BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Panduan BagiOrang Tua Dan Guru Dalam
Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP,Dan SMA.(Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 2012),
43
2
E.Subowo&N. Martiarini. Hubungan Antara Harga Diri RemajaDengan Motivasi Berprestasi
Pada Siswa SMK Yosonegoro Magetan.( Jurnal Yosonegoro,2009) Vol.11, No. 2,1-9
15
16
hasil karyanya sendiri dan selalu percaya diri dalam menghadapi berbagai
dirinya tidak berguna, tidak berharga, dan selalu menyalahkan dirinya atas
dengan harga diri akademik dan harga diri non-akademik. Contoh harga
diri akademik adalah jika seseorang mempunyai harga diri tinggi karena
misalnya postur tubuhnya terlalu pendek. Sementara itu, contoh harga diri
3
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Panduan BagiOrang Tua Dan Guru Dalam
Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP,Dan SMA
4
M. Nur Ghufron&S. Rini Risnawati. Teori-Teori Psikologi.Yogyakarata : Ar-ruzz Media
Group,2010), 40
5
Robert E.Slavin.. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek (edisike sembilan jilid 2). (Jakarta :
PT. Indeks,2011), 29
17
tinggi karena cakap dan sempurna dalam salah satu cabang olahraga.
Tetapi, pada saat yang sama merasa kurang berharga karena kegagalannya
sejauh mana individu memiliki rasa percaya diri serta mampu berhasil dan
berguna. 7
harga diri telah dimulai saat bayi merasakan tepukan pertama kaliyang
2010) menyebutkan bahwa harga diri sudah terbentuk pada masa kanak-
dimanja dan diperhatikan orang tua dan orang lain. Dengan demikian,
harga diri bukan merupakan faktor yang bersifat bawaan, melainkan faktor
yaitu:
6
M. Nur Ghufron&S. Rini Risnawati. Teori-Teori Psikologi, , 40
7
Ibid..,40
8
Ibid..,41
18
pengakuan dari rasa hormat yang diterima oleh individu dari orang
orang yang memiliki harga diri tinggi, yaitu (a) mampu menanggulangi
kesengsaraan dan kemalangan hidup, lebih tabah dan ulet, lebih mampu
pekerjaan dan sebagai sarana untuk menjadi lebih berhasil; (d) memiliki
9
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Panduan BagiOrang Tua Dan Guru Dalam
Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP,Dan SMA. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2012)
20
realitas. 10
dan pengertian orang lain terhadap dirinya. Menurut Ghufron ada beberapa
2. Inteligensi
10
M. Nur Ghufron & S. Rini Risnawati. Teori-Teori Psikologi., 43
11
Ibid, 43
21
yang tinggi akan mencapai prestasi akademik yang tinggi dari pada
inteligensi yang lebih baik, taraf aspirasi yang lebih baik dan selalu
berusaha keras.
3. Kondisi fisik
Adanya hubungan yang konsisten antara daya tarik fisik dan tinggi
badan dengan harga diri. Individu dengan kondisi fisik yang menarik
4. Lingkungan keluarga
diri anak yang baik. Perlakuan adil, pemberian kesempatan untuk aktif
diri yang tinggi. Dan orang tua yang sering memberikan hukuman dan
5. Lingkungan sosial
dirinya berharga atau tidak. Hal ini merupakan hasil dari proses
terhadap dirinya. 12
memiliki motivasi tinggi, tentu juga dibekali self esteem yang tinggi.
memiliki self esteem yang rendah. Branden (dalam Ghufron, 2010) juga
menjelaskan bahwa tanpa dibekali self esteem yang sehat, individu akan
untuk lebih kreatif dalam pekerjaan dan sebagai sarana untuk menjadi
menghadapi realitas. 13
B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
12
Ibid, 46
13
Ibid, 47
23
dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif itu memberi tujuan
dan arah kepada tingkah laku kita. Juga berbagai kegiatan yang biasanya
berasal dari kata motion, yang berarti “gerakan” atau “sesuatu yang
gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau
sesuatu. Dan motif dapat dikatakan sebagai penggerak dari dalam dan di
14
Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2003), 267.
15
Ibid, 268.
16
W.S Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Grafindo, 1996), 151.
24
suatu tujuan.17
atau parangsang. 19
“bahasa” dan titik tekan yang berbeda-beda, sesuai dengan bidang ilmu
yang ia pelajari, pada dasarnya juga ada kesamaan pendapat yang dapat
ditarik mengenai motif ini, yakni bahwa motif adalah kondisi seseorang
yang mendorong untuk mencari suatu kepuasan atau mencari tujuan. Jadi
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif dapat menjadi
tujuan, maka akan semakin kuat pula motivasi seseorang, dan sebaliknya.
17
Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
73.
18
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), 60.
19
Ibid.
25
dan kompleks, dan hal itu merupakan karakteristik universal pada tiap
20
Purwanto, Psikologi Pendidikan, 71.
21
Ki RBS Fudyartanto, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2002), 71.
22
Ibid.
23
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 205.
26
lama”. 24
24
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2007), 510.
25
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1992), 173.
27
oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini
terjadinya perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan
terhanyut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi yang
adanya tujuan.
26
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, 74.
28
mendapat kesenangan.
ketakutan-ketakutan individu.
terjadinya suatu perubahan yang ada pada diri manusia dan merupakan
melakukan sesuatu.
Jadi perbedaan antara motif dan motivasi yakni, motif adalah daya
laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan
29
dua istilah yang tidak bisa dipisahkan, bahkan selalu bertalian, sehingga
karena eratnya seakan-akan tidak ada aktivitas belajar jika tanpa motivasi,
aktivitas belajar.
27
Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pengetahuan (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), 162.
30
tingkah laku”.30
dasar utama dari perbuatan pelajar. Guru harus selalu memberi semangat
senang atau memuaskan supaya minat belajar bertahan lama yang cukup
28
Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan (Surabaya: Karya Abditama, 1994), 102.
29
Ki RBS Fudyartanto, Psikologi Pendidikan, 258
30
Hamzah B. Uno dalam bukunya Teori Motivasi & Pengukurannya (Analisis Dibidang
Pendidikan) (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 31.
31
para siswa.
Awal mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena
ada sesuatu yang dicari, maka muncullah motivasi untuk belajar. tanpa
31
Hasan, Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan, 42.
32
yang membuat siswa malas untuk belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono
lain:
b. Kemampuan siswa
32
Djamarah, Psikologi Belajar,123.
33
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka CIpta, 2006), 97.
33
perkembangan.
c. Kondisi siswa
34
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pengajaran…,99.
34
menimbulkan motivasi belajar siswa. Dalam hal ini guru harus mampu
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
g. Senang dan rajin belajar, penuh semangat, tidak cepat bosan dengan
35
Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran: Sebuah
Konsep pembelajaran Berbasis Kecerdasan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 21-22.
36
atau tidak).
negatif). 36
36
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), 30.
37
frekuensinya.
d. Tes prestasi dan skala sikap untuk mengetahui kualifikasi dan arah
sikapnya.37
C. Remaja
Hurlock, membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja
awal dan masa remaja akhir. Awal masa remaja dimulai dari usia 13 tahun
sampai 16 atau 17 tahun. Masa remaja akhir dimulai dari usia 16 tahun atau
37
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, 30.
38
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (Jakarta: Erlangga, 1980), 206.
38
Ada beberapa ciri pokok yang penting dalam masa remaja akhir, yaitu:
a. Kestabilan bertambah
kehidupan.
Masa ini dimana masa remaja yang telah matang tingkah lakunya, telah
Oleh karena anak remaja dalam masa ini lebih mendapatkan kebebasan,
sesungguhnya. 39
motivasi tinggi, tentu juga dibekali self esteem yang tinggi. Sebaliknya, jika
siswa tersebut memiliki motivasi rendah, tentu juga memiliki self esteem yang
kemampuan kita dalam menghadapi tantangan hidup, keyakinan akan diri kita
menyatakan kebutuhan dan keinginan kita, dan menikmati buah dari usaha
kita.40
Branden juga menjelaskan bahwa tanpa dibekali self esteem yang sehat,
kemalangan hidup, lebih tabah dan ulet, lebih mampu melawan suatu
39
Soesilowindradini , Psikologi Perkembangan (Masa Remaja),(Surabaya: Usaha Nasional, 1985),
203.
40
Nathaniel Branden. Kiat Jitu Meningkatkan Harga Diri.( Jakarta: Pustaka Delapratasa,2007),
78.
40
sarana untuk menjadi lebih berhasil; memiliki kemungkinan lebih dalam dan
yang kurang aktif, tidak percaya diri dan tidak mampu mengekspresikan diri.
41
Ibid, 67
42
Ibid, 89