Anda di halaman 1dari 13

1.

PENGERTIAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN MENURUT SOSIOLOG


-

ROBERT MAC IVER dan CHARLES H. PAGE


Lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk
mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok
kemasyarakatan yang dinamakannya asosiasi.
LEOPOLD VON WIESE dan HOWARD BECKER
Melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut fungsinya diartikannya sebagai suatu
jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang
berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-pola,sesuai
dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya.
SUMNER
Melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut kebudayaan diartikannya sebagai
perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan, bersifat kekal serta
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
PAUL HORTON dan CHESTER L. HUNT
Lembaga sosial adalah sistem norma-norma dan hubungan-hubungan penyatuan nilai
dan prosedur-prosedur tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
PETER L BEGER
Lembaga sosial adalah prosedur yang menyebabkan perbuatan manusia ditekankan
oleh pola tertentu dan dipaksa bergerak sesuai dengan keinginan masyarakat.
MAYOR POLAK
Lembaga sosial adalah kompleks atau sistem peraturtan dan adat istiadat yang
mempertahankan nilai-nilai penting.
W. HAMILTON
Lembaga sosial adalah tata cara kehidupan kelompok dengan derajat sanksi.
ROBERT MAC IVER dan CH PAGE
Lembaga sosial adalah prosedur atau tata cara untuk mengatur hubungan antar
manusia dalam suatu kelompok masyarakat.
LEOPOLD VON WIERSE dan becker
Lembaga sosial adalah jaringan proses hubungan antar manusia dan kelompok yang
berfungsi memelihara hubungan tersebut sesuai minat dan kepantingan individu dan
kelompok.
KOENJARANINGRAT
Lembaga sosial adalah sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada
aktivitas memenuhi komplesitas kebutuhan khusus manusia.
SOERJONO SOEKANTO
Lembaga sosial adalah himpunan norma berkisar dari segala tingkatan kebutuhan
pokok manusia.

Dari pengertian-pengertian diatas diketahui bahwa lembaga sosial berkaitan dengan;

a. Seperangkat norma yang saling berkaitan, bergantung dan mempengaruhi.


b. Seperangkat norma yang dapat dibentuk, diubah dan dipertahankan sesuai dengan
kebutuhan hidup.
c. Seperangkat norma yang mengatur hubungan antar warga masyarakat agar dapat
berjalan tertib dan teratur. Lembaga sosial merupakan sekumpulan norma yang
tersusun secara sistematis yang terbentuk dalam rangka memenuhi berbagai
kebutuhan hidup manusia yang bersifat khusus. Lembaga sosial sebagai sitem
gagasan terorganisasi yang ikut serta dalam perilaku. Untuk memfungsikan
sekumpulan norma atau gagasan perilaku, setiap lembaga sosial memiliki beberapa
asosiasi atau organisasi. Hubungan antara lembaga sosial dan asosiasi

PENGERTIAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN SECARA UMUM


Batasan pengertian lembaga sosial cukup banyak. Menurut Soerjono (2003) lembaga
sosial (kemasyarakatan) merupakan himpunan daripada norma-norma dari segala
tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat (2000) pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat pada serangkaian aktivitas-aktivitas untuk memenuhi
kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Dari batasanbatasan tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam memahami lembaga sosial perlu
diperhatikan tentang kebutuhan pokok manusia dan sistem perilaku yang
terorganisasi. Secara umum lembaga sosial mempunyai dua aspek, yaitu lembaga
sosial sebagai peraturan (regulative social institutions), dan lembaga sosial yang
sesungguh-sungguhnya berlaku (operative social institutions). Lembaga sosial yang
dianggap sebagai peraturan apabila norma-norma tersebut membatasi serta mengatur
perilaku orang-orang, misalnya lembaga keluarga mengatur hubungan-hubungan
antara anggota keluarga dengan masyrakat. Lembaga sosial sebagai yang
sesungguhnya berlaku apabila sepenuhnya membantu pelaksanaan kebutuhan pokok
atau pola-pola masyarakat. Lembaga sosial mencakup semua norma-norma dari
segala tingkatan yang berkisar pada suatu keperluan pokok dalam suatu kehidupan
masyarakat. Apapun himpunan norma-norma yang menjadi patokan dalam perilaku
masyarakat adalah :
1. Usage (cara)
2. Folkways (kebiasan)
3. Mores (tata kelakuan)
4. Customs (adat Istiadat)

Himpunan norma-norma di atas, memberikan arahan atau petunjuk bagi tingkah laku
seseorang dalam berperilaku yang hidup dalam suatu masyarakat. Setiap tingkat

menunjukkan pada kekuatan yang lebih besar yang digunakan oleh masyarakat untuk
memaksa anggotanya supaya mentaati norma-norma yang terkandung didalamnya.
Dengan demikian, kebiasaan lebih mengikat daripada cara, tata kelakuan lebih
mengikat daripada kebiasaan, adat lebih mengikat daripada tata kelakuan. Kekuatan
suatu norma dapat dilihat dari kuat dan lemahnya sangsi yang dikenakan pada para
pelanggarnya. Disamping itu, dalam kehidupan masyarakat orang mempunyai
berbagai kebutuhan pokok sepeti makanan, perkawinan, perumahan, pendidikan,
keamanan, keindahan, keturunan, dan sebagainya, sehingga menimbulkan keragaman
lembaga sosial diberbagai bidang. Dari penelaahan di atas, pengertian lembaga sosial
adalah kesatuan dari adat istiadat yang dengan norma-normanya menguasai sejumlah
tindakan dan kegiatan orang-orang atau kelompok sosial. Lembaga sosial merupakan
tata abstraksi yang lebih tinggi dari kelompok, organisasi, maupun sistem sosial
lainnya. Wujud kongkrit dari lembaga sosial adalah asosiasi (assosiation), contohnya
universitas adalah lembaga sosial, maka UI, UGM, UNPAD, UNEJ, dan sebagainya
adalah assosiasi. Dalam hal ini, ada yang beranggapan baik lembaga maupun asosiasi
sebagai bentuk-bentuk organisasi sosial, yaitu sebagai kelompok-kelompok, hanya
lembaga lebih universal sifatnya dibandingkan dengan asosiasi yang lebih spesifik.
Ada juga yang berpendapat bahwa lembaga sebagai kompleks peraturan serta peranan
sosial secara abstrak, sedangkan asosiasi sebagai bentuk organisasi secara kongkrit.
Tujuan dari lembaga sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia.
Adapun fungsi dari lembaga sosial menurut Soerjono (2003) adalah:
1. Memberikan pedoman pada para anggotanya, bagaimana mereka harus bertingkah
laku atau bersikap dalam menghadapi masalah dalam masyarakat, terutama dalam
rangka memenuhi kebutuhankebutuhan pokok mereka.
2. Menjaga keutuhan masyarakat.
3. Meberikan pegangan pada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian
sosial (social control), artinya sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku
anggotanya.

2. TIPE-TIPE LEMBAGA KEMASYARAKATAN MENURUT JL. GILLIN


and JP. GILLIN
Tipe-tipe Lembaga Sosial Di bawah ini akan diuraikan tipe-tipe lembaga sosial
menurut pendapat JL. Gillin and JP. Gillin, sebagai berikut:

a.Tipe pranata sosial dilihat dari sudut perkembangannya


1) Crescive institution atau lembaga paling primer Suatu tipe lembaga yang tumbuh
tidak sengaja dan tumbuhnya berasal dari adat istiadat. Contoh; hak milik, bentukbentuk perkawinan, dan lumbung padi.
2) Enacted institution Tipe lembaga yang dibentuk dengan sengaja dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang bersangkutan. Contoh lembaga
utang piutang, lembaga pendidikan dan lembaga perdagangan. Semuanya ini berakar
dari kebiasaan-kebiasaan yang sistimatis dan diatur kemudian dituangkan
lembagalembaga yang disahkan oleh pemerintah.
b.Tipe lembaga sosial dilihat dari sudut nilai
1) Basic institution Dianggap sebagai lembaga sosial yang paling penting untuk
memelihara dan mempertahankan tata tertibdalam masyarakat. Contoh; lembaga
keluarga dan lembaga agama.
2) Subsidiary institutionLembaga sosial yang dianggap kurang penting oleh
sekelompok masyarakat tertentu, misalnya lembaga rekreasi dan lembaga olah raga.

c. Tipe lembaga sosial dilihat dari sudut penerimaan oleh masyarakat.


1) Aproved social institution Tipe lembaga ini merupakan lembaga-lembaga yang
diterima oleh masyarakat karena dirasa memberi manfaat dankeuntungan serta sangat
dibutuhkan misalnya lembaga agama, lembaga pendidikan, lembaga perdagangan,
lembaga bantuan hukum dan lembaga penitipan anak danlembaga-lembaga swadaya
masyarakat.
2) Unproved= un sanctioned intitution Tipe lembaga ini ditolak oleh masyrakat secara
umum sebab lembaga ini dianggap meresahkan dan merugikan masyarakat secara
umum, misalnya gank persatuan perampok/ copet/ gali/momoli/ kumpul kebo/ kaum
gay, lebian/ homo seks dan lembaga perakitan bom ilegal.
d. Tipe lembaga sosial dilihat dari sudut penyebarannya.
1) General institution Suatu lembaga yang lahir atas dasar faktor penyebaran sehingga
dikenal di seluruh dunia, misalnya lembaga pemerintahan, lembaga agama dan
perserikatan bangsabangsa.
2) Ristricted institution Suatu lembaga yang dikenal hanya terbatas pada suatu
masyarakat atau negara tertentu, misalnya lembaga adat, lembaga keyakinan/ aliran
dan lembaga pemerintahan (khususnya pada sistemnya).
e. Tipe lembaga sosial dilihat dari sudut fungsinya.

1) Operative institutionSuatu lembaga yang befungsi untuk menghimpun pola-pola


atau cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya LSM, IMF,
UMDB, dan lembaga industri.
2) Regulated institution Lembaga yang berfungsi mengawasi adat istiadat atau tata
kelakuan yang tidak mutlak manjadi bagian dari pada lemabaga tersebut. Contoh
lembaga hukum dan lembaga ferifikasi. Kelima tipe lembaga sosial di atas dapat
mengetahui adanya bermacam-macam lembaga kemasyarakatan dalam suatu
masyarakat tertentu. Jadi setiap masyarakat mempunyai sistem nilai yang menentukan
lembaga sosial mana yang dianggap paling atas dari lembaga-lembaga sosial lainnya.
Semuanya tergantung dari masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan jenis-jenis
masyarakat yang erat kaitannya dengan keberadaan lembaga sosial ada tiga yaitu:
a. Masyarakat totaliter Suatu masyarakat yang menganggap negara sebagai lembaga
kemasyarakatan yang pokok membawahi lembaga-lembaga lain seperti lembaga
pendidikan, lembaga ekonomi, lembaga keluarga dan lain sebagainya. Contoh
lembaga Unisoviet dan Rusia.
b. Masyarakat homigen dan tradisional Suatu masyarakat yang mengangap lembaga
kemasyarakatansatu dengan yang lainnya sebagai suatu institusi configurasi (polapola hubungan). Contohnya, terciptanya suatu desa swasembada karena dukungan
dari berbagai komponen kelembagaan pada tingkat desa. Komponen tersebut antara
lain, lembaga perekonomian desa, lembaga keamanan desa, lembaga pendidikan dan
lembaga kesehatan.
c. Masyarakat komplek atau terbuka Masyarakat beranggapan dan percaya bahwa
terjadinya perubahan sosial dan udaya dianggap sebagai sarana untuk merubah norma
dalam rangka pemenuhan kebutuhan.

3. Bentuk-bentuk umum Lembaga Kemasyarakatan


Dari sudut pandang kompleks atau sederhananya suatu lembaga kemasyarakat atau
menentukan berapa banyak atau besar lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada
dalam satu masyarakat, sebenarnya sukar untuk diukur, karena hal ini tergantung dari
sifat kompleks atau sederhananya kebudayaan suatu masyarakat. Makin besar dan
kompleks perkembangan suatu masyarakat, makin banyak pula jumlah lembaga
kemasyarakatan yang ada. Namun untuk menentukan lembagalembaga
kemasyarakatan yang pokok, sekurangnya setiap masyarakat memiliki delapan buah
lembaga kemasyakatan berdasarkan fungsi untuk memenuhi keperluan hidupnya,
yaitu yang menyangkut lembaga :
1. kekerabatan yang disebut juga sebagai kinship institutions, antara lain mencakup
lembaga perkawinan, tolong menolong antar kerabat, pengasuhan anak, sopan santun
pergaulan antar kerabat, dan lain-lain.

2. ekonomi (produksi, mengumpulkan dan mendistribusikan hasil produksi, dan lainlain), antara lain mencakup pertanian, peternakan, berburu, industri, perbankan,
koperasi, dan sebagainya,
3. Pendidikan, yaitu yang menyangkut pengasuhan anak, berbagai jenjang
pendidikan, pemberantasan buta huruf, perpustakaan umum, pers, dan sebagainya.
4. Ilmu pengetahuan, meliputi pendidikan, penelitian, metodologi ilmiah, dan
sebagainya,
5. Keindahan dan rekreasi, menyangkut berbagai cabang kesenian, olah raga,
kesusateraan, dan sebagainya,
6. Agama, menyangkut peribadatan, upacara, semedi, penyiaran agama, doa, kenduri,
ilmu gaib, ilmu dukun, dan sebagainya,
7. Kekuasaan, menyangkut pemerintahan, kepartaian, demokrasi, ketentaraan dan
sebagainya,
8. Kesehatan atau kenyamanan, menyangkut kecantikan dan kesehatan, kedokteran,
pengobatan tradisional, dan sebagainya.
Penggolongan tersebut di atas tentu belum lengkap, karena di dalamnya belum
tercakup semua jenis lembaga kemasyarakatan yang mungkin terdapat dalam suatu
masyarakat. Hal-hal seperti kejahatan, prostitusi, banditisme, dan lain-lain, juga
merupakan lembaga kemasyarakatan. Disamping itu juga ada lembaga
kemasyarakatan yang memiliki sangat banyak aspek, sehingga mereka juga dapat
ditempatkan di dalam lebih dari satu golongan . Feodalisme, yang menciptakan suatu
sistem hubungan antara pemilik tanah dan penggarap, yang sebenarnya menyebabkan
terjadinya produksi dari hasil bumi, , dapat dianggap sebagai lembaga ekonomi; tetapi
sebagai suatu sistem hubungan antara pihak yang berkuasa dengan fihak yang
dikuasai, feodalisme dapat diangga sebagai lembaga politik. Selain itu dalam suatu
masyarakat terdapat banyak lembaga yang tidak secara khusus tumbuh dari dalam
adat-istiadat masyarakat yang bersangkutan, melainkan yang secara tidak disadari
ataupun secara terencana diambil dari masyarakat lain, seperti misalnya demokrasi
parlementer, sistem kepartaian, koperasi, perguruan tinggi, dan lainnya. Lembaga
asing itu pada umumnya anya dapat bertahan apabila lembaga-lembaga itu dapat
diselaraskan dengan lembaga-lembaga yang ada, kecuali apabila kegunaannya dapat
disadari dan difahami sepenuhnya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.

4. Ciri-ciri Umum lembaga Kemasyarakatan


Menurut Gillin dalam karyanya yang berjudul General Feature of Social Instritution
ciri-ciri Lembaga Kemasyarakatan adalah sebagai berikut :
1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu organisasi pola-pola pemikiran dan polapola prilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil.
2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga kemasyarakatan.

3. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.


4. Lembaga kemasyarakatan mempunya alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan lembaga bersangkutan seperti bangunan, peralatan, mesin dan lain
sebagainya
5. Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri khas lembaga kemasyarakatan.
6. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai tradisi tertulis mau pun tidak tertulis, yang

merumuskan tujuan, tata tertib yang berlaku dan lain-lain.(Soekanto,2007)


7. Merupakan suatu organisasi tentang pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang
terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.
8. Mempunyai tingkat kekekalan tertentu.
9. Mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.
10. Mempunyai alat-alat perlengkapan untuk mencapai tujuan lembaga.
11. Mempunyai lambang yang menggambarkan tujuan dan fungsi lembagatersebut.
12. Mempunyai tradisi yang tertulis maupun tidak tertulis, yangmerumuskan tujuan
Fungsi Lembaga Kemasyarakatan
Pada dasarnya lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa fungsi antara lain:
1. Memberikan pedoman bagi anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah
laku atau bersikap didalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama
yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.
2. Menjaga keutuhan masyarakat.
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian
sosial(social control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku
anggota-anggotanya.

Fungsi-fungsi diatas menyatakan bahwa apabila seseorang hendak mempelajari kebudayaan dan
masyarakat tertentu maka harus pula diperhatikan secara teliti lembaga-lembaga kemasyarakatan
di masyarakat yang bersangkutan. (soerjono soekanto,1990)

Lembaga kemasyarakatan berfungsi sebagai pedoman perilaku atau sikap tindak manusia dan
merupakan salah satu sarana untuk memelihara dan mengembangkan integrasi di dalam
masyarakat. Namun demikian, tidak semua norma di dalam masyarakat dengan sendirinya
menjadi bagian dari suatu lembaga sosial tertentu. Hal ini tergantung pada proses pelembagaan
dari norma-norma tersebut sehingga menjadi bagian dari suatu lembaga sosial tertentu.
( Soekanto dan Taneko, 1984)
Fungsi-fungsi Lembaga Sosial
Dengan melihat dua tujuan lembaga sosial, yaitu mengatur ketertiban dan pemenuhan
kebutuhan masyarakat maka untuk mewujudkan fungsi dari lembaga-lembaga sosial harus dapat
dilaksanakan. Menurut Soerjono Soekanto, lembaga sosial memiliki fungsi-fungsi sebagai
berikut:
1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang bagaimana bertingkah laku
atau bersikap dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya.
Contoh:
1. Lembaga ekonomi memberikan aturan-aturan produksi, distribusi dan hubungan kerja.
2. Lembaga agama memberikan aturan tentang halal dan haram, baik dan buruk dan tata
cara peribadatan yang harus dilakukan oleh anggotanya.
3. Lembaga pendidikan memberikan akses bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan,
sesuai dengan apa yang menjadi tujuan mereka
4. Lembaga keluarga memberikan pendidikan dasar tentang norma dan aturan dasar
sosialisasi sehingga, individu mempunyai pengetahuan dasar bagaimana hidup dalam
kelompok yang lebih besar sesuai dengan tujuan masing-masing.

2. Menjaga keutuhan masyarakat dari ancaman perpecahan atau disintegrasi masyarakat.


Perpecahan atau disintegrasi ini sangat mungkin terjadi di tengah masyarakat, mengingat
sumber pemenuhan kebutuhan hidup cenderung tida seimbang dengan perkembangan
masyarakat baik secara jumlah maupun kualitasnya.

3. Berfungsi untuk memberikan pegangan dalam mengadakan sistem pengendalian


sosial. Contohnya : dengan diberlakukannya peraturan sekaligus sanksi bagi pelanggar
norma.

Jadi pada intinya, lembaga sosial berfungsi untuk mengatur kehidupan anggota-anggotanya agar
mereka dapat hidup dengan tenang, damai, dan sejahtera dengan tercapainya tujuan-tujuan
mereka.
Secara umum fungsi lembaga sosial dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu:

1.

Fungsi manifes (nyata) adalah fungsi lembaga sosial yang disadari dan menjadi harapan
banyak orang. Contoh lembaga keluarga berfungsi sebagai tempat sosialisasi dan internalisasi
nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Lembaga ekonomi berfungsi
mengatur sistem produksi, distribusi, dan konsumsi barang yang dibutuhkan oleh anggota
masyarakat.

2.

Fungsi laten adalah fungsi lembaga sosial yang tidak disadari dan bukan menjadi tujuan
utama banyak orang. Dengan kata lain, fungsi laten adalah fungsi yang tidak tampak di
permukaan dan tidak diharapkan masyarakat, tetapi ada. Contoh dalam lembaga keluarga
perkawinan dijadikan sarana untuk menutup rasa malu dari anggapan yang mengatakan bahwa
orang yang tidak menikah berarti tidak laku. Dalam lembaga politik pemilu dijadikan sarana
untuk mendapat kekuasaan semata karena dengan ekuasaan seseorang dapat menumpuk
kekakayaan sebanyak-banyaknya.

5. Peran Lembaga Sosial Kemasyarakatan


Peran Sosial LSM Dalam khasanah kepustakaan tentang LSM (Mahasin, 2000), di
Indonesia muncul istilah tentang berbagai generasi LSM. LSM generasi awal lebih
merupakan lembaga sukarela untuk memberi bantuan dan santunan sosial. Generasi
kedua mulai memperkenalkan pengembangan usaha swadaya, lewat kelompokkelompok kecil dari masyarakat rentan. Semboyan mereka adalah memberi kail
bukan sekedar ikan. Generasi ketiga mulai berinteraksi dengan pembuat
kebijaksanaan, dan berperan sebagai semacam konsultan untuk berbagai program
yang memerlukan dukungan swadaya masyarakat. Generasi keempat menggerakkan

keprihatinan publik dengan melakukan kampanye tentang lingkungan hidup, hak-hak


konsumen atau hak-hak azasi manusia. Tentu saja yang terakhir kecuali generasi
pertama, semua ini lebih merupakan titik berat kegiatan daripada spesialisasi yang
eksklusif. Ada juga LSM yang melakukan kegiatan-kegiatan itu sekaligus. Dalam
kenyataannya bahwa LSM memiliki pandangan dasar, metode kerja dan tujuan yang
relatif sama. Berbagai forum dan jaringan yang banyak dibentuk sejak tahun 1980-an,
baik di daerah, di tingkat nasional, maupun internasional menyebabkan munculnya
suatu komunitas yang khas, yang bilamana perlu bisa bertindak bersama. Suatu hal
menarik dalam komunitas itu adalah telah berkurangnya tarikan primordial masingmasing, hingga LSM dari berbagai aliran dan latar belakang bisa bertemu untuk
kepentingan bersama. Masih ada unsur tengah mainstream yang bisa menjadi acuan
bersama. Unsur mainstream tersebut adalah usaha menggerakkan partisipasi
masyarakat dan pembelaan hak rakyat. Dalam rangka inilah mereka mengembangkan
jaringan, tak hanya antar LSM, tetapi juga dengan unsur-unsur yang tanggap
dikalangan pemerintah, akademika, organisasi masyarakat dan para pembentuk
pendapat umum. Jaringan itu longgar, tak resmi, di sana sini sering terkesan agak
pribadi sifatnya, tetapi biasanya cukup efektif. Yang menjadi 5 dasar ikatan adalah
keprihatinan kepada rakyat kecil, keinginan akan partisipasi dan secara berangsurangsur merambah jalan ke arah demokratisasi. Untuk melihat peran sosial LSM,
kiranya dapat dibedakan atas peran makro dan peran mikro.
1. Peranan Makro
Dalam rangka aktualisasi peran sosial LSM maka peranan makro yang dapat
dimainkan adalah berusaha menjaga independensi dan mengembangkan kemandirian
organisasi; dan cara-cara tersebut (lihat juga Ida, 2000) antara lain : Pertama,
mencoba menghidupkan atau mendirikan kembali lembaga-lembaga independen
diberbagai level daerah untuk mengimbangi inkorporasi negara yang selama ini
masuk kedalam hampir semua sektor kehidupan masyarakat, baik di pusat maupun
daerah. Institusi independen yang dimaksudkan disini adalah mempersatukan kembali
berbagai ide dari masyarakat yang pluralis kedalam suatu wadah yang relatif terlepas
dari kekuatan dan campur tangan pemerintah. Kedua, melalui wadah independen
yang sudah dibentuk dicoba dikembangkan mekanisme kerja yang mengarah pada
fungsi kontrol terhadap aktivitas pemerintah, seperti yang berkaitan dengan proses
penganggaran (budgeting process). Anggaran negara yang dikelola oleh pemerintah
baik pusat maupun daerah, pada hakekatnya adalah milik masyarakat yang
seharusnya dilakukan secara transparan dan accountable. Selama era Orde Baru, yang
dicirikan oleh pemerintahan sentralistik, hampir tidak ada kemungkinan bagi
masyarakat untuk membentuk institusi yang dapat berfungsi mengontrol jalannya
pemerintahan (lokal). Kondisi waktu itu juga memperlihatkan tidak adanya kesatuan
dan kesamaan visi dikalangan LSM untuk secara bersama bangkit meminimalisasi
intervensi negara yang berlebihan. Dalam era transisi otonomi daerah seperti
sekarang ini, terutama dimasa mendatang, situasi tersebut hendaknya tidak terulang
lagi. Karena itu kelompok LSM harus diberdayakan melalui pembentukan jaringan

kelembagaan dan menciptakan jaringan kerja sama. Ketiga, menyebarluaskan


(dissemination) berbagai informasi yang masih menjadi masalah yang dihadapi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara melalui berbagai cara (public education) agar
masyarakat menjadi tahu dan secara suka rela mau terlibat atau berpartisipasi di
dalamnya.

2. Peranan Mikro
Dalam rangka aktualisasi peran sosial LSM, peranan mikro yang dapat dilakukan
antara lain memfasilitasi kelompok-kelompok masyarakat miskin dan lemah
dalam mengembangkan kemampuan, memecahkan masalah dan mengelola
sumberdaya disekitarnya menuju kemandirian ekonomi mereka. Cara-cara
tersebut dapat melalui antara lain : Kelompok ekonomi lemah terutama usaha
rakyat, buruh dan sektor informal dalam kaitannya dengan globalisasi ekonomi
dikhawatirkan tidak siap menghadapi hal ini. Mereka secara klasik memiliki
persoalan yang terkait dengan soal keuangan, 6 manajemen, teknologi dan
kelemahan pasar. Untuk itu kelompok ini harus menjadi perhatian khusus LSM.
Yang sering muncul bagi usaha kecil/pelaku ekonomi lemah adalah ungkapan
bahwa menghadapi persaingan antar pengusaha/pelaku ekonomi dalam negeri saja
sudah mengalami kesulitan, lebih-lebih bersaing dengan pengusaha/pelaku
ekonomi luar negeri yang lebih besar.
Beberapa hal yang bisa diusahakan LSM, antara lain :
1. Mengembangkan daya saing. Para pelaku ekonomi rakyat dibantu agar
mampu menghasilkan produk dan jasa dengan daya saing yang tinggi,
sehingga harus berkualitas.
2. Membantu pelaku ekonomi rakyat melepaskan diri dari isolasi. Mereka harus
masuk dalam jaringan pasar yang lebih luas dan untuk ini diperlukan kesiapan
sumberdaya manusia yang mempunyai keberanian dan percaya diri. Agar
terwujud dua hal diatas, maka LSM perlu ikut mengupayakan adanya peningkatan
sumberdaya manusia, serta perbaikan iklim usaha dan bekerja yang mampu
menunjang kegiatan profesionalitas pelaku ekonomi rakyat tersebut. Upaya
peningkatan SDM tersebut dapat dibebankan pengembangannya kepada
perusahaan besar dan pemerintah, dimana LSM menjadi jembatan antara mereka
dengan pelaku ekonomi rakyat. Ada baiknya bagi setiap perusahaan besar
diwajibkan mengadakan pelatihanpelatihan sebagai bagian dari kewajiban
pengembangan dan peningkatan SDM suatu perusahaan bagi masyarakat di
sekitarnya. Arah pelatihan terutama meliputi salah satu atau keseluruhan dari
penguasaan teknologi, aset dan permodalan, peluang pasar, dan peningkatan

kreativitas, prakarsa, keuletan berusaha, resiko usaha, dan manajemen usaha


(Karsidi, 1999). Selain itu, sebagai fungsi layanan publik Pemda perlu
memikirkan adanya layanan pusat-pusat pelatihan bagi warga yang tidak
tertampung dalam suatu perusahaan, yang mudah diakses oleh pelaku ekonomi
rakyat guna membantu mengembangkan usahanya. Pusat-pusat magang juga
perlu diselenggarakan dan disupport agar mudah memberikan layanan
pendidikan/latihan bagi yang memerlukan.
2. Untuk menjaga independensi LSM, maka LSM seharusnya juga
mengembangkan kemandirian kelembagaan dengan merintis sumber-sumber
pendapatan lembaga yang menjamin pada keberlanjutan (sustainability)
kegiatan mereka. Pemaknaan LSM sebagai lembaga non-profit harus
dimengerti bukan berarti tidak boleh melakukan usaha-usaha demi
kelangsungan hidup lembaganya atau hanya melulu tergantung dari sumber
lain. Semoga bermanfaat (RK)

6. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Sosial


Lembaga-lembaga dalam masyarakat berkembang melaui proses pelembagaan sosial atau
institutionalisation, yaitu suatu proses yang dilewatkan oleh suatu norma yang baru untuk
menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan (Soerjono,2003). Maksudnya
adalah norma baru kemasyarakatan itu dikenal, diakui, dihargai, kemudian ditaati dalam
kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya, proses pelembagaan dapat berlangsung lebih lanjut
sehingga norma kemasyarakatan tidak hanya menjadi pelembagaan, tetapi menjadi
internalized dalam kehidupan para anggotanya, maksudnya adalah suatu taraf
perkembangan dimana para anggota masyarakat dengan sendirinya ingin berperilaku
sejalan dengan perilaku yang memang sebenarnya memenuhi kebutuhan masyarakat.
Lebih jauh lagi pemahaman internalized adalah pelembagaan norma-norma baru dalam
masyarakat yang telah mencapai taraf mendarah daging atau menghayati norma-norma
itu. Dalam pelembagaan sosial ada proses yang mengatur dan membina pola-pola
prosedur disertai sangsi-sangsi dalam masyarakat. Kekuatan suatu norma dapat dilihat
dari kuat lemahnya sangsi yang dikenakan pada para pelanggarnya berkaitan dengan
tingkatan kekuatan daya pengikat norma, yaitu cara, kebiasaan, tata kelakuan, serta adat
istiadat masyarakat baik di bidang sosial, politik, maupun ekonomi. Ruang lingkup
lembaga sosial sangat luas, misalnya lembaga yang mengatur hubungan kekerabatan,
perkawinan, warisan, hutang piutang, pendidikan, kesehatan, birokrasi, dan lain
sebagainya. Lembaga sosial yang cukup penting dalam mengatur kehidupan masyarakat
antara lain: lembaga keluarga, lembaga keagamaan, dan sebagainya. Lembaga ekonomi
seperti bank. Lembaga pendidikan seperti sekolah-sekolah dari play group sampai
perguruan tinggi. Lembaga pemerintahan, dan sebagainya. Lembaga keluarga sangat
penting karena mengatur keturunan, menyalurkan kebutuhan biologis yang sehat, ada
hubungan primer yang akrab diantara para anggota keluarga. Lembaga keagamaan

penting juga karena mempunyai norma-norma yang harus dihormati dalam usaha orang
beribadat berdasarkan kepercayaan masing-masing agama. Lembaga keuangan penting
seperti bank dalam rangka mengatur lalu lintas keuangan. Lembaga pendidikan sangat
penting dalam upaya mencerdaskan masyarakat. Lembaga-lembaga kenegaraan penting
dalam rangka mengatur penggunaan kekuasan, pemerintahan, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

https://katahatimutiara.files.wordpress.com/2012/09/bab-03.pdf
https://ikaribajuwanita.files.wordpress.com/2012/05/lembaga-sosial.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30601/3/Chapter%20II.pdf
http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Kegiatan/195707071981031006ra
vik_5.pdf

Anda mungkin juga menyukai