Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulau Bali merupakan pulau yang luasnya relatif kecil di kawasan

nusantara, namun dapat memberikan kontribusi yang besar di dalam bidang

kebudayaan. Hal ini dikarenakan masyarakat Bali memiliki adat istiadat yang

unik, serta kekayaannya dalam berbagai jenis budaya, peranan sistem adat

istiadat di Bali senantiasa didukung oleh kepercayaan agama Hindu yang selalu

berkaitan dengan kegiatan seni budaya, seperti: seni tari, seni kerawitan dan

bentuk kesenian lainnya. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa kesenian

merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Bali yang sudah diwarisi

sejak jaman lampau. Oleh karena itu hampir tidak ada satupun upacara keagamaan

di Bali yang tidak mengikutsertakan pertunjukan kesenian tari (Bandem dan

Dibia, 1982/1983:3).

Seni tari yang sejak kehidupannya dari jaman dahulu sampai sekarang

mempunyai peranan yang sangat penting baik sebagai sarana upacara, maupun

sebagai media untuk mengekpresikan perasaan estetis dari para senimannya. Tari

Bali merupakan simbul kehidupan masyarakat Bali, yang mana sebagian besar

masih terjaga kelestariannya karena didukung oleh unsur adat istiadat dan agama

yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Bali. Namun aplikasi

perkembangan tari Bali dalam lingkungan kehidupan masyarakat yang bernuansa

adat istiadat dan agama Hindu, dapat diutarakan seperti ungkapan berikut “Lain

ladang lain belalangnya, lain lubuk lain ikannya” Makna yang terkandung dalam
2

ungkapan tersebut merefleksikan perkembangan tari Bali di kehidupan

masyarakat sangatlah beragam dengan menganut asas desa mewecara yang

artinya setiap wilayah atau Desa Pakraman memiliki adat istiadat dan cara yang

berbeda dengan wilayahnya atau Desa Pakraman lainnya. Demikian pula dalam

pelaksanaan upacara keagamaan (Hindu) di Bali, yang cukup beragam antara satu

wilayah atau desa dengan wilayah atau desa lain, namun tetap mengacu pada

weda dan prasasti yang ada (DPD HPI, 1995:28)

Tari Bali tumbuh dengan subur karena dipelihara dan dimantapkan melalui

dukungan sistem sosial yang berintikan lembaga-lembaga tradisional, seperti:

Desa Pakraman adat, banjar, subak dan berbagai jenis sekaa (organisasi profesi),

sehingga tari Bali atau kesenian Bali dapat dikatakan sebagai wahana integrasi,

kerena kesenian Bali memperlihatkan sifat sebagai konfigurasi budaya yang

ekpresif. (Mantra,1993:221). Setiap berlangsungnya upacara keagamaan atau

prosesi ritual dalam agama Hindu, umat berlomba-lomba berbuat sesuatu, baik

berupa pementasan tari atau gamelan, maupun pekerjaan lain yang berkaitan

dengan upacara tersebut (Bandem,1991:21) Berdasarkan uraian di atas dapat

disimak bahwa dalam setiap pelaksanaan upacara agama Hindu segenap lapisan

masyarakat mendukungnya untuk mencapai kehidupan dengan spiritual yang

penuh kedamaian dan kesejahteraan sebagai tujuan hidup melakukan berbagai

usaha yang terkait dengan upacara tersebut, baik vokal, kerawitan, tari (wali) dan

lain sebagainya.

Pada Agama Hindu terdapat lima jenis Yadnya, yaitu (1) Dewa Yadnya;

(2) Pitra Yadnya; (3) Rsi Yadnya; (4) Manusa Yadnya; Bhuta Yadnya. Kegiatan

Yadnya atau sesaji ini kebanyakan diiringi dengan seni pertunjukan


3

(Soedarsono,1999:22). Sehubungan dengan jenis-jenis pelaksanaan upacara

agama Hindu seperti itulah diikuti dengan pertunjukan tari-tarian (wali) yang

penyelenggaraanya dikaitkan dengan pertunjukan tari-tari Bali seperti halnya tari

Topeng.

Topeng secara arti kata adalah suatu benda penutup muka yang terbuat

dari, kertas, kayu, kain serta bahan lainnya, bentuknya bermacam-macam, dari

yang berbentuk dewa-dewa, manusia, binatang, setan dan lain sebagainya. Istilah

topeng dan tapel di Bali hingga kini masih dipergunakan dengan makna yang

berlainan. Tapel dipakai untuk menyebutkan topeng sebagai penutup muka,

sedangkan topeng dipakai menyebutkan suatu bentuk seni pertunjukan Bali yang

semua penarinya memakai tapel dengan lakon yang bersumber pada cerita-cerita

sejarah maupun babad-babad. Jenis-jenis tari pertunjukan topeng di Bali terdiri

dari : Topeng Pajengan, Topeng Panca, Topeng Prembon. Topeng Pajengan

adalah dramatari Topeng Bali yang dilakukan hanya oleh seorang penari. Penari

ini melakukan (memborong) semua tugas dan peran yang ada dalam dramatari

Topeng. Tapel yang mutlak harus ada dalam Topeng pajengan ini yakni tapel

Sidakarya, karena fingsinya sebagai pelaksana upacara keagamaan (terutama pada

bagian akhir tariannya topeng ini menaburkan uang sebagai simbolis dana punia)

maka topeng ini disebut Topeng wali (Dibia,1977-1978:39).

Seni pertunjukan Bali telah mendapat perhatian dunia, ketenarannya telah

diperoleh dengan sepantasnya, seni pertunjukan berkembang antara sejuta orang

Bali yang tidak ada tandingannya di dunia ini. Seperti Thomas mengatakan dalam

tulisannya, class system and the arts. Setiap kelompok masyarakat memiliki seni

yang sesuai dengan ciri dan kebutuhan masyarakat tersebut. Pada masyarakat
4

yang masih melestarikan budaya prasejarah, mereka memerlukan seni hampir

pada semua kegiatan serta peristiwa penting mereka yang pada umumnya bernilai

ritual. Di samping itu, ada pula seni yang mengungkapkan pribadi yang berfungsi

sebagai hiburan. Pada jaman feodal, ketika masyarakat terbelah menjadi dua

kelompok besar yang sangat berbeda yaitu kelas bangsawan (istana) dan kelas

rakyat. Pada jaman itu hadir pula dua kategori seni yang sangat berbeda, yaitu

seni istana dan seni rakyat (Soedarsono, 1999:174).

Suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa Agama Hindu telah

memberikan warna dan jiwa segala corak kesenian di Pulau Bali antara lain tari

wali, tari bebali dan tari bebalian. Di samping itu pula agama Hindu memelihara

dan melindungi kelangsungan perkembangan dan kehidupan seni di Bali, karena

agama ikut aktif berpartisipasi di dalamnya dengan mengikat bermacam-macam

mithologi dan disucikan dalam bentuk upacara dan sesajen-sesajen. Hampir

semua tarian Bali menggunakan sesajen-sesajen, yang bertujuan untuk memohon

kehadapan Ida Bhatara agar tarian-tarian itu metaksu dan sukses dalam

pementasannya. Jalinan yang sedemikian itu, menyebabkan kesenian Bali

mempunyai corak yang berbeda dengan kesenian yang ada di luar Bali seperti

halnya, tari Topeng Sandar yang ada di Desa Pakraman Serangan. hidup tari

Topeng Sandar dalam jaman modern ini tidak menyimpang dari identitasnya

sebagai tari sakral yang bernafas Hindu.

Salah satu tari tradisional yang tetap bertahan hingga saat ini adalah tari

Topeng Sandar di Desa Pakraman Serangan. Tari Topeng Sandar yang terdapat di

Desa Pakraman Serangan pementasannya di kaitkan dengan upacara Agama

Hindu terutama dalam upacara nyengkering jagat (Mempagari Desa Pakraman


5

dari mara bahaya seperti bencana alam dan lain- lain). Tari Topeng Sandar

merupakan warisan budaya yang selalu bertumpu pada pola-pola tradisi warisan

budaya secara turun temurun. Sampai sekarang tradisi ngelawang tari Topeng

Sandar yang pementasannya dilaksanakan setiap hari suci purnama dibawakan

oleh enam orang gadis yang masih muda yang tidak cacat jasmani dan rohani

masih eksis pada masyarakat Desa Pakraman Serangan Denpasar.

Kepekaan terhadap pengaruh luar perlu mendapat perhatian agar

perkembangan dan kelangsungan keberadaan tari Topeng Sandar seperti yang

dipentaskan di Desa Pakraman Serangan tersebut memiliki manfaat dan keunikan

yang sangat besar bagi masyarakat pendukungnya (Masyarakat Desa Pakraman

Serangan) sehingga menarik untuk dikaji.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan

masalah akan difokuskan pada hal-hal sebagai berikut.

1. Bagaimana prosesi Tari Topeng Sandar di Desa Pakraman Serangan

Denpasar.

2. Apa fungsi dan makna tari Topeng Sandar di Desa Pakraman Serangan

Denpasar.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu tujuan

umum dan tujuan khusus.


6

1.3.1 Tujuan Umum

Mengaplikasikan konsep dan teori yang relevan terhadap fokus

permasalahan dalam penelitian ini. Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menambah sumber informasi secara keilmuan bagi akademisi yang

berminat melakukan penelitian selanjutnya. Untuk mengetahui gambaran umum

eksistensi tari Topeng Sandar di Desa Pakraman Serangan Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini secara khusus dilakukan untuk mencapai tujuan berikut:

1. Untuk mengetahui fungsi dan makna tari Topeng Sandar di Desa

Pakraman Serangan Denpasar.

2. Untuk mengetahui bagaimana prosesi tari topeng Sandar di Desa

Pakraman Serangan Denpasar

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di bidang

teoritis maupun praktis, antara lain sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis mengenai unsur - unsur

budaya yang terdapat dalam tari Topeng Sandar.

2. Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya

yang akan mengadakan penelitian dalam bidang tari.


7

1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi

bahan pertimbangan kususnya bagi Masyarakat Desa Pakraman Serangan

Denpasar serta dalam rangka melestarikan budaya seni tari bernilai sakral dan

unik. Selanjutnya bahan ini juga diharapkan dapat dipergunakan sebagai dasar

dalam memahami dan memaknai nilai-nilai ajaran Agama Hindu.

1.5 Kerangka Teori dan Konsep

1.5.1 Kerangka Teori

Dalam banyak tulisan seringkali istilah analisis fungsional dan

fungsionalisme disamakan, padahal keduanya berbeda. Analisis fungsional adalah

suatu kajian yang menempatkan elemen sosial dan kultural dengan penekanan

pada hubungan pengaruh-mempengaruhi. Sebaliknya, fungsionalisme adalah

suatu doktrin yang menekankan telaah aspek sosial dan kultural dengan tujuan

untuk mengetahui hakikat keberadaannya.

Bentuk tari dapat dilihat dengan pendekatan structural. Struktural dalam

tari adalah hubungan antara bagian tari secara keseluruhan. Pendekatan melalui

struktural biasanya menghasilkan gambar dari gaya tari yang berbeda. Dengan

pendekatan structural orang dapat mengamati tari mulai dari adegan, seke, dan

gerak-gerak unit kecil atu motif (Bandem, 1966). Sementara Robert Scoles

(1973:4) dalam bukunya Structural In Literature mengatakan bahwa

Structuralism is away of looking for realirty not individual things but in the

relationship omang them. Yang artinya struktural adalah suatu cara untuk mencari
8

kenyataan bukan secara individual/terpisah, tetapi dalam suatu hubungan yang

satu dengan yang lainnya.

Melalui teori struktural-fungsional ini, diharapkan agar dapat menjelaskan

lebih seksama fungsi tari Topeng Sandar dalam kegiatan upacara yadnya dan juga

akan dipergunakan untuk membahas hubungan antara bagian dari beberapa

elemen yang dikemas secara terpadu, terjalin menjadi satu kesatuan, saling terkait

dan tidak dapat dipisahkan, sehingga menjadi sebuah seni pertunjukan. Adapun

elemen-elemennya berupa: gerak tari, rias, busana, lampu, tempat pementasan,

komposisi, upakara, property dan sebagainya.

Kajian fungsi adalah kajian melalui pendekatan kontektual sebagai

masukan bagi konteks itu sendiri. Masukan itu untuk menyampaikan wujud dari

suatu masyarakat atau kebudayaan (Royce, 1977:64).

Spiro (dalam Koentjaraningrat, 1986:213) menyatakan bahwa ada tiga

cara pemakaian untuk istilah fungsi, yakni:

a. Pemakaian yang menerangkan fungsi itu sebagai hubungan guna

antara suatu hal dengan suatu tujuan tertentu.

b. Pemakaian yang menerangkan korelasi antara suatu hal dengan hal

lain.

c. Pemakian yang menerangkan hubungan yang terjadi antara suatu hal

dengan hal-hal lain dalam suatu siatem yang terintegrasi (suatu bagian

dari suatu organisasi yang berubah, menyebabkan perubahan berbagai

bagian lain, malahan menyebabkan perubahan seluruh organism.


9

Jadi, fungsionalisme menyatakan setiap fenomena cultural selalu ada

gunanya. Sebab jika tidak berguna fenomena itu akan lenyap dengan sendirinya

(Cohen, 2000:383).

Menurut Malinowski (dalam Triguna, 1997:114) teori fungsional

merupakan bagian dari pendekatan sistematik dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya.

Pendekatan sistematik terlihat dari pandangannya bahwa “teori fungsi mengakui

adanya bagian-bagian dari sebuah sistem, yang jika salah satu bagian mengalami

perubahan makna, komponen yang lain akan mengalami perubahan. Artinya, teori

fungsional menjelaskan arus sebab dan akibat yang menjadi inti mekanisme

sebuah sistem sehingga analisis dengan menggunakan teori fungsional dapat

memberikan pemahaman tentang hal-hal menonjol pada waktu dan tempat

tertentu. Dalam hal ini teori fungsional struktural akan digunakan untuk melihat

fungsi dan makna tari Topeng Sandar.

Teori fungsionalisme struktural ini dipandang tepat untuk digunakan

dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut. Pertama, asumsi

dasar teori ini adalah bahwa sesuatu yang fungsional akan eksis sementara hal-hal

yang bersifat disfungsi akan hilang dengan sendirinya. Kedua teori ini juga

mampu memberikan pisau analisis terhadap proses adaptasi, dalam hal ini

adaptasi budaya, menyangkut fungsi dan makna tari Topeng Sandar. Ketiga,

bahwa teori ini memandang bahwa masyarakat selalu dalam keadaan yang

seimbang. Dengan menggunakan teori ini diharapkan bisa membantu proses

analisis menyangkut fungsi dan makna tari Topeng Sandar pada masyarakat Desa

Pakraman Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar.


10

Sejalan dengan teori tersebut, penciptaan sebuah karya seni selalu

memiliki tujuan fungsi. Fungsi kesenian ditengah-tengah masyarakat dapat dilihat

dari keterlibatan kesenian untuk keperluan tertentu. Dalam kontek seni

pertunjukan apabila dicermati dengan seksama, ternyata fungsi seni pertunjukan

memiliki fungsi yang sangat kompleks dalam kehidupan masyarakat. Dalam

membedah permasalahan fungsi dan makna tari Topeng Sandar juga tidak terlepas

dari teori religi. Pamaha Ball (1988:35) mengatakan bahwa ada dua paham

tentang relegi: pertama relegi sebagai bagian hidup kesusilaan manusia dan

memiliki nilai susila yang tinggi. Gagasan termaksud telah diuraikan secara

filisofi oleh Kant. Kedua relegi sebagai tergolong dalam alam hidup manusia.

Relegi kedua ini menghendaki tidak kebenaran utama, yaitu: percaya bahwa

Tuhan ada, percaya kepada hukum kesusilaan alamiah, dan pada roh yang abadi

(Endraswara,2003:162).

Dalam pandangan Geertz (2000:170) bahwa religi adalah pandangan unik

yang bermakna, memuat identitas diri, dan kekuatan tertentu. Sebagai sebuah

pengalaman, tentu saja religi tak akan lebih dari subyektivitas pelakunya.

Dengan kata lain, religi akan berhubungan dengan rasa, tindakan, dan

pengalaman nyata yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Setiap orang

memiliki perasaan dan pengalaman yang berbeda dalam menjalankan religi

masing-masing. Bahkan, dalam perkembangan selanjutnya religi sering

dipengaruhi oleh hal ihwal diluar dirinya (Endraswara, 2003:168).

E. Durkheim membagi dasar religi menjadi lima komponen yaitu : (1)

emosi keagamaan yang menyebabkan manusia bersifat religius; (2) sitem

kayakinan yang mengandung segala keyakinan serta bayangan manusia tentang


11

sifat-sifat tuhan, tentang wujud dari alam gaib (supranatural), serta segala nilai,

norma, dan ajaran dari religi yang bersangkutan; (3) sistem ritus dan upacara yang

merupakan usaha manusia untuk mencari hubungan dengan Tuhan, dewa-dewa

atau makhlik-makhluk halus yang mendiami alam gaib; (4) ritus dan upacara

religi biasanya digunakan bermacam-macam sarana dan prasarana; dan (5) sistem

religi adalah umatnya, atau kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan dan

yang melaksanakan sistem ritus serta upacara (koentjaraningrat, 1985:42-45).

J.G. Frazer, dalam bukunya The Golden Bough jilid I seperti ditulis oleh

Koentjaraningrat (2002:196–197), mengatakan bahwa manusia memecahkan

masalah-masalah hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya, tetapi akal

dan sistem pengetahuan manusia terbatas. Makin maju kebudayaannya, makin

luas batas akal itu. Dalam banyak kebudayaan batas akal manusia masih sangat

sempit. Soal-soal hidup yang tidak dapat mereka pecahkan dengan akal,

dipecahkan dengan magic, atau ilmu gaib. Menurut Frazer, ketika religi belum

hadir dalam kebudayaan manusia, manusia hanya menggunakan ilmu gaib untuk

memecahkan masalah-masaah hidup yang berada di luar jangkauan akal dan

pengetahuannya. Ketika mereka menyadari bahwa ilmu gaib tidak bermanfaat

bagi mereka, mulailah timbul kepercayaan bahwa alam dihuni oleh makhluk-

makhluk halus yang lebih berkuasa, dengan siapa manusia kemudian mulai

mencari hubungan, sehingga timbullah religi.

Berdasarkan pemahaman teori di atas, diharapkan dapat membantu untuk

mengkaji tari Topeng Sandar, yang terkait dengan emosi keagamaan, sistem

keyakinan, kepercayaan, nilai, norma, pada masyarakat Desa Pakraman Serangan.


12

1.5.2 Kerangka Konsep

1.5.2.1 Tari

Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk

melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai

ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Secara tidak langsung di sini Haukin

memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan

melalui media ungkap yang disamarkan. Di sisi lain ditambahkan oleh La Mery bahwa

ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan.

Tari dalam kesucian masyarakat Bali dibagi menjadi tiga (3) yaitu

1. Tari Wali ( sacred, religius dance ).

2. Tari Bebali ( ceremonial dance ).

3. Tari Balih-balihan ( secular dance ).

1.5.2.2 Topeng

Topeng secara arti kata adalah suatu benda penutup muka yang dibuat dari

kayu, kertas, kain dan bahan lainnya bentuknya bermacam-macam dari yang

berbentuk Dewa-Dewa, Manusia, binatang dan lain-lainnya. Di Bali topeng

dipakai menyebutkan suatu bentuk drama tari yang semua pelakunya

menggunakan topeng dengan ceritra yang bersumber pada ceritra sejarah maupun

babad-babad.

Menurut Panji dan Bandem dalam bukunya Ensiklopendi Musik dan Tari

daerah Bali menjelaskan kata Topeng berasal dari kata “Tup” yan berarti tutup,

kemudian karena gejala bahasa yang disebut formatif form ( pembentukan kata),

kata Tup ditambah saja dengan kata “eng” kemudian menjadi “tupeng”. Tupeng
13

kemudian mengalami beberapa perubahan sehingga menjadi “Topeng”

(Wardana,1993/1994.4). Beryl de Zoete and Walter Spies dalam bukunya, Drama

and Dance in Bali antara lain mengatakan “……..For topeng simple means

something pressede against the face i,e,a mask” artinya : Topeng secara sederhana

berarti benda yang di tekan pada muka, yaitu tapel.

1.5.2.3 Sandar

Menurut Poerwadarminta, (1976:865) dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia mengatakan bahwa Bersandar (1) (-kan, ke kpd, pd, atas): 1 (berdiri,

duduk, terletak dsb) bersangga pd; mengenakan punggung ( lambung atau dada)

pd sesuatu supaya kokoh atau lebih enak duduknya dsb.

Dalam Kamus Bali Indonesia, (1991:604) disebutkan bahwa sandar-


sandaran: penari semacem jauk dalam Barong. Sandar sandaran: penari semacam
Jauk dalam Barong. Sandar dalam penelitian ini mengacu kepada pendapat
informan: Mangku Pura Dalem Kahyangan sebagai berikut: Sandaran dengan
awalan Sandar yang artinya perempuan yang belum beranjak dewasa, merupakan
bahasa istilah yang dimiki masyarakat Serangan dalam tarian sakral tersebut,
(wawancara tanggal 18 September 2011).

1.5.2.4 Fungsi

Fungsi dalam sistem kebudayaan dapat dibedakan atas "fungsi keagamaan

dan fungsi kesenian". Fungsi yang pertama merupakan sarana ekspresi simbolis

untuk mewujudkan konsepsi-konsepsi keagamaan, khususnya yang berkenaan

dengan kekuatan-kekuatan gaib tertentu, sedangkan fungsi yang kedua merupakan

ekspresi simbolis untuk menyalurkan tanggapan-tanggapan kesan atas alam

beserta sifat-sfatnya, maupun atas konsep-konsep budaya tertentu melalui

bentukan-bentukan visual yang terencana. (Edi Sedyawati, 1993 : 12).


14

Berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam suatu masyarakat gunanya

untuk memuaskan sejumlah hasrat naluri manusia. Karena itu unsur-unsur

"kesenian", berfungsi untuk memuaskan hasrat naluri manusia akan keindahan,

unsur-unsur "sistem pengetahuan" untuk memuaskan hasrat untuk tahu

(Koentjaraningrat, 1996 : 88). Lebih lanjut dijelaskan pula fungsi kesenian bila

dipandang dari segi agamanya terbagi menjadi tujuh yaitu: 1) memanggil

kekuatan gaib, 2) menjembut roh-roh baik, 3) menjembut roh untuk hadir di

tempat penujaan, 4) peringatan pada nenek moyang, 5) perlengkapan upacara

saaat-saat tertentu dalam putaran waktu, 6) perlengkapan upacara dengan tingkat-

tingkat hidup manusia, 7) perwujudan dari dorongan untuk mengungkap

keindahan semesta (Edi Sedyawati, 1981:51).Secara garis besar berbagai bentuk

seni pertunjukan mempunyai tiga fungsi utama yaitu: 1) berfungsi sebagai sarana

upacara ritual, 2) berfungsi sebagai hiburan pribadi, 3) berfungsi sebagai

penyajian estetis (Soedarsono, 199:164). Seni pertunjukan pada dasarnya adalah

hasil karya kolektif, yang merupakan salah satu cabang dari kesenian yang

memiliki fungsi penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia baik social

maupun spiritual. Seni pertunjukan yang di tampilkan di dalam upacara adat

mempunyai fungsi sosial yang sangat penting. Ia member dorongan solidaritas

pada masyarakat dalam mempersatukannya, kemauan, niat, dan perasaan mereka

dalam menjalankan upacara tersebut. Seni pertunjukan sebagai seni yang lainnya

secara historis selalu memiliki suasana kontektual dimana seni tidak dapat dilihat

tanpa fungsi tertentu bagi masyarakat pendukungnya atau sebagian kelompok dari

masyarakat masing-masing budaya. (White, 1991:58-61)


15

Dari berbagai rumusan fungsi seni tersebut di atas, secara garis besar

dinyatakan bahwa pada dasarnya seni bertujuan kepentingan ritual dan untuk

kepentingan manusianya sendiri. Kalau dikaitkan dengan fungsi dari pada

penyajian tari Topeng Sandar, maka penyajian tari ini berfungsi sebagai sarana

ritual.

1.5.2.5. Makna

C.S. Peirce (1995:31) salah seorang tokoh semiotika, membuat klasifikasi

jenis tanda menjadi tiga yang berbeda secara esensial, terutama dalam

hubungannya dengan obyek-obyeknya, yakni ikon (icon), indeks (index), dan

simbol (symbol). Dalam seni pertunjukan tradisional, misalnya ikon bisa

digambarkan sebagai wujud atau pengejawantahan gagasan seni menjadi genre

kesenian tradisional tertentu. Indeks adalah berbagai fungsi literal seni

pertunjukkan tradisional itu sendiri, misalnya yang berhubungan dengan nilai-

nilai filosofi dan kesusastraan. Simbol berhubungan dengan fungsi linear (fungsi

sosial) dan vertikal (nilai-nilai metafisik yang ada), serta berbagai nilai-nilai ideal

seperti kebiasaan (adat) dan hukum (norma) yang berlaku dalam berbagai genre

yang ada (C.S. Peirce, 1995:34).

Secara umum, seni mempunyai beberapa makna. Kleden mendifinisikan

bahwa nilai atau makna dianggap sebagai suatu yang berhubungan dengan

kebudayaan atau secara lebih khusus dengan dunia simbolik dalam kebudayaan.

Dunia simbolik adalah dunia yang menjadi tempat diproduksi direproduksi dan

disimpan muatan mental dan muatan kognitif kebudayaan, baik berupa makna
16

dan simbol, maupun nilai-nilai dan norma yang ada dalam suatu kebudayaan

(Kayam, 1996:5-6).

Untuk memahami simbol-simbol keagamaan, Mircea Eliade dalam

tulisannya : Kunci-kunci metodologis dan studi simbolisme kaagamaan yang

menyatakan bahwa kunci utama memahami simbol-simbol keagamaan adalah

bagaimana dunia agar "berbicara" atau "mengungkapkan diri", melalui simbol-

simbol dan bukan dalam bahasa intiliktarian atau obyektif. Simbol bukan sekedar

cerminan realitas obyektif. Ia mengungapkan sesuatu lebih pokok dan lebih

mendasar. Lebih lanjut Mircea Eliade (2001:66) mengungkapkan bahwa simbol

keagamaan mampu mengungkapkan suatu modalitas yang nyata akan struktur

dunia yang tidak nampak pada pengalaman langsung. Dalam mengilustrasikan

bagaimana sebuah simbol mampu mengungkapkan modalitas kenyataan yang tak

terjangkau oleh pengalaman manusia.

Sesuai dengan kajian tersebut di atas, dijelaskan dengan analisis makna

adalah suatu usaha menelusuri isi atau kandungan dibalik bentuk yang dipakai,

sebagai aktualisasi fungsi-fungsi yang terdapat pada kesenian pada realita sosial

budaya masyarakatnya. Oleh karena itu, analisis makna dilakukan dengan sejalan

dengan analisis fungsi. Dan juga analisis makna dilakukan dengan jalan

mengungkapkan makna-makna ekplisit maupun implisit yang terkandung didalam

tari tersebut.

1.5.2.6. Desa Pakraman

Kata Desa berasal dari bahasa Sansekerta artinya petunjuk atau batas,

sedangkan Pakraman berasal dari kata Krama artinya kerja. Jadi Desa Pakraman
17

adalah suatu peguyuban hidup dalam suatu wilayah tertentu dimana kehidupan

bersama itu diatur oleh suatu batasan-batasan agama, Jadi apa yang disebut Desa

Adat dewasa ini sesungguh Desa Pakraman (Wiana, 2003:12).

Sedangkan menurut Perda 03 tahun 2001 Provinsi Bali adalah kesatuan

masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi

dan tatakrama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara tutun-temurun

dalam ikatan Kahyangan Tiga (Kahyangan Desa) yang mempunyai wilayah

tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangga sendiri.

Dari perda ini paling tidak dapat ditemukan enam titik pokok yang membentuk

desa Pakraman, yaitu (1) kesatuan masyarakat hukum adat di Propinsi Bali, (2)

mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata Krama pergaulan hidup masyarakat

umat Hindu secara turun-temurun, (3) dalam ikatan Kahyangan Tiga (Kahyangan

Desa), (4) mempunyai wilayah tertentu, (5) mempunyai harta kekayaan tersendiri,

dan (6) berhak mengurus rumahtangga sendiri. Akan tetapi pada kenyataannya

kenyataannya tidak selalu demikian. Mengingat tidak jarang ditemukan pada

sebagian dari desa pakraman di Bali, bahkan banjar yang kramanya tidak semua

beragama Hindu.
18

1.6 Model

Untuk mempermudah didalam memahami permasalahan yang hendak

dibahas dengan menggunakan model penelitian

Model :

MASYARAKAT AGAMA/ BUDAYA

SENI TARI TOPENG


SANDAR DI DESA PAKRAMAN
SERANGAN

LATAR BELAKANG FUNGSI DAN MAKNA


PEMENTASAN

MASYARAKAT DESA
PAKRAMAN SERANGAN

Keterangan:

Alur Kajian
Saling Berpengaruh
19

Suatu sistem upacara pada khususnya merupakan ciptaan dari suatu sistem

kepercayaan (religi) yang terpadu oleh mitos-mitos yang landasi oleh keyakinan

itu sendiri. Sebagai suatu ciptaan dari kepercayaan dapat terungkap lewat prosesi

upacara. Terdapat fungsi antara lain fungsi riligius dari tari topeng sandar, fungsi

sosial, keselamatan dan keharmonisan kehidupan masyarakat. Prosesi dan fungsi

dari sistem kepercayaan terwujud dan berpusat pada masyarakat setempat.

Tari Topeng Sandar diadakan di Pura Dalem Kahyangan yaitu sebuah

tempat sembahyang yang erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat Desa

Pakraman Serangan adalah turunnya anugrah Tuhan untuk menyeimbangkan dari

semua kegelisahan. Karena tarian ini telah mentradisi dilaksanakan sebulan sekali

disaat hari suci purnama.

Manusia dalam kehidupan bermasyarakat selalu mengklasifikasikan setiap

gejala yang dihadapi. Klasifikasi yang paling sederhana ialah dengan

menggolongkan gejala di masyarakat menjadi dua bagian yang dipertentangkan,

namun satu sama lainnya saling membutuhkan. Dengan adanya sistem

penggolongan seperti abstrak, penggolongan menjadi dua bagian yang saling

bertentangan dalam konsep orang Bali disebut rwabhineda, seperti kanan dan kiri,

hitam dan putih, positif dan negatif. Gejala tersebut telah diisi dengan muatan

yang sesuai dengan pengetahuan budaya masyarakat yang di simpan dalam

mitologi-mitologi, baik yang disampaikan secara tertulis maupun lisan.

Upacara yang dikaitkan dengan mitologi dan dongeng suci mempunyai

pengaruh dan efek terhadap struktur hubungan antara warga suatu komunitas Desa

Pakraman menjadi jelas. Mitologi baik tersimpan secara lisan maupun tertulis

dapat memberikan pedoman, sehingga tingkah laku warga masyarakat sesuai


20

dengan teks-teks yang tadi. Hal ini dilihat dari pelaksanaan tari topeng tersebut

yang dilakukan yang didalamnya merupakan penggambaran simbolik dari sistem

penggolongan yang dianut oleh masyarakat. Dengan melihat upacara itu, maka

dapat mengungkap struktural sosial masyarakat pendukung dengan tari topeng

sandar mencerminkan hubungan struktural fungsional yang akan diungkap.

1.7 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan Kualitatif. Hal ini

didasarkan atas masalah yang akan diteliti adalah berupa studi kasus yang ada di

masyarakat Desa Pakraman Serangan Denpasar, merupakan fenomena yang perlu

dipecahkan secara diskriptif analistik.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mementingkan pemaknaan

bukan hitungan. Paradigmanya adalah naturalistik. Pemaknaan yang digunakan

adalah diskriptif analistik (materi perkuliahan metode penelitian). Setiap

penelitian yang dilakukan, berupaya memecahkan permasalahan dan gejala-gejala

yang ditemukan.

Objek yg akan diteliti khususnya mengenai tari Topeng Sandar berupa

studi kasus yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pakraman Serangan,

Kecamatan Denpasar selatan, Kota Denpasar. Data dan sumber data guna

mendapatkan data tentang tari Topeng Sandar : studi Kasus masyarakat di Desa

Pakraman Serangan, diperlukan penemuan-penemuan beberapa sumber yang ada

kaitannya baik itu berupa lontar, buku-buku, hasil-hasil penelitian, informasi dan

lain sejenisnya yang mengungkap, mengetahui dan memahami tentang tari

Topeng Sandar yang dilaksanakan di Desa Pakraman Serangan Denpasar.


21

Mengenai pengelompokan jenis data itu ada dua, yaitu data kualitatif dan

data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang tidak berupa angka namun berupa

uraian diskripsi dari sebuah gejala fenomenologi. Data kuantitatif adalah data

yang diperoleh berupa angka-angka dalam statistik (Gorda, 1977 : 73).

1.7.1 Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di Desa Pakraman Serangan

terletak di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Jarak antara Pulau

Serangan dengan Kecamatan Denpasar Selatan berkisar 4 km, untuk mecapai

pulau Serangan dulu ditempuh dengan jukung sampan sebagai alat transportasi

laut utama, sekarang dengan dibukanya jembatan menuju Desa Pakraman

Serangan transportasi semakin lancar dapat ditempuh dengan sepeda motor, dan

kendaraan bermotor lainnya sehingga komunikasi antara Desa Pakraman

Serangan dengan Desa Pakraman yang lainnya semakin lancar dan tingkat

mobilitas penduduk semakin tinggi.

Pemilihan penelitian pada tempat ini dikarenakan Desa Pakraman

Serangan masih rutin melaksanakan pementasan tari Topeng Sandar setiap hari

Purnama, menurut masyarakat Serangan pementasan Tari Topeng Sandar kalau

tidak dipentaskan waktu Purnama, maka akan terjadi bencana. Fenomena inilah

unik dikaji dari fungsi dan makna tari Topeng Sandar tersebut.

1.7.2 Jenis dan Sumber Data

Mengenai sumber data dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang langsung bersumber pada segala
22

pencatatan dilapangan (Field Research). Selain itu data primer ini juga bersumber

pada informan. Informan itu adalah orang-orang yang dianggap memiliki

pengetahuan dan mampu memberi informasi seluas-luasnya. Data sekunder

adalah sesuatu yang didapatkan dari hasil pencatatan kepustakaan dan dokumen

(Library Research).

Dalam penelitian ini jenis data yang diperlukan adalah data kualitatif,

sumber datanya adalah dari data primer dan sekunder, sebab semua data itu

diperlukan untuk mendukung kebenaran hasil penelitian. Data primer dalam

penelitian ini bersumber dari para informan yang diambil dari para tokoh seperti :

tokoh agama, adat, budaya, sesepuh/pengelingsir, pemangku, prajuru, kelian dan

tokoh masyarakat yang dianggap mampu, paham, tahu dan dapat memberi

informasi yang faktual tentang tari Topeng Sandar sebagai data pendukung yang

utama dalam memecahkan permasalahan yang dikemukakan sebagai Rumusan

Masalah.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data adalah bagian yang penting dari sebuah

penelitian. Agar data dapat dikumpulkan dengan baik oleh peneliti, maka

pengetahuan dasar tentang teknik-teknik pengumpulan data harus telah

dimilikinya. Teknik pengumpulan data erat hubungannya dengan lokasi atau

tempat penelitian. Penelitian kepustakaan adalah teknik pengumpulan data

melalui perpustakaan. Penelitian lapangan di masyarakat memperoleh data lebih

banyak, tepat dan memadai. Dalam penelitian teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah teknik wawancara, observasi dan dokumen.


23

1.7.4 Metode pengamatan (observasi)

Pengamatan merupakan salah satu metode yang dipakai untuk meneliti

Tari Topeng Sandar di Desa Pakraman Serangan, Koentjaraningrat mengatakan,

bahwa metode pengamatan ilmiah merupakan metode yang paling sesuai

digunakan untuk meneliti masalah-masalah sosial. Sementara metode observasi

merapakan salah satu cara penelitian untuk memenuhi syarat-syarat tertentu yang

merupakan jaminan bahwa hasil pengamatan memang sesuai dengan kenyataan

yang menjadi sasaran perhatian. Pengamatan mempunyai berbagai tingkatan, dari

tingkat yang paling rendah sampai tingkatan yang paling tinggi, yaitu : partisipasi

nihil, partisipasi pasif, partisipasi sedang, partisipasi aktif, dan partisipasi penuh

(Spradley 1980: 58-62), Pengamatan partisipan merupakan metode yang sangat

tepat digunakan untuk penelitian yang mempergunakan pendekatan antropologi

dengan cara kualitatif, terutama untuk mengamati seting-seting alamiah. Metode

lain yang digunakan untuk menunjang penelitian kualitatif ini, di samping

pengamatan partisipan adalah wawancara intensif (Koentjaraningrat, 1991).

Pengumpulan data dalam penelitian ini dititik beratkan pada penggunaan metode

pengamatan partisipasi pasif dengan selalu berpedoman terhadap kaidah ilmiah.

Metode ini dipilih untuk mengamati fungsi dan makna tari topeng sandar yang

tariannya lain daripada tari bali yang sering diadakan di masyarakat. Operasional

metode pengamatan dalam penelitian ini diawali dengan survei lapangan.

1.7.5 Metode Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mengumpulkan

keterangan atau informasi tentang hal-hal yang terkait dengan rumusan masalah
24

yang tidak didapat melalui observasi. Dengan metode ini, nanti diharapkan akan

menggali dan memperkaya data tari Topeng Sandar yang ada di Desa Pakraman

Serangan Denpasar. Dalam wawancara ini dipergunakan teknik wawancara

terencana, wawancara berstruktur, wawancara terfokus (Koentjaraningrat 1991:

138-139). Wawancara pertama kali dilakukan dengan beberapa orang informan

pangkal yaitu seperti Kepala Desa Pakraman Serangan Denpasar yang kemudian

dilanjutkan kepada seorang informan kunci seperti bendesa Desa Pakraman adat

dan pemangku yang dilakukan langsung pada tempat yang telah disepakati.

Sementara wawancara dengan informan lainnya seperti kelian-kelian banjar

beserta warga Desa Pakraman Serangan Denpasar dilakukan di lokasi penelitian

dan di rumah para informan atau tempat-tempat umum.

1.7.6 Metode Dokumen

Selain teknik di atas, digunakan juga berbagai dokumen baik milik pribadi

maupun lembaga tertentu, seperti pemerintah Desa, Kecamatan maupun instansi

lain yang membidangi masalah seni tari, keagamaan, budaya dan pakraman.

Dokumen yang digunakan misalnya data statistik, arsip surat-surat dinas, notulen

rapat, dan awig-awig Dasa Pakraman.

Penerapan teknik pengumpulan data tidak saja dilakukan secara terpisah,

tetapi bisa pula berbentuk triangulasi teknik antar lintas teknik pengumpulan data.

Begitu pula sumber informan yang digunakan, diusahakan dengan memakai

sumber beragam yang relevan, sehingga terciptalah triangulasi sumber data.

Dengan cara ini seperti dikemukakan Meleong (1993), kesahihan dan

kelengkapan data menjadi lebih terjamin.


25

1.7.7 Metode Kepustakaan.

Metode pengumpulan ini digunakan untuk tranformasi yang berkaitan

denga tari Sandar di Desa Pakraman Serangan. Dalam hal ini berusaha menelusuri

dan menelaah beberapa literature-literature dan bahan tertulis lainnya yang

relevan dengan pokok permasalahan. Adapun data-data kepustakaan yang dapat

diperoleh melalui berbagai terbitan ilmiah, seperti buku-buku, majalah, artikel,

laporan penelitian maupun hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Metode

ini digunakan bahan perbandingan antara yang sudah diteliti dengan penelitian

yang baru.

1.7.8 Analisis Data

Untuk menunjang metode pendekatan tersebut di atas akan dilakukan

analisis data kualitatif (qualitatif data analysis). Analisis data adalah salah satu

tahapan yang sangat penting dalam suatu penelitian. Analisis data merupakan

proses menelaah seluruh data yang telah tersedia yang diperoleh melalui

pengamatan, wawancara, pencatatan, perekaman, dokumen, dan sebagainya

(Moleong 1998: 190). Sedangkan analisis kualitatif merupakan teknik pemadatan

data dengan cara mengembangkan taksonomi, sistem klasifikasi deskriptif atau

klasifikasi kronologis yang mencangkup jumlah keterangan yang terkumpulkan

dan menunjukkan keterkaitannya secara sistematis. Metode ini dilakukan setelah

semua data-data yang diperlukan dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan.

Pada tahap inilah data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai

berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk

menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian ini.


26

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sepanjang penelitian

berlangsung dan dilakukan secara terus menerus dari awal penelitian sampai akhir

penelitian. Pengumpulan data dan analisis data mempunyai hubungan yang sangat

erat dan tidak dapat dipisah-pisahkan dalam penelitian kualitatif. Data yang

diperlukan dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua jenis, antara lain sebagai

berikut.

Data umum, yaitu monografi masyarakat serangan, literatur dan informasi

terkait obyek penelitian dan data lainnya yang memperdalam wawasan peneliti

terhadap topik penelitian.

Data khusus, yaitu Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan

penulis, data yang dianalisis nanti hanya meliputi: gambaran umum fungsi dan

makna tari Topeng Sandar yang ada di Desa Pakraman Serangan tersebut.

1.7.9. Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif sesungguhnya peneliti sendiri merupakan alat

pengumpul data utama karena si peneliti yang memahami secara mendalam

tentang obyek yang di teliti secara insentif (Mantra 2004:27). Selama peneliti di

lapangan, data dikumpulkan dengan menggunakan pedoman wawancara dan

dibantu dengan alat-alat yaitu kamera, buku catatan (note book), dan tape

recorder. Alat-alat ini digunakan untuk mencatat atau merekam hal-hal yang

menyangkut lingkungan fisik dan prilaku masyarakat yang tampak, sehingga

memungkinkan tercapainya pemahaman yang lebih utuh.

Anda mungkin juga menyukai