Anda di halaman 1dari 27

i

ABSTRAK

Saya, Mohammad Iqbal Gadafi,dan Tasya Yuliana Putri. (2022). Gambaran


Kecemasan Penderita Hipertensi Di Masa Pandemic Covid-19. Karya Tulis
Ilmiah. Program Studi D3 Keperawatan universitas muhammadiyah ponorogo.
Pembimbing:
Ida Yeni Rahmawati M.pd

Kecemasan merupakan emosi yang menggambarkan ketakutan masyarakat di


masa pandemi akibat penyebaran virus Covid-19 dan pembatasan sosial yang
meluas. Gejala kecemasan yang banyak dialami antara lain ketakutan irasional,
gangguan tidur, perasaan tegang dan mudah tersinggung, yang dapat
menimbulkan sejumlah dampak kesehatan, salah satunya adalah peningkatan
tekanan darah di masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan kecemasan pada penderita hipertensi selama pandemi Covid-19.
Dalam metode penelitian ini digunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif, dan teknik pengambilan data menggunakan library riset. Pengumpulan
data dilakukan dengan mengisi kuesioner kecemasan dan mengukur tekanan darah
untuk mengetahui tingkat tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kecemasan responden pada masa pandemi Covid-19 mayoritas berada pada
kategori berat, dan mayoritas terjadi pada penderita hipertensi stadium 1, sehingga
kecemasan penderita hipertensi dikarenakan pembatasan yang luas yang
berdampak pada sektor ekonomi. . komunitas. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti faktor ekonomi, pendidikan dan paparan virus penyebab
kematian. Dengan menimbulkan kecemasan dan tekanan darah tinggi, tidak hanya
dapat mengurangi pendapatan masyarakat, tetapi juga meningkatkan kecemasan
akibat kenaikan biaya pendidikan anak karena anak harus belajar daring selama
pandemi Covid-19.
Kata kunci : kecemasan, hipertensi, pendemi Covid-19

ii
ABSTRACT

Im, Mohammad Iqbal Gadafi,and Tasya Yuliana Putri. (2022). Overview of


Anxiety Patients with Hypertension During the Covid-19 Pandemic Period
Scientific papers. D3 Nursing Study Program, Muhammadiyah University,
Ponorogo.
Advisor:
Ida Yeni Rahmawati M.pd

Anxiety is an emotion that describes people's fears during a pandemic due to the
spread of the Covid-19 virus and widespread social restrictions. Symptoms of
anxiety that many experience include irrational fears, sleep disturbances, feelings
of tension and irritability, which can cause a number of health impacts, one of
which is an increase in blood pressure in society. The purpose of this study is to
describe anxiety in hypertensive patients during the Covid-19 pandemic. In this
research method used descriptive research with a quantitative approach with a
total of 30 respondents, and the sampling technique used purposive sampling.
Data collection was carried out by filling out anxiety questionnaires and
measuring blood pressure to determine blood pressure levels. The results showed
that the majority of respondents' anxiety during the Covid-19 pandemic was in the
severe category, and the majority occurred in stage 1 hypertension sufferers, so
that the anxiety of hypertension sufferers was due to broad restrictions that had an
impact on the economic sector. . community. This can be caused by several
factors such as economic factors, education and exposure to viruses that cause
death. By causing anxiety and high blood pressure, it can not only reduce people's
income, but also increase anxiety due to the increase in children's education costs
because children have to study online during the Covid-19 pandemic.

Keywords: anxiety, hypertension, Covid-19 pandemic

iii
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama morbiditas di seluruh dunia

dan sering disebut silent killer (Whelton et al., 2018). Menurut World Health

Organization (WHO), prevalensi hipertensi di dunia mencapai sekitar 1,13 miliar

orang, yang berarti pada tahun 2015, setiap sepertiga orang di dunia akan

terdiagnosis hipertensi (Anon., 2019). Diperkirakan jumlah penderita hipertensi

akan terus meningkat dan mencapai 1,5 miliar orang pada tahun 2025 dengan 9,

juta kematian (Rahaheng et al., 2019).

Berdasarkan pengukuran dan riwayat kesehatan, prevalensi hipertensi di

Indonesia sekitar 32,2% (Rahaheng et al., 2019). Pada saat yang sama, sekitar 11

juta orang tinggal di provinsi Jawa Timur, dimana 8,83% adalah laki-laki dan

51,17% adalah perempuan. (Dewan Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2020).

Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo jumlah penderita hipertensi

sebanyak 5.404 orang pada tahun 2013 (Sari dan Susanti, 2016). Data Puskesmas

Kecamatan Ponorogo diketahui jumlah kasus hipertensi sebanyak 875 (Sari dan

Susanti, 2016). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan tekanan

darah, salah satunya adalah situasi pandemi virus Covid-19.

Di masa pandemi Covid-19, banyak masyarakat yang khawatir dengan

kondisi yang muncul setelah Kabupaten Ponorogo masuk kategori zona merah

(Widiharti et al., 2020). Dampak dari kondisi tersebut juga sangat mempengaruhi

kehidupan masyarakat (Widiharti et al., 2020). Pemerintah juga telah mengambil


langkah-langkah untuk menerima anak sekolah, warga sipil dan individu untuk

pekerjaan rumah tangga (Fenti Hikmawati et al., 2019). Selain itu, pemerintah

mewajibkan social distancing, menjaga kesehatan dan stay at home (Fenti

Hikmawati et al., 2019). Kondisi ini menimbulkan efek ketakutan dan kecemasan

pada seluruh warga (Fenti Hikmawati et al., 2019). Selain itu, informasi terkait

penyebaran virus Covid-19 melalui berbagai media seperti televisi, surat kabar,

tabloid dan media sosial seperti Facebook, Whatsapp, Instagram dan lain-lain juga

mempengaruhi berkembangnya rasa takut dan cemas (Fenti Hikmawati et al. ,

2019) .

Kecemasan yang bersifat sementara tetapi terus berlanjut tanpa ada upaya

untuk mengatasinya dapat jatuh ke dalam keadaan kecemasan yang permanen

(Fenti Hikmawati et al., 2019). Situasi pandemi Covid-19 saat ini

mengkhawatirkan masyarakat (Guslinda et al., 2020). Data pasien Covid-19 di

Indonesia sebagian besar menderita hipertensi (Widiharti et al., 2020). Tentu tidak

semua orang menginginkan kondisi ini. Kecemasan juga dapat mempengaruhi

kemampuan berpikir baik proses berpikir maupun isi pikiran (Pramana et al.,

2016). Kondisi ini juga dapat melemahkan kekebalan tubuh dan melemahkan

kondisi seseorang dengan melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan memiliki

penyakit kronis dapat meningkatkan risiko tertular Covid-19 dan mengalami

gejala yang lebih parah dan berujung pada kematian (Guslinda et al., 2020). ).

Pada tahun 2007, menurut Riskesda seseorang yang mengalami kecemasan

menyebabkan tekanan darahnya naik (Setyawan, 2017). Kondisi ini tidak

memiliki tujuan tertentu, kecemasan dialami secara subyektif dan berinteraksi

dengan orang (Setyawan, 2017). Gejala kecemasan yang diketahui antara lain

5
kekhawatiran/ketakutan irasional terhadap kejadian, gangguan tidur, ketegangan

dan mudah tersinggung, sering mengeluh tentang gejala ringan atau ketakutan dan

kekhawatiran terhadap penyakit serius, dan sering membayangkan

ketakutan/panik terhadap masalah serius (Setyawan, 2017). Kecemasan yang

familiar juga dapat meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi konsentrasi

dan kewaspadaan (Setyawan, 2017).

Selama masa stres dan kecemasan, tubuh mengalami ketidakseimbangan

hormon. Semua hormon yang dikendalikan oleh otak mengalami

ketidakseimbangan, salah satunya adalah peningkatan kadar hormon adrenalin dan

respon korteks adrenal (Setyawan, 2017). Peningkatan hormon adrenalin yang

dapat menyebabkan jantung memompa darah lebih cepat menyebabkan tekanan

darah meningkat (Setyawan, 2017). Kecemasan meningkatkan resistensi

pembuluh darah perifer dan curah jantung, yang merangsang aktivitas saraf

simpatis (Setyawan, 2017). Stres ini dapat berkaitan dengan pekerjaan, kelas

sosial, keuangan dan karakteristik pribadi (Setyawan, 2017).

Seseorang yang cemas ditandai dengan adanya ketegangan, ketakutan,

kecemasan dan perubahan fisiologis, seperti perubahan tekanan darah,

peningkatan denyut jantung dan perubahan pernapasan (Pasongli dan Malinti,

2021). Kecemasan timbul akibat rangsangan yang berlebihan, sehingga orang

tersebut melebihi kemampuannya untuk mengatasi rangsangan dan terjadilah

kecemasan. Setiap anggota keluarga memiliki kecemasan yang berbeda-beda

(Pasongli dan Malinti, 2021). Keluarga seringkali dapat mengalami perubahan

perilaku dan perasaan yang mempengaruhi pemikiran dan motivasi keluarga untuk

mengembangkan perannya (Pasongli dan Malinti, 2021). Kecemasan keluarga

6
tenaga kesehatan disebabkan oleh ketakutan anggota keluarganya terpapar Covid-

19 (Pasongli dan Malinti, 2021). Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan

di atas, maka peneliti bertujuan untuk memperoleh “gambaran kecemasan pada

pasien hipertensi pada masa pandemi Covid-19”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan malasah pada penelitian ini sebagai berikut “Apakah ada

gambaran kecemasan penderita hipertensi di masa pandemi Covid-19”

1.3 Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Bertujuan untuk mengetahui gambaran kecemasan penderita hipertensi di

masa pandemi Covid-19.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat teoritis

Kajian ini dapat memberikan informasi yang dapat dijadikan sebagai

sumbangsih keilmuan dan acuan bagi pengembangan penelitian keperawatan

khususnya terkait dengan “Deskripsi kecemasan pada pasien hipertensi pada masa

pandemi Covid-19”. Diharapkan setelah dilakukan penyuluhan dan pengukuran

tekanan darah masyarakat dapat mengurangi kecemasan selama pandemi Covid-

19.

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1. Bagi Peneliti Selanjutnya

7
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu wawasan penelitian

selanjutnya tentang kejadian hipertensi pada masyarakat.

1.4.2.2. Bagi Institusi Keperawatan

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi tentang adanya

gambaran kecemasan penderita hipertensi di masa pandemi Covid-19 pada

masyarakat.

1.4.2.3. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai informasi menambah wawasan dan pengetahuan tentang gambaran

kecemasan penderita hipertensi di masa pandemi Covid-19 pada masyarakat.

1.4.2.4. Bagi Peneliti Lain

Sebagai data dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan penelitian ini.

1.4.2.5. Bagi Penderita Hipertensi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tingkat

pengetahuan terhadap penyakit Hipertensi, khususnya bagi penderita hipertensi.

8
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kecemasan

Menurut Carton (1987), kecemasan adalah kecemasan atau

kekhawatiran yang tidak jelas atau tidak berdasar. Menurut Drever,

kecemasan adalah keadaan emosional yang kronis dan kompleks, yang

komponen utamanya adalah ketakutan dan kecemasan yang dialami

seseorang saat mengalami ketakutan, meskipun beberapa ahli

membedakan antara kecemasan dan ketakutan. Kecemasan pada dasarnya

adalah ancaman yang tidak jelas, seperti ancaman, penghalang keinginan

pribadi. Menurut Sullivan, kecemasan dipahami sebagai pengalaman stres

yang terjadi karena individu merasa keamanannya terancam, dan ancaman

tersebut bisa nyata atau imajiner. Hal ini juga didukung oleh pandangan

Freud bahwa kecemasan disebabkan oleh ancaman yang nyata dan yang

dibayangkan. Freud mendefinisikan kecemasan yang disebabkan oleh

imajinasi sebagai kecemasan neurotik dan kecemasan yang disebabkan

oleh ancaman nyata sebagai kecemasan realistis atau objektif. Menurut

Freud, kecemasan neurotik adalah kondisi patologis atau gangguan

kejiwaan, sedangkan kecemasan realistis adalah respons yang normal dan

sehat (Zahara, 2019).

Kecemasan adalah salah satu gangguan kejiwaan yang paling umum

pada orang dewasa dan masalah kesehatan masyarakat utama di banyak

negara. Kecemasan merusak kesehatan dan kualitas hidup manusia. Orang


dengan gangguan kecemasan memiliki risiko lebih tinggi terkena

hipertensi dibandingkan mereka yang tidak memiliki kecemasan. Di sisi

lain, terdapat risiko pasien hipertensi memiliki kecemasan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan yang tidak hipertensi (Tobing dan Wulandari,

2021).

Faktor yang mempengaruhi hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi

dua yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat

dikontrol. Faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain genetik, usia, jenis

kelamin dan etnis. Kemudian faktor yang dapat dikontrol adalah obesitas,

aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, garam, kafein,

kolesterol tinggi dan kecemasan. Kondisi ini biasanya jarang

menimbulkan gejala dan seringkali tidak disadari sehingga dapat memicu

penyakit lain seperti gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri,

stroke, penyakit ginjal stadium akhir atau bahkan kematian (Adrian et al.,

2019).

2.2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Devinisi Hipertensi

Hipertensi dapat dianggap sebagai tekanan darah konstan dengan

tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.

Pada lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥ 160 mmHg

dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. (Pramana et al., 2016).

Berdasarkan laporan (WHO, 2013) Hipertensi atau tekanan darah tinggi

adalah peningkatan tekanan yang terus menerus di dalam arteri, dimana tekanan

darah sistoliknya 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastoliknya minimal 90

10
mmHg (Kurniawan, 2018). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua

pengukuran setiap lima menit dalam keadaan istirahat/tenang. Tekanan darah

tinggi jangka panjang dapat merusak ginjal, jantung, dan otak jika tidak terdeteksi

dini dan ditangani dengan tepat. Hipertensi adalah peningkatan kronis tekanan

darah > 140/90 mmHg(Kurniawan, 2018).

2.2.2 Penyebab Hipertensi

Menurut Harfiantoko (2013) berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi

menjadi 2 golongan.

1. Hipertensi Primer

Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena belum diketahui

penyebab utamanya. Faktor yang mempengaruhi salah satunya faktor genetik dan

lingkungan (Harfiantoko & Kurnia, 2013).

2. Hipertensi Sekunder

Penyebab hipertensi sekunder adalah komplikasi dari penyakit lain yang

dapat menimbulkan faktor risiko seperti tinggi gula, kolestrol, tri glicerida dan

asam urat (Harfiantoko & Kurnia, 2013).

2.2.3 Klasifikasi Hipertensi

Menurut (Audina & Halimuddin, 2017) hipertensi diklasifikasikan menjadi:

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi

No Kategori Sitolik (MmHg) Diastolik (MmHg)


1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) >180 >110

11
2.3 Konsep Pandemi Covid 19

Coronavirus 2019 atau populer dengan nama covid-19 ialah penyakit

menular diakibatkan oleh coronavirus sindrom pernafasan akut yang

serius. SARS_CoV-2 adalah varian baru dari coronavirus yang

sebelumnya tidak teridentifikasi pada manusia (Plotkin, 2019.) Saat ini ada

2 varian coronavirus yang diyakini menimbulkan penyakit dengan gejala

yg berat, yaitu Sindrom pernafasan Timur Tengah (MERS) dan sindrom

pernafasan akut parah (SARS) (Plotkin, 2019). Covid-19 memiliki gejala

serta tanda umum antara lain gejala gangguan pernafasan akut seperti

sesak nafas, demam serta batuk (Plotkin, 2019). Waktu inkubasi terlama

yakni 1 hari.. Kasus Covid-19 yang parah dapat menyebabkan pneumonia,

sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Zoonosis

adalah penularan penyakit dari manusia ke hewan atau sebaliknya

(Plotkin, 2019). Namun penularan zoonosis ke manusia bukan disebabkan

oleh hewan yang sakit atau hewan yang menggigit manusia, melainkan

aktivitas manusia seperti berburu, membunuh, menyimpan, merawat dan

memakan merupakan sumber penyebaran zoonosis dari hewan ke manusia

(Plotkin, 2019). Di beberapa negara, termasuk Indonesia sendiri, masih

terdapat pasar yang menjual berbagai satwa..liar baik sebagai hewan

peliharaan maupun untuk dikonsumsi, pasar ini biasa dikenal dengan

sebutan pasar basah (Plotkin, 2019). Di pasar seperti itu, hewan tanah liat

diperdagangkan dalam kondisi kotor dan memprihatinkan (Plotkin, 2019).

12
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuantitatif deskriptif. Metodenya adalah studi

literatur atau studi pustaka untuk mengetahui gambaran kecemasan pada pasien

hipertensi di masa pandemi Covid-19.

3.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Menentukan subjek kajian atau penelitian yang sesuai


dengan kriteria.

Peneliti mencari data dengan menggunakan beberapa


artikel.

Setelah memperoleh informasi yang diperlukan, peneliti


mengolah materi yang kemudian disajikan dalam bentuk
laporan dan tabel. Dan menghasilkan laporan yang muncul
dalam kumpulan publikasi ilmiah.

3.3 Teknik Sampel

Teknik..sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah STUDI

PUSTAKA, yaitu teknik mencari artikel dengan pertimbangan tertentu sesuai

dengan kehendak peneliti. STUDI PESTAKA merupakan suatu teknik penelitian

dimana yang mencari bahan atau sampling dibeberapa jurnal, buku, dan internet

13
14

3.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel penelitian ini dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Definisi operasional variabel penelitian tentang Hubungan kecemasan terhadap hipertensi di masa pandemi Covid-19.

Definisi Alat Ukur


No Variabel Parameter Skala Skor
Operasional (Instrumen)
1 Kecemasan Kecemasan 1. Perasaan cemas Kuesioner Ordinal Skor :
adalah suatu 2. Ketegangan 0 = Tidak ada gejala
proses psikologi 3. Ketakutan 1 = Ringan (satu dari gejala yang
yang tidak 4. Gangguan tidur ada)
menyenangkan 5. Gangguan kecerdasan 2 = Sedang (separuh dari gejala yang
yang terjadi 6. Perasaan depresi ada)
sebagai 7. Gejala somatic 3 = Berat (lebih dari setengah gejala
tanggapan 8. Gejala sensorik yang ada)
terhadap 9. Gejala kerdiovaskuler 4 = Sangat berat (semua gejala yang
lingkungan 10. Gejala pernafasan ada)
11. Gejala urogenital Kriteria :
12. Gejala vegetative 1. Tidak ada gejala sama sekali : 0
13. Tingkah laku (sikap) 2. Kecemasan ringan : <6
pada saat wawancara 3. Kecemasan sedang : 15-27
4. Kecemasan sangat berat : >27
(Indra, 2018).

14
15

2. Kejadian Peningkatan 1. TD : Systole 140-159, Lembar Ordinal Kriteria :


Hipertensi tekanan darah diastole 90-99 Observasi, 1. Hipertensi grade 1 (ringan) :
peristen pada 2. TD : Systole 160-179, tensimeter Systole 140-159, diastole 90-99
pembulu darah diastole 100-109 2. Hipertensi grade 2 (sedang) :
arteri. 3. TD : Systole >180, Systole 160-179, diastole 100-
diastole >110 109
3. Hipertensi Grade 3 (berat) :
Systole >180, diastole >110
(Audina & Halimuddin, 2017)

15
3.5 Pengumpulan Data

3.6.1 Waktu Pengumpulan Data

Waktu pengambilan dan pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada

Desember 2022.

3.6.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan mengikuti langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Mencari data berupa artikel

b. Memilah data data yang berkesinambungan dengan judul

3.6 Pengolahan Data

Pengolahan data yang digunakan sebagai berikut:

3.7.1 Pemeriksaan Data (Editing Data )

Data yang telah dikumpulkan diperiksa dengan ketepatan dan kelengkapan

jawaban, sehingga memudahkan pengolahan selanjutnya.

3.7.2 Pemberian Skor (Scoring)

Langkah ini dilakukan setelah kode respon dan hasil observasi sudah

ditentukan sehingga respon atau hasil observasi masing-masing responden dapat

dievaluasi. (Suyanto, 2011).

a. Kecemasan

Pada Kecemasan menggunakan skor dan kreteria

Skor:

Kriteria:

Tidak ada kecemasan :0


17

Kecemasan ringan :<6

Kecemasan sedang : 7-14

Kecemasan berat : 15-27

Kecemasan sangat berat : > 27

b. Hipertensi

Pada Hipertensi menggunakan kriteria

Hipertensi grade 1 (ringan) : Systole 140-159, diastole 90-99

Hipertensi grade 2 (sedang) : Systole 160-179, diastole 100-109

Hipertensi Grade 3 (berat) : Systole >180, diastole >110

3.7.3 Pemberian Kode (Coding)

Pada langkah ini, data diklasifikasikan dan masing-masing kelompok diberi

kode sesuai dengan tujuan pengumpulan data. Pengodean dilakukan dengan

mengisi kotak di sebelah kanan formulir.

a. Data Umum

- Usia lansia

- Jenis Kelamin

- Pendidikan

- Pekerjaan

- Status Perkawinan

3.7 Cara Analisa Data

Analisa data ini menggunakan metode analisa Univariant yaitu sebagai

berikut:

a. Analisa Univariat

17
18

Analisis univariat adalah analisis hasil penelitian untuk setiap variabel

secara umum, analisis ini hanya memberikan distribusi dan persentase masing-

masing variabel tanpa menarik kesimpulan secara umum. ( generalisasi) (Indra,

2018).

3.8 Etik Penelitian

Tujuan etika ilmiah adalah menghormati hak asasi manusia dan martabat

manusia sebagai ilmuwan, memberikan yang terbaik dan bersikap adil. Pada

dasarnya etika penelitian adalah adil (justice), baik (bermanfaat) dan respect

(menghargai orang). Adil berarti perlakuan yang sama terhadap subjek, termasuk

hak dan nilai moral subjek. Baik berarti segala sesuatu yang dilakukan peneliti

tidak merugikan subjek penelitian dan mengutamakan kemanfaatan hasil

penelitian. Menghormati berarti menghormati hak subjek penelitian untuk

menentukan keikutsertaannya dalam penelitian dan untuk melindungi subjek

penelitian yang rentan dan tergantung.(Suprajitno & Sri Mugianti, 2018)

18
BAB 1V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Gambaran umum tempat penelitian, data hasil yang meliputi data umum

yaitu jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan, pendidikan terakhir. Data

khusus meliputi gambaran kecemasan penderita hipertensi di masa pandemi

Covid-19 RT03 Desa Jiwut. Hasil penelitian dari data umum dan data khusus

disajikan dalam bentuk tabel yang dijelaskan secara deskriptif.

4.1.1 Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

No Variabel Frekuensi Presentase


1 Jenis Kelamin
Laki-laki 18 60%
Perempuan 12 40%
2 Pekerjaan
a. Mengurus Rumah Tangga 7 23,3%
b. Petani 13 43,3%
c. Wiraswasta 7 23,3%
d. Pedagang 2 6,6%
e. Lain-lain (Guru) 1 3,3%
3 Status Pernikahan
Belum Menikah 10 36,6%
Menikah 20 66,6%
4 Pendidikan Terakhir
a. SD 15 50%
b. SMP 5 16,6%
c. SMA 9 30%
d. Perguruan Tinggi 1 3,3%
Jumlah Responden 30 100%

19
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa karakteristik sample

penelitian berdasarkan jenis kelamin responden mayoritas berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 18 responden (60%), karakteristik sample penelitian berdasarkan

pekerjaan mayoritas bekerja sebagai petani sebanyak 13 responden (43,3%),

karakteristik sample penelitian berdasarkan status pernikahan responden

mayoritas berstatus menikah dengan jumlah 20 responden (66,6%), karakteristik

sample penelitian berdasarkan pendidikan terakhir responden mayoritas

pendidikan terakhir SD dengan jumlah 15 responden (50%).

4.1.2 Data Khusus

Hasil pengukuran kuisioner tentang gambaran kecemasan penderita

hipertensi di masa pandemi Covid-19 di Desa Jiwut sebagai berikut:

a. Kuesioner Kecemasan

Tabel 4.2 Kuesioner Kecemasan

No Kriteria Kecemasan Frekuensi Presentase


1 Kecemasan Sedang 11 36,6%
2 Kecemasan Berat 19 63,3%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan Tabel 4.2 tabulasi data dapat diketahui bahwa gambaran

kecemasan masyarakat RT03 Desa Jiwut bulan Juli 2022 (n = 30) mayoritas

dalam kategori kecemasan berat sebanyak 19 responden (63,3%).

b. Distribusi Hipertensi Pada Responden

Table 4.3 Distribusi Hipertensi Pada Responden

No Kejadian Hipertensi Frekuensi Presentase


1 Hipertensi Grade 1 23 76,6%
2 Hipertensi Grade 2 5 16,6%
3 Hipertensi Grade 3 2 6,6
Jumlah 30 100%

20
21

Berdasarkan Tabel 4.3 tabulasi data dapat diketahui bahwa gambaran

kejadian hipertensi masyarakat RT03 Desa Jiwut bulan Juli 2022 (n = 30)

mayoritas dalam kategori hipertensi grade 1 sebanyak 23 responden (76,6%).

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian pada tabel kuesioner kecemasan menunjukkan bahwa

keadaan kecemasan responden pada masa pandemi Covid-19 mayoritas dalam

kategori berat. Sedangkan kecemasan itu terjadi mayoritas pada penderita

hipertensi grade 1 dimana hipertensi yang paling banyak di alami oleh responden.

Kecemasan adalah salah satu penyakit kejiwaan yang paling umum pada orang

dewasa dan masalah kesehatan masyarakat yang utama di banyak negara,

kecemasan memperburuk kesehatan dan kualitas hidup masyarakat (Istiana et al.,

2021). Orang yang cemas memiliki risiko lebih tinggi terkena hipertensi

dibandingkan dengan orang yang tidak cemas (Istiana et al., 2021). Sebaliknya,

pasien hipertensi memiliki risiko kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan

mereka yang tidak hipertensi (Istiana et al., 2021). Selain itu, banyak penderita

hipertensi mengalami kecemasan yang berujung pada perilaku tidak nyaman

yaitu panik (Istiana et al., 2021). Selain itu, kecemasan pasien hipertensi pada

masa Covid-19 disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah sektor

ekonomi dengan adanya pembatasan sosial.

Selama pandemi Covid-19, hal ini menyebabkan peningkatan kecemasan di

antara penderita hipertensi karena meluasnya pembatasan sosial dan sejumlah

besar laporan berita menunjukkan bahwa penderita hipertensi sangat rentan

terhadap Covid-19 dan paparannya akan semakin memperburuk kondisi mereka.

21
22

(Istiana et al., 2021). Pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar menyebabkan

depresi dan stress di di karenakan mempengaruhi ekonomi masyarakat.

Kecemasan yang dialami penderita hipertensi dimasa Covid-19 dikarenakan

beberapa hal salah satunya bidang ekonomi. Sektor keuangan memaksa

masyarakat untuk beradaptasi dengan perekonomian di masa pandemi Covid-19

dengan melakukan penghematan atau efisiensi konsumsi. Selama pandemi Covid-

19, masyarakat meningkatkan pengeluaran untuk mengantisipasi skenario

terburuk seperti penurunan pendapatan, peningkatan pengeluaran, dan terbatasnya

kesempatan kerja (Husaenie dan Aisyah, 2020). Masyarakat sendiri harus

memiliki cara yang tepat dalam menerapkan efisiensi konsumsi untuk

mengimbangi pendapatan yang menurun (Husaenie dan Aisyah, 2020). Dengan

menerapkan strategi hemat biaya diharapkan ekonomi keluarga tetap berjalan dan

kebutuhan keluarga tercukupi (Husaenie dan Aisyah, 2020). Namun di sisi lain,

efektivitasnya ternyata membuat khawatir orang, terutama penderita hipertensi.

Terutama bagi para orang tua yang homeschooling anaknya, membebankan biaya

lebih untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya secara online.

Selain kehidupan bisnis, kecemasan juga dirasakan di bidang pendidikan

anak, dimana anak-anak saat ini belajar di rumah, apalagi dengan pendidikan

rendah sehingga orang tua khawatir tidak dapat mengontrol pembelajaran anaknya

di sekolah (Widiharti et al., 2020). ). Sementara itu, orang tua yang bekerja

memiliki tingkat kecemasan yang berbeda-beda (Widiharti et al., 2020). Stres

kerja, termasuk beban kerja yang berlebihan dan tekanan yang ekstrim, juga

terbukti meningkatkan masalah kesehatan di kalangan pekerja. Banyak penyakit

yang tidak terkontrol dengan baik, salah satunya hipertensi. Mereka takut akan

22
23

bosan di rumah bersama anak-anak (Widiharti et al., 2020). Selain itu, ada

ancaman eksternal yang terkait dengan keadaan psikologis yang dapat memicu

kecemasan, termasuk peristiwa seperti kematian, perceraian, masalah etika,

perpindahan pekerjaan, perubahan pekerjaan, dan tekanan dari kelompok sosial

atau budaya.

Peristiwa pandemi Covid-19 yang mematikan menyebabkan masyarakat

mengalami ketakutan dan kecemasan. Kecemasan akan kematian lazim terjadi

pada setiap tahap perkembangan, memengaruhi pola perilaku manusia (Rayani

dan Purqoti, 2020). Kecemasan kematian dapat dilihat pada perilaku seperti

ketakutan akan kematian atau saat-saat mendekati kematian (Rayani dan Purqoti,

2020). Hal ini tergambar dari fenomena kematian yang disebabkan oleh COVID-

19 (Rayani dan Purqoti, 2020). Tidak lazim untuk memprediksi orang mana yang

bisa terinfeksi dan juga menyebabkan kematian (Rayani dan Purqoti, 2020).

Selain itu, penyebaran informasi bohong juga dapat memperburuk kesehatan

mental masyarakat (Rusman et al., 2021). Liputan berita yang berulang di saluran

media yang berbeda juga meningkatkan stres dan depresi masyarakat selama

pandemi (Rusman et al., 2021). Misinformasi tentang Covid-19 tersebar di

jejaring sosial, sehingga dapat mempengaruhi kesehatan lansia (Rusman et al.,

2021).

Pendapat peneliti, dari 20 responden mayoritas klien hipertensi berada pada

grade 1 sesuai dengan klasifikasi WHO. Kecemasan dipengaruhi di sebabkan

beberapa faktor seperti faktor ekonomi, pendidikan, dan paparan virus yang

berdampak pada kematian. Mayoritas responden memiliki hipertensi dikarenakan

faktor usia dan status kecemasan. Bertambahnya usia dan status kecemasan

23
24

menyebabkan risiko terkena hipertensi menjadi meningkat. Hal ini terjadi karena

adanya perubahan struktur pembuluh darah besar seiring bertambahnya usia.

24
25

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

gambaran kecemasan penderita hipertensi pada masa pandemi Covid-19 di RT03

Desa Jiwut didapatkan bahwa kecemasannya mayoritas dalam kategori berat.

Sedangkan kecemasan itu terjadi mayoritas pada penderita hipertensi grade 1. Hal

ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti alasan keuangan, pendidikan, dan

paparan virus Covid-19 yang dapat berdampak pada kematian. Sehingga

mengakibatkan kecemasan dan hipertensi, di samping itu dengan menurunnya

pendapatan masyarakat juga dapat meningkatkan kecemasan akibat biaya

pendidikan anak yang bertambah karena anak-anak harus belajar secara daring

selama pandemi Covid-19.

5.2 Saran

a. Bagi klien, di harapkan dapat mengelola kecemasan dapat di lakukan dengan

cara berfikir positif dan rutinkan olahraga agar tidak menimbulkan kenaikan

pada tekanan darah, dan kontrol rutin tekanan darah.

b. Bagi tenaga kesehatan, diharapkan dapat menyusun program promosi

kesehatan untuk menunjang kestabilan tekanan darah melalui kegiatan seperti

posyandu yang dapat di lakukan 1 bulan sekali.

25
26
27

Anda mungkin juga menyukai