Disusun oleh :
PRODI S1 KEPERAWATAN
2021
BAB 1
Pendahuluan
Pada ahir tahun 2019 Dunia digemparkan adanya Corona Virus desease 2019 yang
menular dengan ditandai gejala berat. Virus penyebab Covid dinamakan Sars-Cov- 2
(Wulandari, 2020). Pada Januari 2020, wabah COVID-19 dinyatakan sebagai “ Darurat
Kesehatan Masyarakat Kepedulian Internasional” oleh WHO. Pada 27 Januari , infeksi covid-
19 pertama di Jerman yang sudah terdeteksi. Pada ahir Maret 2020, covid-19 diklarifikasikan
sebagai pandemi. Sejak “sosio-fisika menjauhkan diri” dipandang sebagai salah satu stratergi
mengurangi jumlah infeksi. Banyak masyarakat berasumsi bahwa jika berdiam diri dirumah,
mengurangi aktifitas fisik dan melakukan jarak social dapat melindungi diri sendiri.
( Robert-Koch Intitute (RKI). Aktifitas fisik yang menurun menyebabkan peningkatan
tekanan darah yang menunjukkan bahwa semakin tinggi aktifitas fisik semakin rendah
tekanan diastolik, sedangkan semakin rendah tingkat aktifitas fisik semakin tinggi
tekanan diastolic ( Sihotang & Elon , 2020) . Tekanan darah cenderung normal
dengan aktifitas tinggi ketimbang aktiftas rendah (Iswayuhni, 2017)
Menurut data WHO, sekitar 26,4% orang di seluruh dunia menindap hipertensi . Angka
tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 29,2% ditahun 2025 dari jumlah 972 juta
penderita hipertensi, 333 juta penderita di Negara maju dan 639 juta sisanya berada di Negara
berkembang , termasuk Indonesia. Persentase hipertensi Provinsi Jawa Timur sebesar
22.71% atau sekitar 2.360.592 jumlah total penduduk Jawa Timur pada tahun 2018-2019
berdasarkan hasil pengukuran mengalami kenaikan dengan proporsi laki-laki sebesar 18.99%
(808.009 penduduk) dan perempuan sebesar 18.76% (1.146.412 penduduk). ( Kemenkes RI,
2019 ).
Latihan fisik aerobic regurel (minimal 30 menit). latihan dengan dinamika intesitas
sedang, ( 5-7 hari per minggu). Rekomendasi melakukan gaya hidup pada pasien
hipertensi. Hasil dari metanalisis ini 52223 subjek, terjadi penurunan tekanan darah
sistolik (3,5 mmHg), diastolic ( 2,5-6,2 mmHg) tergantung jenis olahraga, baik latihan
endurance, latihan resistensi dinamik, ataupun latihan isometric. Latihan fisik aerobic
banyak sebagai pilihan utama pencegahan, penatalaksanaan, dan mengontrol hipertensi.
Olahraga hal yang tetap penting dilakukan terutama pasien hipertensi pada era COVID-19
walaupun dengan pembatasan “psycial distancing”. Hal ini dapat dilakukan dengan
penggunaan social media untuk petemuan virtual komunitas olahraga secara daring.
Olahraga dengan intensitas sedang pada ventilasi yang baik dirumah menghindari kontak
langsung dengan orang lain. WHO menyarankan untuk selalu mematuhi Protokol
Kesehatan berupa 3M yakni dengan memakai masker, mencuci tangan , dan menjaga jarak
dilengkapi dengan menjaga imunitas tubuh ( Kemenkes, 2020) . Aktifitas fisik outdoor
masih menjadi perdebatan memungkinkan resiko penularan, dengan pembatasan jarak 1,5
meter dengan individu lain memungkinkan masih terkena droplet terbawa oleh angin dan
udara saat berlari maupun berkendara di outdoor. Pada hasil analisa simulasi kesimpualan
bahwa jarak 5 meter untuk berjalan dengan kecepatan 14,4km/jam, maka tidak ada dropet
bagian individu lain dibelakang saat berolahraga pada kecepatan sama.
Hipertensi sebagai komorbid yang paling banyak ditemukan pada kasus berat infeksi
COVID-19, pentingnya penanganan dan pengendalian tekanan darah juga tidak dapat di
hindari dalam penanganan infeksi. Dengan salah satu pencegahan primer dari hipertensi yaitu
beraktifitas fisik dengan berolahraga secara rutin guna untuk meningkatkan system imunitas
tubuh, sebagai pengedalian peningkatan tekanan darah, dan mengurangi resiko
kardiovaskuler.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan studi literarure “ Hubungan
Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi Selama Pandemi Covid-19“
1. Tinggi
Seseorang yang memiliki salah satu kriteria berikut ini sudah diklasifikasikan
dalam kategori tinggi :
a. Aktivitas dengan intensitas berat setidaknya mencapai 3 hari. Jumlah
minimal aktivitas fisik 1500 menit/minggu
b. Aktivitas fisik selama 7 hari dengan kombinasi berjalan, intensitas sedang
dan intensitas berat dengan jumlah minimal aktivitas fisik 3000
menit/minggu.
2. Sedang
a. Aktivitas dengan intensitas kuat selama 3 hari atau lebih minimal 20
menit per hari.
b. Aktivitas intensitas sedang berjalan selama 5 hari atau lebih setidaknya
30 menit setiap hari.
c. Aktivitas fisik selama 5 hari atau lebih dengan kombinasi berjalan,
intensitas sedang dan intensitas yang kuat dengan jumlah minimal 600
menit/minggu.
3. Rendah
a. Seseorang yang tidak memenuhi salah satu dari semua kriteria yang telah
disebutkan dalam kategori tinggi maupun kategori sedang.
2. Leptin (berasal dari bahasa latin leptos, yang artinya ―kurus‖) adalah hormon
yang terbuat dari sel-sel adiposa yang membantu untuk meregulasi keseimbangan
energi dengan menginhibisi rasa lapar. Leptin mempunyai mekanisme kerja yang
berkebalikan dengan ghrelin, ―hormon lapar‖. Kedua hormon tersebut bekerja
pada reseptor di nukleus arcuata pada hipotalamus untuk meregulasi nafsu makan
untuk mencapai homeostasis energi. Reseptor leptin tidak hanya diekspresikan
pada hipotalamus namun juga di regio otak yang lain, seperti hipokampus dan
korteks prefrontal. Defisiensi leptin telah terbukti mengubah protein dan fungsi
neuron pada tikus dengan obesitas.
3. Dopamin adalah zat kimia organik dari katekolamin dan keluarga dari
fenetilamina yang memainkan berbagai peran penting pada otak dan tubuh. Pada
otak, dopamin berfungsi sebagai neurotransmitter. Otak memiliki beberapa jalur
dopamin yang terpisah, satu yang paling banyak memiliki peran penting ialah
dalam reward motivated behaviour. Di dalam otak, dopamin mempengaruhi
fungsi eksekutif, kontrol motorik, motivasi, dan kesadaran.
Prehipertensi 130-139 89
1. Usia
2. Riwayat Keluarga Hipertensi
3. Olahraga
1. Obesitas
2. Konsumsi alcohol
3. Terpapar asap rokok
4. Stress
5. Konsumsi garam
6. Penggunaam alat kontrasepsi hormonal
7. Kolestrol
8. Kurang aktifitas fisik
9. Penyakit yang memicu Diabetus Mellitus
dan Ginjal
Masyarakat
Psycial distancing
Beraktivitas di rumah
Penurunan aktifitas
Gambar 2.2 Kerangka Teori Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Selama
Masa Pandemi Covid-19 (Iswayuhni, 2017), ( Kemenkes RI, 2019)
BAB III
3.1 Kerangka Konseptual
Aktivitas fisik
Obesitas
Kolestrol
Klasifikasi tingkat aktivitas :
Penyakit pemicu ( DM dan
1. Tinggi
ginjal)
2. Sedang
3. Rendah
Gambar 3.1 Kerangka konseptual Kerangka Teori Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
Kejadian Hipertensi Selama Masa Pandemi Covid-19 (Iswayuhni, 2017), ( Kemenkes RI,
2019)
Keterangan :
: Mempengaruhi
: Diteliti
: Tidak diteliti
3.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pernyataan atas pertanyaan peneliti
dan harus di uji kebenarannya melalui penelitian . Dalam penelitian ini dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ha : Ada Hubungan Aktifitas fisik dengan kejadian Hipertensi Selama Masa Pandemi
Covid-19
BAB IV
4.1 Desain Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Diskriptif korelasi Survei
Analitik. Jenis data penelitian yang digunakan adalah penelitian kwantitatif berupa
angka, data kualitatif yang diangkakan analisis menggunakan statistic. Desain
penelitian yang digunakan Cros sectional yaitu pengukuran variable atau observasi
pengambilan data dilakukan satu kali ( meskipun waktu tidak bersamaan), yaitu
dengan mengukur hasil dan paparan dalam sebuah populasi dan mempelajari
hubungan antar variabel tanpa memberi intervensi aktifitas fisik dengan kejadian
Hipertensi Selama masa Pandemi Covid-19. ( Setia, 2016)
Definisi
Variabel Operasional Parameter Alat ukur Skala Skor
4.3.1 Populasi : Seluruh pasien Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Siman sejumlah
50 orang/bulan
4.3.2 Sampel : Sejumlah 35 orang/ bulan pasien Hipertensi yang datang di Puskesmas
Siman pada tanggal 1-31 Mei 2021
Kriteria sampel :
1. Datang saat penelitian
2. Bersedia menjadi responden
4.4 Sampling
4.4.1 Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili
populasi yang ada (Nursalam 2013). Sampling dalam penelitian ini adalah Quota
Sampling.
Quota sampling adalah menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus
dipenuhi dalam pengambilan sampel dari populasi yang tersedia.
LAMPIRAN 1
KUISIONER PENELITIAN
Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Selama Masa Pandemi Covid-19
1. Identitas Responden
a. Nama ( Inisial ) :
b. Jenis kelamin ( L/P ) :
c. Agama :
d. Pendidikan terahir :
a. Tidak Tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Tamat Perguruan Tinggi
e. Pekerjaan :
a. PNS
b. Wiraswasta
c. Karyawan Swasta
d. Petani
e. Ibu Rumah tangga
f. Dll…
f. Status perkawinan :
a. Belum menikah
b. pernah menikah
c. Menikah
2. Aktivitas sehari-hari
a. Apakah anda berolahraga (ya) (tidak)
b. Frekuensi
- < dari 1 jam perminggu
- > 1 jam perminggu
- < 2 kali perminggu
- > 2 kali perminggu
c. kapan waktu terakhir anda berolahraga secara rutin (hari/minggu/bulan)
Lama olahraga
- < 20 menit perhari
- > 20 menit per har
LAMPIRAN 2
KUISIONER
Aktifitas fisik
Petunjuk Pengisian :
No. Pertanyaan SL SR JR TP
1. Aktivitas dengan
intensitas berat
setidaknya mencapai 3
hari. Jumlah minimal
aktivitas fisik 1500
menit/minggu
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmudah, Solehatul, Taufik Maryusman, Firlia Ayu Arini, and Ibnu Malkan. 2017.
“Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia
Di Kelurahan Sawangan Baru Kota Depok Tahun 2015.” Biomedika 8(2):43–51. doi:
10.23917/biomedika.v8i2.2915.
(Dlanggu and Mojokerto 2017)Dlanggu, Kecamatan, and Kabupaten Mojokerto. 2017.
“Analitik Korelasional.” 004.
Purba, E. N., Santosa, H., & Siregar, F. A. (2019). The Relationship of Physical Activity
and Obesity with the Incidence of Hypertension in Adults Aged 26-45 Years in Medan.
2013, 1–5.
(Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar : 2018. [ acessed december 6 2019].
www.depkes.go.id
WHO.Global Health data Repository, 2015. [ accessed oktober 22 2018].
www.Searo.who.int./entity/nonconicable diseases/documents/sea-ced-88.pdf
WHO. The top 19 cause of death. 2018.[ accessed oktober 22 2018]. Avaible in
http://www.who.int/newroom/fact-sheets/detail/the-top-10-cause-of-death
Iswahyuni, S. (2017). Hubungan Antara Aktifitas Fisik Dan Hipertensi Pada Lansia.
Profesi (Profesional Islam) : Media Publikasi Penelitian, 14(2), 1.
https://doi.org/10.26576/profesi.155
Mukharomah et al., 2021)Mukharomah, C. F., Ahmad, M., Pratama, R., & Sari, M. P.
(2021). People ’ s Knowledge and Behavior on the Covid-19 Virus Pandemic. 19(2).
Kemenkes RI.( 2020). Protokol Kesehatan Tugas, G., & Penanganan, P. (2019).
PENANGANAN PANDEMI COVID-19. 19.
Li W, Wang D, Wu C, Shi O, Zhou Y, Lu Z. The effect of body mass index and physical activity on
hypertension among Chinese middle-aged and older population. Sci Rep. 2017;(August):1-7.
doi:10.1038/s41598- 017-11037-y
Blair SN, Goodyear NN, Gibbons LW, Cooper KH, Rd P. Physical Fitness and Incidence of
Hypertension in Healthy Normotensive Men and Women. 2015;75230:6-9
Patel, H., Alkhawam, H., Madanieh, R., Shah, N., Kosmas, C. E., Vittorio, T. J., Madanieh, R., Shah,
N., Vittorio, T. J., & Francis, S. (2017). cardiovascular system. 9(2), 134–138.
https://doi.org/10.4330/wjc.v9.i2.134