Anda di halaman 1dari 6

LTM DASAR SOSIOLOGI KESEHATAN

PRANATA SOSIAL

Nama dan NIM


Faisal Ali Ramdhani (1606953884)

S1 EKSTENSI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2016
1. PRANATA SOSIAL
1.1. Pendahuluan

Pranata sosial adalah hal yang terkait pada hal yang mengatur tentang pola perilaku yang
ada dimasyarakat. Koentjaraningrat (Kutipan dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar,2015)
mengatakan bahwa pranata sosial adalah sistem tentang tata kelakuan dan hubungan yang
berpusat pada aktivitas untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Norma
yang mengatur pranata sosial adalah aturan sosial atau perilaku yang digunakan untuk mengatur
kehidupan masyarakat.
Pranata bisa dianggap sebagai tata cara untuk mengatur kehidupuan antara kelompok
masyarakat yang disebut sebagai sosial. Lembaga kemasyarakatan juga digunakan sebagai
pengganti pranata sosial. Norma yang digunakan didalam kehidupan masyarakat disebut sebagai
organisasi sosial.
Lembaga kemasyarakatan yang ada, tercipta tanpa memperdulikan karakteristik
seseorang, etnis, tingkat ekonomi dan agama karena lembaga kemasyarakatan merupakan suatu
kumpulan norma yang mengatur perbedaan tersebut supaya menjadi satu kesatuan yang dapat
diwujudkan dalam hal asosiasi. Contoh yang dapat digunakan sebagai lembaga kemasyarakatan
adalah Organisasi Profesi dan contoh dari asosiasi adalah IDI (Ikatan Dokter Indonesia), IBI
(Ikatan Bidan Indonesia), dan PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia).
Lembaga kemasyarakatan berdasarkan sudut fungsinya oleh Leopold Von Wiese diartikan
sebagai hubungan antara manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan antara manusia
dan pola kehidupannya. Lembaga kemasyarakatan berdasarkan sudut budayanya oleh Sumner
diartikan sebagai perbuatan, cita, dan sikap yang bersifat kekal dan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Lembaga kemasyarakatan digunakan sebagai pedoman dalam menghadapi masalah
yang ada dimasyarakat
2. Menjaga keutuhan
3. Lembaga kemasyarkatan digunakan sebagai sistem pengendalian sosial terhadap
tingkah laku manusia.

1.2. Proses Pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan

1.2.1. Norma-Norma Masyarakat


Norma diciptakan supaya hubungan yang ada pada masyarakat dapat
tercipta dengan yang diharapkan. Pada awalnya norma tercipta tanpa
disengaja. Sekarang, norma diciptakan secara sadar. Contoh: pada awal
internet diperkenalkan masih belum adanya pembatasan konten yang tersedia,
sehingga semua orang dapat mengakses tanpa adanya batasan umur. Hal yang
demikian menyebabkan kesadaran bahwa pembatasan konten yang tidak layak
diperlukan untuk mengurangi dampak pengaksesan.
Norma yang ada memiliki kekuatan yang mengikat, dari norma yang
lemah sampai yang kuat. Perbedaan kekuatan ini memiliki tujuan yang sama
yaitu sebagai petunjuk bagi masyarakat dalam berperilaku. Perbedaan
kekuatan dapat dijelaskan dalam empat pengertian, yaitu:
1. Cara (Usage)
Lebih menonjolkan dalam perbuatan yang kita lakukan.
Penyimpangan yang dilakukan tidak mendapat hukuman yang berat
dan hanya mendapatkan celaan dari orang sekitar.
Contoh: orang yang bersendawa setelah makan dianggap tidak sopan
2. Kebiasaan (Folkways)
Perbuatan yang diulang-ulang dan merupakan bukti bahwa ia
menyukai perbuatan tersebut. Apabila kebiasaan dapat diterima dengan
norma pengatur maka dapat disebut sebagai mores atau tata kelakuan
Contoh: mengucapkan salam ketika bertamu ke rumah orang lain
3. Tata Kelakukan (Mores)
Mencerminkan sifat suatu kelompok. Suatu kelompok
memaksakan untuk melakukan perbuatan dan suatu kelompok lain
melarang perbuatan tersebut dengan tujuan untuk menyesuaikan
tindakan dengan tata kelakuan kelompok. Tata kelakuan sangat penting
karena:
a. Memberikan batas pada perilaku
b. Mengidentifikasi individu dengan kelompok
c. Menjaga solidaritas anggota
4. Adat istiadat (Custom)
Orang yang melanggar adat istiadat akan diberikan sanksi yang
keras.
Contoh: orang yang ketahuan melakukan zina akan diberi
hukuman cambuk yang dilakukan dikeramaian
masyarakat
Suatu norma dikatakan melembaga, apabila norma tersebut diketahui,
dipahami atau dimengerti, ditaati, dan dihargai. Proses demikian disebut
sebagai institutionalization. Proses pelembagaan tidak hanya menjadi
institutionalization tetapi norma-norma tersebut haruslah mendarah daging
(internalized). Hal tersebut dibagi menjadi kaidah pribadi yang berupa norma
agama dengan tujuan memiliki hati nurani dan kaidah antar pribadi yang
berupa kaidah kesopanan dan hukum dengan tujuan agar bertingkah laku
yang baik serta mencapai kedamaian hidup.
1.2.2. Sistem Pengendalian Sosial (Social Control)
Pengendalian sosial adalah segala proses yang direncanakan atau tidak
yang mempunyai sifat mendidik kepada masyarakat agar mematuhi kaidah
yang ada dimasyarakat. Pengendalian sosial bertujuan untuk mencapai
keselarasan dengan perubahan yang ada dimasyarakat. Pengendalian sosial
bersifat preventif dan represif. Preventif merupakan pencegahan yang
dilakukan terhadap gangguan pada keserasian. Represif merupakan
pengembalian keserasian ke keadaan semula.
Pengendalian sosial dapat dilakukan dengan tanpa kekerasan (persuasive)
dan dengan paksaan (coercive). Cara persuasive lebih efektif daripada
coercive. Disamping itu, terdapat pula compulsion (menciptakan situasi
sehingga seseorang terpaksa mengikuti) dan pervasion (penyampaian norma
yang diulang-ulang dengan harapan sampai ke alam bawah sadar seseorang).
Perwujudan pengendalian sosial adalah pemidanaan, kenpensasi, dan
konsiliasi. Pemidanaan adalah apabila seseorang melakukan pelanggaran,
maka orang itu akan menderita akibat pelanggarannya. Konpensasi adalah
standar atau patokan yang menjadi kewajiban. Konsiliasi adalah
mengembalikan situasi yang tidak terkendali menjadi seperti semula.

1.2.3. Ciri-Ciri Umum Lembaga Kemasyarakatan


Gillin dan Gillin menguraikan ciri-ciri lembaga kemasyarakatan sebagai
berikut:
1. Organisasi pola pemikiran dan perilaku yang diwujudkan dalam kehidupan
bermasyarakat
2. Suatu tingkat kekekalan tertentu
3. Mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu
4. Institusi sosial terdiri dari tradisi tertulis dan tidak tertulis yang berisi
tentang tujuan serta tata tertib yang mengatur kehidupan bermasyarakat.
5. Setiap institusi mempunyai lambang yang berbeda-beda karena lambang
meunjukkan suatu identitas, tujuan, dan pandangan. Contoh dari
penggunaan lambang tersebut adalah lambang yang digunakan pada IDI
berupa tongkat yang dililit ular (penopang dalam penyembuhan) memiliki
perbedaan dengan lambang IBI yang memiliki lambang berupa buah delima
yang memiliki dua helai daum (keseburan dan kemampuan laki-laki dan
perempuan dalam melanjutkan keturunannnya)
6. Institusi sosial harus mempunyai alat penunjang yang digunakan untuk
mencapai tujuan dalam kehidupan masyarakat misalnya bangunan,
peralatan, mesin-mesin.

1.2.4. Tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan


Menurut Gillin dan Gillin lembaga kemasyarakatan terbagi menjadi
beberapa klasifikasi:
1. Berdasarkan sudut perkembangan terbagi menjadi Cresive Institutions
dan Enacted Institutions. Cresive institutions disebut juga sebagai
lembaga primer yang tidak sengaja ada pada adat istiadat suatu daerah,
contohnya adalah adat istiadat perkawinan. Enacted institutions adalah
lembaga yang dibentuk dengan sengaja untuk maksud tujuan tertentu,
contohnya adalah utang-piutang.
2. Berdasarkan sudut sistem nilai-nilai yang dapat diterima masyarakat
terbagi menjadi dua yaitu basic institutions dan subsidiary institutions.
Basic institutions digunakan untuk mempertahankan tata tertib yang
ada dimasyarakat aga terus terjalin, contohnya keluarga. Subsidiary
institutions dianggap kurang penting karena hanya berupa kegiatan
rekreasi.
3. Berdasarkan sudut penerimaan masyrakat terbagi menjadi social
sanctioned institutions dan unsanctioned institutions. Social
sanctioned institutions adalah lembaga yang dapat diterima oleh
masyarakat, contohnya adalah sekolah. unsanctioned institutions
adalah lembaga yang ditolak oleh masyarakat, contohnya adalah
kelompok penjahat.
4. Berdasarkan pembedaan terbagi menjadi dua yaitu general institutions
dan restricted institutions. General institutions dikenal oleh semua
masyarakat contohnya adalah agama. Restricted institutions adalah apa
yang dianut oleh sebagian masyarakat, contohnya adalah agama Islam
dan Buddha.
5. Berdasarkan fungsi terbagi menjadi dua yaitu operative institutions dan
regulative institutions. Operative institutions adalah lembaga yang
digunakan untuk mengawasi suatu pola atau tata cara untuk mencapai
suatu tujuan, contohnya adalah lembaga indutrialisasi. Regulative
institutions adalah lembaga yang digunakan untuk mengawasi adat
istiadat, contohnya lembaga hukum.

1.2.5. Cara-cara Mempelajari Lembaga Kemasyarakatan


Cara atau metode untuk mempelajari lembaga kemasyarakatan dapat
dilakukan dengan tiga metode pendekatan, yaitu :
1. Analisis secara historis
Pendekatan ini dilakukan dengan menganalisa suatu lembaga
kemasyarakatan dari timbulnya sampai berkembang.
Contoh: sepeda motor yang dahulu tidak harus menghidupkan lampu
kendaraan pada siang hari, sekarang harus menghidupkan
lampu untuk mengurangi dampak kecelakaan.
2. Analisis komparatif
Pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan suatu lembaga
kemasyrakatan dengan berbagai lapisan sosial masyrakat.

3. Analisis fungsional
Pendekatan ini dilakukan dengan menekankan pada hubungan
fungsionalnya, dengan mempergunakan analisa historis dan komparatif
karena lembaga kemasyarakatan dalam hidupnya membutuhkan
lembaga kemasyarakatan yang lain pula.
Contoh: proses perkawinan yang melibatkan yang melibatkan lembaga
perkawinan dan lembaga warisan.

1.2.6. Conformity dan Deviation


Masalah pada conformity dan deviation memiliki hubungan erat dengan
social control. Conformity adalah proses penyesuaian dengan melakukan
pengindahan kaidah dan nilai yang ada agar diterima dimasyarakat. Deviation
adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang terhadap norma dan
nilai yang ada dimasyarakat.
Pada masyarakat yang homogen dan tradisional, conformity memiliki
pengaruh kuat, contohnya adalah seseorang dipedasaan akan membangun
rumah dengan bentuk yang sama dengan daerah disekitarnya dan apabila
membangun dengan bentuk yang berbeda akan mendapatkan celaan dari
daerah sekitarnya. Hal ini disebabkan karena ukuran yang dipakai berdasarkan
nenek moyang dan memiliki kaidah yang yang tidak banyak memiliki ragam.
Hubungan mereka kurang sekali dengan dunia luar dan memiliki daya kreasi
yang rendah sehingga mereka kurang dalam melakukan tindakan
menyimpang.
Pada masyarakat perkotaan, mereka memiliki masyarakat yang heterogen
karena terdiri dari berbagai macam etnis dan kebudayaan. Hal yang demikian
menyebabkan kaidah yang selalu mengalami perubahan dan perkembangan.
Conformity yang ada sangatlah kecil dan menyebabkan institutionalization
sukar terjadi. Bahkan, bagi masyarakat perkotaan conformity dianggap sebagai
hambatan untuk maju dan berkembang. Conformity yang ada biasnya akan
menyebabkan masyarakat menjadi patuh dan taat. Apabila hal ini dilanggar
maka akan dikenakan sanksi.
Deviation pada masyarakat yang tradisional terhadap kaidah harus
dilakukan dengan berani dan bijaksan. Deviation dapat diterima apabila
dirasakan memiliki manfaat bagi masyarakat. Proses ini biasanya dilakukan
oleh generasi muda yang pergi merantau karena ia membawa kebiasaan luar
lalu menerapkanya di masyarakat tradisional.

DAFTAR PUSTAKA
Soekanto S & Budi S. 2015. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Jakarta

Anda mungkin juga menyukai