Anda di halaman 1dari 9

MERANGKUM TREN DAN ISU

KEPERAWATAN JIWA SECARA GLOBAL SERTA


TERJADINYA GANGGUAN JIWA

Dibuat oleh :
Vivi elfia luturmas ( A1C219038)

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
PRODI: S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. Pengertian Kesehatan Jiwa
Menurut Keliat (2011), kesehatan jiwa merupakan suatu
kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis
dan produktif sebagian yang utuh dari kualitas hidup
seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan
dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan dengan wajar,
mampu bekerja dengan produktif dan memenuhi kebutuhan
hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup,
menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa
nyaman dengan orang lain.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2008
menjelaskan kriteria orang yang sehat jiwanya adalah orang
yang dapat melakukan hal berikut.

1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan,


meskipun kenyataan itu buruk.

2. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.

3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan


hidupnya.

4. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.

5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-


menolong dan saling memuaskan.

6. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.

7. Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai


pelajaran di kemudian hari.

8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian


yang kreatif dan konstruktif.

B. Trend dan Isu dalam Keperawatan Jiwa Global


Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah
masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan dan
dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap
ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada
keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global.
Ada beberapa trend penting yang menjadi perhatian dalam
keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Kesehatan Jiwa Dimulai Sejak Masa Konsepsi


Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa
biasanya dimulai pada saat onset terjadinya sampai klien
mengalami gejala-gejala. Di Indonesia banyak gangguan
jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun dan kita jarang sekali
melihat fenomena masalah sebelum anak lahir.
Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara
masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepsi
atau bahkan harus dimulai dari masa pranikah. Banyak
penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan masa
dalam kandungan dengan kesehatan fisik dan mental
seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian
berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang
dimulai pada masa konsepsi.
Mednick menghidupkan kembali teori perkembangan
neurokognitif, yang menyebutkan bahwa pada penderita
skizofrenia terjadi kelainan perkembangan neurokognitif
sejak dalam kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif
seperti berkurangnya kemampuan dalam
mempertahankan perhatian, membedakan suara rangsang
yang berurutan, working memory, dan fungsi-fungsi
eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia.
Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak
dalam kandungan dan dalam kehidupan selanjutnya
diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan berat dalam
kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh
zat-zat yang mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba.
Kelainan neurokognitif yang telah berkembang ini menjadi
dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi,
kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh
dan gangguan emosi.

2. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa


Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi.
Sebagai contoh jumlah penderita sakit jiwa di provinsi lain
dan Daerah Istimewa Yogyakarta terus meningkat.
Penderita tidak lagi didominasi masyarakat kelas bawah,
kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke
atas juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif.
Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh
para psikiater dan dokter di RSJ menunjukkan bahwa
penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun
usia. Ada orang kaya yang mengalami tekanan hebat,
setelah kehilangan semua harta bendanya akibat
kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada anak dan
remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat.

3. Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa

Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi


berkepanjangan merupakan salah satu pemicu yang
memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan
kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health
Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di
seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang
sangat serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak ada
satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.
WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia
yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Bukti lainnya, berdasarkan data statistik, angka
penderita gangguan kesehatan jiwa memang
mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta
orang yang mengalami gangguan mental, sekitar satu juta
orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap
tahunnya. Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan
dengan upaya bunuh diri dari para penderita kejiwaan
yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya.

4. Kecenderungan situasi di era globalisasi


Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan
perdagangan bebas sebagai ciri globalisasi, akan
berdampak pada semua faktor termasuk kesehatan.
Perawat dituntut mampu memberikan askep yang
profesional dan dapat mempertanggung jawabkan secara
ilmiah. Perawat dituntut senantiasa mengembangkan ilmu
dan teknologi di bidang keperawatan khususnya
keperawatan jiwa. Perawat jiwa dalam era global harus
membekali diri dengan bahasa internasional, kemampuan
komunikasi dan pemanfaatan teknologi komunikasi, skill
yang tinggi dan jiwa entrepreneurship.

5. Perubahan Orientasi Sehat


Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan
pelayanan kesehatan termasuk keperawatan adalah
tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan
penyelenggaraan pelayanan. (persaingan kualitas). Tenaga
kesehatan (perawat “jiwa”) harus mempunyai standar
global dalam memberikan pelayanan kesehatan, jika tidak
ingin ketinggalan. Fenomena masalah kesehatan jiwa,
indicator kesehatan jiwa di masa mendatang bukan lagi
masalah klinis seperti prevalensi gangguan jiwa, melainkan
berorientasi pada konteks kehidupan sosial. Fokus
kesehatan jiwa bukan hanya menangani orang sakit,
melainkan pada peningkatan kualitas hidup.
Empat Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat :
a. Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang
manusia pun yg diperalat oleh orang lain. Oleh karena
itu seharusnya tidak ada yang diperalat/ memperalat
diri sendiri, dimana manusia itu menjadi pusat dari
semua aktivitas ekonomi maupun politik diturunkan
pada tujuan perkembangan diri manusia.
b. Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam
pekerjaannya, merangsang perkembangan akal budi
dan lebih jauh lagi, mampu membuat manusia untuk
mengungkapkan kebutuhan batinnya berupa seni dan
perilaku normatif kolektif.
c. Masyarakat terhindar dari sifat-sifat rakus,
eksploitatif, pemilikan berlebihan, narsisme, tidak
mendapatkan kesempatan meraup keuntungan
material tanpa batas.
d. Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang
bertindak dalam dimensi-dimensi yang dapat
dipimpin dan diobservasi. Partisipasi aktif dan
bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat.
Untuk mewujudkan struktur masyarakat sehat,
kuncinya : Setiap orang harus meningkatkan kualitas
hidup yang dapat menjamin terciptanya kondisi sehat
yang sesungguhnya. Mandiri dan tidak bergantung
pada orang lain merupakan orientasi paradigma
kesehatan jiwa.

6. Kecenderungan Penyakit
Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The global
burdan of disease“ (Michard & Chaterina, 1999). Hal ini
akan menjadi tantangan bagi ”Public Health Policy” yang
secara tradisional memberi perhatian yang lebih pada
penyakit infeksi. Standar pengukuran untuk kebutuhan
kesehatan global secara tradisional adalah angka kematian
akibat penyakit.
Perubahan sosial ekonomi yang amat cepat dan situasi
sosial politik yang tidak menentu menyebabkan semakin
tigginya angka pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan,
situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan
gangguan jiwa dalam kehidupan manusia ( Antai Otong,
1994). Untuk menjawab tantangan ini diperlukan tenaga-
tenaga- kesehatan seperti psikiater, psilolog, social
Worker, dan perawat psikiatri yang
memadai baik dari segi kuantitas.
Saat terjadinya tsunami di Aceh, banyak orang yang
terpapar dengan kejadian Traumatis, yang mengalami,
menyaksikan kejadian-kejadian yang berupa ancaman
kematian atau kematian yang sebenarnya dan mereka yang
cedera serta yang dalam ancaman terhadap integritas fisik
diri sendiri atau orang lain. Respons yang terjadi berupa
rasa takut yang kuat serta tidak berdaya, sedangkan bagi
anak-anak apa yang menghadapinya akan dieksperikan
dengan perilaku yang kacau.
Trauma itu merupakan sesuatu yang katastropik, yaitu
trauma diluar rentang. Pengalaman trauma yang umum
dialami manusia dalam kejadian sehari-hari. Pengalaman
katastropik dalam berbagai bentuk, baik peperangan
(memang sedang terjadi), pemerkosaan (banyak dialami
sebagian wanita di Aceh), maupun bencana alam, (gempa
dan bencana tsunami), sungguh mengerikan.
Ini akan membuat mereka dalam keadaan stress
berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami
stress yang sedemikian. Dalam kriteria klinik seperti yang
disusun dalam Diagnostic and Statical Manual Of Mental
Disorder lll dan Lv serta Pedoman Pengggolongan dan
Diagnosis gangguan jiwa lll di Indonesia menyatakan,
gejala yang ditemukan pada mereka itu menggambarkan
suatu yang stress yang terjadi berbulan-bulan, bahkan

bertahun-tahun. Meningkatknya Post Traumatic

Syndrome Disorder

Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang


pengalaman trauma yang umum di alami manusia dlm
kejadian sehari-hari. Mengakibatkan keadaan stress
berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami
stress yang demikian. Mereka menjdi manusia yang invalid
dlam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi tidak
produktif. Trauma bukan semata2 gejala kejiwaan yang
bersifat individual, trauma muncul sebagai akibat saling
keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi
tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan.

Anda mungkin juga menyukai