikatnya menjadi custom
atau adat istiadat.
Suatu norma tertentu dikatakan telah melembaga (institutionalized), apabila norma
tersebut; Diketahui, dipahami atau dimengerti, ditaati, dan dihargai.
Proses yang terjadi dalam rangka pembentukannya sebagai lembaga kemasyarakatan, yaitu
sebagai berikut:
1) Proses pelembagaan (institutionalization), yakni suatu proses yang dilewati oleh sesuatu
norma kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari salah-satu lembaga
kemasyarakatan.
2) Norma-norma yang internalized artinya proses norma-norma kemasyarakatan tidak
hanya berhenti sampai pelembagaan saja, tetapi mendarah daging dalam jiwa anggota-
anggota masyarakat.

2. Sistem Pengendalian sosial (Social Control)


Pengendalian sosial bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan
perubahan-perubahan dalam masyarakat. Atau, suatu sistem pengendalian sosial bertujuan
untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan
keadilan/kesebandingan. Afgar anggota masyarakat taat pada norma yang berlaku,
diciptakan sistem pengendalian sosial, yang bersifat; (1) Preventif/positif, (2)
Represif/negatif.
Alat-alat pengendalian sosial dapat digolongkan ke dalam paling sedikit lima golongan,
yaitu;
1) Memperkenalkan keyakinan anggota masyarakat akan kebaikan norma-norma
kemasyarakatan.
2) Memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat yang taat pada norma-norma
kemasyarakatan.
3) Mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa anggota masyarakat bila mereka
menyimpang atau menyeleweng dari norma-norma kemasyarakatan dan nilai-nilai yang
berlaku.
4) Menimbulkan rasa takut.
5) Menciptakan sistem hukum, yaitu sistem tata tertib dengan sanksi yang tegas bagi para
pelanggar.

B. Ciri-ciri Umum Lembaga Kemasyarakatan


Menurut Gillin dan Gilli, lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa ciri umum,
yaitu sebagai berikut:
1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu organisasi pola-pola pemikiran dan pola-
pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-
hasilnya.
2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri semua lembaga kemasyarakatan.
3. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.
4. Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.
5. Lembaga biasanya juga merupakan ciri khas lembaga kemasyarakatan.
6. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai suatu tradisi tertulis atau yang tak tertulis.

C. Tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan


Tipe-tipe lemabaga kemasyarakatan dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut. Menurut
Gillin dan Gillin, lembaga-lembaga kemasyarakatan tadi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Crescive institutions dan enacted institutions merupakan klasifikasi dari sudut
perkembangannya. Crescive institutions yang juga disebut lembaga-lembaga paling
primer merupakan lembaga-lembaga yang secara tak disengaja tumbuh dari adat istiadat
masyarakat. Contohnya adalah hak milik, perkawinan, agama, dan seterusnya.
Enacted istitutions dengan sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya
lembaga utang-piutang, lembaga perdagangan, dan lembaga-lembaga pendidikan, yang
semuanya berakar pada kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat. Pengalaman
melaksanakan kebiasaan-kebiasaan tersebut kemudian disistematisasi dan diatur untuk
kemudian dituangkan ke dalam lembaga-lembaga yang disahkan oleh Negara.
2. Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat, timbul klasifikasi atas basic
institutions dan subsidiary institutions. Basic institutions dianggap sebagai lembaga
kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib
dalam masyarakat. Dalam masyarakat Indonesia misalnya; keluarga, sekolah-sekolah,
Negara dan lain sebagainya dianggap sebagai basic institutions yang pokok. Sedangkan
subsidiary institutions yang dianggap kurang penting seperti misalnya kegiatan-kegiatan
untuk rekreasi.
3. Dari sudut penerimaan masyarakat dapat dibedakan approved atau social sanctioned
institutions merupakan lembaga-lembaga yang diterima masyarakat seperti misalnya
sekolah, perusahaan dagang, dan lain-lain. Sebaliknya adalah unsanctioned institutions
yang ditolak oleh masyarakat, walau masyarakat kadang-kadang tidak berhasil
memberantasnya. Misal; kelompok penjahat, pemeras, pencoleng, dll.
4. Pembedaan antara general institutions dengan restricted institutions timbul apabila
klasifikasi tersebut didasarkan pada faktor penyebarannya. Misalnya agama merupakan
suatu general institutions, karena dikenal oleh hamper semua masyarakat dunia.
Sementara itu, agama islam, protestan, katolik, budha, dll merupakan restricted
institutions karena dianut oleh masyarakat-masyarakat tertentu didunia ini.
5. Berdasarkan fungsinya, terdapat pembedaan antara operative institutions dan
regulative institutions. Operative institutions berfungsi sebagai lembaga yang
menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga
yang bersangkutan, seperti misalnya lembaga industrialisasi. Regulative institutions,
bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian
mutlak lembaga itu sendiri. Contohnya; lembaga-lembaga hukum seperti kejaksaan,
pengadilan dan lain sebagainya.
D. Cara-cara Mempelajari Lembaga Kemasyarakatan
Cara-cara pendekatan atau mempelajari lembaga kemasyarakatan dapat dirinci kedalam:
1. Analis secara Historis
Analis secara historis bertujuan meneliti sejarah timbul dan perkembangan suatu
lembaga kemasyarakatan tertentu. Misalnya diselidiki asal mula serta perkembangan
lembaga demokrasi, perkawinan yang monogamy, keluarga batih, dan lain sebagainya.
2. Analis Komparatif
Analis komparatif bertujuan menelaah suatu lembaga kemasyarakatan tertentu dalam
berbagai masyarakat berlainan ataupun berbagai lapisan sosial masyarakat tersebut.
Bentuk-bentuk milik, praktik=praktik pendidikan kanak-kanan dan lain-lainnya, banyak
ditelaah secara komparatif. Cara analisis ini banyak sekali digunakan oleh para ahli
antropologi seperti Ruth Benedict, Margaret Mead, dan lain-lain.
3. Analis Fungsional
Lembaga-lembaga kemasyarakatan dapat pula diselidiki dengan jalan menganalisis
hubungan antara lembaga-lembaga tersebut didalam suatu masyarakat tertentu.
Pendekatan ini, lebih menekankan hubungan fungsionalnya, sering kali mempergunakan
analisis-analisis historis dan komparatif. Sesungguhnya suatu lembaga kemasyarakatan
tidak mungkin hidup sendiri terlepas dari lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya.
Misalnya penelitian tentang lembaga perkawinan mau tak mau akan menyangkut pula
penelitian terhadap lembaga pergaulan muda-mudi, lembaga keluarga, lembaga harta
perkawinan, lembaga kewarisanan dan lain sebagainya.

E. Conformity dan Deviation


Masalah conformity dan deviation berhubungan erat dengan social control. Conformity
berarti proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan kaidah dan
nilai-nilai masyarakat. Sebaliknya deviation adalah penyimpangan terhadap kaidah dan
nilai-nilai dalam masyarakat.
Dalam masyarakat yang homogeny dan tradisional, conformity warga masyarakat
cenderung kuat. Misalnya, di desa-desa yang terpencil, dimana tradisi dipelihara dan
dipertahankan dengan kuat, warga masyarakat desa tersebut tidak mempunyai pilihan lain
kecuali mengadakan conformity terhadap kaidah-kaidah serta nilai yang berlaku. Di dalam
masyarakat desa yang terpencil, apabila seseorang mendirikan rumah, dia akan meniru
bentuk-bentuk rumah yang telah ada dan telah institutionalized bentuknya. Jika mendirikan
rumah dengan bentuk yang berbeda dengan pola tersebut, akan dicela oleh para anggota
masyarakat lain. Masyarakat di kota-kota berlainan keadaannya karena anggota-anggotanya
selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kotanya.
Penduduk kota terdiri dari bermacam-macam manusia dengan latar belakang kebudayaannya
yang berbeda-beda pula. Kota merupakan pintu gerbang masuknya pengaruh-pengaruh luar.
Deviation atau penyimpangan dalam masyarakat tradisional yang relative statis tidak
akan disukai. Deviation terhadap kaidah-kaidah dalam masyarakat yang tradisional
memerlukan suatu keberanian dan kebijaksanaan tersendiri. Namun, apabila masyarakat
tradisional tersebut merasakan manfaat dari suatu deviation tertentu, penyimpangan akan
diterimanya. Misal; generasi muda yang pergi merantau. Kebiasaan-kebiasaan yang
dibawanya dari luar mulai ditiru oleh orang-orang sekitarnya, kemudian menjalar ke seluruh
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai