Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENERAPAN RIIL PSIKOLOGI

CEMAS (ANXIETY) PADA MASA PANDEMI

Nama: Bagus Kurniawan Romadhon


NIM: 2113101006
Prodi: S2 Kesehatan Masyarakat
Mata Kuliah: Psikologi Kesehatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT


MOJOKERTO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pandemi Covid 19 telah banyak menimbulkan dampak secara global yang banyak
membuat perekonomian menurun, di samping itu kasus ini telah banyak merenggut korban
jiwa. Menurut data Kemenkes taggal 12 November 2022 korban yang meninggal akibat
covid 159 rb jiwa. Banyak orang yang cemas akan kondisi tersebut sehigga membuat rentan
terkena penyakit akibat penuruna imunitas, dan orang yang mengalaminya akan
menyebabkan rasa cemas dan takut secara berlebihan. Anxiety adalah gangguan mental yang
menyebabkan rasa cemas dan takut berlebih. Hal tersebut membuat Anda menjadi tidak
semangat untuk melakukan kegiatan sehari-hari, termasuk hobi yang biasa digemari. Lebih
lanjut, rasa cemas ini akan berlangsung intens dalam jangka waktu yang panjang. Seringkali
dengan ketakutan ini membuat penderitanya cepat lemas secara fisik. Berdasarkan data dari
Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2007, ada 450 juta penduduk yang harus hidup
dengan gangguan mental dan pada prevalensi individu dewasa (usia 18 tahun ke atas) sampai
lansia, ada 11.6% yang mengalami gangguan emosional, seperti kecemasan dan depresi
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah

a. Memberikan pemahaman mengenai pengertian gangguan kecemasan yang terjadi


pada saat pandemi Covid 19.
b. Memberikan pencegehan/ mengurangi gejala terhadap rasa cemas yang timbul secara
berlebihan.

1.3 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah

a. Memberikan wawasan terhadap pemahaman rasa cemas yang timbul akibat suatu
kondisi yang terjadi dan serta pencegahan dan penanganannya.
b. Dapat menjadi referensi pembelajaran Psikologi abnormal.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kecemasan (Anxiety)

Kecemasan merukana suatu kondisi akan kekhawatiran secara berlebihan baik secara
akan sesuatau yang belum terjadi atau hal buruk yang akan terjadi. Banyak hal yang di cemaskan
atau dikhawatirkan misalnya: kesehatan, social, ekonomi, relasi, social dan sebagainya, tetapi
secara normal itu wajar bahkan adaptif, sedikit cemas akan aspek hidup tersebut. Suatu
ancamana dapat menimbulkan respon cemas, tetapi dengan kadar yang sesuai tidak terlalu
berlebihan/ seseuai dengan proporsi ancamannya atau sepertinya datang tanpa ada penyebabnya
– yaitu bila bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan.

Menurut studi dari World Health Organization (WHO), dari seluruh populasi dunia,
tingkat kecemasan dan depresi selama tahun pertama terjadinya pandemi COVID-19 meningkat
hingga 25%. Sebuah penelitian yang dirilis pada tahun 2019 oleh The Lancet menyebutkan
bahwa sekitar 12,5% dari populasi global akan memiliki masalah dengan kesehatan
mental mereka pada suatu saat dalam hidup mereka. Selanjutnya, pada tahun 2021, studi lain The
Lancet menemukan bahwa tekanan psikologis, depresi, dan gangguan kecemasan umum
ditemukan selama setengah tahun terjadinya pandemi Covid-19, yakni selama Juli-September
2020. Sebanyak 42 persen orang dalam penelitian tersebut mengalami tekanan psikologis ringan
selama pandemi. Meskipun dikategorikan ringan, persentase tersebut jauh lebih tinggi
dibandingkan angka pada tahun 2018 yang hanya menyentuh angka 32%. Pada Oktober 2021
lalu, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan
menyatakan bahwa pandemi COVID-19 menyebabkan peningkatan pada kasus gangguan jiwa
dan depresi hingga 6,5% di Indonesia. Survei yang dilakukan Perhimpunan Dokter Spesialis
Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) pada tahun 2020 menemukan, sebanyak 63 persen
responden mengalami cemas dan 66 persen responden mengalami depresi akibat pandemi
COVID-19.
2.2 Penyebab Cemas (Anxiety)

Gangguan mental yang berdampak pada kekhawatiran berlebih ini disebabkan oleh
berbagai faktor seperti berikut:

 Genetik yang diturunkan dari keluarga. 

 Hormon yang terlepas dalam otak, sehingga meningkatkan denyut nadi dan pernapasan.

 Lingkungan yang memicu stres dan membuat ketakutan, seperti lokasi dimana terjadi
pelecehan, kekerasan, kematian.

 Penyalahgunaan obat-obatan.

 Mengkonsumsi kafein yang berdampak pada kerja jantung.

 Kondisi medis yang tidak stabil, seperti pada organ jantung, paru-paru, tiroid. 

Para peneliti menyimpulkan jika penyebab gangguan kecemasan berasal dari otak yang
membentuk respon rasa takut melalui ingatan dan memori dari objek yang pernah dirasakan.

Berdasarkan studi Reach, C. R., dkk. (2021), tekanan psikologis orang dewasa meningkat
saat periode pembatasan sosial atau lockdown awal. Social distancing  yang ditetapkan secara
mendadak dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam kehidupan kita memang sulit untuk
dijalani pada awalnya. Wajar jika faktor tersebut menjadi penyebab utama di balik tingginya
kasus-kasus terkait kesehatan mental, misalnya stress.

Pada saat terjadi pandemi covid 19 banyak masyarakat yang terinfeksi virus corona,
sebanyak 6.57 M kasus yang terjadi dan pemerintah mengumumkan untuk isolasi mandiri,
dimana sebelumnya pada tahun 2018 masyarakat yang sudah terbiasa sosialisi keluar bekerja/
kegatan tanpa menggunakan maker dll, sekarang di ahruskan menggunakan masker untuk
menghindari/mencegah virus korona, sedangkan orang yang terkena harus isolasi dan
pembatasan. Kebiasaan yang dulu tiba – tiba berubah secara drastis sehinga kita belum siap dan
banyak menimbulkan kekhawatiran/cemas sehingga menyebabkan stress, dikarenakan orang
yang isolasi akan mengalami perasaan kesepian, kesendirian, kesulitan uang, maupun sedih.

Orang yang paling rentan terkena gangguan cemas (Anxiety) adalah orang yang berumur
15 – 50 tahun yang merupakan usia produktif. Menurut  WHO, pandemi COVID-19 sangat
berdampak terhadap anak-anak muda. Mereka juga rentan terhadap risiko bunuh diri dan
perilaku self-harming. Selain itu, meski peningkatan tingkat depresi pria lebih tinggi dibanding
wanita, wanita berisiko terkena dampak yang lebih parah daripada pria. Orang-orang dengan
kondisi kesehatan fisik yang sudah ada sebelumnya, seperti asma, kanker, dan penyakit jantung,
juga lebih mungkin mengalami gangguan mental. Rasa cemas ini akan berlangsung intens dalam
jangka waktu yang panjang. Seringkali dengan ketakutan ini membuat penderitanya cepat lemas
secara fisik. Menurut WHO menyatakan jika terdapat  301 juta orang memiliki gangguan mental
ini di dunia, dimana 58 juta penderita anxiety disorder adalah anak-anak dan remaja. Menurut
data Kementerian Kesehatan RI, gangguan kecemasan berada di peringkat 2 dari 10 penyakit
yang paling banyak diderita oleh masyarakat Indonesia dari tahun 1990-an sampai 2017. 

2.3 Gejala cemas (Anxiety)

Gejala awal anxiety disorder yang dirasakan penderitanya adalah perasaan gugup


hingga jantung berdegup kencang. Kemudian, tubuh dan pikiran Anda sulit untuk
mengendalikan emosi saat menghadapi suatu objek. Ketakutan dan kekhawatiran itu bisa
membuat Anda untuk memiliki serangan panik (panic attack).

Berikut adalah gejala umum dari anxiety disorder:

 Kecemasan yang sulit dikontrol.

 Gelisah dan panik.

 Kelelahan, akan tetapi sulit tidur.

 Sulit berkonsentrasi.

 Mudah marah dan terpancing emosi.

 Rasa sakit dan nyeri pada tubuh.

 Otot tegang, mual, mulut kering.

 Tangan dan kaki kesemutan serta berkeringat. 

 Memikirkan dan melakukan perenungan tiada henti.

Untuk mendeteksi gangguan mental ini, Anda perlu melakukan lebih dari sekali
konsultasi dengan psikolog atau psikiater (Dokter spesialis jiwa). Dalam sesi konseling
dilakukan beberapa tes psikologis dalam bentuk kuesioner, pemeriksaan fisik, dan tes kesehatan
mental. Meskipun dokter kejiwaan ingin mengetahui kondisi mental pasien, pemeriksaan fisik
seperti tes darah maupun tes urin bertujuan untuk mengenal lebih jauh tentang gejala yang
berkaitan dengan masalah kejiwaan. 

2.4 Pencegahan Cemas (Anxiety)

Kecemasan yang Anda miliki dapat mengganggu keseharian jika tidak dicegah dengan pola
hidup yang sehat. Maka dari itu, cara ini bisa dilakukan untuk menjaga mental Anda agar aman
dari rasa cemas. 

1. Tidur cukup.

2. Aktif berolahraga.

3. Melakukan meditasi untuk melatih pernapasan dan mengendalikan emosi.

4. Mengatur pola makan sehat.

5. Menghindari rokok dan alkohol.

6. Membatasi jumlah konsumsi kafein, seperti kopi dan teh.

7. Bergabung ke komunitas dengan kegiatan yang disukai. Selain melakukan hobi, Anda juga
bisa bersosialisasi.

8. Melakukan sesi konseling jika perlu kepada psikolog. Jika lebih parah dan membutuhkan
pengobatan, sesi konseling diarahkan melalui psikiater.

2.5 Penanganan Cemas (Anxiety)

1. Psikoterapi

Psikoterapi adalah langkah penyembuhan berupa konseling rutin ke psikolog atau psikiater, agar
pasien dapat mengelola emosinya dalam kehidupan sehari-hari dari kecemasan berlebih. 

Pengobatan ini terdiri dari cognitive behavioral therapy (CBT) dan exposure therapy. 

a. Cognitive behavioral therapy (CBT), yaitu terapi untuk pasien gangguan kecemasan agar


mereka dapat mengenal dan  mengendalikan pola pikir serta perilaku yang mengarah pada
ketakutan berlebih.
b. Exposure therapy, yaitu terapi berupa aktivitas dan kegiatan tertentu yang disesuaikan dengan
ketakutan pasien, agar penderita gangguan kecemasan mampu beradaptasi di sebuah lingkungan
tanpa rasa khawatir. Model terapi ini cocok untuk gangguan lebih lanjut seperti fobia dan post-
traumatic stress disorder (PTSD).

2. Terapi pendukung

Pengobatan alternatif ini berfungsi untuk mengelola stres dan mengobati kecemasan. Aktivitas
pendukungnya adalah yoga, meditasi, hingga membuat strategi untuk hidup secara mindfulness. 

3. Pengobatan medis

Obat-obatan yang direkomendasikan oleh dokter spesialis jiwa bukan terfokus untuk
penyembuhan anxiety disorder, tetapi untuk memperbaiki gejalanya. Obat-obatan yang biasa
digunakan adalah sebagai berikut benzodiazepine, anti depresan, dan beta blocker. Beta blocker
berfungsi untuk meredakan debar jantung berlebih yang menyebabkan gangguan pada kondisi
fisik seseorang. Namun, penggunaan obat-obatan dalam anxiety disorder harus sesuai resep
dokter.
BAB III

PENUTUP

Kecemasan merupakan suatu sensasi aprehensif atau takut yang menyeluruh yang

bersifat normal pada berbagai kondisi, namun dapat menjadi abnormal jika berlebihan dan tidak

sesuai dengan proporsi ancamannya. Pola-pola tingkah laku terganggu dimana kecemasan

menjadi ciri yang paling menonjol diberi label gangguan kecemasan. Rasa cemas dapat

dikurangi dengan menerapkan pola hidup yang baik, berfikiran positif, dan membentuk

lingkungan kegiatan yang baik agar terhindar dari pikiran yang negatif. Jika telah terjadi

ganggungan cemas yang dapat membuat kegiatan sehari – hari kita terganggu segera konsultasi/

datang ke psikiater/dokter jiwa agar segera ditangani dan tidak menjadi lebih parah lagi.

Pandemi memang mengubah banyak hal dalam kehidupan kita. Kita mungkin tidak bisa lagi

menikmati ‘dunia yang dulu’, tetapi bukan berarti segalanya tidak bisa semenyenangkan dahulu.

Jadi, mari kita saling mendukung teman-teman dan orang yang kita sayangi untuk melewati

krisis ini bersama-sama. Jangan lupa bahagia.

Anda mungkin juga menyukai