BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Self Esteem
Self esteem merupakan cara bagaimana individu melakukan evaluasi terhadap diri. Evaluasi
ini akan memperlihatkan bagaimana penilaian individu mengenai penghargaan terhadap diri,
percaya bahwa individu memiliki kemampuan atau tidak, serta adanya pengakuan atau tidak.
Definisi self esteem menurut Coopersmith (1967), self esteem merupakan evaluasi yang dibuat
individu dan kebiasaan memandang diri, terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan
keberhargaan.
Beane (1987), menyatakan bahwa self esteem berhubungan dengan efikasi diri individu
tentang yang bernilai dalam dirinya. Individu yang tidak menghargai atau menghormati dirinya
sendiri akan merasa kurang percaya diri dan banyak berjuang dengan segala keterbatasan dirinya,
sehingga sering mereka terlibat dalam tingkah laku yang salah atau rentan untuk dieksploitasi dan
disalahgunakan oleh orang lain. Individu yang memiliki perasaan menghargai diri yang rendah
timbul karena persepsi yang subjektif dan tidak selalu akurat dengan pandangan orang lain. Rasa
menghargai diri yang rendah seringkali berasal dari perbandingan yang tidak menyenangkan
tentang dirinya sendiri dan orang lain. Menurut Rosenberg (1982), bahwa individu yang memiliki
self esteem tinggi akan menghormati dirinya dan menganggap dirinya sebagai individu yang
berguna, sedangkan individu yang memiliki self esteem yang rendah kurang mampu menerima
dirinya dan cenderung menganggap diri tidak berguna serta serba kekurangan.
2
Dapat disimpulkan bahwa self esteem menggambarkan sejauh mana individu tersebut
menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.
Individiu dengan self esteem tinggi menunjukkan perilaku menerima diri apa adanya, percaya diri,
puas dengan karakter, dan kemampuan diri sedangkan individu yang memiliki self esteem rendah,
akan menunjukkan penghargaan buruk terhadap diri sehingga kurang mampu menyesuaikan diri
Menurut Coopersmith (1967) self-esteem merupakan penilaian diri yang dilakukan oleh
seorang individu dan cenderung berkaitan dengan diri sendiri, evaluasi diri tersebut merupakan
hasil interaksi antara individu dengan lingkungan serta perlakuan orang lain terhadap dirinya.
Penilaian tersebut mencerminkan sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukan seberapa jauh
individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil, serta berharga. Perkembangan self
esteem pada individu akan berpengaruh terhadap proses pemikiran, perasaan-perasaan, keinginan-
keinginan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan. Aspek-aspek pada self esteem menurut Coopersmith
(1967) adalah:
a. Keberartian (significance)
afeksi, dan ekspresi cinta yang diterima oleh individu dari lingkungan atau orang lain. Adanya
terhadap individu, dan penerimaan dari lingkungan dengan apa adanya terhadap individu.
b. Kompetensi (Competence)
Setiap individu memiliki kemampuan atau competence yang berbeda dalam menunjukkan
performasi. Performasi yang tinggi dibutuhkan untuk mencapai sebuah prestasi (need of
3
achievement).Terjadi peningkatan self esteem yang lebih tinggi pada masa remaja ketika
mencapai tujuan. Remaja yang menghadapi masalah dan mampu untuk mengatasi masalah
c. Kekuatan (Power)
Kekuatan atau power adalah kemampuan individu untuk dapat mengatur dan mengontrol
perilaku dan mendapatkan pengakuan dari orang lain. Kekuatan atau power ditunjukkan dengan
adanya pengakuan dan penghormatan yang diterima oleh individu dari orang lain. kemampuan
mengajukan pendapat yang berkualitas, serta penerimaan pendapat yang diutarakan oleh
d. Kebajikan (Virtue)
Kebajikan atau virtue merupakan suatu ketaatan untuk mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam
masyarakat, moral, etika, dan agama. Individu menghindari hal-hal yang buruk dan melakukan perilaku
yang baik menurut aturan, moral, etika, dan agama yang berlaku. Individu yang memiliki sikap
positif cenderung dapat membuat evaluasi positif terhadap diri, yang berarti individu dapat
Menurut Braden (dalam Coopersmith, 1967) hal-hal yang dapat menghambat pembentukan
a. Perasaan takut dalam kehidupan sehari-hari untuk menempatkan diri secara realistis. Cara
menempatkan diri ini berbeda bagi setiap individu. Ada yang menghadapi fakta-fakta
kehidupan dengan penuh keberanian akan tetapi ada juga yang menghadapi dengan perasaan
yang tidak berdaya. Pangkal dari pada perasaan tidak berdaya ini adalah negatif terhadap
individu sehingga individu hidup dalam ketakutan. Ketakutan ini akan memengaruhi alam
perasaan individu, sehingga akan mengganggu keseimbangan alam emosinya, dan dalam
4
keadaan emosi yang labil, individu tidak dapat berfikir secara wajar, segala sesuatu diluar
dirinya dipersepsikan secara terdistorsi. Kecemasan ini akan membuat individu ragu-ragu yang
b. Perasaan bersalah, terdapat 2 macam perasaan bersalah digolongkan menurut cara individu
mengalaminya yaitu:
1) Perasaan salah karena melanggar nilai-nilai moral sendiri. Perasaan ini dimiliki individu
yang mempunyai pegangan hidup berdasarkan kesadaran dan keyakinan sendiri. Individu
tidak ditanamkan oleh orang-orang penting dalam kehidupannya. Apabila individu dididik
untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, maka akan mengatasi secara represif yaitu
mencoba melupakan, menghilangkannya dalam alam bawah sadar. Rasa bersalah akan
bertambah besar dan lambat laun akan menjelma dalam bentuk kecemasan.
a. Respectful
Penerimaan dan perlakukan yang diterima individu dari significant others. Significant
others adalah orang yang penting dan berarti bagi individu, dimana individu menyadari peran
dan mengurangi ketidakberdayaan serta meningkatkan dan mengurangi keberhargaan diri. Self
esteem bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, tetapi merupakan faktor yang
dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu ketika berinteraksi dengan lingkungan
5
sosialnya. Dalam berinteraksi tersebut akan terbentuk suatu penilaian atas dirinya berdasarkan
Status dan posisi yang pernah dicapai individu tersebut akan membentuk suatu penilaian
terhadap dirinya, berdasarkan dari penghargaan yang diterima dari orang lain. Status
merupakan suatu perwujudan dari keberhasilan yang diindikasikan dengan pengakuan dan
nilai-nilai dan aspirasi yang dimilikinya. Individu akan memberikan penilaian yang berbeda
terhadap berbagai bidang kemampuan dan prestasinya. Perbedaan ini merupakan fungsi dari
nilai-nilai yang mereka internalisasikan dari orang tua dan individu lain yang signifikan dalam
hidupnya. Individu pada semua tingkat self esteem mungkin memberikan standar nilai yang
sama untuk menilai keberhargaannya, namun akan berbeda dalam hal bagaimana mereka
Individu dapat mengurangi, mengubah, atau menekan dengan kuat perlakuan yang
merendahkan diri dari orang lain atau lingkungan, salahsatunya adalah ketika individu
mengatasi situasi tersebut, tujuan, dan aspirasinya. Cara individu mengatasi kegagalan akan
mencerminkan bagaimana ia mempertahankan self esteem dari perasaan tidak mampu, tidak
berkuasa, tidak berarti, dan tidak bermoral. Individu yang dapat mengatasi kegagalan dan
B. Citra Tubuh
Papalia, Olds, dan Feldman (2008) mengartikan citra tubuh sebagai keyakinan deskriptif dan
evaluasi individu terhadap penampilan. Citra tubuh (body image) merupakan evaluasi dari
pengalaman subjektif individu tentang persepsi, pikiran, dan perasaan serta sikap terhadap
penampilan tubuh individu. Hal ini diperkuat oleh pendapat Fallon dan Ackard (dalam Cash dan
Pruzinky, 2002) yang menyatakan bahwa citra tubuh merupakan representasi mental dari tubuh
yang meliputi persepsi dari penampilan, perasaan dan pikiran tentang tubuh, bagaimana rasanya
berada di dalam tubuh, dan fungsi-fungsi tubuh dan kemampuannya. Cash (dalam Mukhlis 2013),
juga mengatakan bahwa citra tubuh mulai terbentuk pada saat anak-anak prasekolah
menginternalisasikan pesan-pesan dan standar-standar dari masyarakat dan kemudian menilai diri
Citra tubuh merupakan pemikiran individu mengenai penampilan tubuh yang menarik di
hadapan orang lain (Chaplin, 2011). Menurut Honigman dan Castle (2007) citra tubuh adalah
gambaran mental individu terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana individu
mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran
dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh adalah persepsi, penilaian, dan
gambaran mental individu mengenai bentuk dan ukuran tubuh, serta bagaimana individu
mempersepsikan dan memberikan penilaian mengenai apa yang dipikiran, dirasakan terhdap
bentuk tubuh yang dimiliki, dan adanya persepsi terhadap diri sendiri dari sudut pandang orang
7
lain. Citra tubuh berhubungan dengan bagaimana individu melakukan evaluasi mengenai
penampilan diri.
Perasaan mengenai bagian-bagian tubuh, penampilan, aspek perbandingan diri dengan orang
lain, serta aspek reaksi dengan orang lain mewakili tingkat kepuasan dan ketidakpuasan individu
terhadap tubuh dan sikap diwakili oleh harapan-harapan terhadap tubuh dengan akibat menjadi
tindakan demi mewujudkan harapan tersebut (Anwar, 2004). Hardy dan Hayes (1988) menyatakan
bahwa tingkat penerimaan citra tubuh sebagian besar individu didasarkan pada pengaruh sosial
budaya yang terdiri dari empat aspek yaitu, reaksi orang lain, perbandingan dengan orang lain,
Scales (MBSRQ-AS) yang dikembangkan oleh Cash (1996) dibagi menjadi lima dimensi yaitu:
keseluruhan tubuh mengenai menarik atau tidak menarik dan memuaskan atau tidak
memuaskan. Menurut Foland (2009), evaluasi penampilan merupakan perasaan daya tarik fisik
individu mengenai menarik atau tidak, serta memuaskan atau tidak penampilan individu
tersebut. Penilaian mengenai tubuh dengan hasil yang tinggi, sebagian besar menunjukkan
perasaan puas dan positif terhadap penampilan tubuhnya. Sedangkan penilaian dengan hasil
yang rendah memiliki rasa tidak bahagia dan perasaan kurang puas.
dengan citra tubuh yang dimiliki, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Semakin baik
penampilan individu, maka persepsi yang dihasilkan terhadap dirinya akan baik, serta begitu
8
pula sebaliknya. Hal ini sangat berpengaruh dalam menghasilkan rasa nyaman terhadap
Dimensi yang diukur adalah tingkat perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan
usaha yang dilakukan untuk memperbaiki serta meningkatkan penampilan diri. Sedangkan
menurut Foland (2009), orientasi penampilan merupakan tingkat investasi dalam penampilan
individu. Orientasi penampilan perlu dilakukan dalam memperbaiki citra tubuh individu,
karena orientasi yang tinggi merupakan suatu usaha untuk mencapai citra tubuh yang baik dan
dapat membuat individu mampu menyesuaikan diri dan lingkungan sekitar. Dalam hal ini
individu meminta nasihat dari orang yang lebih berpengalaman, yang dapat menjadi bahan
Kepuasan terhadap bagian tubuh diukur melalui bagian tubuh secara spesifik seperti
wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang,
perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), dan penampilan secara keseluruhan. Kepuasan
adalah keadaan kesenangan dan kesenjangan yang disebabkan karena individu telah mencapai
satu tujuan atau sasaran (Chaplin, 2011). Kepuasan terhadap bagian tubuh didapat dari
bagaimana individu memberikan orientasi pada penampilan, dengan kepuasan yang dimiliki
individu akan membanggakan dirinya kepada lingkungan, hal itu merupakan hasil penilaian
kewaspadaan individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan
berat badan dan membatasi pola makan. Sedangkan menurut Foland (2009) kecemasan menjadi
gemuk adalah ketika individu merasa cemas terhadap bentuk tubuhnya yang bisa menjadi
gemuk. Sehingga hal ini memberikan dampak peningkatan perhatian pada penampilan
individu.
mempersepsikan dan menilai berat badan, dari yang dikategorikan sangat kurus hingga sangat
gemuk. Dijelaskan juga oleh Foland (2009) pengkategorian ukuran tubuh yaitu, persepsi
individu pada berat badannya, mulai dari kekurangan hingga kelebihan berat badan. Pandangan
individu mengenai proporsi tubuh sangat berpengaruh pada penampilan dihadapan masyarakat,
sehingga mereka akan sering melakukan perbandingan ukuran bentuk tubuh antara diri sendiri
Menurut Cash dan Fruzinsky (2002) mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi citra
tubuh adalah:
a. Usia
Santrock (2007) mengatakan bahwa perhatian terhadap citra tubuh pada individu sangat
kuat terjadi pada usia 12-18 tahun, baik pada remaja putra maupun remaja putri. Menurut
Papalia, Olds, dan Feldman (2008) pada tahap perkembangan remaja, body image menjadi
penting. Ketidakpuasan remaja putri meningkat pada hingga pertengahan usia remaja
10
sedangkan pada remaja putra yang semakin berotot juga semakin tidak puas dengan tubuhnya
b. Jenis Kelamin
Cash dan Pruzinsky (2002) mengatakan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang
memengaruhi citra tubuh individu. Pada penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa
c. Media Massa
Tiggemann (dalam Cash dan Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa media yang muncul
dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki sehingga
dapat memengaruhi gambaran tubuh individu. Tiggemann (dalam Cash dan Pruzinsky, 2002)
juga menyatakan media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial.
d. Keluarga
Fisher, Fisher dan Strack (dalam Cash dan Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa
gambaran tubuh melibatkan bagaimana orangtua menerima keadaan bayi yang dilahirkan baik
terhadap jenis kelamin dan bagaimana wajah bayi kelak. Ikeda dan Narworski (dalam Cash dan
Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa komentar yang dibuat oleh orangtua dan anggota keluarga
e. Hubungan Interpersonal
Rosen dan koleganya (dalam Cash dan Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback
dan perasaan mengenai tubuh. Menurut Dunn dan Gokee (dalam Cash dan Pruzinsky, 2002)
Berdasarkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi citra tubuh, dapat disimpulkan bahwa
bagaimana usia, jenis kelamin pria maupun wanita, media massa yang memunculkan figur ideal,
lingkungan keluarga, serta hubungan interpersonal dapat memengaruhi terbentuknya citra tubuh
pada individu.
C. Penerimaan Diri
Menurut Hurlock (2011) penerimaan diri adalah suatu tingkat kemampuan dan keinginan
dari individu itu sendiri untuk hidup dengan segala karakteristik yang dimiliki individu tersebut.
Individu yang dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan
dirinya sendiri, yang tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri sehingga individu lebih
mengungkapkan penerimaan diri melibatkan unsur realistis, subjektif, dan menyadari kelebihan
Menunjukkan kondisi psikologis individu yang sehat mental dan matang, yang dapat
mendukung terciptanya kondisi well-being di dalam diri individu itu sendiri merupakan salah satu
karakteristik sentral penerimaan diri (Ryff, 1996). Burns (1993) mengatakan bahwa penerimaan
diri sebagai bentuk tidak adanya sikap sinis terhadap diri sendiri dan hal ini mengindikasikan
bahwa orang yang menerima diri sendiri memandang dunia sebagai sebuah tempat yang lebih
menyenangkan. Menurut Shepard (dalam Bernard, 2013) penerimaan diri dapat dicapai dengan
berhenti mengkritik dan memperbaiki kekurangan dalam diri, lalu menerima semua hal itu untuk
ada di dalam diri, sehingga akan muncul toleransi diri akan ketidaksempurnaan di beberapa bagian
dalam diri. Fromm (dalam Burns, 1993) mengungkapkan bahwa dengan penerimaan diri dan rasa
12
puas terhadap diri sendiri yang dapat membuat individu merasa aman di dalam diri dan
Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerimaan
diri adalah sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri dan tidak bermasalah dengan
Ada beberapa tokoh yang mengemukakan mengenai aspek-aspek dari penerimaan diri yaitu
Sheerer dan Supratiknya. Sheerer (dalam Sutadipura, 1984) menyebutkan beberapa aspek
Artinya individu tersebut memiliki keyakinan akan kemampuannya dalam menghadapi setiap
permasalahan.
Artinya bahwa individu tidak merasa rendah diri dan merasa bahwa ia mampu berguna bagi
c. Tidak menganggap dirinya sebagai orang yang hebat atau abnormal dan tidak mengharapkan
Artinya bahwa individu tidak menganggap dirinya berbeda dengan orang lain sehingga individu
Artinya bahwa individu tidak malu dalam bersosialisasi dan tidak takut apabila dicela oleh
orang lain.
13
e. Mempertanggungjawabkan perbuatannya
Artinya bahwa individu mampu untuk menjadi diri sendiri dengan kelebihan dan keterbatasan
Artinya bahwa individu dapat menerima pujian dan celaan dari orang lain dan akan dijadikan
Artinya bahwa individu tidak memaksakan dirinya untuk mencapai sesuatu di luar kemampuan
yang dimilikinya.
Supratiknya (1995), mengatakan bahwa aspek-aspek dari penerimaan diri adalah sebagai
berikut:
Jika orang lain menyukai diri kita maka kita akan cenderung untuk menyukai diri kita juga.
Perasaan yakin bahwa dirinya tetap dicintai dan diakui oleh orang lain walaupun tidak mencapai
Penerimaan diri yang didasarkan pada seberapa baik individu memenuhi tuntutan dan harapan
Penelitian individu tentang seberapa positifnya berbagai atribut yang dimiliki orang lain yang
sebaya dengannya, individu membandingkan keadaan dirinya dengan keadaan orang lain yang
sebaya dengannya.
Derajat kesesuaian antara pandangan individu mengenai diri yang sebenarnya dan diri yang
Berdasarkan beberapa aspek penerimaan diri yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
penelitian ini menggunakan aspek-aspek penerimaan diri yang dikemukakan oleh Supratiknya
(1995). Aspek-aspek penerimaan diri tersebut adalah penerimaan diri yang direfleksikan,
penerimaan diri dasar, penerimaan diri yang dikondisikan, evaluasi diri, serta perbandingan diri
ideal dan diri sebenarnya. Aspek-aspek tersebut dirasa tepat untuk digunakan sebagai indikator
dalam penelitian karena aspek-aspek tersebut dianggap dapat menjelaskan ciri-ciri yang ada dalam
Ciri-ciri penerimaan diri menurut Allport (dalam Hjelle dan Zieglar, 1992), antara lain:
Individu yang memiliki gambaran positif tentang diri akan memiliki sikap percaya diri yang
Individu yang memiliki penerimaan diri yang baik dapat mengatur keadaan emosinya.
Individu yang memiliki penerimaan diri yang baik dapat melakukan interaksi dengan orang-
orang di sekitarnya.
Individu yang memiliki penerimaan diri yang baik dapat menyelesaikan masalah dan memiliki
Menurut Johnson (1993), ciri-ciri orang yang memiliki penerimaan diri, antara lain:
Jika individu mau menerima diri apa adanya, maka individu tersebut akan lebih
menghargai diri sendiri dan memberi tahu orang lain bahwa mereka seharusnya mau menerima
dan menghormati dirinya apa adanya. Individu tersebut juga mampu untuk menerima orang lain
dan tidak menuntut bahwa mereka harus mencoba untuk menyamai dirinya. Menerima diri
sendiri berarti merasa senang terhadap apa dan siapa diri sesungguhnya.
Sikap atau respon dari lingkungan membentuk sikap terhadap diri individu. Individu yang
mendapat sikap yang sesuai dan menyenangkan dari lingkungannya cenderung akan menerima
dirinya. Tidak menolak diri adalah suatu sikap menerima kenyataan diri sendiri, tidak menyesali
diri sendiri, baik dulu maupun sekarang, tidak membenci diri sendiri dan jujur pada diri sendiri.
c. Memiliki keyakinan bahwa untuk mencintai diri sendiri, maka individu tidak harus dicintai dan
Individu yang dapat mengidentifikasi diri ataupun dengan orang lain dan memiliki
penyesuaian diri yang baik cenderung dapat menerima diri dan dapat melihat diri sama dengan
16
apa yang orang lain lihat pada dirinya. Mencintai diri sendiri dengan menerima segala
kekurangan yang ada pada diri sendiri, memaafkan kesalahan yang telah diperbuat, dan
menghargai setiap apa yang telah dicapai merupakan sebuah kekuatan besar untuk membangun
diri dan memiliki penghormatan tertinggi bagi pikiran, tubuh, dan jiwa.
Memandang diri secara positif merupakan sikap mental yang melibatkan proses
memasukkan pikiran, kata, dan gambaran yang konstruktif bagi pikiran. Pikiran positif tersebut
akan menghadirkan kebahagiaan, suka cita, kesehatan, dan kesuksesan dalam setiap situasi dan
tindakan.
Santrock (2003) menyebutkan beberapa ciri-ciri orang yang menerima diri, yaitu:
a. Individu yang menerima dirinya memiliki penghargaan yang realistis tentang sumber-sumber
dan kebergunaan pada dirinya. Individu yang menerima dirinya juga memiliki pandangan yang
realistis tentang keterbatasan pada diri tanpa menimbulkan penolakan diri yang rasional.
b. Individu yang menerima dirinya mengetahui dan menghargai potensi diri dan bebas mengikuti
perkembangannya.
c. Ciri yang paling menonjol pada individu yang menerima dirinya adalah spontanitas dan
tanpa mempermasalahkan dirinya bila terjadi hal-hal yang di luar kemampuannya untuk
mengontrolnya.
Hurlock (2011) menjelaskan tentang faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang
positif, yaitu:
17
Individu dapat memahami bagaimana keadaan yang dialaminya, memahami kemampuan dan
dirinya.
Setiap individu memiliki harapan, akan tetapi harapan yang dimiliki harus realistis. Harapan
yang dimiliki oleh individu disesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya, bukan diarahkan
Individu dapat berinteraksi dengan baik di lingkungan sekitarnya untuk mencapai harapan dan
Jika individu memiliki lingkungan yang menyenangkan dan mendukung, hal ini dapat
Individu tidak memiliki gangguan emosional yang dapat mengganggu proses penerimaan
dirinya. Individu yang tanpa gangguan emosional akan merasa bahagia dan dapat bekerja
dengan baik.
Keberhasilan yang dialami individu dalam meningkatkan penerimaan diri, sedangkan individu
g. Identifikasi dengan orang lain yang memiliki penyesuaian diri yang baik
Individu mengamati dan mencari informasi bagaimana individu bisa memiliki penyesuaian diri
yang baik. Individu yang mengidentifikasi orang lain dapat membangun sikap yang positif
Individu memiliki pandangan tentang diri yang luas, dapat melihat potensi-potensi yang
Saat individu dididik dengan pola asuh yang baik saat kecil, ia akan cenderung menjadi orang
Orang yang memiliki konsep diri yang stabil dapat menunjukkan siapa dia sebenarnya dan
Yakni peningkatan kesadaran atas buruknya kondisi diri saat ini dan adanya keinginan yang
Yakni nilai-nilai penting bagi kehidupan pribadi individu yang berfungsi sebagai tujuan hidup
Yakni perubahan sikap dalam diri untuk menjadi positif dan lebih tepat dalam menghadapi
permasalahan.
Yakni komitmen individu terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan yang ditetapkan.
Yakni upaya yang dilakukan secara sadar untuk pengembangan potensi-potensi pribadi (bakat,
kemampuan, keterampilan) yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang
Yakni kehadiran individu atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya, dan selalu bersedia
D. Remaja
1. Definisi Remaja
Masa remaja (adolescence) merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-
kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-
emosional. Ketiga perubahan tersebut dapat berkisar mulai dari perkembangan fungsi seksual,
proses berpikir abstrak, hingga kemandirian (Santrock, 2007). Menurut Papalia, dkk (2008), masa
remaja merupakan perubahan perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang
mengakibatkan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial. Menurut Sarwono (2013), remaja adalah
20
masa pertumbuhan ke arah kematangan fisik, sosial, maupun psikologis, dan perubahan dari
kanak-kanak menuju dewasa. Hurlock (2011) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan
masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimulai ketika individu mengalami
kematangan seksual dan berakhir ketika mencapai usia matang secara hukum.
Menurut WHO (2004), definisi mengenai remaja dibagi menjadi tiga kriteria yaitu biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi. Menurut WHO, remaja merupakan suatu masa di mana individu
berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda seksual sekundernya sampai mencapai
kematangan seksual individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-
anak menjadi dewasa. WHO menetapkan batasan usia konkritnya adalah berkisar antara 10-20
tahun. Kemudian WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian yaitu remaja awal 10-14
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah
antara 10 sampai 19 tahun dan belum menikah. Berdasarkan penjelasan sebelumnya masa remaja
adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja,
yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia,
Remaja memiliki tiga tahap proses perkembangan dalam proses menuju kedewasaan,
Remaja pada tahap ini masih terkaget-kaget dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada
baru yang berkembang, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Hal
21
ini dihadapi dengan kurangnya pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit
Remaja pada tahap ini sangat membutuhkan teman dan terdapat kecenderungan yang
berhubungan dengan narsistik yaitu, mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai
teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Adanya perasaan
kebingungan dan keraguan harus memilih peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri, dan
sebagainya.
2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan mendapatkan
pengalaman baru.
4. Terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri atau egosentrisme diganti dengan
Pada masa remaja mengalami perubahan sosial yang meliputi meningkatnya pengaruh
kelompok sebaya, pola perilaku sosial yang lebih matang, pengelompokkan sosial baru, dan nilai-
nilai baru dalam pemilihan pemimpin, serta dalam dukungan sosial. Remaja menengah ditandai
dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, munculnya keterampilan berpikir yang baru,
meningkatnya pengenalan terhadap masa dewasa dan keinginan untuk meningkatkan kemapanan
jarak emosional dan psikologis dengan orangtua. Remaja akhir ditandai dengan persiapan untuk
22
peran sebagai seorang dewasa, termasuk klarifikasi dan tujuan pekerjaan dan internalisasi suatu
Berdasarkan pemaparan uraian teori diatas dapat dikatakan bahwa ciri-ciri masa remaja
adalah periode yang penting, meliputi periode peralihan, periode usia yang bermsalah, mencari
identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan diambang masa
kedewasaan.
Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 2011), ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut:
b. Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan semua perkembangan itu
menimbulkan penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
berikutnya. Dapat di artikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan memengaruhi pola
f. Perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja memiliki tingkat yang sama dengan
perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi dengan pesat diikuti dengan perubahan perilaku
dan sikap yang juga berlangsung pesat. Sebaliknya juga jika perubahan fisik menurun, maka
Menurut Hurlock (2011) masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh
a. Remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah karena sepanjang masa kanak-kanak
masalahnya sendiri.
d. Penyesuaian diri dengan kelompok pada masa remaja merupakan hal yang penting. Namun
seiring berjalannya waktu mereka mulai menginginkan identitas diri dengan menjadi pribadi
f. Stereotype budaya mengatakan bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya
dan cenderung berperilaku merusak. Hal ini menyebabkan orang dewasa harus membimbing
h. Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain seperti apa yang diinginkan dan bukan
sebagaimana adanya. Remaja akan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau ketika
j. Remaja mulai memfokuskan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yang
termasuk perilaku dewasa yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan
dan terlibat dalam perbuatan seks dengan anggapan perilaku tersebut memberikan citra yang
mereka inginkan.
24
Menurut Hurlock (2011) tugas-tugas perkembangan pada masa remaja adalah sebagai
berikut:
a. Menuntut perubahan besar dalam sikap dan perilaku anak hanya sedikit anak laki-laki dan anak
perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa
b. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif seringkali sulit bagi para
remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak kanak-kanak remaja tersebut telah
c. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya bagi remaja yang
sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orangtua dan
orang-orang dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang mudah. Kemandirian emosi
tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya
dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan yang akrab
Menurut Hurlock (2011) salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah
yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Perubahan- perubahan yang terjadi ketika
a. Kuatnya pengaruh kelompok sebaya remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan
teman-teman sebaya sebagai kelompok. Pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan,
b. Perubahan dalam perilaku sosial wawasan sosial semakin membaik pada remaja awal.
Semakin banyak partisipasi sosial, semakin besar kompetensi sosial remaja. Bertambah dan
berkurangnya prasangka dan diskriminasi sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan teman
sebaya.
c. Pengelompokan sosial baru geng pada masa kanak-kanak berangsur-angsur bubar pada masa
pubertas dan awal masa remaja, maka terjadi pengelompokan sosial baru. Kelompok sosial
remaja diantaranya adalah teman dekat, kelompok kecil, kelompok besar, kelompok yang
d. Nilai baru dalam memilih teman remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai
yang sama, dapat mengerti, membuatnya aman, dan dapat mempercayakan masalah-
masalahnya.
e. Nilai baru dalam penerimaan sosial penerimaan bergantung pada sekumpulan sifat dan pola
perilaku yang disenangi remaja dan dapat menambah gengsi dari klik atau kelompok besar yang
diidentifikasikannya.
f. Nilai baru dalam memilih pemimpin-pemimpin kelompok sebaya mewakili remaja di dalam
masyarakat, remaja menginginkan pemimpin yang berkemampuan tinggi, yang akan dikagumi
Menurut Hurlock (2011) perubahan-perubahan minat yang dimulai pada masa remaja adalah
sebagai berikut:
a. Minat rekreasi pada awal masa remaja, aktivitas permainan dari tahun-tahun sebelumnya
beralih dan diganti dengan bentuk rekreasi baru dan lebih matang. Permainan kekanak- kanakan
26
menghilang, oleh karena itu remaja memilih jenis-jenis kegiatan yang paling disukai atau yang
b. Minat sosial minat yang bersifat sosial bergantung pada kesempatan yang diperoleh remaja
berpengaruh terhadap minat tersebut. Remaja yang tidak populer memiliki minat sosial yang
terbatas.
c. Minat pribadi remaja sadar bahwa dukungan sosial sangat dipengaruhi oleh penampilan diri.
Kelompok sosial menilai dirinya berdasarkan benda-benda yang dimilikinya, sekolah, dan
d. Minat pendidikan remaja yang tidak berminat pada pendidikan biasanya membenci sekolah.
Remaja yang kurang berminat pada pendidikan biasanya menunjukkan prestasi yang rendah.
E. Remaja Putri
Perubahan fisik yang utama terjadi pada masa pubertas adalah perubahan ukuran tubuh
dalam tinggi dan berat badan. Remaja perempuan, mengalami rata-rata peningkatan
sebanyak 3 inci sebelum mengalami menstruasi, namun peningkatan dapat pula terjadi
Kematangan yang tercapai lebih cepat dari bagian tubuh yang lain, dimana bagian
27
tubuh yang sebelumnya kecil ketika kematangan terjadi lebih cepat seringkali berubah
menjadi terlampau besar. Ukuran badan yang kecil dan panjang cenderung melebar dibagian
pinggul dan bahu, pinggang tampak panjang akibat kaki menjadi lebih panjang dari badan.
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa pubertas, meskipun dalam
tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus anak usia sebelas atau dua belas tahun berkisar
5,3 gram, pada usia enam belas tahun rata-rata beratnya 43 gram. Tuba faloppi, telur- telur,
dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini. Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi
perempuan menjadi matang adalah ketika sudah mengalami menstrusai. Ini adalah
permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari
uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap dua puluh delapan hari sampai
mencapai menopause. Periode menstruasi umumnya terjadi pada jangka waktu yang sangat
a. Pinggul
Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnyya tulang
b. Payudara
Segera setelah pinggul mulai membesar, payudara juga berkembang. Puting susu
membesar dan menonjol, dan dengan berkembangnya kelenjarr susu, payudara menjadi
c. Rambut
28
Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara mulai berkembangg. Bulu ketiak
dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut
wajah mulai lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebir kasar, lebih
d. Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori-pori bertambah besar.
e. Kelenjar
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak
f. Otot
Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir
masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.
g. Suara
Suara menjadi lebih penuh dan lebih semakin merdu. Suara serak dan suara yang pecah
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah citra tubuh, penerimaan diri, dan self
esteem. Ketiga variabel diasumsikan memiliki keterkaitan, yaitu citra tubuh dan penerimaan diri
terhadap self esteem remaja putri. Pernyataan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
29
Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini yaitu, variabel citra tubuh, penerimaan diri, dan
self esteem. Pengertian citra tubuh (body image) menurut Arthur dan Emily (2010), adalah suatu
imaginasi subjektif yang dimiliki individu mengenai tubuh, terkait dengan penilaian orang lain,
dan gambaran ideal mengenai tubuh individu disesuaikan dengan persepsi- persepsi diri dan
lingkungan. Sejak masa anak-anak, pola pikir individu sangat dipengaruhi oleh media hal ini terus
terjadi hingga remaja sehingga individu melakukan identifikasi terhadap figur tubuh ideal. Selama
masa remaja, citra tubuh mengalami perubahan seiring dengan perubahan fisik remaja. Hal
tersebut dapat melalui proses pembandingan antara perubahan yang terjadi pada tubuh dan standar
ideal dengan penampilan fisik yang diinginkan, oleh karena itu citra tubuh perlu diperhatikan
Kesalahan mengenai pandangan citra tubuh pada remaja dapat dikarenakan oleh
membandingan atau meniru terhadap objek yang salah, sehingga akhirnya remaja sulit memahami
kondisi diri sendiri. Individu yang memiliki pandangan mengenai tubuh yang positif maka akan
memiliki citra tubuh yang positif, sedangkan apabila individu memiliki pandangan negatif
terhadap tubuh maka akan memiliki citra tubuh yang negatif. Individu yang memiliki persepsi
positif terhadap citra tubuh akan lebih mampu menghargai diri, cenderung menilai diri memiliki
kepribadian cerdas, asertif, dan menyenangkan. Individu yang memasuki masa remaja tentu
mengalami perubahan-perubahan yang terjadi pada diri, baik secara fisik seperti peningkatan
tinggi dan berat badan, perubahan kognitif yang meliputi perubahan cara berpikir individu,
maupun secara psikologis. Setiap remaja memiliki perasaan dan penerimaan yang berbeda-beda
dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Ada remaja yang mampu menerima perubahan diri
dengan positif namun ada juga yang memiliki persepsi negatif terhadap diri. Penerimaan diri
muncul ketika individu memiliki persepsi yang positif mengenai diri, dapat mengatur dan
30
bertoleransi dengan keadaan emosi, dapat berinteraksi dengan orang lain, serta memiliki
Terdapat hubungan antara citra tubuh dan self esteem, tinggi rendahnya self esteem pada
individu juga dipengaruhi oleh adanya komparasi sosial karena individu cenderung
membandingkan diri dengan teman sebaya yang mengakibatkan self esteem menjadi rendah.
Menurut Santrock (2007) penerimaan diri merupakan kesadaran untuk menerima diri sendiri apa
adanya. Penerimaan diri yang dimaksukan adalah tidak hanya berarti menerima begitu saja kondisi
diri tanpa berusaha mengembangkan diri lebih lanjut. Proses bagaimana seorang individu
Merupakan suatu proses yang dialami sepanjang kehidupan manusia. Konfik dapat saja muncul
dalam proses penerimaan diri remaja, adanya tekanan, frustrasi, yang dapat mendorong remaja
untuk mengamati berbagai kemungkinan perilaku untuk menghindari diri dari kegagalan. Remaja
putri yang memiliki penerimaan diri positif diharapkan dapat memiliki harga diri yang tinggi
sehingga memudahkan remaja untuk menjalin hubungan interpersonal yang baik dalam
kehidupan. Terdapat dimensi fisik dalam self esteem yang tentu saja berpengaruh terhadap
Self esteem pada individu terbentuk dari citra tubuh yang dimiliki, hal tersebut muncul dari
reaksi lingkungan yang memberikan pengaruh terhadap diri individu tersebut. Beane (1987),
menyatakan bahwa self esteem berhubungan dengan kemampuan diri individu mengenai nilai
dalam dirinya. Individu yang tidak menghargai atau menghormati dirinya sendiri akan merasa
kurang percaya diri dan banyak berjuang dengan segala keterbatasan dirinya, sehingga sering
mereka terlibat dalam tingkah laku yang salah atau rentan untuk dieksploitasi serta disalahgunakan
oleh orang lain. Individu yang memiliki perasaan menghargai diri yang rendah timbul karena
31
persepsi yang subjektif dan tidak selalu akurat dengan pandangan orang lain. Rasa menghargai diri
yang rendah seringkali berasal dari perbandingan yang tidak menyenangkan tentang dirinya sendiri
Prasida (2014) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa adanya hubungan citra tubuh dengan
harga diri pada remaja putri. Penelitian yang dilakukan Rahmania dan Yuniar (2012) menunjukkan
beberapa faktor yang menyebabkan individu mengalami body dysmorphic disorder, salah satunya
ialah self esteem yang rendah. Penelitian yang dilakukan Rahmania dan Yuniar (2012) dapat
memperkuat penelitian ini terkait dengan citra tubuh dan penerimaan diri terhadap self esteem
Dinamika antar variabel tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini:
32
a. Evaluasi penampilan
b. Orientasi penampilan
c. Kepuasan terhadap bagian
tubuh
d. Kecemasan menjadi
gemuk
a. Kesuksesan
b. Value
c. Aspirasi
d. Defens
a. Mengontrol emosi yang
berlebihan
b. Meminimalkan mekanisme
pertahanan diri
c. Mengurangi rasa frustrasi
d. Berpikir rasional dan mampu
mengarahkan diri
e. Kemampuan untuk belajar
f. Memanfaatkan pengalaman masa
lalu
g. Sikap realistis dan objektif
Gambar 1. Diagram Citra Tubuh dan Penerimaan Diri terhadap Self Esteem
Keterangan:
: Menghubungkan antara variabel bebas dengan variabel tergantung
: Menghubungkan dimensi dengan variabel
: Variabel yang diteliti
: Dimensi variabel yang diteliti
33
G. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Mayor
Citra tubuh dan penerimaan diri berperan terhadap self esteem pada remaja putri di Kota
Denpasar.
a. Hipotesis Minor I: Citra tubuh berperan terhadap self esteem pada remaja putri di Kota
Denpasar.
b. Hipotesis Minor II: Penerimaan diri berperan terhadap self esteem pada remaja putri di
Kota Denpasar.
2. Hipotesis Nol
Citra tubuh dan penerimaan diri tidak berperan terhadap self esteem pada remaja putri di Kota
Denpasar.