Selamat datang di blog kami... Kelompok 5 Keperawatan jiwa FIK UNPAD A 05...
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang
hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman
atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan
regional maupun global.
Ada beberapa trend penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di antaranya
adalah sebagai berikut:
Pattern of parenting
Kekerasan
Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat onset terjadinya
sampai klien mengalami gejala-gejala. Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai
pada usia 19 tahun dan kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir.
Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus
dimulai dari masa konsepsi atau bahkan harus dimulai dari masa pranikah. Banyak
penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan
kesehatan fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian
berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada pada
trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang leih tinggi untuk menderita
skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini menunjukkan bahwa lingkungan luar
yang terjadi pada waktu yang tertentu dalam kandungan dapat meningkatkan risiko
menderita skizofrenia.
Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh jumlah penderita
sakit jiwa di provinsi lain dan Daerah Istimewa Yogyakarta terus meningkat. Penderita
tidak lagi didominasi masyarakat kelas bawah, kalangan pejabat dan masyarakat lapisan
menengah ke atas juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif.
Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di
RSJ menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun usia.
Ada orang kaya yang mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya
akibat kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan
kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang
mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan
tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan
merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya rajin bekerja, rajin belajar menjadi
lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat kecenderungan penyakit jiwa pada anak
dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik dan nonfisik. Trauma nonfisik bisa
berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau masalah keluarga.
Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang
menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap
mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan
orang lain, seperti mengamuk.
Bukti lainnya, berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan kesehatan jiwa
memang mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang mengalami
gangguan mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap
tahunnya. Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para
penderita kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya.
Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal. Namun, menurut
Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa (psikiatri) Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini.
Pertama, gangguan fisik, biologis atau organic. Penyebabnya antara lain berasal dari
faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria dan lain-
lain), kecanduan obat dan alkohol dan lain-lain. Kedua, gangguan mental, emosional atau
kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting)
hubungan yang patologis di antara anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik, dan
tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa
stressor psikososial (perkawinan, problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam
pekerjaan atau sekolah, di lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum,
perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain).
Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara negara-negara
khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik. Perkembangan IPTEK yang begitu
cepat dan perdagangan bebas yang merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sector
termasuk sektor kesehatan
E. Kecenderungan Penyakit
Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The global burdan of disease“ (Michard &
Chaterina, 1999). Hal ini akan menjadi tantangan bagi ”Public Health Policy” yang
secara tradisional memberi perhatian yang lebih pada penyakit infeksi. Standar
pengukuran untuk kebutuhan kesehatan global secara tradisional adalah angka kematian
akibat penyakit. Ini telah menyebabkan gangguan jiwa seolah-olah bukan masalah.
Dengan adanya indikator baru, yaitu DALY (Disabilitty Adjusted Lfe Year) diketahuilah
bahwa gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan utama secara internasional.
Perubahan sosial ekonomi yang amat cepat dan situasi sosial politik yang tidak
menentu menyebabkan semakin tigginya angka pengangguran, kemiskinan, dan
kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan jiwa dalam
kehidupan manusia ( Antai Otong, 1994).
Saat terjadinya tsunami di Aceh, banyak orang yang terpapar dengan kejadian
Traumatis, yang mengalami, menyaksikan kejadian-kejadian yang berupa ancaman
kematian atau kematian yang sebenarnya dan mereka yang cedera serta yang dalam
ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang lain. Respons yang terjadi
berupa rasa takut yang kuat serta tidak berdaya, sedangkan bagi anak-anak apa yang
menghadapinya akan dieksperikan dengan perilaku yang kacau.
Trauma itu merupakan sesuatu yang katastropik, yaitu trauma diluar rentang.
Pengalaman trauma yang umum dialami manusia dalam kejadian sehari-hari.
Pengalaman katastropik dalam berbagai bentuk, baik peperangan (memang sedang
terjadi), pemerkosaan (banyak dialami sebagian wanita di Aceh), maupun bencana
alam, (gempa dan bencana tsunami), sungguh mengerikan.
Ini akan membuat mereka dalam keadaan stress berkepanjangan dan berusaha untuk
tidak mengalami stress yang sedemikian. Dalam kriteria klinik seperti yang disusun
dalam Diagnostic and Statical Manual Of Mental Disorder lll dan Lv serta Pedoman
Pengggolongan dan Diagnosis gangguan jiwa lll di Indonesia menyatakan, gejala
yang ditemukan pada mereka itu menggambarkan suatu yang stress yang terjadi
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Dengan demikian mereka menjadi manusia
yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan akibat dan resultante akhir penderita ini
akan menjadi tidak produktif. Padahal seperti diketahui ada diantara mereka yang
berkali-kali telah mengalami pengalaman katastropik yaitu saat daerah tersebut ada
dalam kondisi berlangsungnya Daerah Operasi Militer dan peristiwa-peristiwa
sesudahnya. Kondisi itu memang amat melumpuhkan tidak hanya ragawi, tetapi juga
kondisi kejadian masyarakat di daerah NAD. Di kemudian hari, mereka menjadi
manusia yang tanpa alasan selalu berusaha menghindar terhadap kejadian yang mirip,
terutama terhadap kekerasan yang sebernarnya tidak akan terjadi. Mereka juga
menjadi manusia yang selalu bermimpi menakutkan terjadi secara berulang-ulang.
Akibatnya, tidur yang seharusnya kan membuat restorasi terhadap kondisi tubuh,
namun yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka berada dalam keadaan lelah dan
seakan berada dalam kondisi depresi. Mungkin saja mereka kan berperilaku atau
merasa seakan-akan kejadian traumatis itu terjadi kmbaki, termasuk pengalaman,
ilusi, halusinasi, dan episode kilas balik dalam bentuk disosiatif.
Perawat jiwa pada masa akan datang penting untuk menekuni kajian trauma,
juga menggarisbawahi proses yang dalam studi psikologi sering disebut sebagai
transference. Istilah ini merujuk pada ‚“transfer“ pengalaman traumatis yang terjadi
dari orang yang secara fisik langsung mengalami peristiwa yang mengerikan kepada
orang lain yang tak secara langsung mengalaminya. Freud memberi contoh bahwa
psikoanalis juga dapat mengalami proses transference saat ia secara tak sadar
melakukan identifikasi dengan korban trauma tersebut. Dori Laub, psikiater yang
terlibat dalam pembuatan Shoah, mengatakan bahwa transference itu bisa terjadi saat
psikoanalis, atau siapapun juga yang melakukan wawancara dengan korban.
Lingkup masalah kesehatan jiwa, sangat luas dan kompeks juga saling berhubungan
dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pada undang-undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Ilmu Kedokteran Jiwa (psychitri), secara garis
besar masalah kesehatan jiwa digolongkan menjadi :
b. Masalah Psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai
aikbat terjadinya perubahan sosial, misalnya :
- Masalah kesehatan tenaga kerja ditempat kerja (kesehatan jiwa tenaga kerja,
penurunan produktivitas, stress di tempat kerja, dan lain-lain).
Di Benua Asia, Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering diberitakan
bahwa warganya melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri (menikam atau merobek
perut sendiri) sering dilakukan bawahan untuk melindungi nama baik atasannya.
Sebagai contoh, sekretaris pribadi mantan Perdana Menteri Takeshita melakukan
bunuh diri, ketika skandal suap perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun
1984 atau yang paling terkenal kasus bunuh dirinya sopir pribadi mantan Perdana
menteri Tanaka, ketika skandal suap Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk
perutnya, demi menjaga kehormatan pimpinannya.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan
bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau terjadi dalam seiap 40
detiknya. Bunuh diri juga termasuk satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia
15-34 tahun, selain faktor kecelakaan.
Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan dampak
dari pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin maju. Hal
terpenting yang mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah perangkat
hukum yang lemah bahkan terkadang oknum aparat hukum seringkali menjadi
backing, ditambah dengan keragu-raguan penentuan hukuman bagi pengedar dan
pemakai, sehingga dampaknya SDM Indonesia kalah dengan Malaysia yang lebih
bertindak tegas terhadap pengedar dan pemakai NAPZA. Kondisi ini akan semakin
menigkat untuk masa yang akan datang khususnya dalam era globalisasi. Dalam era
globalisasi tersebut terdapat gerakan yang sangat besar yang disebut dengan istilah
“Gerakan Kafirisasi“. Bila beberapa dekade yang lalu kita mengenal istilah zionisme,
maka dengan ini sejalan dengan globalisasi kita berhadapan dengan dengan ideologi
kafirisasi yang disebut dengan Neozionisme, sebuah ideologi yang ingin menciptakan
tatanan dunia global yang sekuler dan terlepas sama sekali dari ajaran agama yang
mereka anggap sebagai kepalsuan, racun, dan dogmatis fundamentalis.
Gerakan konspirasi mereka telah membuat carut marut dan tercabiknya wajah
kaum beragama, utamanya umat muslim, mereka menuduh umat islam sebagai
fundamentalis, ekstrimis, dan tiran. Bahkan Hungtington (Misionaris Yahudi) pernah
mengatakan : “Musuh Barat terbesar setelah Rusia hancur adalah Islam“. Salah satu
program mereka adalah menghancurkan islam melalui penghancuran generasi
mudanya dengan cara menebarkan narkotik dan zat adiktif lainnya (NAPZA).
Dengan banyaknya bunuh diri dan depresi pada anak, maka saat ini pola asuh
keluarga menjadi sorotan. Pola aush yang baik adalah pola asuh dimana orang tua
menerapkan kehangatan tinggi yang disertai dengan kontrol yang tinggi. Kehangatan
adalah bagaimana orang tua menjadi teman curhat, teman bermain, teman yang
menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi, belajar, dan berkomunikasi.
Adakalanya kehangatan diwujudkan dengan mendekap, mencium, menggendong atau
mengajak anak menjalajahi alam sambil belajar. Kehangatan adalah upaya-upaya
yang dilakukan orang tua agar anak dekat dan berani bicara pada orang tuanya pada
saat anak mendapatkan masalah. Orang tua menjadi teman dalam express feeling anak
sehingga anak menjadi sehat jiwanya.
Kontrol yang tinggi adalah bagaimana anak dilatih mandiri dan mengenal
disiplin di rumahnya. Kemandirian ini menjadi hal yang sangat penting dalam
kesehatan jiwa. Anak mandiri terbiasa menyelesaikan masalahnya, ia akan memiliki
self confidence yang cukup. Contoh kontrol yang diterapkan orang tua adalah kapan
anak harus bangun pagi, kapan belajar, kapan anak berlatih memakai kaos kaki
sendiri, makan sendiri dan berpakaian secara mandiri. Orang tua juga melatih anak
bertanggung jawab mengerjakan tugas-tugas di rumah seperi mencuci, menyiram
bunga, dan sebagainya.
Tabel 2.1.
WARMTH
Autoriatif : Bila orang tua menerapkan pola asuh dengan ontrol yang tinggi dan
kehangatan tinggi.
Otoriter : Bila orang tua menerapkan pola asuh dengan ontrol tinggi kehangatan
rendah.
Permisif : Bila orang tua menerapkan pola asuh dengan kontrol rendah
kehangatan tinggi.
Neglected : Bila orang tua menerapkan pola asuh dengan kontrol rendah
kehangatan rendah.
Sejarah
Keperawatan mental psikiatri muncul sebagai sebuah profesi pada awal abad
ke-19. Kemudian sejak tahun 1940 keperawatan mental psikiatri mulai berkembang
pesat, tetapi pelayanan masih terpusat di Rumah Sakit (Antai Otong, 1994). Hal ini
terjadi sejalan dengan program deinstitusionalisasi. Deinstitusionalisasi adalah suatu
program pembebasan klien gangguan jiwa kronik dari institusi rumah sakit dan
mengembalikan mereka ke lingkungan rehabilitas di masyarakat (Lefley, 1996).
Angka kejadian gangguan jiwa dapat diminimalkan dengan menggunakan cara-cara
preventif seperti menemukan kasus-kasus secara dini, diagnosa dini da intervensi
krisis (Gerald Kaplan dikutip oleh Antai Otong, 1994).
1. Stuart Sundeen (1998) mengemukakan bahwa hasil riset Keperawatan Jiwa masih
sangat kurang.
2. Perawat psikiatri yang ada kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan
yang rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang bisa diakui secara
Internasional.
3. Perbedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman sering kali
tidak jelas dalam “Position Description,” job responsibility dan system reward di
dakam pelayanan keperawatan dimana mereka bekerja (Stuart Sudeen, 1998).
Dalam menghadapi trend dan issue yang berkembang, profesi keperawatan mental
psikiatri di Indonesia telah melakukan berbagai upaya seperti membuat standar praktek
keperawatan jiwa di rumah sakit, membuat model prakek keperawatan professional
(MPKP) di rumah sakit jiwa, dan mengadakan berbagai pelatihan seperti pelatihan asuhan
keperawatan jiwa dan pelatihan “clinical instructur” bagi perawat mental psikiatri. Akan
tetapi, mungkin masih banyak yang masih perlu dibenahi dan ditingkatkan agar mampu
menghadapi segala tantangan di masa depan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus menjadi perhatian profesi keperawatan mental
psikiatri dalam menghadapi trend dan issue pelayanan keperawatan mental psikiatri di era
globalisasi :
4. Estin (1999), menekankan bahwa untuk membina trust dan hubungan terapeutik
dengan klien dan untuk mencegah penundaan dalam mendiagnosa kebutuhan klien,
perawat perlu memahami budaya, nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap klien terhadap
penyakitnya.
Current Issues
Tidak Punya Biaya Menyekolahkan Anak, Ibu Rumah Tangga Bunuh Diri
Bekasi, Kompas - Suwarni (34), ibu rumah tangga yang tengah hamil empat bulan,
menenggak racun cair serangga yang menewaskannya di kamar mandi rumah kontrakannya
di Kampung Pinggir Rawa RT 03 RW 03, Bekasi Jaya, Bekasi Timur, Senin (2/8) malam.
Ibu dua anak ini ditemukan dalam keadaan tewas oleh suaminya, Supriyono (36), dan
warga yang mendobrak pintu kamar mandi yang terkunci dari dalam. Suwarni sudah tak
bernyawa tatkala ditemukan.
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa masalah ekonomi merupakan salah satu
masalah yang paling sering menyebabkan gangguan jiwa di Indonesia. Himpitan ekonomi
yang semakin besar dikarenakan penghasilan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari dapat menjadi salah satu pencetus untuk seseorang bunuh diri. Saat ini masalah
ganguan jiwa semakin meningkat. Beban hidup yang semakin berat, diperkirakan menjadi
salah satu penyebab bertambahnya klien gangguan jiwa. Terutama karena meningkatnya
harga-harga semua bahan pokok, BBM dan adanya era globalisasi.
Pada kasus diatas, klien yang bunuh diri tersebut, penyebabnya adalah karena
gangguan sosial atau lingkungan yang berupa stressor psikososial yaitu masalah keuangan.
Gangguan jiwa saat ini tidak hanya mengenai orang-orang yang merupakan kalangan kelas
bawah, tapi sekarang gangguan jiwa dapat menyerang baik itu orang kalangan bawah,
menengah maupun kelas atas. Jika seseorang tidak dapat beradaptasi dengan baik dalam
lingkungan dan tidak dapat berusaha menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya maka
seseorang akan cenderung untuk mengalami gangguan jiwa.
Dari berbagai penyebab itulah maka satu demi satu akan muncul tindakan-tindakan
yang dapat dikatakan sebagai suatu penyelewengan atau pengingkaran diri akan kondisi atau
kenyataan yang ada. Pasien cenderung tidak mampu menerima kondisi yang ada sehingga
muncul suatu keinginan untuk melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab tersebut.
Dan dalam kasus ini pun cenderung akhir dari segala pengingkaran diri pasien adalah dengan
melakukan bunuh diri.
Bunuh diri merupakan salah satu tindakan yang menjadi trend issue dalam
keperawatan jiwa. Tanpa dibatasi umur, status ekonomi, tingkat pendidikan bahkan beban
kerja yang dipikul bunuh diri menjadi suatu alternatif terakhir dalam menyelesaikan masalah
yang dianggap berat untuk dihadapi. Pola pikir inilah yang seharusnya menjadi pusat garapan
perawat-perawat jiwa untuk meluruskan kembali persepsi yang berkembang di masyarakat
mengenai tindakan bunuh diri. Hal ini berguna untuk rehabilitasi pasien yang pernah
mencoba untuk melakukan tindakan tersebut dan juga untuk pencegahan terjadinya tindakan
ini yang semakin marak. Segala tindakan pencegahan dan rehabilitasi ini tentu akan
terlaksana dengan dukungan dari segala pihak baik pemerintah maupun bidang kesehatan
lainnya.
0 komentar:
Poskan Komentar
Beranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)
our song
soul club 05
Bandoeng tempo doeloe...., Jawa Barat
Lihat profil lengkapku
petualangan gila
pemandangan jiwa
Blog Archive
▼ 2008 (1)
o ▼ Desember (1)
Trend Current Issue dan Kecenderungan dalam Kepera...
our link...
http://www.quantumjiwa.blogspot.com
http://www.petualangjiwa05.blogspot.com
http://www.lompatanjiwa05.blogspot.com
http://www.tensoulgroup.blogspot.com
http://www.nurseofmysoul.blogspot.com
http://www.serpihan-jiwa.blogspot.com
http://www.bingkisanjiwa4fikunpad.blogspot.com
http://www.jiwakujiwamu.blogspot.com
http://www.scienceformentalhealth.blogspot.com
http://www.google.com
http://www.yahoo.com
http://www.friendster.com