Anda di halaman 1dari 2

Menjaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 tidak hanya berefek pada kesehatan fisik, tetapi juga berpengaruh kepada
kesehatan mental seseorang. Ternyata tidak hanya faktor biologis yang dapat menimbulkan gangguan
mental, faktor psikologis pun juga menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan mental. Berbagai
permasalahan yang terjadi karena COVID-19 ini dinilai menjadi sumber stress baru bagi masyarakat.
Kecemasan dan kepanikan yang timbul makin meningkat seiring dengan ketidakpastian kapan pandemi
ini akan berakhir. Kecemasan tersebut jika tidak segera dihilangkan dapat tumbuh menjadi masalah
baru, salah satunya memburuknya kesehatan mental seseorang.
Di Indonesia sendiri, angka pasien gangguan mental terus naik selama pandemi. Lebih rinci lagi,
perempuan mengalami tingkat kecemasan lebih tinggi dari pada laki-laki. Makin tinggi tingkat
pendidikan responden makin rendah tingkat kecemasannya. Responden yang berdomisili di lima
provinsi dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi sebelum survei dilakukan (yaitu DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan), mengalami tingkat kecemasan lebih tinggi
dibandingkan dengan provinsi lainnya. Tingkat kecemasan umum (GAD) tersebut memiliki pola yang
sama dengan depresi. Korelasi antara keduanya cukup tinggi dan signifikan yaitu mencapai angka 0.76,
sebanyak 58% responden melaporkan depresi.
Kesehatan mental sendiri (menurut WHO) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan
bahagia, mampu menempuh tantangan hidup serta dapat memperlakukan orang lain sebagaimana
semestinya serta mempunyai perilaku yang bermanfaat terhadap diri sendiri dan orang lain. Karantina,
isolasi mandiri, dan menjaga jarak mempunyai efek terhadap kesehatan psikologis seseorang serta
memunculkan reaksi psikologis seseorang. Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah penyakit yang
memengaruhi emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya. Sama halnya dengan penyakit fisik, penyakit
mental juga dapat muncul karena bakteri, cedera, maupun kerusakan saraf di otak yang dapat
mempengaruhi tingkah dan pemikiran si penderita. . Sayangnya di Indonesia mental health awareness
masih sangat jarang diterapkan. Orang dengan gangguan jiwa mendapat panggilan ‘orang gila’ dan
mendapat perlakuan tidak menyenangkan, sehingga gejala-gejala dari gangguan kesehatan mental
diabaikan.
Banyak alasan dibalik pentingnya kesehatan mental di masa pandemi ini Adanya pandemi
mengharuskan kita untuk melakukan isolasi, baik isolasi fisik dan isolasi psikologis. Isolasi
mengakibatkan timbulnya impulsifitas kognisi yang berkaitan dengan berkurangnya kemampuan
berpikir, memori, dan berbahasa. Dari kekhawatiran dan kecemasan tersebut dapat berakibat perubahan
pola tidur atau pola makan, gangguan konsentrasi, meningkatnya penyalahgunaan tembakau, alkohol,
maupun obat-obatan terlarang lainnya dan dapat memperburuk penyakit kronis yang diderita seseorang.
Jika pola tersebut terulang-ulang, dapat menimbulkan penyakit mental yang serius seperti gangguan
kecemasan (anxiety disorder), gangguan obsesif-kompulsif (OCD) (contohnya obsesi terhadap
penerapan protokol kesahatan yang berlebih), depresi, gangguan terikat trauma (PTSD), schizophrenia,
dan lain-lain. Penyakit-penyakit tersebut bukanlah penyakit yang bisa diabaikan. Jika seseorang
mengidap penyakit tersebut, akan timbul delusi, perubahan mood secara drastis, dan halusinasi. Dari
faktor psikologis sendiri, tentunya banyak akibat gangguan mental. Contohnya kecemasan yang
berlebihan, keinginan menyakiti diri sendiri maupun orang lain, dan kinginan untuk mengakhiri hidup.

Edukasi terhadap kesehatan perlu ditingkatkan, mulai dari sendiri. Pertama, kurangi asupan
berita. Berlebihnya asupan berita, khususnya berita hoax, dapat menyebabkan kepanikan dan
kecemasan. Maka dari itu, baca berita secukupnya dari sumber-sumber yang terpercaya saja. Kedua,
tetap berkomunikasi dengan teman dan keluarga. Rutinnya menjalin hubungan dan bercerita dengan
teman dan keluarga melaui telefon, pesan, maupun video call dapat mengurangi rasa kesepian dan rasa
kegelisahan. Yang terakhir yaitu menjaga kesehatan dan beristirahat yang cukup, dengan berolahraga,
makan makanan sehat, tidur yang cukup, dan melakukan hobi dapat membantu menjaga kestabilan
mood.
Maka dari itu, bukan hanya kesehatan fisik saja yang perlu diperhatikan. kesehatan mental juga
valid untuk diperhatikan. Dengan terkontrolnya kesehatan mental kita, kepanikan akan mudah dicegah.

Sumber referensi :
- https://www.prudential.co.id/id/pulse/article/8-cara-menjaga-kesehatan-mental-selama-pandemi-
covid-19/
- https://bem.fkg.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/534/2021/01/KAJIAN-PANDEMI-DAN-
MENTAL-HEALTH.pdf
- https://alodokter.com/kesehatan-mental

Anda mungkin juga menyukai