Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI SELAMA


PANDEMI COVID-19

Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu : Laily Isro’in , S.Kep,.Ns,.M.Kep

Disusun oleh :

AGISTISA KUSUMA PUTRI M D

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2021
BAB 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pada ahir tahun 2019 Dunia digemparkan adanya Corona Virus desease 2019 yang
menular dengan ditandai gejala berat. Virus penyebab Covid dinamakan Sars-Cov- 2
(Wulandari, 2020). Pada Januari 2020, wabah COVID-19 dinyatakan sebagai “ Darurat
Kesehatan Masyarakat Kepedulian Internasional” oleh WHO. Pada 27 Januari , infeksi covid-
19 pertama di Jerman yang sudah terdeteksi. Pada ahir Maret 2020, covid-19 diklarifikasikan
sebagai pandemi. Sejak “sosio-fisika menjauhkan diri” dipandang sebagai salah satu stratergi
mengurangi jumlah infeksi. Banyak masyarakat berasumsi bahwa jika berdiam diri dirumah,
mengurangi aktifitas fisik dan melakukan jarak social dapat melindungi diri sendiri.
( Robert-Koch Intitute (RKI). Aktifitas fisik yang menurun menyebabkan peningkatan
tekanan darah yang menunjukkan bahwa semakin tinggi aktifitas fisik semakin rendah
tekanan diastolik, sedangkan semakin rendah tingkat aktifitas fisik semakin tinggi
tekanan diastolic ( Sihotang & Elon , 2020) . Tekanan darah cenderung normal
dengan aktifitas tinggi ketimbang aktiftas rendah (Iswayuhni, 2017)

Menurut data WHO, sekitar 26,4% orang di seluruh dunia menindap hipertensi . Angka
tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 29,2% ditahun 2025 dari jumlah 972 juta
penderita hipertensi, 333 juta penderita di Negara maju dan 639 juta sisanya berada di Negara
berkembang , termasuk Indonesia. Persentase hipertensi Provinsi Jawa Timur sebesar
22.71% atau sekitar 2.360.592 jumlah total penduduk Jawa Timur pada tahun 2018-2019
berdasarkan hasil pengukuran mengalami kenaikan dengan proporsi laki-laki sebesar 18.99%
(808.009 penduduk) dan perempuan sebesar 18.76% (1.146.412 penduduk). ( Kemenkes RI,
2019 ).

Di Kabupaten Ponorogo, perkembangan kasus hipertensi berdasarkan hasil


pengukuran tekanan darah penduduk wanita yang berusia >18 tahun selama kurun waktu 2
tahun terahir yaitu 2015 ( 26.711 (16,62 %)) dan tahun 2016 (36.433 ( 11,50%)) pada wanita
menderita hipertensi, penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Siman memiliki penderita
hipertensi paling banyak pada periode tahun 2016 , yaitu sebanyak (13.521 ( 60%).
( Profil Kesehatan Kab. Ponorogo. Tahun 2015 dan 2016 ). Berdasarkan Laporan Bulanan 1
( LB) Puskesmas Siman Ponorogo periode ( bulan Desember 2017 sampai dengan februari
2018), angka kunjungan kasus hipertensi penduduk wanita yang paling tertinggi berada di
Desa Siman ( salah satunya Desa di wilayah kerja Puskesmas Siman ). Pada Bulan
Desember 2017 ( 31 pada pria , dan 35 wanita ), Januari 2018 (21 Pria dan 45 Wanita ),
Februari 2018 ( 18 pria dan 55 wanita).

Berdasarkan data Gugus Tugas Percepat penanganan Covid-19 di Indonesia,


pertanggal 07 April untuk positif sudah mencapai 1.547.376 jiwa, yang dinyatakan sembuh
sebanyak 1.391.742 jiwa, yang meninggal dunia sebanyak 42.064 jiwa. Di wilayah Jawa
Timur pertanggal 07 April 2021 kasus yang terkonfrimasi positif sudah mencapai 101.09
jiwa. Di Ponorogo pertanggal 07 April 2021 kasus yang terkonfrimasi positif sebanyak 3.224
jiwa, yang dinyatakan sembuh sebanyak 2.942 jiwa, yang meninggal dunia mencapai 217
jiwa.

Latihan fisik aerobic regurel (minimal 30 menit). latihan dengan dinamika intesitas
sedang, ( 5-7 hari per minggu). Rekomendasi melakukan gaya hidup pada pasien
hipertensi. Hasil dari metanalisis ini 52223 subjek, terjadi penurunan tekanan darah
sistolik (3,5 mmHg), diastolic ( 2,5-6,2 mmHg) tergantung jenis olahraga, baik latihan
endurance, latihan resistensi dinamik, ataupun latihan isometric. Latihan fisik aerobic
banyak sebagai pilihan utama pencegahan, penatalaksanaan, dan mengontrol hipertensi.
Olahraga hal yang tetap penting dilakukan terutama pasien hipertensi pada era COVID-19
walaupun dengan pembatasan “psycial distancing”. Hal ini dapat dilakukan dengan
penggunaan social media untuk petemuan virtual komunitas olahraga secara daring.
Olahraga dengan intensitas sedang pada ventilasi yang baik dirumah menghindari kontak
langsung dengan orang lain. WHO menyarankan untuk selalu mematuhi Protokol
Kesehatan berupa 3M yakni dengan memakai masker, mencuci tangan , dan menjaga jarak
dilengkapi dengan menjaga imunitas tubuh ( Kemenkes, 2020) . Aktifitas fisik outdoor
masih menjadi perdebatan memungkinkan resiko penularan, dengan pembatasan jarak 1,5
meter dengan individu lain memungkinkan masih terkena droplet terbawa oleh angin dan
udara saat berlari maupun berkendara di outdoor. Pada hasil analisa simulasi kesimpualan
bahwa jarak 5 meter untuk berjalan dengan kecepatan 14,4km/jam, maka tidak ada dropet
bagian individu lain dibelakang saat berolahraga pada kecepatan sama.
Hipertensi sebagai komorbid yang paling banyak ditemukan pada kasus berat infeksi
COVID-19, pentingnya penanganan dan pengendalian tekanan darah juga tidak dapat di
hindari dalam penanganan infeksi. Dengan salah satu pencegahan primer dari hipertensi yaitu
beraktifitas fisik dengan berolahraga secara rutin guna untuk meningkatkan system imunitas
tubuh, sebagai pengedalian peningkatan tekanan darah, dan mengurangi resiko
kardiovaskuler.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan studi literarure “ Hubungan
Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi Selama Pandemi Covid-19“

1.2. Rumusan Masalah


Penelitian ini akan menjawab permasalahan dan fenomena yang diangkat penulis yang
dituangkan pada latar belakang masalah. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini
adalah “ Bagaimana Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi Selama Masa
Pandemi Covid19“

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi selama masa
pandemi Covid19
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi kejadian hipertensi selama masa pademi covid19
2. Menganalisis aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi selama masa pandemi
Covid19

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai wacana yang digunakan untuk mengetahui studi literature dengan
judul “ hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi selama masa pademi
covid19“ . sebagai wacana yang dapat digunakan untuk studi literature berikutnya di
bidang Kesehatan terutama di bidang Keperawatan terutama mengenai Hubungan
Aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi selama masa pandemi Covid19
1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Klien dan Keluarga


Penelitian ini dapat digunakan oleh klien dan keluarga sebagai refrensi untuk
menambah pengetahuan dan wawasan perihal mencegah terjadinya penyakit
hipertensi diharapkan mampu beraktivitas fisik secara teratur sehingga resiko
terkena penyakit hipertensi tidak semakin besar , dan meningkatkan imunitas
tubuh dapat terhindar dari penularan Covid19
2. Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat digunakan oleh pembaca sebagai bahan masukkan dan
pengetahuan yang dapat menambah wawasan tentang aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi selama masa pademi covid-19 diharapkan mampu
beraktivitas fisik secara teratur untuk mengurangi terjadinya penularan covid-
19
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
dalam dunia Pendidikan Keperawatan khususnya dengan hubungan aktivitas
fisik dengan kejadian hipertensi selama masa pademi covid19
4. Bagi peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku
kuliah dan meningkatkan pengetahuan masyarakat, wawasan dan kemampuan
dibidang keperawatan yang bisa dipraktikkan dilingkungan masyarakat serta
menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian.

1.5. Keaslian Penelitian


1. Solehatul Mahmudah, 2015 telah melakukan penelitiandengan judul “
Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia di Sawangan Kota Baru Depok 2015”. Penelitian ini merupakan
penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif . Rancangan ini menggunakan
cross-sectional suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan
data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Populasi dalam penelitian
ini lansia berumur > 60 .Sampel pada penelitian ini sejumlah 74 responden.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan
kuesioner. Setelah melalui pengolahan data yang meliputi Editing, Coding,
Processing, dan Skoring selanjutnya data dianalisis secara univariat dilakukan
terhadap tiap variabel, sementara analisis bivariat dilakukan dengan uji statistik
chi square menggunakan program SPSS, dengan tingkat signifikan p=0,05 (taraf
kepercayaan 95%). Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti
hipertensi, pendekatan kuantitatif, metode penelitian cross-sectional .
Perbedaannya terletak pada tempat penelitian.
2. Eni Rosita, 2017 telah melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Tingkat
Aktifitas Fisik Terhadap Penyakit Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Kelapa
Indah Desa Janggan Kecamatan Pancol Kabupaten Magetan . Desain
penelitian ini adalah Analitik Korelasional dengan rancangan croos sectional
dengan populasi seluruh lansia di Posyandu Kelapa Indah Desa Janggan
Kecamatan Pancol Kabuten Magetan yang berjumlah 41 orang. Teknik
Sampling Nonprobability dengan Metode Purposive Sampling. Teknik
pengumpulan data ini menggunakan kuesioner untuk mengukur aktivitas fisik,
Pemeriksaan dan Observasi pengukuran tekanan darah dengan
spignomanometer. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti
hipertensi, pemeriksaan dan observasi pengukuran tekanan darah dengan
spignomanomete. Perbedaan terletak pada tempat penelitian, metode penelitian.
3. Elida Normiaty Purba, 2019 telah melakukan penelitian dengan judul “
Hubungan Aktifitas Fisik Dan Obesitas Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Dewasa Berusia 26-45 Tahun di Medan “. Desain penelitian ini adalah studi
kasus control. Sampel penelitian adalah 150 penyakit hipertensi, diambil dengan
alokasi proposional 75 kelompok kasus dan 75 kelompok control. Pengumpulan
data dengan wawancara , pengukuran, angket dan analisis dengan uji regrensi
logistic sederhana. Persamaan dengan peneliti ini adalah sama-sama meneliti
hipertensi, pengumpulan data dengan wawancara. Perbedaan terletak pada
tempat penelitian dan metode penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengertian Aktivitas Fisik

Menurut World Health Organization (WHO), aktivitas fisik (physical


activity) merupakan gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang
memerlukan. pengeluaran energi. Secara umum aktivitas fisik dibagi
menjadi 3 yaitu aktivitas fisik ringan, aktivitas fisik sedang dan aktivitas
fisik berat. Aktivitas fisik juga meningkatkan keseimbangan, fleksibilitas,
kesehatan mental, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Tidak aktif
secara fisik mempercepat proses penuaan. Perilaku tidak aktif seperti
menonton televisi.5 Aktif secara fisik juga berdampak pada penurunan
mortalitas dan resiko penyakit lainnya seperti DM, kanker dan penyakit
kardiovaskuler. Menurut US National Heart, Lung and Blood Institute,
aktivitas fisik aerobik atau juga dikenal sebagai latihan daya tahan
berperan dalam menggerakkan otot rangka seperti tungkai dan lengan,
contoh aktivitas fisik aerobik adalah seperti berjalan cepat, menari,
bersepeda, den mengangkat beban berat.6 Menurut Department of Health
and Human Services, aktivitas fisik mempunyai beberapa manfaat dalai
menurunkan berat badan. Aktivitas fisik berperan pada pembakaran kalori
di dalam badan dan apabila bergabung dengan pengurangan kalori yang
dikonsumsi, ini akan berdampak pada defisit kalori yang seterusnya akan
menurunkan berat badan.

2.1.2 Jenis-jenis aktivitas fisik


Aktivitas fisik dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Aktivitas fisik harian
Jenis aktivitas fisik yang pertama ada dalam kehidupan sehari-hari
mengurus rumah bisa membantu membakar kalori yang didapatkan dari
makanan yang dikonsumsi. Seperti misalnya adalah mencuci baju,
mengepel, jalan kaki, membersihkan jendela, berkebun, menyetrika,
bermain dengan anak, kalori yang terbakar bisa 50-200 kcal per kegiatan
2. Latihan fisik Latihan fisik adalah aktivitas yang dilakukan secara
terstruktur dan terencana misalnya jalan kaki, jogging, push up, peregangan
dan senam aerobik.

3. Olahraga didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang terstruktur dan


terencana dengan mengikuti aturan-aturan yang berlaku dengan tujuan tidak
hanya membuat tubuh jadi bugar namun juga untuk mendapatkan prestasi.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik

Aktivitas fisik seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Baik faktor


lingkungan mikro, lingkungan makro maupun faktor individual. Secara
lingkungan makro, faktor sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap
aktivitas fisik. Lingkungan mikro yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik
adalah pengaruh dukungan masyarakat sekitar.Masyarakat sudah beralih
kurang memperlihatkandukungan yang tinggi terhadap orang yang masih
berjalan kaki ketika pergi kepasar, kantor dan sekolah.

Masyarakat sudah beralih kurang memperlihatkan dukungan yang


tinggi terhadap orang yang masih berjalan kaki ketika pergi kepasar, kantor
dan sekolah.11 Faktor individu seperti pengetahuan dan persepsi tentang
hidup sehat, motivasi, kesukaan olahraga, harapan tentang keuntungan
melakukan aktivitas fisik akan mempengaruhi seseorang melakukan
aktivitas fisik. Faktor lain juga berpengaruh terhadap seseorang rutin
melakukan aktivitas fisik adalah faktor usia, genetik, jenis kelamin dan
kondisi suhu geografis.

2.1.4 Kategori aktivitas fisik

International Physical Activity Questionnaire (2005) kategori aktivitas fisik


dinilai berdasarkan kriteria sebagai berikut :

1. Tinggi
Seseorang yang memiliki salah satu kriteria berikut ini sudah diklasifikasikan
dalam kategori tinggi :
a. Aktivitas dengan intensitas berat setidaknya mencapai 3 hari. Jumlah
minimal aktivitas fisik 1500 menit/minggu
b. Aktivitas fisik selama 7 hari dengan kombinasi berjalan, intensitas sedang
dan intensitas berat dengan jumlah minimal aktivitas fisik 3000
menit/minggu.
2. Sedang
a. Aktivitas dengan intensitas kuat selama 3 hari atau lebih minimal 20
menit per hari.
b. Aktivitas intensitas sedang berjalan selama 5 hari atau lebih setidaknya
30 menit setiap hari.
c. Aktivitas fisik selama 5 hari atau lebih dengan kombinasi berjalan,
intensitas sedang dan intensitas yang kuat dengan jumlah minimal 600
menit/minggu.
3. Rendah
a. Seseorang yang tidak memenuhi salah satu dari semua kriteria yang telah
disebutkan dalam kategori tinggi maupun kategori sedang.

2.1.5 Manfaat aktivitas fisik

Aktivitas fisik merupakan faktor penting dalam memelihara kesehatan


yang baik secara keseluruhan. Menjadi aktif secara fisik memiliki manfaat
kesehatan yang signifikan, termasuk mengurangi resiko berbagai penyakit
kronik, membantu mengontrol berat badan dan mengembangkan kesehatan
mental. Beberapa bentuk aktivitas fisik juga bisa membantu memanajemen
kondisi jangka panjang, seperti arthritis dan diabetes tipe 2, dengan
mereduksi efek dari kondisi tersebut dan meningkatkan kualitas hidup
penderitanya.14 Aktivitas fisik yang reguler secara konsisten terkait dengan
penurunan resiko mortalitas. Physical Activity Guidelines for Americans
mendeskripsikan berbagai tipe dan jumlah aktivitas fisik yang memberi
dampak positif bagi kesehatan. Panduan pada tahun 2008
merekomendasikan aktivitas aerobik intensitas sedang 150-300 menit atau
75-150 menit intensitas berat dalam seminggu untuk mencapai manfaat
kesehatan yang besar. Selain berpengaruh pada kesehatan fisik, Aktivitas
fisik juga mempengaruhi perkembangan, kesehatan, dan kinerja
otak.Beberapa zat kimiawi tubuh yang meningkat kadarnya oleh aktivitas
fisik dan mempengaruhi otak adalah sebagai berikut:
1. IGF-1 (Insulin-like Growth Factor 1), atau nama lainnya somatomedin C
adalah hormon yang similar bentuk molekulernya dengan insulin.. Hormon ini
memainkan peran penting pada pertumbuhan masa anak-anak dan mempunyai
efek anabolic saat dewasa. IGF-1 dirangsang oleh GH (Growth Hormone) dan
memperantarai banyak efek yang mendorong pertumbuhan. Sumber utama IGF-1
dalam darah adalah hati, yang mengeluarkan produk peptida ini kedalam darah
sebagai respon terhadap stimulasi GH. IGF-1 kemudian menstimulasi
pertumbuhan tubuh secara sistemik, dan efek mendukung pertumbuhan pada
hampir semua sel di dalam tubuh,khususnya otot skelet, kartilago, tulang, hati,
ginjal, saraf, kulit, sel hematopoietik, dan paru-paru. Selain Itu, IGF-1 adalah
regulator esensial untuk perkembangan otak, pematangan dan kelangsungan
hidup neuron.

2. Leptin (berasal dari bahasa latin leptos, yang artinya ―kurus‖) adalah hormon
yang terbuat dari sel-sel adiposa yang membantu untuk meregulasi keseimbangan
energi dengan menginhibisi rasa lapar. Leptin mempunyai mekanisme kerja yang
berkebalikan dengan ghrelin, ―hormon lapar‖. Kedua hormon tersebut bekerja
pada reseptor di nukleus arcuata pada hipotalamus untuk meregulasi nafsu makan
untuk mencapai homeostasis energi. Reseptor leptin tidak hanya diekspresikan
pada hipotalamus namun juga di regio otak yang lain, seperti hipokampus dan
korteks prefrontal. Defisiensi leptin telah terbukti mengubah protein dan fungsi
neuron pada tikus dengan obesitas.

3. Dopamin adalah zat kimia organik dari katekolamin dan keluarga dari
fenetilamina yang memainkan berbagai peran penting pada otak dan tubuh. Pada
otak, dopamin berfungsi sebagai neurotransmitter. Otak memiliki beberapa jalur
dopamin yang terpisah, satu yang paling banyak memiliki peran penting ialah
dalam reward motivated behaviour. Di dalam otak, dopamin mempengaruhi
fungsi eksekutif, kontrol motorik, motivasi, dan kesadaran.

2.1.6 Cara mengukur aktivitas fisik

Aktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner yang disebut APARQ (Adolescent


Physical Activity Recall Questionnaire). Selanjutnya aktivitas ini dinilai menjadi dua yaitu
aktif dan kurang aktif. Mahasiswa dikatakan aktif apabila berpartisipasi dalam aktivitas
berat paling sedikit 3 kali seminggu untuk minimal 20 menit per hari, dikatakan kurang
aktif apabila mahasiswa hanya melakukan aktivitas sedang paling sedikit 3 jam dalam
seminggu.

3.2 Pengertian Tekanan Darah


Tekanan darah merupakan ukuran kekuatan darah menekan dinding
pembuluh darah. Tekanan darah diukur pada 2 fase yang sesuai dengan
kontraksi alamiah jantung. Saat jantung kontraksi ( sistol) tekanan dari darah
terhadap dinding pembuluh darah disebut tekanan darah sistol. Saat jantung
relaksasi (diastol), tekanan darah terhadap dinding pembuluh darah disebut
tekanan darah diastol.
3.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
1. Usia
Perbedaan usia mempengaruhi tekanan darah. Bayi baru lahir
memiliki tekanan sistolik rata-rata 73 mmHg. Tekanan sistolik dan
diastolic meningkat secara bertahap sesuai usia hingga dewasa. Setiap
kenaikan umur 1 tahun maka tekanan darah sistolik akan meningkat
sebesar 0,369 dan sebesar 0,283 untuk tekanan darah diastolik, pada
lansia arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap tekanan
darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik.
Tekanan darah diastolik juga meningkat karena dinding pembuluh
darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan
darah.
2. Riwayat Keluarga
Riwayat Keluarga dekat yang menderita hipertensi ( factor keturunan
juga mempertinggi resiko terkena hipertensi. Tentunya factor riwayat
keluarga ini juga dipengaruhi factor-faktor lingkungan lain, yang
kemudian menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Factor
riwayat keluarga juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan
garam dan renin membrane sel. ( Kemenkes RI, 2008). Menurut
Davidson bila kedua orang tuannya mernderita hipertensi maka sekita
45% akan turun ke anak-anaknya dan bila satu orang tuanya ysng
menderita hipertensi makan sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya
( Davidson, 2015).
3. Olahraga
Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah. Untuk mendapatkan
pengkajian yang dapat dipercayai dari tekanan saat istirahat tunggu
20-30 menit setelah olahraga
3.2.2 Klasifikasi tekanan darah
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH (World Health
Organization – International Society of Hypertension), dan ESH-ESC
(European Society of Hypertension – European Society of Cardiology),
2014.

Klasifikasi tekanan Tekanan darah sistolik Tekanan darah


darah diastolic

WHO- ESH-ESC WHO- ESH-ESC


ISH ISH

Optimal <120 <120 <80 <80

Normal <130 120-129 <85 80-40

Tinggi-Normal 130-139 130-139 85-89 85-89

Hipertensi ringan 140-159 140-159 90-99 90-99


Cabang perbatasan

Hipertensi sedang 160-179 160-169 100-109 100-109


Hipertensi berat >180 >180 >110 >110

Menurut Kementrian Kesehatan Inonesia 2016 :

Kategori Tekanan darah Tekanan darah


Sistolik ( mmHg) Diastolic ( mmHg)

Normal 120-129 80-89

Prehipertensi 130-139 89

Hipertensi 140-159 90-99


Derajat 1
Hipertensi >160 >100
Derajat 2

Hipertensi >180 >110


Derajat 3

Keyword : aktifitas fisik, hipertensi, pandemic covid-19


2.2 Kerangka Teori

Factor yang tidak dapat diubah

1. Usia
2. Riwayat Keluarga Hipertensi
3. Olahraga

Factor yang dapat diubah

1. Obesitas
2. Konsumsi alcohol
3. Terpapar asap rokok
4. Stress
5. Konsumsi garam
6. Penggunaam alat kontrasepsi hormonal
7. Kolestrol
8. Kurang aktifitas fisik
9. Penyakit yang memicu Diabetus Mellitus
dan Ginjal

Masyarakat

Psycial distancing

Beraktivitas di rumah

Penurunan aktifitas

Peningkatan Sistole dan Diastole < 140mmHg/ 90 mmHg

Peningkatan jumlah hipertensi

Gambar 2.2 Kerangka Teori Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Selama
Masa Pandemi Covid-19 (Iswayuhni, 2017), ( Kemenkes RI, 2019)
BAB III
3.1 Kerangka Konseptual

Aktivitas fisik

1. Aktivitas fisik harian


Kejadian Hipertensi
2. Latihan fisik
3. Olahraga

Obesitas

Kolestrol
Klasifikasi tingkat aktivitas :
Penyakit pemicu ( DM dan
1. Tinggi
ginjal)
2. Sedang
3. Rendah

Gambar 3.1 Kerangka konseptual Kerangka Teori Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
Kejadian Hipertensi Selama Masa Pandemi Covid-19 (Iswayuhni, 2017), ( Kemenkes RI,
2019)

Keterangan :
: Mempengaruhi
: Diteliti

: Tidak diteliti

3.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pernyataan atas pertanyaan peneliti
dan harus di uji kebenarannya melalui penelitian . Dalam penelitian ini dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ha : Ada Hubungan Aktifitas fisik dengan kejadian Hipertensi Selama Masa Pandemi
Covid-19

BAB IV
4.1 Desain Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Diskriptif korelasi Survei
Analitik. Jenis data penelitian yang digunakan adalah penelitian kwantitatif berupa
angka, data kualitatif yang diangkakan analisis menggunakan statistic. Desain
penelitian yang digunakan Cros sectional yaitu pengukuran variable atau observasi
pengambilan data dilakukan satu kali ( meskipun waktu tidak bersamaan), yaitu
dengan mengukur hasil dan paparan dalam sebuah populasi dan mempelajari
hubungan antar variabel tanpa memberi intervensi aktifitas fisik dengan kejadian
Hipertensi Selama masa Pandemi Covid-19. ( Setia, 2016)

4.2 Definisi Operasional

Definisi
Variabel Operasional Parameter Alat ukur Skala Skor

v. Independen Setiap APARQ (Adolescent Kuesioner Ordinal Total aktivitas


Aktifitas Fisik gerakan Physical Activity Recall Fisik
tubuh yang Questionnaire) 1. Tinggi
dihasilkan 2. Sedang
1. Aktivitas
oleh oto 3. Rendah
dengan
rangka yang
intensitas
memerlukan
berat
pengeluaran
setidaknya
energy
mencapai 3
hari. Jumlah
minimal
aktivitas
fisik 1500
menit/mingg
u
2. Latihan
fisik aerobic
minimal 30
menit
dengan
intesitas
sedang 5-7
hari/ per
minggu.
3. Seseorang
yang tidak
memenuhi
salah satu
dari semua
kriteria yang
telah
disebutkan
dalam
kategori
tinggi
maupun
kategori
sedang.

v. dependen Tekanan 1. Tekanan darah Spigmoma Nominal Normal :


Hipertensi darah yang sistol > 140 nometer S : 120mmHg
melebihi mmHg, dan Stetoskop D : 80 mmHg
batas normal. diastole > 90 Tinggi :
mmHg. S : 140mmHg
2. Tidak ( tekanan D : 90mmHg
darah) sistol Rendah :
<139mmHg, < 90 mmHg
diastole <
90mmHg

4.3 Populasi Dan Sampel


Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam 2013). Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Populasi dan sampel pada
penelitian ini adalah :

4.3.1 Populasi : Seluruh pasien Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Siman sejumlah
50 orang/bulan
4.3.2 Sampel : Sejumlah 35 orang/ bulan pasien Hipertensi yang datang di Puskesmas
Siman pada tanggal 1-31 Mei 2021
Kriteria sampel :
1. Datang saat penelitian
2. Bersedia menjadi responden

4.4 Sampling
4.4.1 Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili
populasi yang ada (Nursalam 2013). Sampling dalam penelitian ini adalah Quota
Sampling.

Quota sampling adalah menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus
dipenuhi dalam pengambilan sampel dari populasi yang tersedia.

LAMPIRAN 1
KUISIONER PENELITIAN
Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Selama Masa Pandemi Covid-19

1. Identitas Responden
a. Nama ( Inisial ) :
b. Jenis kelamin ( L/P ) :
c. Agama :
d. Pendidikan terahir :
a. Tidak Tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Tamat Perguruan Tinggi
e. Pekerjaan :
a. PNS
b. Wiraswasta
c. Karyawan Swasta
d. Petani
e. Ibu Rumah tangga
f. Dll…
f. Status perkawinan :
a. Belum menikah
b. pernah menikah
c. Menikah
2. Aktivitas sehari-hari
a. Apakah anda berolahraga (ya) (tidak)
b. Frekuensi
- < dari 1 jam perminggu
- > 1 jam perminggu
- < 2 kali perminggu
- > 2 kali perminggu
c. kapan waktu terakhir anda berolahraga secara rutin (hari/minggu/bulan)
Lama olahraga
- < 20 menit perhari
- > 20 menit per har

LAMPIRAN 2
KUISIONER
Aktifitas fisik
Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah pertanyaan dengan teliti.


2. Jawablah pertanyaan sesuai dengan fakta dalam kehidupan sehari-hari
3. Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang telah disediakan sesuai dengan
perilaku atau kebiasaan anda.
Keterangan :
SL : Selalu
SR : Sering
JR : Jarang
TP : Tidak Pernah

No. Pertanyaan SL SR JR TP

1. Aktivitas dengan
intensitas berat
setidaknya mencapai 3
hari. Jumlah minimal
aktivitas fisik 1500
menit/minggu

2. Latihan fisik aerobic


minimal 30 menit
dengan intesitas
sedang 5-7 hari/ per
minggu.

3. Seseorang yang tidak


memenuhi salah satu
dari semua kriteria
yang telah disebutkan
dalam kategori tinggi
maupun kategori
sedang
LAMPIRAN 3

Lembar Pemeriksaan Tekanan Darah

No. Tekanan darah Kategori


Responden

1. Normal Rendah Tinggi

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmudah, Solehatul, Taufik Maryusman, Firlia Ayu Arini, and Ibnu Malkan. 2017.
“Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia
Di Kelurahan Sawangan Baru Kota Depok Tahun 2015.” Biomedika 8(2):43–51. doi:
10.23917/biomedika.v8i2.2915.
(Dlanggu and Mojokerto 2017)Dlanggu, Kecamatan, and Kabupaten Mojokerto. 2017.
“Analitik Korelasional.” 004.
Purba, E. N., Santosa, H., & Siregar, F. A. (2019). The Relationship of Physical Activity
and Obesity with the Incidence of Hypertension in Adults Aged 26-45 Years in Medan.
2013, 1–5.

(Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar : 2018. [ acessed december 6 2019].
www.depkes.go.id
WHO.Global Health data Repository, 2015. [ accessed oktober 22 2018].
www.Searo.who.int./entity/nonconicable diseases/documents/sea-ced-88.pdf
WHO. The top 19 cause of death. 2018.[ accessed oktober 22 2018]. Avaible in
http://www.who.int/newroom/fact-sheets/detail/the-top-10-cause-of-death
Iswahyuni, S. (2017). Hubungan Antara Aktifitas Fisik Dan Hipertensi Pada Lansia.
Profesi (Profesional Islam) : Media Publikasi Penelitian, 14(2), 1.
https://doi.org/10.26576/profesi.155
Mukharomah et al., 2021)Mukharomah, C. F., Ahmad, M., Pratama, R., & Sari, M. P.
(2021). People ’ s Knowledge and Behavior on the Covid-19 Virus Pandemic. 19(2).
Kemenkes RI.( 2020). Protokol Kesehatan Tugas, G., & Penanganan, P. (2019).
PENANGANAN PANDEMI COVID-19. 19.
Li W, Wang D, Wu C, Shi O, Zhou Y, Lu Z. The effect of body mass index and physical activity on
hypertension among Chinese middle-aged and older population. Sci Rep. 2017;(August):1-7.
doi:10.1038/s41598- 017-11037-y

Blair SN, Goodyear NN, Gibbons LW, Cooper KH, Rd P. Physical Fitness and Incidence of
Hypertension in Healthy Normotensive Men and Women. 2015;75230:6-9

Patel, H., Alkhawam, H., Madanieh, R., Shah, N., Kosmas, C. E., Vittorio, T. J., Madanieh, R., Shah,
N., Vittorio, T. J., & Francis, S. (2017). cardiovascular system. 9(2), 134–138.
https://doi.org/10.4330/wjc.v9.i2.134

Anda mungkin juga menyukai