Pendahuluan
Pulau Bali merupakan bagian dari gugusan kepulauan di wilayah Negara
kesatuan Republik Indonesia yang sebagian besar penduduknya terdiri dari suku
bangsa Bali, sebagai satu kesatuan komunitas dengan ciri-ciri identitas
kebudayaan yang sama, yakni kebudayaan Bali yang dijiwai oleh agama Hindu.
Eksotisme alam dan peradaban manusia Bali telah mengantarkan Bali sebagai
destinasi pariwisata internasional. Popularitas Bali sebagai destinasi pariwisata
tidak hanya menjadikannya etalase Indonesia di mata dunia, namun juga
memposisikan daerah ini sebagai terminal perjumpaan antar berbagai kelompok
masyarakat dengan ciri-ciri identitas kultural yang beragam dengan berbagai
macam kepentingan.
Eksotisme Bali ibarat gula yang mendatangkan semut dari berbagai tempat,
sehingga membentuk masyakarat multikultur Bali, namun sebelum booming
sector pariwisata, terbentuknya masyarakat multikultur Bali juga dipengaruhi
migrasi kelompok pendatang yang berasal dari berbagai daerah, sebelumnya di
Bali telah ada kelompok penduduk asli yang disebut warga Bali Aga. Kelompok
ini pada umumnya tinggal di pegunungan atau di daerah pesisir seperti Trunyan
Tenganan, Pedawa, dsb. Migrasi terbesar yang menimpa Bali terjadi pada abad ke
16-17 masehi yaitu saat runtuhnya Kerajaan Majapahit. Kelompok Hindu dari
kerajaan Majapahit membawa serta beragam sistem nilai yang dianut semasa
hidup di Majapahit. Saat menginjakkan kaki di pulau dewata sistem nilai yang
dianut tersebut mengalami akulturasi dengan budaya setempat. Mudahnya
penerimaan orang Bali terhadap pendatang baru pada masa itu dikarenakan sistem
religi yang dianut antara kelompok pendatang dengan Bali Aga sama yaitu Hindu.
Bali juga mengalami migrasi yang sifatnya kecil-kecilan pasca berkuasanya
Kerajaan Islam di Jawa. Terbentuknya kelompok-kelompok Muslim seperti di
Desa Pegayaman, Gelgel, dan kampong Bugis di Tanjung Benoa merupakan
migrasi yang didorong oleh motif untuk berdagang dan menyebarkan agama.
Kelompok ini diterima baik oleh orang Bali, bahkan kelompok Muslim Gelgel
mendapat tanah disekitar istana untuk membangun sebuah desa Muslim. Fakta ini
menunjukkan bahwa kelompok migrasi yang memiliki perbedaan keyakinan juga
dapat diterima dengan baik oleh orang Bali. Kelompok-kelompok minoritas itu
kini sering dijadikan contoh perwujudan multikulturalisme di Bali.
Masyarakat Kota Denpasar merupakan bagian dari masyarakat Bali yang bisa
dijadikan bahan kajian dalam melihat multikulturalisme yang terjadi di Bali.
Keberagaman etnik di kota Denpasar tidak hanya disebabkan karena mobilitas
geografi penduduk dari daerah lain, misalnya dengan adanya program
kolonialisasi pada masa penjajahan atau program sejenis lainnya, tetapi juga
karena derasnya migrasi swakarsa penduduk dari pulau jawa maupun pulau-pulau
lainnya seiring dengan berkembangnya Pulau Bali sebagai destinasi pariwisata.
demikian
hidup
bermasyarakat
merupakan
bagian
integral
karena manusia itu adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan satu sama lain
untuk bertahan hidup dan untuk hidup sebagai manusia (Campbell, 1994: 3).
Kesalingketergantungan individu
atas
yang
lain
maupun kelompok
saja karena tidak adanya kesadaran bahwa mereka merupakan sebuah kesatuan,
menjadikan sistem tersebut tidak teratur.
Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan
konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu.
Dalam Penelitian mengenai Hubungan Antar Etnik Pada Masyarakat Di
Perumahan Monang Maning Denpasar, konsep yang dipergunakan adalah sebagai
berikut ;
Hubungan antar etnik adalah suatu pemahaman, penghargaan, dan penilaian
atas budaya orang-orang yang berbeda-beda serta untuk memahami
bagaimana kebudayaan tersebut mengekspresikan nilai-nilai bagi para
pendukungnya.
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil yang terdiri beberapa manusia
yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan merupakan
sistem sosial yang saling mempengaruhi satau sama lain di wilayah
Perumahan Monang Maning Denpasar.
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini dipergunakan perspektif
teori sosial. Diantaranya adalah perspektif struktural fungsional, dimana
masyarakat dapat dianalogikan suatu organisme yang memiliki struktur dan fungsi
agar tetap mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal itu hanya akan
dicapai jika setiap bagian dari organisme tersebut dapat memainkan perannya
masing-masing, sehingga sistem secara keseluruhan dalam masyarakat itu dapat
seimbang, bekerja dengan baik (tidak goncang). Jika dikaitkan dengan ketahanan
sosial, maka dapat diartikan bahwa setiap bagian dari sistem kemasyarakatan atau
ketahanan
sosial
di
masyarakat
diindikasikan
dengan
konteks yang unik (Lexy, 1996:165). Sedangkan data sekunder diperoleh dengan
studi pustaka.
Data-data hasil observasi lapangan dan wawancara akan dianalisis
menggunakan pendekatan kualitatif dengan model deskriptif yang dituangkan
dalam bentuk teks narasi.
PEMBAHASAN
Pesatnya perkembangan perumahan Monang Maning selain dari upaya
pemerintah dalam menjalankan program pembangunan perumahan pada
khususnya, melainkan juga didukung dengan keterlibatan atau peran serta aktif
masyarakat yang bertempat tinggal di lokasi bersangkutan.
Interaksi sosial yang tercipta di warga perumahan Monang Maning tentunya
selain dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial tentu
saja di pengaruhi oleh kearifan lokal yang ada di tempat tersebut, dalam hal ini
adalah kearifan lokal budaya Bali.
Proses sosial yang terjadi di dalam warga perumahan Monang Maning yang
mempunyai latar belakang budaya yang beraneka ragam dalam bingkai kearifan
lokal budaya Bali memunculkan suatu harmoni sosial yang bisa dikatakan sebagai
miniature bangsa Indonesia, dimana bingkai Bhineka Tunggal Ika sangat
tercermin di perumahan Monang Maning.
1. Faktor tradisi, yang ada sejak nenek moyang mereka dengan sifat gotongroyong dan tolong-menolog.
Menyama Braya adalah salah satu kearifan lokal yang patut dilestarikan dan
bahkan ditumbuhkembangkan. Kata Menyama Braya terdiri dari dua suku kata,
yakni Menyama = bersaudara, dan braya berarti teman. Nilai kearifan local
Menyama Braya mengandung makna persamaan dan persaudaraan dan
pengakuan social bahwa kita adalah bersaudara. Sebagai satu kesatuan sosial
persaudaraan maka sikap dan prilaku dalam memandang orang lain sebagai
saudara yang patut diajak bersama dalam suka dan duka. Implementasi
menyama braya ini dalam bentuk ngayah yang bisa artikan sebagai gotongroyong yang mengutamakan semangat bekerjasama di antara satu sama lain,
bak kata pepatah `berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Gotong-royong
merupakan tradisi luhur peninggalan nenek moyang kita, yang dapat ditemukan
dalam berbagai suku yang ada di Indonesia meskipun memiliki istilah lokal
yang berbeda-beda. Dalam gotong royong ini amat mementingkan perpaduan
dan nilai tradisi serta suka hidup tolong-menolong dan melakukan kerja secara
sukarela.
Aktivitas gotong royong di lingkungan perumahan Monang Maning
dilakukan guna menjaga kebersihan, keindahan lingkungan tempat tinggal dan
sebagai sarana sosialisasi bagi warganya. Sebagai contoh, gotong royong yang
dilakukan di wilayah desa tegal kertha, di wilayah desa ini gotong royong
untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal dijadwalkan di setiap blokblok perumahan, selain itu gotong royong juga terlihat ketika ada warga yang
10
3. Faktor kerjasama antar tokoh agama, pemimpin adat dan aparat pemerintah.
Kerjasama antar tokoh agama, pemimpin adat serta aparat pemerintah
sangatlah diperlukan mengingat mereka memegang peran penting dalam
mengajak warganya menciptakan suasana harmoni di lingkungan tempat
tinggal.
Dalam kehidupan social di perumahan Monang Maning, hal ini tercermin
dengan adanya Forum kerukunan umat beragama. Forum ini menjadi jembatan
penghubung di Internal umat masing-masing. Artinya, masing-masing agama
secara vertical memiliki keyakinan, cara, etika, susila yang dimiliki dan
bersifat hakiki. Hal ini merupakan pembeda antara agama yang satu dengan
yang lainnya yang harus dihormati. Forum ini melalui perwakilan di masingmasing agama harus dapat menularkan kerukunan di internal umat, dan
menjaga aspek sakralisasi pelaksanaan tradisi keberagamaan masing-masing
dengan tetap berpegang pada kaidah agama.
Secara horizontal, disamping dintern, maka dalam perspektif sosiologi
agama, hubungan yang bersifat sosial dengan umat beragama lainnya perlu
11
12
KESIMPULAN
Perumahan Monang Maning yang berlokasi di Kota Denpasar merupakan
wujud dari usaha pemerintah dalam menyediakan lingkungan tempat tinggal
bagi masyarakat. Dan dalam perkembangannnya hingga hari ini perumahan
Monang Maning telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini
terlihat dengan bertambahnya jumlah warga yang menempati perumahan
tersebut dan penambahan luas wilayah di perumahan tersebut.
Keberagaman budaya yang berkembang di perumahan Monang Maning
merupakan contoh konkrit bagi multikulturalisme di Indonesia. Dimana
keberagaman dapat disikapi oleh warganya dengan baik dalam balutan hukum
serta budaya lokal yang ada.
Terbentuknya interaksi sosial antara warga di perumahan Monang Maning
dipengaruhi oleh faktor-faktor ;
1.
Faktor tradisi, yang ada sejak nenek moyang mereka dengan sifat gotongroyong dan tolong-menolog.
2.
3.
13
dan kesamaan minat dalam hal tertentu, seabgai misal kesenian, olah raga serta
adanya kesamaan latar belakang etnik dan agama.
Peran tokoh masyarakat sebagai tokoh informal dalam masyarakat sangat
berguna untuk memecahkan berbagai masalah yang muncul khususnya dalam
kaitannya dengan hubungan antar etnik di perumahan Monang Maning.
Disamping itu peran tokoh formal sebagai perwujudan negara (dalam hal ini
pemerintah) juga sangat penting, dimana salah satu tugas lembaga formal
adalah menciptakan ketentraman masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat baik
formal dan informal ini salaing bantu membantu dalam memberikan sosialisasi
mengenai kerukunan hidup di masyarakat serta saling bahu membahu jika ada
masalah yang muncul di masyarakat.
Dalam
menangani
permasalahan
yang
muncul
di
masyarakat,
SARAN
Perlu dilakukan kajian lanjutan lebih mendalam guna menemukan kearifan local
(bentuk serta makna) yang dapat dikembangkan dalam mewujudkan kondisi
masyarakat yang serasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
15