Anda di halaman 1dari 43

A.

Konsep Harga Diri


1. Pengertian harga diri
Harga diri merupakan salah satu dimensi dari konsep diri. Harga diri adalah proses
evaluasi yang ditujukan indivu pada diri sendiri, yang nantinya berkaitan dengan proses
penerimaan individu terhadap dirinya. Dalam hal ini evaluasi akan menggambarkan
bagaimana penilaian individu tentang dirinya sendiri, menunjukan penghargaan dan
pengakuan atau tidak, serta menunjukkan sejauh mana individu tersebut merasa mampu,
sukses dan berharga. Secara singkat harga diri diartikan sebagai penilaian terhadap diri
tentang keberhargaan diri yang di ekspresikan melalui sikap-sikap yang dianut individu.
Disini individu akan berusaha memenuhi kebutuhan akan rasa harga diri, apabila
kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memilikinya telah terpenuhi atau terpuaskan. (Koeswara,
1991 : 124)
2. Karakteristik Harga Diri
Harga diri seseorang tergantung bagaimana dia menilai tentang dirinya dimana hal
ini akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian individu ini
diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersifat tinggi dan negatif.
a. Karakteristik harga diri tinggi
Harga diri yang tinggi akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri,
rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan
didalam dunia ini. Contoh : seorang perawat yang memiliki harga diri yang cukup tinggi,
dia akan yakin dapat mencapai prestasi yang dia dan orang lain harapkan. Pada
gilirannya,keyakinan itu akan memotivasi perawat tersebut untuk sungguh-sungguh
mencapai apa yang diinginkan.
Karakteristik orang yang memiliki harga diri yang tinggi menurut Clemes dan Bean
(2001 : 334), antara lain :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Bangga dengan hasil kerjanya


Bertindak mandiri
Mudah menerima tanggung jawab
Mengatasi masalah dengan baik
Menanggapi tantangan baru dengan antusiasme
Merasa sanggup mempengaruhi orang lain
Menunjukkan jangkauan perasaan dan emosi yang luas
Manfaat dari dimilkinya harga diri yang tinggi (Branden, 1999 :6-7),
diantaranya :

a)

Individu akan semakin kuat dalam menghadapi penderitaan hidup,


semakin tabah, dan semakin tahan dalam menghadapi tekana-tekanan

b)
c)

kehidupan, serta tidak mudah menyerah dan putus asa.


Individu semakin kreatif dalam bekerja
Individu semakin ambisius, tidak hanya dalam karier dan urusan
financial, tetapi dalam hal-hal yang ditemui dalam kehidupan baik

d)

secara emisional, kreatif maupun spiritual.


Individu akan memilki harapan yang besar dalam membangun

e)

hubungan yang baik dan konstruktif.


Individu akan semakin hormat dan bijak dalam memperlakukan orang

lain, karena tidak memandang orang lain sebagai ancaman.


b. Karakteristik harga diri rendah
Orang yang memiliki harga diri rendah akan cenderung merasa bahwa dirinya
tidak mampu dan tidak berharga. Disamping itu orang dengan harga diri rendah
cenderung untuk tidak berani mencari tantangan-tantangan baru dalam hidupnya, lebih
senang menghadapi hal-hal yang sudah dikenal dengan baik serta menyenangi hal-hal
yang tidak penuh dengan tuntutan, cenderung tidak merasa yakin akan pemikiranpemikiran serta perasaan yang dimilikinya, cenderung takut menghadapai respon dari
orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan cenderung merasa
hidupnya tidak bahagia.
Pada orang yang memiliki harga diri rendah inilah sering muncul perilaku rendah.
Berawal dari rasa tidak mampu dan tidak berharga, mereka mengkompensasikannya
dengan tindakan lain yang seolah-olah membuat dia lebih berharga. Misalnya dengan
mencari pengakuan dan perhatian dari teman-temannya dengan cara berkelahi, membuat
keributan yang dilakukan demi mendapatkan pengakuan dari lingkungan.
Karakteristik orang dengan harga diri yang rendah menurut Clemes dan Bean (2001 :
4-5) diantaranya :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Menghindari situasi yang dapat mencetuskan kecemasan


Merendahkan bakat dirinya
Merasa tak ada seorangpun yang menghargainya
Menyalahkan orang lain atas kelemahannya sendiri
Mudah dipengaruhi oleh orang lain
Bersikap defensif dan mudah frustrasi
Merasa tidak berdaya

8)

Menunjukkan jangkauan perasaan dan emosi yang sempit akibat memilki


harga diri yang negatif, yaitu :
a) Mudah merasa cemas, stress, merasa kesepian dan mudah terjangkit

c)
d)

depresi
b)
Dapat menyebabkan masalah dengan teman baik dan social
Dapat merusak secara serius, akademik dan penampilan kerja
Membuat peningkatkan penggunaan obat-obat dan alkohol (Utexas. Edu,
2001 : 3)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri


Menurut Coopersmith (1967) ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri,
yaitu:
a. Penghargaan dan Penerimaan dari Orang-orang yang Signifikan. Harga diri
seseorang dipengaruhi oleh orang yang dianggap penting dalam kehidupan individu
yang bersangkutan. orangtua dan keluarga merupakan contoh dari orang-orang yang
signifikan. Keluarga merupakan lingkungan tempat interaksi yang pertama kali
terjadi dalam kehidupan seseorang.
b. Kelas Sosial dan Kesuksesan. Menurut Coopersmith (1967), kedudukan kelas sosial
dapat dilihat dari pekerjaan, pendapatan dan tempat tinggal. Individu yang memiliki
pekarjaan yang lebih bergengsi, pendapatan yang lebih tinggi dan tinggal dalam
lokasi rumah yang lebih besar dan mewah akan dipandang lebih sukses dimata
masyarakat dan menerima keuntungan material dan budaya. Hal ini akan
menyebabkan individu dengan kelas sosial yang tinggi meyakini bahwa diri mereka
lebih berharga dari orang lain.
c. Nilai dan Inspirasi Individu dalam Menginterpretasi Pengalaman.Kesuksesan yang
diterima oleh individu tidak mempengaruhi harga diri secara langsung melainkan
disaring terlebih dahulu melalui tujuan dan nilai yang dipegang oleh individu.
d. Cara Individu dalam Menghadapi Devaluasi. Individu dapat meminimalisasi
ancaman berupa evaluasi negatif yang datang dari luar dirinya. Mereka dapat
menolak hak dari orang lain yang memberikan penilaian negatif terhadap diri
mereka.
4. Aspek-Aspek Harga Diri
Reasoner (1982), mengemukakan aspek-aspek harga diri sebagai berikut:

a. Sense of Securuty, yaitu sejauh mana seseorang merasa aman dalam bertingkah laku
karena mengetahui apa yang diharapkan oleh orang lain dan tidak takut disalahkan.
Anak merasa yakin atas apa yang dilakukannya sehingga merasa tidak cemas
terhadap apa yang akan terjadi pada dirinya.
b. Sense of Identity, yaitu kesadaran anak tentang sejauh mana potensi, kemampuan dan
keberartian tentang dirinya sendiri.
c. Sense of Belongeng, yaitu perasaan yang muncul karena anak merasa sebagai bagian
dari kelompoknya, merasa dirinya penting dan dibutuhkan oleh orang lain, dan
merasa dirinya dierima oleh kelompoknya
d. Sense of Purpose, yaitu keyakinan individu bahwa dirinya akan berhasil mencapai
tujuan yang diinginkannya, merasa memiliki motivasi.
e. Sense of Personal Competence, yaitu kesadaran individu bahwa dia dapat mengatasi
segala tantangan dan masalah yang dihadapi dengan kemampuan, usaha, serta
caranya sendiri.

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL


I.

PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang

berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. (Keliat,
2006)
Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.
Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik

seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart &
Gail, 2006)
Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara
situasional(trauma) atau kronis (kritik diri yang telah berlangsung lama) dapat diekspresikan
secara langsung atau tidak langsung (Stuart & Sundeen, 2006)
Harga diri rendah situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon
terhadap suatu kejadian (kehilangan,perubahan).
Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai
respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya
mempunyai evaluasi diri positif (NANDA, 2005).
Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu terjadi ( korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ). (Dalami dkk,
2009).
II.

ETIOLOGI
a) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan
pemasangan yang tidak sopan ( pengukuran pubis, pemasangan kateler pemeriksaan
perincal ).
b) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat /
sakit / penyakit.
c) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan
dilakukan tanpa penjelasan, berbagi tindakan tanpa persetujuan.
Harga diri rendah biasanya terjadi karena adanya kritik dari diri sendiri dan
orang lain, yang menimbulkan penurunan produktifitas berkepanjangan, yang dapat
menimbulkan gangguan dalam berhubungan dengan orang lain dan dapat
menimbulkan perasaan ketidakmampuan dari dalam tubuh, selalu merasa bersalah
terhadap orang lain, selalu berperasaan negatif tentang tubuhnya sendiri.

Klien yang mempunyai gangguan harga diri rendah akan mengisolasi diri dari
orang lain dan akan muncul perilaku menarik diri, gangguan sensori persepsi
halusinasi bisa juga mengakibatkan adanya waham.
1. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri : penolakan orangtua, harapan

orangtua tidak realistis, sekolah ditolak, pekerjaan.


Faktor yang mempengaruhi performa peran : stereotip peran gender,

tuntutan peran kerja, harapan peran budaya


Faktor yg mempengaruhi indentitas pribadi : ketidakpercayaan orangtua,
tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.

2. Faktor presipitasi
Ketegangan peran oleh stress yang berhubungan dengan frustasi yang
dialami dalam peran/posisi, halusinasi pendengaran dan penglihatan,
kebingungan tentang seksualitas diri sendiri, kesulitan membedakan diri
sendiri dari orang lain, gangguan citra tubuh, mengalami dunia seperti
dalam mimpi.

III.

MANIFESTASI KLINIS
1. Mengungkapkan rasa malu/bersalah
2. Mengungkapkan menjelek-jelekkan diri
3. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya, ketidakberdayaan
dan ketidakbergunaan)
4. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan hidup yang
sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif
5. Kesulitan dalam membuat keputusan

Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri rendah
adalah :

a.
b.
c.
d.
e.

Mengkritik diri sendiri.


Perasaan tidak mampu.
Pandangan hidup yang pesimis.
Penurunan produkrivitas.
Penolakan terhadap kemampuan diri.

Tanda dan gejala yang dapat dikaji:


Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan
penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak) karena

pengobatan akibat penyakit kronis seperti kanker.


Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak kerumah

sakit menyalahkan dan mengejek diri sendiri.


Merendahkan martabat. Mis: saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya memang

bodoh dan tidak tahu apa-apa.


Gangguan hubungan sosial. Mis: menarik diri, klien tidak mau bertemu orang

lain, lebih suka menyendiri.


Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin

memilih alternatif tindakan.


Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai dgn harapan yg suram mungkin

klien ingin mengakhiri kehidupan.


Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan.
Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
Keluhan fisik
Penolakan terhadap kemampuan personal

Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:
1. Data subjektif:
Mengkritik diri sendiri atau orang lain
Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
Perasaan tidak mampu
Rasa bersalah
Sikap negatif pada diri sendiri
Sikap pesimis pada kehidupan
Keluhan sakit fisik
Pandangan hidup yang terpolarisasi

Menolak kemampuan diri sendiri


Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
Perasaan cemas dan takut
Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
Mengungkapkan kegagalan pribadi
Ketidak mampuan menentukan tujuan
2. Data objektif:
Produktivitas menurun
Perilaku destruktif pada diri sendiri
Perilaku destruktif pada orang lain
Penyalahgunaan zat
Menarik diri dari hubungan sosial
Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
Tampak mudah tersinggung/mudah marah

IV.

MEKANISME KOPING
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang ditujukan untuk penatalaksanaan stres,

termasuk upaya penyelesaian masalah langsung

dan mekanisme pertahanan ego yang

digunakan untuk melindungi diri

( Stuart, 2006 ).

Mekanisme koping terdiri dari pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
a) Pertahanan jangka pendek
Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri

(misalnya konser musik, menonton televisi secara obsesif).


Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya ikut

serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng ).
Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu (misal : olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes

untuk mendapatkan popularitas).


Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas di
luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya: penyalahgunaan

obat).
b) Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini Stuart ( 2006 ) :

Penutupan identitas adalah adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh


orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri

individu.
Identitas negatif adalah asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan

harapan yang diterima masyarakat.


Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi, pengalihan ( displacement ), Splitting, berbalik marah terhadap
terhadap diri sendiri, dan amuk.

V.

FASE-FASE KEHILANGAN
1. Denial (Penolakan)
Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap kehilangan/individu tidak
percaya. Menolak atau tidak menerima kehilangan yang terjadi. Pernyataan yang sering
diucapkan adalah itu tidak mungkin, saya tidak percaya seseorang yang mengalami
kehilangan karena kematian orang yang berarti baginya, tetap merasa bahwa orang
tersebut masih hidup. Dia mungkin mengalami halusinasi, melihat orang yang meninggal
tersebut berada di tempat yang biasa digunakan atau mendengar suaranya.
Tindakan keperawatan :

Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan


Jelaskan kepada klien bahwa sikapnya itu wajar terjadi pada orang yang

mengalami kehilangan
Mendukung kebutuhan emosi tanpa memperkuat penyangkalan
Beri dukungan kepada klien secara non verbal seperti : memegang tangan,

menepuk bahu atau merangkul klien


Menawarkan diri untuk tetap bersama klien tanpa mendiskusikan alasan untuk

mengatasi.
Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan klien tentang sakit, pengobatan

dan kematian tanpa membantah klien


Memperhatikan kebutuhan dasar klien
2. Anger (Marah)
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan. Individu menunjukkan perasaan marah pada diri sendiri atau kepada orang
yang berada di lingkungannya. Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain, muka
merah, nadi cepat, susah tidur, tangan mengepal mau memukul, agresif.

Tindakan keperawatan :
Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan kemarahannya secara

verbal tanpa melawan kemarahannya.


Jelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan klien sebenarnya tidak ditujukan

kepada mereka.
Jangan mengambil hati kemarahan yang dilontarkan klien.
Motivasi klien untuk membicarakan perasaan marahnya.
Bantu klien menguatkan sistem pendukung dari orang lain.
Ajarkan teknik asertif.
3. Bargaining (Tawar-menawar)
Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan kehilangannya,
maka orang tersebut akan maju ke tahap tawar menawar dengan memohon kemurahan
Tuhan, individu ingin menunda kehilangan dengan berkata seandainya saya hati-hati
atau kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa.
Tindakan keperawatan :
Membantu klien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.
Jelaskan pada klien tentang sesuatu tindakan yang nyata.
Berikan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan.
4. Depresi
Individu berada dalam suasana berkabung, karena kehilangan merupakan keadaan
nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau berbicara atau putus
asa dan mungkin sering menangis.
Tindakan keperawatan :
Mengidentifikasi tingkat depresi dan risiko merusak diri.
Membantu klien mengurangi rasa bersalah.
Mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki untuk meningkatkan harga diri
klien.
Beri kesempatan klien untuk menangis dan mengungkapkan perasaan.
5. Acceptance (Penerimaan)
Pada fase individu menerima kenyataan kehilangan, misalnya : ya, akhirnya saya
harus dioperasi, apa yang harus saya lakukan agar saya cepat sembuh, tanggung jawab
mulai timbul dan usaha untuk pemulihan dapat lebih normal.
Secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang baru, dan pikiran yang
selalu terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Jadi
individu yang masuk pada fase penerimaan atau damai, maka ia dapat mengakhiri proses
berduka dan mengatasi perasaan kehilangannya secara tuntas.

Tindakan keperawatan :
Sediakan waktu bagi keluarga untuk mengunjungi klien secara teratur.
Membantu dalam mendiskusikan rencana masa datang.
Membantu keluarga dan teman klien untuk bisa mengerti penyebab kematian.
VI.

INTERVENSI GENERALIS PADA PASIEN


a. Tujuan
1) Klien mampu meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri
dan pemecahan masalah yang efektif
2) Klien mampu melakukan keterampilan positif untuk meningkatkan harga diri
3) Klien mampu melakukan pemecahan masalah dan melakukan umpan balik yang
efektif
4) Klien mampu menyadari hubungan yang positif antara harga diri dan kesehatan
fisik
b.

Tindakan Keperawatan
1)

Mendiskusikan harga diri rendah : penyebab, proses terjadinya masalah,


tanda dan gejala dan akibat

2)

Membantu pasien mengembangkan pola pikir positif

3)

Membantu mengembangkan kembali harga diri positif melalui melalui


kegiatan positif

VII.

KOMPLIKASI

a)
b)
c)
d)
VIII.
1)

Isolasi sosial
Perilaku kekerasan
Halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan
Waham
PENATALAKSANAAN
Terapi medis
Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak digolongkan

sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan antidepresan, karena fungsi

dari obat anti depresan adalah memblok pengambilan kembali neurotransmitter


norepineprin dan serotonin, meningkatkan konsentrasinya pada sinaps dan mengkoreksi
defisit yang diperkirakan menyebabkan alam perasaan melankolis. Hal ini sesuai dengan
masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien dengan harga diri rendah yaitu adanya
penurunan neurotransmitter seperti serotonin, norepineprin.
Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri rendah kali ini
pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam jenis Tricyclic Anti Depresan
(TCA) : Amitriptiline, Imipramine, desipramine, notriptilin, sesuai dengan fungsi dari
obatnya yaitu untuk meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin sehingga
meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu pengobatan yang
diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga mengalami skizofrenia sehingga
mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan.
2) Terapi keperawatan
Tindakan keperawatan pada klien :
Tujuan :
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Kien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
Klien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya
a. Terapi generalis
Prinsip tindakan :
Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.
Bantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
Bantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
Latih kemampuan yang dipilih klien
Beri pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien
Bantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
Evaluasi kemampuan pasien sesuai jadwal kegiatan harian
Latih kemampuan kedua
Motivasi klien memasukkan kemampuan kedua kedalam jadwal harian
b. Terapi Kognitif
Prinsip tindakan :

Sesi I

: Mengungkapkan pikiran otomatis

Sesi II

Sesi III : Tanggapan terhadap pikiran otomatis

Sesi IV : Menuliskan pikiran otomatis

Sesi V : Penyelesaian masalah

Sesi VI : Manfaat tanggapan

Sesi VII : Mengungkapkan hasil

Sesi VIII : Catatan harian

Sesi IX : Support system

: Mengungkapkan alasan

Tindakan keperawatan pada keluarga


Tujuan :

Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki


Keluarga memfasilitasi aktifitas pasien yang sesuai kemampuan
Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan

yang dilakukan
Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien

a. Terapi generalis
Prinsip tindakan :

Menjelaskan tanda-tanda dan cara merawat klien harga diri rendah

Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan HDR

Mendemonstrasikan dihadapan keluarga cara merawat klien denganHDR

Memberikan kesempatan kepada keluarga mempraktekkan cara merawat klien


dengan HDR seperti yang telah di demonstrasikan perawat sebelumnya

b. Triangle terapi
Prinsip tindakan :

Sesi I

: Mengenali dan mengekspresikan perasaan

Sesi II

Sesi III : Penyelesaian masalah

Sesi IV : Mengungkapkan hasil

: Menerima orang lain (klien)

Tindakan keperawatan untuk kelompok


a. Terapi generalis : TAKS
Prinsip tindakan :

Sesi 1 : Membantu klien meningkatkan kemampuan memperkenalkan diri

Sesi 2 : Membantu klien berkenalan dengan anggota kelompok

Sesi 3 : Membantu klien untuk mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok

Sesi 4 : Membantu klien untuk mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu


dengan anggota kelompok

Sesi 5 : Bantu klien untuk mampu menyampaikan dan membicarakan masalah


pribadi dengan orang lain

Sesi 6 : Bantu klien untuk mempu bekerja sama dalam permainan sosialisasi
kelompok

Sesi 7 : Bantu klien untuk mamu menyampaikan pendapat tentang manfaat


kegiatan kelompok yang telah dilakukan

b. Logo terapi
Prinsip tindakan :

Sesi 1 : Mengenal masalah

Sesi 2 : Mengajukan pertanyaan pada diri sendiri

Sesi 3 : Melihat dan merenungkan pengalaman yang bermakna

Sesi 4 : Mengungkap makna dalam kondisi kritis

Sesi 5 : Evaluasi dan terminasi

A. Proses Keperawatan Jiwa


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data, analisa data dan perumusan masalah klien.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokkan data pada pengkajian klien dengan gangguan jiwa termasuk klien
dengan gangguan konsep diri : HDR meliputi : faktor predisposisi dan presipitasi, fisik,
psikososial, status mental dan kebutuhan persiapan pulang. Setelah data dikelompokkan,
dilakukan analisa data kemudian dirumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan
masalah yang ada pada klien. Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul
pada klien dengan gangguan konsep diri : HDR ialah :
a. Resiko tinggi perilaku kekerasan : diarahkan pada diri sendiri dan oranglain
b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
c. Isolasi sosial
d. Perubahan proses pikir
e. Gangguan konsep diri : HDR
f. Berduka disfungsional
g. Gangguan pola tidur

2. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap lanjut dari pengkajian yang terdiri dari : menentukan
prioritas diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria
evaluasi, merumuskan intervensi dan aktifitas keperawatan.

Tujuan perencanaan terdiri dari : tujuan umum ( TUM ) dan tujuan khusus ( TUK ).
Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu. TUM
dapat dicapai jika serangkaian TUK telah tercapai. TUK berfokus pada penyelesaian
etiologi dari diagnosa tertentu. TUK merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu
dicapai atau dimiliki klien.
Adapun intervensi dan rasionalisasi yang dilakukan pada klien dengan gangguan jiwa
terutama pada klien dengan gangguan konsep diri : HDR sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang ada pada pengkajian di atas adalah:
a. Resiko tinggi perilaku kekerasan : diarahkan pada diri sendiri dan orang lain
Intervensi
(1)

Rasionalisasi
(2)

1) Bina hubungan saling percaya

1) Hubungan saling percaya merupakan


dasar terjalinnya komunikasi terbuka.

2) Pertahankan agar lingkungan klien


pada tingkat stimulus yang rendah
(penyinaran rendah, sedikit orang,
dekorasi yang sederhana, tingkat
kebisingan yang rendah).
3) Salurkan perilaku merusak diri ke
kegiatan fisik untuk menurunkan
ansietas.
4) Pertahankan penampilan dan perilaku
perawat yang tenang di hadapan klien.

2) Tingkat ansietas akan meningkat dalam


lingkungan yang penuh stimulus yang
dirasakan sebagai ancaman

3) Latihan fisik adalah cara yang aman


dan efektif untuk menghilangkan
ketegangan yang terpendam.
4) Ansietas dapat ditransper dari perawat
pada klien.

b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi


Intervensi
(1)
1) Bina hubungan saling percaya

Rasionalisasi
(2)
1) Hubungan saling percaya merupakan

2) Klien dapat mengenal halusinasinya

2)

3) Klien dapat mengendalikan halusinasinya

3)

4) Klien mendapat dukungan keluarga


untuk mengendalikan halusinasinya
5) Klien menggunakan obat untuk
mengendalikan halusinasinya

4)
5)

dasar terjalinnya komunikasi terbuka


Untuk memberikan intervensi yang
tepat pada saat klien menunjukkan
perilaku halusinasi
Mengajarkan kepada klien untuk
memilih tindakan yang positif pada
saat halusinasi terjadi
Memberikan motivasi kepada keluarga
untuk berperan serta dalam perawatan.
Membantu
mencegah
terjadinya
halusinasi

c. Isolasi sosial
Intervensi
(1)
1) Bina hubungan saling percaya
2) Luangkan waktu dengan klien
3) Ajarkan teknik assertif interaksi
dengan orang lain
4) Berikan penghargaan positif bila klien
secara sukarela berinteraksi dengan
orang lain

d. Perubahan proses pikir

Rasionalisasi
(2)
1) Hubungan saling percaya merupakan
dasar terjalinnya komunikasi terbuka
2) Kehadiran perawat dapat meningkatkan
persepsi diri klien sebagai seorang
pribadi yang berharga
3) Dapat meningkatkan hubungan klien
dengan orang lain
4) Penghargaan
positif
akan
meningkatkan
harga
diri
dan
mendorong pengulangan perilaku yang
diharapkan

Intervensi
(1)

Rasionalisasi
(2)

1) Bina hubungan saling percaya


2) Jangan menyangkal keyakinan klien

3) Bantu

klien

untuk

mencoba

menghubungkan keyakinan yang salah


tersebut dengan peningkatan ansietas
yang dirasakan oleh klien
4) Bicarakan tentang kejadian dan orang
orang yang nyata
5) Bantu dan dukung klien dalam
usahanya mengungkapkan perasaannya
secara verbal

1) Hubungan saling percaya merupakan


dasar terjalinnya komunikasi terbuka
2) Menyangkal keyakinan klien tidak
akan bermanfaat dan akan menghalangi
perkembangan
hubungan
saling
percaya
3) Jika klien dapat belajar untuk
menghentikan

ansietas

yang

meningkat, pikiran wahamnya mungkin


dapat dicegah
4) Diskusi yang berfokus pada ide ide
yang ada tidak akan mencapai tujuan
dan mungkin akan menjadi lebih buruk
5) Ungkapan perasaan secara verbal
dalam
lingkungan
yang
tidak
mengancam akan menolong klien
untuk mengungkapkan perasaannya
yang mungkin sudah terpendam cukup
lama

e. Gangguan konsep diri : HDR


Intervensi
(1)

Rasionalisasi
(2)

1) Bina hubungan saling percaya

1) Hubungan saling percaya merupakan


dasar terjalinnya komunikasi terbuka

2) Bersikap

menerima

klien

dan

2) Meningkatkan perasaan makna diri

negativismenya
3) Untuk memperlihatkan penerimaan dan

3) Luangkan waktu bersama klien

perhatian perawat terhadap klien


4) Dorong

klien

untuk

berpartisipasi

4) Klien dapat menerima umpan balik


positif dan dukungan dari teman

dalam terapi aktifitas kelompok

temannya
5) Bantu klien mengidentifikasi bagian
diri yang ingin dirubah.

5) Harga

diri

mengganggu

yang

rendah

persepsi

dapat
tentang

kemampuan menyelesaikan masalah.


6) Bantu klien untuk melakukan aspek
aspek perawatan diri saat dibutuhkan.

6) Umpan balik positif meningkatkan


harga diri.

f. Berduka disfungsional
Intervensi
(1)

Rasionalisasi
(2)

1) Bina hubungan saling percaya

1) Hubungan saling percaya merupakan


dasar terjalinnya komunikasi terbuka

2) Perlihatkan
membolehkan

sikap

menerima
klien

dan

2) Sikap menerima menunjukkan kepada

untuk

klien bahwa ia merupakan seorang

mengekspresikan perasaannya
3) Dorong klien untuk meninjau proses
berdukanya

pribadi yang bermakna


3) Klien harus menghentikan persepsi
idealisnya dan mampu menerima baik
aspek positif maupun negatif dari
proses berdukanya

4) Bantu klien dalam pemecahan masalah

4) Membantu meringankan beban yang


dihadapi oleh klien

g. Gangguan pola tidur


Intervensi
(1)

Rasionalisasi
(2)

1) Buat catatan secara terperinci tentang

1) Data dasar yang akurat penting dalam

pola tidur klien

perencanaan keperawatan untuk membantu klien menangani masalahnya

2) Jangan dukung klien untuk tidur


sepanjang hari

nyenyak malam hari

3) Bantu dengan tindakan yang dapat


menambah
minuman

2) Untuk memberi kesempatan tidur yang

waktu
yang

tidur,

tidak

seperti

3) Meningkatkan kenyamanan klien saat


tidur

merangsang,

mandi air hangat dan gosok punggung


4) Lakukan
menggunakan

latihan
musik

relaksasi
yang

lembut

4) Membantu mengurangi ansietas yang


dialami klien

sebelum tidur
5) Batasi minuman yang mengandung

5) Kaffein merupakan stimulan untuk SSP


sehingga

kaffein

mengganggu

kemampuan

klien untuk istirahat tidur.

3. Pelaksanaan / Implementasi
Pelaksanaan

tindakan

keperawatan

disesuaikan

dengan

rencana

tindakan

keperawatan yang telah ditetapkan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan
maka perlu adanya kontrak dengan klien untuk menjelaskan apa yang akan dikerjakan
dan peran serta klien yang diharapkan.
Beberapa petunjuk pada pelaksanaan / implementasi adalah :
a.

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi

b.

Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan


efisien pada situasi yang tepat

c.

Keamanan fisik dan psikologis dilindungi

d.

Dokumentasi intervensi dan respon klien

4. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses atau formatif
dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan
dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan.
B.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Beberapa faktor yg harus dikaji adalah faktor predisposisi dan faktor presipitasi (Stuart &
Laraia, 2005)
a. Faktor predisposisi yg harus dikaji adalah penolakan orangtua, harapan orangtua yg
tidak realistis, kegagalan yag berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri tidak realistis. Sedangkan yg
paling sering terjadi adalah gangguang dalam mencapai tugas perkembangan
sehingga individu tidak dapat hubungan interpersonal yg sehat. Seperti kurangnya
perhatian dan stimulasi pada masa bayi, kurang komunikasi antara orangtua dan anak,
penganiayaan pada masa kanak-kanak.
b. Faktor presipitasi yg harus dikaji adalah ketegangan peran stres yg berlebihan
berhubungan dgn frustasi yg dialami individu dlm peran spt konflik peran yg tidak
jelas, menurunnya kestabilan keluarga, terjadinya perpisahan dgn orangtua yg berarti
(perceraian,kematian), ansietas berat yg berkepanjangan dan tidak dapat
diatasi(kegagalan dlm berhubungan), malu pada saat berhubungan dgn orang lain.
Secara objektif dapat dilihat perilaku klien yg khas dan berhubungan dgn harga diri
rendah, keracunan identitas dan depersonalisasi. Perilaku perasaan malu terhadap diri
sendiri akibat penyakit dan terhadap tindakan penyakit, rasa percaya kurang,
merendahkan martabat diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, mencederai diri

sendiri akibat harga diri rendah, sukar mengambil keputusan dan mempunyai harapan
yang suram.
c. Tanda dan gejala
Perasaan malu pada diri sendiri.
Rasa bersalah terhadap diri sendiri
Merendahkan martabat.
Gangguan hubungan sosial.
Percaya diri kurang..
Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai dgn harapan yg suram
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
d. Mekanisme koping pada gangguan konsep diri, mekanisme koping dapat dibagi 2
yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang (Stuart & Laraia, 2005):
Koping jangka pendek (Suliswati,2005) membagi menjadi 4 kategori, yaitu:
aktivitas yg memeberi pelarian sementara dari krisis (pemakaian obat),
aktivitas yg memebri kehidupan (memenuhi kebutuhan hidup dgn kerja),
aktivitas yg memberi kesempatan mengganti identitas sementara (memiliki
kelompok tertentu/pengikut kelompok tertentu), aktivitas yg memberikan
kekuatan/dukungan sementara terhadap konsep diri (aktivitas yg kompetisi,

kontes, prestasi,akademik)
Koping jangka panjang adalah penutupan identitas prematur yg diinginkan
oleh orang yg penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan aspirasi
dan potensi dari individu tersebut dan identitas negatif dgn mengasumsi
identitas yg tidak wajar untuj dapat diterima oleh nilai dan harapan

masyarakat.
e. Sumber koping merupakan suatu evauasi terhadap pilhan koping dan strategi
seseorang. Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dgn menggunakan sumber
koping yg ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut dujadikan sebagai modal
untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu sesorang mengintegrasikan pengalaman yg menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yg efektif.
Menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri rendah akan
ditemukan batasan karakteristik :
a. Kurang kontak mata
b. Ungkapan yang mengaktifkan diri

c. Ekspresi rasa malu


d. Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk menghadapi
berbagai peristiwa.
e. Menolak umpan balik yang positif dan melebih-lebihkan umpan balik yang
negatif tentang dirinya.
f. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru
g. Hipersensitif terhadap kritik, mudah tersinggung dengan pembicaraan orang
lain.
2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Tujuan umum : klien memilih konsep diri yang positif
Tujuan khusus
Kriteria
1.
Klien dapat Klien
dapat
membina
hubungan

ekspresi

Intervensi
menunjukan .Bina hubungan saling percaya dengan

wajah

bersahabat,

saling menunjukan rasa senang, ada

percaya

dengan kontak

mata,

perawat

tangan,

mau

mau

berjabat

menyebutkan

menggunakan prinsip komunikasi


terapeutik, yaitu sapa klien dengan
ramah baik verbal maupun non verbal,
perkenalkan diri dengan sopan,

nama, mau menjawab salam,

tanyakan nama lengkap dan nama

klien mau duduk berdampingan

panggilan yang disukai klien, jelaskan

dengan

mau

tujuan pertemuan, jujur dan menepati

yang

janji, tunjukkan sikap empati dan

perawat,

mengutarakan

masalah

dihadapi

menerima klien apa adanya, beri


perhatian dan perhatikan kebutuhan
dasar klien.

2.

Klien dapat Klien dapat mengidentifikasi

mengidentifikasi

kemampuan dan aspek positif

Diskusikan dengan klien tentang :


aspek positif yang dimiliki klien,

aspek positif dan yang dimiliki yaitu : aspek

keluarga, lingkungan, kemampuan

kemampuan yang positif dan kemampuan yang

yang dimiliki klien. Bersama klien

dimiliki

dimiliki klien, aspek positif

buat daftar tentang : aspek positif

keluarga,

klien, keluarga, lingkungan,

aspek

positif

lingkungan klien.

kemampuan yang dimiliki klien. Beri


pujian yang realistis, hindarkan
memberi penilaian negatif

3.

Klien

dapat Klien

menyebutkan

Diskusikan dengan klien kemampuan

menilai

kemampuan

yang

dapat

yang dapat dilaksanakan, diskusikan

kemampuan yang dilaksanakan.

kemampuan yang dapat dilanjutkan

dimiliki

pelaksanaannya.

untuk

dilaksanakan
4. Klien dapat Klien
merencanakan
kegiatan

rencana

membuat

kegiatan harian.

Rencanakan bersama klien aktivitas


yang dapat dilakukan setiap hari sesuai

sesuai

kemampuan klien, meliputi : kegiatan

dengan

mandiri, kegiatan dengan bantuan

kemampuan yang

keluarga, tingkatkan kegiatan sesuai

dimiliki

kondisi klien, beri contoh cara


pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan.

5.

Klien

dapat Klien

melakukan

melakukan

kegiatan Anjurkan klien untuk melaksanakan

sesuai jadual yang dibuat

kegiatan

kegiatan yang telah direncanakan,

sesuai

dengan

pantau kegiatan yang dilaksanakan

rencana

klien, beri pujian atas usaha yang

yang dibuat

dilakukan klien, diskusikan


kemungkinan pelaksanaan kegiatan

6.

Klien

dapat Klien

memanfaatkan

sistem

memanfaatkan

pendukung

yang

ada

di

setelah pulang.
Beri pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang cara merawat klien

sistem pendukung keluarga

dengan harga diri rendah, bantu

yang ada

keluarga memberikan dukungan


selama klien di rawat, bantu keluarga
menyiapkan lingkungan di rumah.

2. Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah


Isolasi sosial

Menurut Townsend, M.C (1998:152), Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian


yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif
dan mengancam bagi dirinya.

Menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau withdrawal merupakan


suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap
lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.

Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
TUJUAN

EVALUASI
Ekspresi wajah

TUK 1
Klien

KRITERIA

dapat

bersahabat,

membina hubungan

menunjukkan rasa

saling percaya

senang, ada kontak


mata, mau berjabat
tangan, mau
menyebutkan nama,
mau menjawab
salam, klien mau
duduk
berdampingan
dengan perawat,
mau menguraikan
masalah yang
dihadapi

INTEVENSI

Bina hubungan saling percaya


dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan ramah

baik

verbal maupun non verbal


b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien
dan nama panggilan yang disukai
klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien

Klien dapat

TUK 2
Klien

dapat

mengidentifikasi

mengidentifikasi

kemampuan dan

kemampuan

dan

aspek positif yang

aspek positif yang

dimiliki.
a. Kemampuan yang

dimiliki

Diskusikan kemampuan dan aspek


positif yang dimiliki klien
Setiap bertemu klien hindarkan
dari memberi nilai yang negatif
Utamakan memberi pujian yang
realistis

dimiliki klien
b. Aspek positif
keluarga
c. Aspek positif
lingkungan yang
dimiliki
Klien dapat

TUK 3
Klien dapat menilai

menilai

kemampuan

kemampuan yang

yang

dapat digunakan

dapat digunakan
dirumah sakit
Klien menilai

Diskusikan dengan klien


kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit
Diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan pengunaanya
Berikan pujian

kemampuan yang
dapat digunakan di
rumah
Klien memiliki

TUK 4
Klien

dapat

menetapkan

dan

merencanakan
kegiatan

sesuai

Klien
melakukan

rumah sakit
Bantu klien melakukan jika perlu

sesuai jadwal

beri contoh
Beri pujian atas keberhasilan klien
Diskusikan jadwal kegiatan harian

yang

dimiliki
TUK 5

kegiatan yang mau dilakukan di

akan dilatih
Klien mencoba
harian

dengan
kemampuan

kemampuan yang

Meminta klien untuk memilih satu

atas kegiatan yang di latih


Klien melakukan Beri kesempatan pada klien untuk

dapat

kegiatan yang

mencoba kegiatan yang telah

telah dilatih

direncanakan

kegiatan

sesuai

kondisi sakit dan


kemampuannya

Beri pujian atas keberhasilan klien


Diskusikan kemungkinan

(mandiri atau
dengan bantuan)
Klien mampu

pelaksanaan dirumah

melakukan
beberapa kegiatan
secara mandiri
Keluarga memberi Beri pendidikan kesehatan pada

TUK 6
Klien

dapat

dukungan dan

keluarga tantang cara merawat klien

memenfaatkan

pujian
dengan harga diri rendah
sistem pendukung Keluarga
Bantu keluarga memberikan
memahami jadual
yang ada
dukungan selama sakit
kegiatan harian
Bantu keluarga menyiapkan
klien
lingkungan dirumah
Jelaskan cara pelaksanaan jadual
kegiatan klien dirumah
Anjurkan memberi pujian pada klien
setiap berhasil
3. Resiko perubahan persepsi sensori: Halusnasi berhubungan dengan menarik diri.
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,
2007).
Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain supaya tidak terjadi
halusinasi

Tujuan Khusus
1 . Klien
membina

Kriteria
dapat Klien

mampu,

Intervensi
Bina hubungan saling

hubungan menunjukan

ekpresi

percaya dengan klien

saling percaya

menerima/
kontak

bersahabat,
mata

menggunakan prinsop

baik,

komunikasi terapeutik.

mengatakan masalah yang


2

Klien

mengenal
yang

dihadapi
dapat Klien

mampu

perasaan mengungkapkan

menyebabkan

perilaku menarik diri.

perasaannya
menyebabkan

Kaji pengetahuan klien


tentang perilaku menarik diri

yang
menarik

dan tanda tandanya.


Beri kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan

diri.

perasaan penyebab menarik

diri atau tidak mau bergaul.


Diskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik
diri, tanda-tanda serta pe-

nyebab yang muncul.


Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya

3.

Klien

dapat Klien dapat menyebutkan

Kaji pengetahuan klien

menyebutkan

manfaat dan keuntungan

tentang manfaat dan

keuntungan

berhubungan

keuntungan berhubungan

berhubungan
orang lain.

dengan orang lain.

dengan

sosial dengan orang lain dan


kerugian bila yidak
berhubungan dengan orang
lain.
Beri kesempatan kepada
klien untuk mengung-kapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan sosial
dengan orang lain.
Diskusikan dengan klien
tentang manfaat
berhubungan so-sial dengan
orang lain.

Beri reinforcement positif


terhadap kemampuan klien
mengungkapkan kemampuan
berhubungan dengan orang
lain
Kaji pengetahuan pasien
tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang
lain.
Beri kesempatan kepada
klien untuk mengung-kapkan
perasaan tentang kerugian
bila tidak berhubungan
dengan orang lain.
Diskusikan dengan klien
tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang
lain.
Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan klien
mengungkapkan kemampuan
berhubungan dengan orang
lain.

4. Resiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah


Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan
secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang
bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan
mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit
psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat bunuh
diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa
menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk., 2000).

Tujuan jangka pendek : klien akan mencari bantuan perawat bila ada perasaan ingin
mencederai diri.

Tujuan jangka panjang : klien tidak akan mencederai diri


No.

Intervensi

Rasional

1.

Observasi perilaku klien lebih sering Observasi

ketat

dibutuhkan

melalui aktivitas dan interaksi rutin, supaya intrvensi dapat terjadi


hindari

kesan

pengamatan

dan jika

kecurigaan pada klien


2.

dibutuhkan

untuk

memastikan keamanan klien

Tetapkan kontak verbal dengan klien mendiskusikan perasaan ingin


bahwa ia akan meminta bantuan jika bunuh diri dengan orang yang
keinginan bunh diri dirasakan

dipercaya memberikan derajat


keringanan untuk klien, sikap
penerimaan

klien

sebagai

individu dapat dirasakan


3.

Dorong klien untuk bicara tentang Agar


perasaan yang

dimiliknya

memecahakn

masalah

sebelum dan memahami factor pencetus

perilaku bunuh diri terjadi


4.

Bertindak

sebagai

model

dalam Perilaku bunuh diri dipandang

mengekspresikan kemarahan yang tepat

sebagai marah yang diarahakan


pada diri sendiri

5.

Rancang anggota tim perawat untuk Untuk memantau kondisi klien


memonitor secara kontinyu.

6.

Instruksikan

pengunjung

setiap waktu.
untuk Mencegah penggunaan benda-

membantasi barang bawaan ( yakinkan benda


untuk

tidak

memberikan

tertentu

untuk

makanan melanjutkan ide bunuh dirinya.

dalam tas plastic)


7.

Batasi orang dalam ruangan klien dan Stimulus untuk bunuh diri bisa
perlu adanya penurunan stimuli.

timbul ketika klien melihat


keramaian.

8.

Informasikan
saudara

kepada

klien

keluarga
bahwa

dan Dukungan

social

dapat

klien meringankan stimulus.

membutuhkan dukungan social yang


adekuat
9.

Bersama

pasien

dukungan

sosial

menulis
yang

di

daftar Untuk

mempermudah

punyai menghubungi keluarga yang

termasuk jejaring sosial yang bisa di bisa membantu meringankan


akses.
10.

Dorong

stimulus.
klien

aktivitas social.

untuk

melakukan Mengalihkan

stimulus

kegiatan lain.

BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Pengkajian
1. Identitas

ke

Nama
: Tn. R
Umur
: 34 tahun
Diagnosa Medis
: Gangguan afektif bipolari
No. RM
: 01 33 08
Tanggal Masuk RS
: 04 Februari 2012
Ruang Rawat
: Kutilang
Tanggal Pengkajian
: 14 Februari 2012
Pekerjaan
: Pengangguran
Pendidikan terahir
: SMP
Alamat
: Malaber Rt 01/06 kec. Andir kota bandung
Suku Bangsa
: Sunda/Indonesia
Penanggung Jawab :
Nama
: Tn D
Umur
: 43 tahun
Pekerjaan
: swasta
Hubungan dengan klien
: Adik kandung
Alamat
: Malaber Rt 01/06 kec. Andir kota bandung
2. Alasan Masuk
Di rumah klien mengamuk, halusinasi lihat dan dengar terlihat mondar mandir, bicara sendiri,
marah-marah dan suka merusak alat rumah tangga klien juga suka menyendiri dikamar,
melamun. Pada saat dikaji tanggal 14 februari 2012, klien mengatakan dirinya tidak berguna,
klien juga mengatakan kesal dengan ibunya karna tidak memenuhi keinginan klien untuk pindah
rumah karna klien merasa malu dengan orang lain karena klien marasa orang yang tidak punya
apa-apa, pendidikan hanya lulusan SMP dan tidak punya pekerjaan.
Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

Isolasi sosial

Gangguan konsep diri : harga diri rendah


3. Faktor Predisposisi
a. Klien menderita gangguan jiwa sejak tahun 1997, klien pernah di rawat di Rumah Sakit Jiwa
Cisarua Cimahi tahun 1997, kemudian klien selalu berobat jalan secara teratur tetapi + 1 bulan
klien menolak minum obat, pengobatan tidak berhasil kemudian klien dianjurkan untuk dirawat.
b. Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik, seksual maupun tindaka kriminal
c. Dalam anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
d. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : klien sempat minta pindah rumah tetapi tidak
dihiraukan orang tuanya, karena klien merasa tidak betah tinggal dirumah yang lama dan malu
dengan orang lain karna klien orang yang tidak punya dan berpendidikan rendah karenanya klien
banyak menyediakan perawatan :
- Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Resiko tinggi perilaku kekerasan
Isolasi social
1.
Faktor Presipitasi
a.
Klien sering menyendiri dikamar dan jarang bersosialisasi dengan lingkungan.
1.
Persepsi dan harapan klien dan keluarga

a.
b.
c.
d.

a.

b.
c.
a.

Persepsi klien atas masalahnya : klien merasa tidak berguna dan merasa malu dengan orang
lain karena klien tidak bekerja dan tidak mempunyai apa-apa.
Persepsi keluarga atas masalahnya : klien mengatakan keluarganya tidak peduli dengan
keadaanya karena klien hanya penganguran.
Harapan klien sehubungan dengan pemecahan masalah : klien berharap ingin cepat pulang dan
ingin sembuh karena klien tidak betah di RSJ.
Harapan keluarga sehubungan dengan pemecahan masalah : keluarga berharap yang terbaik
untuk kesembuhan klien.
1.
Mekanisme koping
Adaptif : saat klien sendirian, klien hanya duduk dtempat tidur dan sesekali mencari teman untuk
berbincang-bincang, saat klien berbincang-bindang klien merasa senang.
1.
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital :
TD
: 100/80 mmHg
N
: 96 x/menit
R
:23 x/menit
S
:36,6OC
Ukuran : TB 157 cm, BB 46 kg, berat badan turun semenjak masuk RSJ.
Keluhan fisik : klien tidak mengeluh dengan badannya.
1.
Keluarga
Genogram

Penjelasan :
Klien merupakan anak ke 5 dari 5 bersaudara, klien tinggal bersama kedua orang tuanya dan ke 3
orang kakaknya. Orang terdekat dengan klien adalah kakak laki-lakinya.
b. Pola pengambilan keputusan: saat klien ada masalah klien suka memukul kaca dan merusak
alat-alat rumah tangga.
9. Psikososial
a. Konsep Diri
1) Citra tubuh
Klien tidak mempermasalahkan struktur maupun bentuk tubuhnya. Klien menyatakan dari
anggota tubuhnya tidak ada yang dianggap terlalu disukai ataupun tidak disukai.
2)
Identitias diri
Pada saat dikaji klien mengatakan dirinya seorang laki-laki dan penampilannya sesuai dengan
kodratnya
3)
Peran
Pada saat dikaji klien mengatakan anak ke-5 dari 5 bersaudara, klien sangat menyayangi ibunya.
Dirumah sakit klien mengatakan sebagai pasien untuk menjalani program pengobatan, saat dikaji
klien tampak gelisah dan terkadang menarik diri.
4)
Ideal diri
Klien berharap agar cepat pulang dan dapat pekerjaan.
5)
Harga diri
Pada saat dikaji klien mengatakan dirinya merasa tidak berguna dan merasa kurang beruntung
dalam hidupnya sehingga klien sering menyendiri dan melamun dikamar.
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
c. Hubungan Sosial
Orang yang berarti bagi klien adalah orang tuanya, klien mengatakan tidak efektif dalam
kegiatan kelompok dalam masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, klien
selalu minder dan malu karena klien orang yang tidak punya dan berpendidikan rendah sehingga
klien sering mengurung diri dikamar.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
d. Spiritual
Klien bergama Islam, selama di rumah sebelum klien mengalami gangguan jiwa klien selalu
melaksanakan ibadah shalat 5 waktu. Saat di RSJ klien rajin beribadah.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
10. Status Mental
a.
Penampilan
Pada saat dikaji penampilan klien rapi, rambut rapi, tidak kotor dan tidak berketombe.
Masalah keperawatan
: Tidak ada masalah
b. Pembicaraan
Pada saat berkomunikasi klien menjawab dengan aktif dan bercerita tentang kehidupan klien dan
sesuai dengan topik pembicaraan
Masalah keperawatan
: Tidak ada masalah
c.
Aktivitas Motorik
Pada saat dikaji klien tampak gelisah, klien sering menyendiri dan kadang-kadang mau
berinteraksi dengan pasien lain.

d.

e.
f.

g.

h.
i.
j.
k.
l.

m.

n.

Masalah keperawatan
: Isolasi sosial
Alam Perasaan
Pada saat dikaji klien terlihat gelisah karena ingin segera pulang ke rumahnya dan klien tidak
menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa dan klien selalu mengatakan dia sehat
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
Afek
Afek klien sesuai dengan rangsangan, klien terlihat putus asa ketika mengatakan ingin pulang
Masalah keperawatan
: Tidak ada masalah
Interaksi Selama Wawancara
Pada saat berkomunikasi kontal mata aktif, klien kooperatif, klien menjawab dengan aktif dan
cepat.
Masalah keperawatan
: Tidak ada masalah
Persepsi
Klien mengatakan selama di rawat di rumah sakit jiwa Cisarua tidak pernah mendengar ataupun
melihat yang sebenarnya tidak nyata.
Masalah keperawatan
: Tidak ada masalah
Proses Pikir
Pada saat dikaji klien berbicara sesuai topik pembicaraan dan menjawab dengan aktif dan cepat.
Masalah keperawatan
: Tidak ada masalah
Isi pikir
Pada saat dikaji tidak mengalami gangguan isi pikir
Masalah keperawatan
: Tidak ada masalah
Tingkat Kesadaran
Klien dapat mengenali tempat, waktu dan orang disekitarnya.
Masalah keperawatan
: Tidak ada masalah
Memori
Pada saat dikaji klien dapat mengingat siapa yang membawanya ke rumah sakit.
Masalah keperawatan
: Tidak ada masalah
Tingkat Kosentrasi dan Berhitung
Klien mampu berkonsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan dan mampu menghitung jumlah
1-10
Masalah keperawatan
: Tidak ada masalah
Kemampuan Penilaian
Saat dikaji klien dapat mengambil keputusan sederhana contoh klien mau gosok gigi atau
keramas.
Masalah keperawatan
: Tidak ada masalah
Daya Tilik Diri
Klien mengingkari bahwa dirinya sakit, klien mengatakan dirinya sehat
Masalah keperawatan
: Penatalaksanaan regimen terapeutik inefekti

11. Kebutuhan Perencanaan Pulang


a.
Makan
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi makan habis, jenis makanan nasi, sayur, laukpauk, klien
dapat makan tanpa bantuan

b.
c.
d.
e.
f.

g.

h.

i.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah


BAB/BAK
Klien dapat BAB dan BAK sendiri di kamar mandi tanpa bantuan
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Mandi
Klien mandi 1x/hari.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
Berpakaian
Klien mampu berpakaian sendiri, klien tidak mau mengganti baju meskipun sudah kotor
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
Istirahat dan Tidur
Pada saat dikaji klien mengatakan tidur nyanyak dan tidak pernah tidur siang
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Penggunaan Obat
Selama perawatan klien mendapat pengobatan secara teratur, obat diberikan oleh perawat dan
harus di tunggu untuk memastikan obatnya diminum oleh klien
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan jika pasien sudah pulang klien akan selalu kontrol, minum obat secara teratur
dan akan selalu memperhatikannya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Kegiatan di Dalam Rumah
Klien mengatakan kegiatan di dalam rumah hanya berdiam diri di kamar
Masalah keperawatan : Isolasi sosial

Kegiatan di luar rumah


Klien mengatakan bila sudah pulang ingin bekerja.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
12. Mekanisme Koping
Pada saat dikaji klien mengatakan tidak pernah bercerita kepada orang lain apabila ada masalah
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
13. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain karena malu dirinya orang yang tidak
punya
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
14. Pengetahuan Klien Tentang Gangguan Jiwa
Klien tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami ganguan jiwa.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
1.
Aspek Medik
Diagnosa Medis : Ganguan afektif bipolari
Terapi Medis :
- Meferomat 500 mg 2x1 / hari
- Amitriphiline 25 mg 2x1/ hari
- Lodopin 2x1/ hari

a.
b.
c.
d.
e.

- Trihexcyphenidil 2x1/ hari


- Trifluopheracine 2x1/ hari
55226. Masalah Keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Kerusakan interaksi sosial : Isolasi sosial
Regimen terapeutik inefektif
Defisit perawatan diri
Resiko perilaku kekerasan

17. Diagnosa keperawatan


a.
Ganguan konsep diri : Harga diri rendah
b. Kerusakan interaksi sosial : isolasi sosial
c.
Resiko tinggi prilaku kekerasan
d. Regimen terapeutik inefektif
18. Analisa data
NO
DATA SENJANG
MASALAH
1. Ds :
Gangguan konsep diri : harga
Klien mengatakan klien mengatakan dirinya tidakdiri rendah
berguna, malu jika berhubungan dengan orang lain,
karena tidak mempunyai apa-apa dan berpendidikan
rendah.
Do :
Klien tampak sedih, melamun dan diam
2. Ds :
Isolasi sosial
Klien mengatakan di rumah sering berdiam diri di
kamar
Do :
Klien terlihat sering melamun dan menyendiri
ditempat tidur
3. Ds :
Resiko
tinggi prilaku
Klien mengatakan klien suka merusak barang-kekerasan
barang di rumah, jika keinginananya tidak dipenuhi.
Do :
Klien sudah dirawat 2 kali di RSJP Cisarua dengan
gejala yang sama, mengamuk, marah-marah,
merusak barang-barang rumah tangga
4. Ds :
Defisit perawatan diri
Klien mengatakan klien mandi 1 kali sehari
Klien tidak mau mengganti pakaiannya
Do :
Pakaian klien tampak kotor

19. Rencana Tindakan Keperawatan


Nama mahasiswa
: Tanzeri gusali
NIM
: 4003090024

Nama
No RM
Ruang

: Tn R
: 013308
: kutilang

PERENCANAAN
RASIONAL
KRITERIA
TUJUAN
INTERVENSI
INTERVENSI
1 Ganguan konsep diri :TUM :
Setelah
3
kaliSp. 1
Hubungan
saling
harga diri rendah
Klien
pertemuan
klien Identifikasi percaya merupakan
Ds :
berhubungan mampu :
kemampuan
dasar
kelancaran
Klien
mengatakandengan orang Mengidentifikasi positif
yanghubungan interaksi
dirinya tidak berguna,lain
secarakemapuan
dimiliki
selanjutnya
malu dan minderoptimal
aspek yang dimiliki. a.Diskusikan
terhadap orang lain
Menilai
kemampuan
Dukungan positif
Do :
TUK 1 :
kemampuan
yangpositif
yangdapat meningkatkan
Klien
tampakKlien
dapatdapat digunakan.
dimiliki sepertiharga diri klien
berdiam diri ditempatmembina
Memilih kegiatankegiatan
klien
tidur
dan
jaranghubungan
yang sesuai dengandirumah.
Mengidentifikasi
berinteraksi dengansaling percaya kemampuan.
b. beri pujianhal-hal positif yang
orang lain.
Melatih kegiatanyang realistis dandimiliki klien
yang sudah dipilih. hindarkan setiap Pujian
yang
Merencanakan
kali
pertemuanrealistis
tidak
kegiatan yang sudahdengan penilaianmenyebabkan klien
dilatihkan
negative.
melakukan kegiatan,
2.
nilaihanya karena ingin
kemampuan yangmendapatkan pujian
dapat dilakukan
saat ini.
a.
diskusikan
dengan
klien
kemampuan yang
masih
dapat
digunakan
saat
ini
b. bantu klien
menyebutkan dan

NO

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

beri
penguatan
terhadap
kemampuan klien
c.
perlihatkan
respon
yang
kondusif
dan
menjadi
pendengar yang
aktif
3.
pilih
kemampuan yang
akan dilatihkan
a.
diskusikan
dengan
klien
beberapa aktifitas
yang
dapat
dilakukan seharihari
b. bantu klien
menetapkan
aktivitas
mana
yang dapat klien
lakukan
secara
mandiri
c. susun bersama
klien
aktivitas
atau
kegiatan
sehari-hari.
TUK 2 :
Klien
dapat
memilih
kegiatan kedua
yang
dapat
dilakukan.

Sp. 2
a. Evaluasi Sp.
1
b. Pilih
kemampuan yang
kedua yang dapat
dilakukan
c. Latih
kemampuan yang
dilatih
d. Masukkan
dalam
jadwal
kegiatan klien
Sp. 3
Keterbukaan dan
a. Evaluasi Sppengertian tentang
1&2
kemampuan
yang

b. Memilih
dimiliki
adalah
kegiatan
prasarat
untuk
kemampuan
berubah
ketiga yang dapat Pengertian tentang
dilakukan
kemampuan
yang
c. Masukkan dimiliki
dan
dalam kegiatanmemotivasi
untuk
klien
tetap
mempertahankan
kegunaannya

20. Implementasi dan Evaluasi


Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri :
harga diri rendah
DS : klien mengatakan
dirinya tidak berguna, klien
malu dengan orang lain
DO
:
klien
tampak
melamun, berdiam diri dan
jarang berinteraksi dengan
orang lain

Implementasi
Evaluasi
Sp. 1 tgl 16 feb 2012 jam 13.00 S . klien mengatakan senang
Mengidentifikasi kemampuan bisa ngobrol dengan perawat.
positif yang dimiliki
Klien juga mengatakan punya
a.mendiskusikan
kemampuankegiatan
positif
seperti
positif yang dimiliki sepertiolahraga dan menggambar.
kegiatan klien dirumah.
O . klien terlihat senang, klien
b. memberi pujian yang realististampak tenang dan tampak
dan hindarkan setiap kaliterbuka menerima perawat
pertemuan dengan penilaianA . SP.1 klien mengatakan
negative.
masih punya kegitan positif
2. menilai kemampuan yangyang dimilki seperti berolah
dapat dilakukan saat ini.
raga dan menggambar
a. mendiskusikan dengan klienP . lanjutkan SP.2 dan evaluasi
kemampuan yang masih dapatSp.1
digunakan saat ini
b. membantu klien menyebutkan
dan beri penguatan terhadap
kemampuan klien
c. memperlihatkan respon yang
kondusif
dan
menjadi
pendengar yang aktif
3. memiilih kemampuan yang
akan dilatihkan
a. mendiskusikan dengan klien
beberapa aktifitas yang dapat
dilakukan sehari-hari
b. membantu klien menetapkan
aktivitas mana yang dapat klien

lakukan secara mandiri


c. menyusun
bersama klien
aktivitas atau kegiatan seharihari.
Sp. 2 tgl 17 feb 2012 jam 13.00 S . klien mengatakan ingin
e. mengevaluasi Sp. 1
bekerja
dikonfeksi
tetapi
f. memilih kemampuan yangbelum ada keahlian, klien
kedua yang dapat dilakukan
mengatkan
senang
bisa
g. melatih kemampuan yangngobrol dengan perawat dan
dilatih
kemaren main badminton dan
h. Masukkan dalam jadwalmenggambar
di
ruang
kegiatan klien
rehabilitasi
O . klien tampak senang dan
tenang bersama perawat
A . evaluasi SP.1 . klien mau
bermain
badminton
dan
menggambar
P . lanjutkan SP 3, evaluasi Sp.
2
Sp. 3 lanjutan tgl 17 feb jamS . klien mengatakan senang
14.00
bisa
berbincang-bincang
d. mengvaluasi Sp 1 & 2
dengan perawat, klien juga
e. Memilih
kegiatanmengatkan mendapat motivasi
kemampuan ketiga yang dapatdan menjadi semangat jika
dilakukan
ingin melakukan kegiatan
f. Masukkan dalam kegiatanO . klien tampak senang dan
klien
tenang
A . evaluasi SP.1,2.
P . lanjutkan intervensi

B.

Pembahasan

Pada pembahasan ini penulis membahas tentang kesenjangan yang ditemukan antara
teori dengan kasus yang penulis buat, pada pembahasan ini penulis menganalisa tentang
hambatan yang ditemukan pada saat penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien.
Pada tahap pengkajian ditemukan adanya beberapa kesenjangan diantaranya pohon
masalah. Pada pohon masalah penyebab utama dari masalah utama yang penulis buat pada kasus
adalah Harga diri rendah, sedangkan pada teori adalah mekanisme koping keluarga yang tidak

efektif. Hal ini disebabkan karena klien mengalami kekecewaan pada saat klien tidak jadi pindah
rumah. Hal tersebut menyebabkan klien merasa minder dan malu terhadap orang lain.
Dikarenakan dari penyebab masalah utama berbeda maka diagnosa keperawatan yang muncul
adalah Gangguan konsep diri : Harga diri rendah . Adapun hambatan yang penulis temukan pada
saat melakukan pengkajian adalah penulis sulit untuk berkomunikasi dengan klien karena klien
sering melamun dan kurang perhatian. Oleh karena itu penulis dalam mengatasinya melakukan
kontak sering dan singkat.
Pada tahap perencanaan, rencana asuhan keperawatan pada Tn. R dimulai setelah data
terkumpul yang didapat dari hasil pengkajian. Pada perencanaan tidak menemukan kesenjangan
pada tujuan umum maupun tujuan khusus.
Pembahasan pada implementasi penulis melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang sudah ditetapkan. Tetapi dalam hal ini penulis mendapatkan hambatan pada tahap
implementasi, penulis tidak bertemu dengan anggota keluarganya sehingga penulis tidak dapat
memvalidasi data yang dikemukakan klien. Dalam mengatasinya penulis mencocokan dengan
dokumentasi yang ada pada status dan dari perawatan di ruang Kutilang. Selain itu penulis tidak
dapat melaksanakan perencanaan pada diagnosa keperawatan yang kedua dikarenakan
keterbatasan waktu yang penulis miliki.
Pada tahap evaluasi penulis hanya dapat melaksanakan diagnosa keperawatan yang
pertama saja. Hambatan yang penulis temukan pada saat evaluasi adalah penulis tidak
mempunyai waktu yang lama untuk mengevaluasi karena perawat tidak mempunyai waktu yang
lama.

https://www.scribd.com/doc/173793914/Harga-Diri-Rendah-Situasional#download
https://www.academia.edu/9606072/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_Tn._I_DENGAN_G
ANGGUAN_HARGA_DIRI_RENDAH_DI_RUANG_BANTENG_RUMAH_SAKIT_JIWA_P
ROVINSI_KALIMANTAN_BARAT_AKADEMI_KEPERAWATAN_POLTEKKES_KEMENK
ES_PONTIANAK
https://www.scribd.com/archive/plans?doc=46947979&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A
%22download_promo%22%2C%22platform%22%3A%22web%22%2C%22logged_in
%22%3Atrue%7D
https://www.scribd.com/doc/39612846/kebutuhan-harga-diri#download
https://www.scribd.com/doc/98486873/Bab-3-Studi-Kasus-Harga-Diri-Rendah#download

Anda mungkin juga menyukai