Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


MASALAH KECEMASAN (ANSIETAS)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II


Dosen Pengampuh : Yuldensia Avelina, S.Kep.,Ns, M.Kep

OLEH:

Keompok I

1. ELISABETH EMIFINDI RATNA NIM:011221102


2. YULITA VALENTINA MAWAR RADA NIM :011221103

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai dengan respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu
untuk bertindak menghadapi ancaman (Herdman & Kamitsuru, 2016).
Kejadian dalam hidup seperti mengalami tuntutan, persaingan serta
bencana membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah
satu contoh dampak psikologis yang bisa terjadi adalah timbulnya
kecemasan atau ansietas (Yusuf, PK, & Nihayati, 2015).

Menurut WHO populasi global penderita gangguan kecemasan


pada tahun 2015 diperkirakan 3,6%. Gangguan kecemasan sendiri lebih
sering terjadi pada wanita daripada pria (4,6% dan 2,6%). Jumlah
penderita gangguan kecemasan di dunia diperkirakan dengan total 264 juta
jiwa. Hal ini mengalami peningkatan sebesar 14,9% dari tahun 2005
sebagai akibat dari meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) dari Kementerian
Kesehatan Indonesia pada tahun 2018 menunjukkan bahwa di Indonesia
ada 6% atau sekitar 14 juta penduduk untuk usia 15 tahun keatas yang
mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-
gejala kecemasan dan depresi dan jumlah tersebut semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya usia. Kecemasan dapat dialami oleh siapa

saja, karena setiap manusia akan mengalaminya dan bagaimanapun rasa


cemas dalam batas wajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Akan tetapi jika kecemasan seseorang melebihi batas
wajar, akan berdampak terganggunya orang tersebut terhadap
kecemasannya. Hal tersebut pada akhirnya akan berakibat pada

2
ketidakmampuan dirinya berpikir secara rasional. Keadaan cemas biasanya
dipicu oleh situasi-situasi lingkungan tertentu. Seseorang mungkin akan
merasa cemas pada saat mereka mengalami suatu kejadian yang baru.
Pada awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan kejadian yang baru
dimana ada suatu wabah penyakit yaitu virus corona. Penyebaran
infeksinya sangat cepat pada setiap harinya dan sudah menyebar hampir
keseluruh belahan dunia. Infeksi pertama kali terjadi di Cina dan
menyebar sangat cepat dan luas hingga mengakibatkan pandemi global
yang sudah berlangsung sampai saat ini. Pada awalnya penyakit ini
sementara diberikan nama sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV),
lalu pada 11 Februari 2020 WHO (World Health Organization)
mengumumkan nama baru yaitu Coronavirus Disease (COVID-19).
Kondisi yang datang tiba-tiba ini membuat masyarakat tidak siap untuk
mengahadapinya baik secara fisik maupun psikis.

Menurut data WHO pada tanggal 2 November 2020 jumlah


penderita yang sudah dikonfirmasi terinfeksi COVID-19 adalah
46.403.652 jiwa yang tersebar di 217 negara di dunia. Dengan jumlah
kematian pada penderita sebanyak 1.198.569 jiwa. Adapun Negara dengan
jumlah penderita COVID-19 yang paling banyak adalah Negara Amerika
Serikat dengan jumlah penderita yaitu 9.032.465 jiwa. Di Indonesia sendiri
COVID-19 dilaporkan pertama kali pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah
dua kasus.9 Pada tanggal 3 November 2020, menurut data Kementerian
Kesehatan Indonesia sudah ada 418.375 penderita COVID-19 yang
tersebar diberbagai Provinsi. Sedangkan jumlah penderita COVID-19 yang
meninggal dunia adalah 14.146 jiwa. Pemerintah menerapkan beberapa
langkah agar virus corona ini tidak menular lebih cepat, seperti
menerapkan work from home (WFH), Social Distancing, dan lain-lain.
Selain hal tersebut, pandemi COVID-19 ini juga menimbulkan banyak
dampak yang merugikan seperti gangguan kesehatan fisik, kesenjangan
ekonomi, kesenjangan sosial dan gangguan mental. Kecemasan, ketakutan,
stress, depresi, panik, kesedihan, frustasi, marah, serta menyangkal adalah

3
gangguan mental yang terjadi pada pandemic COVID-19. Tidak sedikit
masyarakat yang merasa cemas, panik dan bahkan stress yang disebabkan
oleh peningkatan kasus COVID-19 yang sangat pesat. Perhimpunan
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) melakukan survei
mengenai kesehatan mental melalui swaperiksa secara daring yang diikuti
1522 orang yang tersebar dibeberapa provinsi di Indonesia yang terdiri
dari usia 14 tahun hingga 71 tahun. Survei tersebut menunjukkan 63% dari
responden mengalami cemas akibat pandemi COVID-19. Gejala cemas
utama yaitu seperti merasa khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi,
khawatir berlebihan, mudah marah dan sulit rileks.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan klien dengan masalah
kecemasan (ansietas) ?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menjelaskan kosep asuhan keperawtan kepada klien dengan masalah
kecemasan.
dengan Gangguan Kecemasan (Anscietas)
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan Konsep dasar kecemasan (ansietas)
b. Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan Klien dengan masalah
kecemasa (ansietas)

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Ansietas merupakan perasaan tidak tenang yang samar-samar karena
disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu) (Sutejo, 2018). Stuart (2012) menyebutkan bahwa ansietas adalah
perasaan tidak tenang yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau
ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian, ketidakberdaayan, isolasi
dan ketidakmampuan. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan
bahwa ansietas merupakan suatu respons individu berupa perasaan khawatir
atau takut sebagai bentuk antisipasi terhadap kejadian dalam hidup.

B. ETIOLOGI
Menurut Stuart (2012), ada dua faktor yang menjadi penyebab terjadinya
kecemasan yakni:
1. Faktor predisposisi
a. Teori psikoanalitik
Teori psikoanalitik menjelaskan tentang konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian diantaranya Id dan Ego. Id
mempunyai dorongan naluri dan impuls primitive seseorang,
sedangkan Ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh normal-norma budaya seseorang. Fungsi kecemasan dalam ego
adalah meningatkan ego bahwa bahaya akan datang.
b. Teori interpersonal
Teori interpersonal menyatakan bahwa kecemasan merupakan
perwujudan penolakan dari individu yang menimbulkan perasaan
takut. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma,
seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kecemasan.
Individu yang mengalami harga diri rendah akan mudah mengalami
kecemasan.

5
c. Teori perilaku
Menurut teori ini, kecemasan timbu karena adanya stimulus dari
lingkungan spesifik, pola pikir yang salah, atau rendahnya
produktivitas seseorang dapat menyebabkan perilaku maladaptif.
Penilaian yang berlebihan terhadap adanya bahaya dalam situasi
tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya untuk mengatasi
ancaman merupakan penyebab kecemasan seseorang.
d. Teori biologis
Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
yang dapat meningkatkan neuregulator inhibisi GABA (Gamma
Amino Butyric Acid) yang berperan penting dalam mekanisme
biologis yang berkaitan dengan kecemasan. Gangguan fisik dan
penurunan kemampuan individu untuk mengatasi stresor merupakan
penyerta dari kecemasan.

2. Faktor presipitasi
a. Faktor Eksternal
1) Ancaman integritas fisik
Meliputi ketidakmampuan fisiologis terhadap kebutuhan dasar
sehari-hari yaang bisa disebabkan karena sakit, trauma fisik, dan
kecelakaan.
2) Ancaman sistem diri
Diantaranya ancaman terhadap identitas diri, harga diri,
kehilangan dan perubahan status dan peran, tekanan kelompok
dan sosial budaya.
b. Faktor Internal
1) Usia
Gangguan kecemasan lebih mudah dialami oleh seseorang yang
mempunyai usia lebih muda dibandingkan individu dengan usia
yang lebih tua (Kaplan & Sadock, 2010).

6
2) Stressor
Stressor merupakan tuntutan adaptasi terhadap individu yang
disebabkan oleh perubahan keadaan dalam kehidupan. Sifat
stresor dapat berubah secara tiba-tiba dan dapat mempengaruhi
seseorang dalam mengalami kecemasan, tergantung mekanisme
koping seseorang (Kaplan & Sadock, 2010).
3) Lingkungan
Individu yang berada di lingkungan asing lebih mudah
mengalami kecemasan dibanding bila individu yang berasa di
tempat yang biasa dia tempati.
4) Jenis Kelamin
Wanita lebih sering mengalami kecemasan dari pada pria. Wanita
memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan pria.
Hal ini di karenakan wanita lebih peka emosinya yang pada
akhirnya mempengaruhi perasaan cemasnya.
5) Pendidikan
Kemampuan berpikir individu dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan. Semakin tiinggi tingkat pendidikan maka individu
akan semakin mudah berpikir rasional dan menangkap informasi
baru. Kemampuan analisis akan mempermudah individu dalam
menguraikan masalah baru.
Kecemasan dapat timbul dalam situasi apapun. Kecemasan biasanya timbul
karena adanya (Stuart, 2012):
1. Threat (Ancaman)
Ancaman dapat disebabkan oleh sesuatu yang benar-benar realistis dan
juga tidak realistis, comtohnya: ancaman terhadap tubuh, jiwa atau
psikisnya (seperti kehilangan kemerdekaan dan arti hidup maupun
ancaman eksistensinya).
2. Conflict (pertentangan)
Timbul karena adanya dua keinginan yang keadaannya bertolak
belakang. Setiap konflik mempunyai dan melibatkan dua alternatif atau
lebih yang masing-masing mempunyai sifat approach dan avoiidance.

7
3. Fear (ketakutan)
Ketakutan akan segala hal dapat menimbulkan kecemasan dalam
menghadapi ujian atau ketakutan akan penolakan menimbulkan
kecemasan setiap kali harus berhadapan dengan orang baru.
4. Umneed need (kebutuhan tidak terpenuhi)
Kebutuhan manusia sangat kompleks dan banyak. Jika tidak terpenuhi
maka akan menimbulkan rasa cemas.

C. KLASIFIKASI KECEMASAN ( ANSIETAS) DAN RENTANG


RESPON
Yusuf, PK, & Nihayati (2015) dan Sutejo (2018) menyebutkan bahwa
ansietas dibedakan menjadi 4 yakni:
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar
dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Adapun batasan
karakteristik kecemasan ringan, yaitu:
a. Agak tidak nyaman
b. Gelisah
c. Insomnia ringan
d. Perubahan nafsu makan
e. Peka
f. Pengulangan pertanyaan
g. Perilaku mencari perhatian
h. Peningkatan kewaspadaan
i. Peningkatan persepsi dan pemecahan masalah
j. Mudah marah
k. Fokus pada masa datang
l. Gerakan tidak tenang.

8
2. Ansietas sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah. Adapun batasan karakteristik dari kecemasan sedang :
a. Perkembangan dari kecemasan ringan
b. Perhatian terpilih pada lingkungan
c. Konsentrasi hanya pda tugas-tugas individu
d. Ketidaknyamanan subjek sedang
e. Suara bergetar
f. Perubahan dalam nada suara
g. Takipnea
h. Takikardi
i. Peningkatan ketegangan otot
3. Ansietas berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak
dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Adapun batasan
karakteristik dari kecemasan berat adalah :
a. Perasan terancam
b. Ketegangan otot berlebihan (kepala, spasme otot)
4. Panik
Tingkat dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,
ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena
mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik
melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan
orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan, jika

9
berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang
sangat bahkan kematian. Batasan karakteristik dari panik adalah:
a. Hiperaktivitas atau imobilisasi berat.
b. Rasa terisolasi yang ekstrim
c. Kehilangan identitas, disintegrasi kepribadian.
d. Sangat goncang dan otot tegang
e. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi
f. Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri
g. Menyerang.

RENTANG RESPON
Rentang respon ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif
seperti terlihat pada gambar berikut ini (Stuart, 2012):

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Respon Adaptif adalah suatu keadaan dimana terjadi stresor dan bila
individu mampu untuk menghambat dan mengatur hal tersebut, maka akan
menghasilkan hal yang positif.
Hal positif tersebut antara lain :
1. Dapat memecahkan masalah dan konflik.
2. Adanya dorongan untuk bermotivasi.
3. Terjadinya peningkatan prestasi.
Respon Maladaptif adalah suatu keadaan dimana tidak terjadi
pertahanan perilaku individu secara otomatis terhadap ancaman kecemasan.
Apabila terjadi ancaman terhadap individu, kemudian individu tersebut
menggunakan respon adaptif, maka ia dapat beradaptasi terhadap ancaman
tersebut dengan demikian maka kecemasan tidak terjadi. Tetapi apabila

10
menggunakan respon maladaptif, maka yang akan terjadi adalah individu
akan menggalami kecemasan secara bertahap, mulai dari sedang, ke tingkat
berat dan akhirnya menjadi panik.
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan Geajala Ansietas
1. Gejala motorik, meliputi: gemetar, muka tegang, nyeri otot, nyeri dada,
letih, pegal, sakit kepala, sakit leher.
2. Gejala otonomik, berupa hiperaktivitas saraf otonomik terutama saraf
simpatis ditandai dengan gejala; palpitasi, hiperhidrosis, sesak nafas,
diare.
3. Khawatir Berlebihan
4. Kewaspadaan Berlebihan
5. Sulit Konsentrasi
6. Tidur terganggu

E. INSTRUMEN ATAU ALAT UKUR PENGKAJIAN KECEMASAN


Berikut ini telah dirangkum beberapa instrumen atau alat ukur pengkajian
tingkat kecemasan seseorang.
1. Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada


munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan.
Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu
yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5
tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).

Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang


diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar
dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala
HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi
untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic
yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran

11
kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang
valid dan reliable.

2. Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A)

Anxiety Analog Scale (AAS) merupakan modifikasi dari Hamilton


Rating Scale for Anxiety (HRSA) yaitu instrumen untuk mengukur
“state” anxietas yang dialami. Modifikasi meliputi (6) enam aspek yaitu
keadaan cemas, tegang, takut, kesulitan tidur, kesulitan konsentrasi dan
perasaan depresi atau sedih. Dimana responden diminta untuk memberi
tanda pada enam kotak bergaris 100 mm dimana dia pada aspek
kecemasan yaitu diteliti.

Pada skala angka (0) menunjukkan titik permulaan atau tidak gejala sama
sekali, sedangkan skala 100 menunjukkan keadaan ekstrim yang luar biasa
(Panambang, 2000). VAS-A juga merupakan alat ukur yang cukup reliable
untuk digunakan pada pengukuran cemas (Davey et al, 2007).

3. Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS)

Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS) adalah kuesioner yang digunakan


untuk mengukur gejala-gejala yang berkaitan dengan kecemasan.
Kuesioner ini didesain untuk mencatat adanya kecemasan dan menilai
kuantitas tingkat kecemasan.

Zung telah mengevaluasi validitas dan reliabilitasnya dan hasilnya baik.


Penelitian menunjukkan bahwa konsistensi internalnya pada sampel
psikiatrik dan non-psikiatrik adekuat dengan korelasi keseluruhan butir-
butir pertanyaan yang baik dan reliabilitas uji yang baik. Kuesioner ini
mengandung 20 pertanyaan, terdapat 15 pertanyaan kearah peningkatan
kecemasan dan 5 pertanyaan kearah penurunan kecemasan.

Setiap butir pertanyaan dinilai berdasarkan frekuensi dan durasi gejala


yang timbul: (1) jarang atau tidak pernah sama sekali, (2) kadangkadang,
(3) sering, dan (4) hampir selalu mengalami gejala tersebut. Total dari

12
skor pada tiap pertanyaan maksimal 80 dan minimal 20, skor yang tinggi
mengindikasikan tingkat kecemasan yang tinggi. Zung Self-rating
Anxiety Scale (ZSAS) telah digunakan secara luas sebagai alat skrining
kecemasan.

4. State-Trait Anxiety Inventory (STAI)

State-Trait Anxiety Inventory (STAI) dikembangkan oleh Speilberger


(1983). STAI terdiri dari 40 item yang terbagi kedalam dua dimensi
kecemasan, yaitu state anxiety dan trait anxiety yang setiap dimensinya
memiliki 20 item. Setiap item memiliki empat alternatif jawaban dari 1
sampai dengan 4. Skala pengukuran State-Trait Anxiety Inventory
(STAI) memiliki empat poin skala Likert. Dalam mengisi kuesioner,
responden diharuskan untuk memilih salah satu alternatif jawaban pada
setiap item. Untuk dimensi state anxiety, responden diharuskan untuk
memilih salah satu alternatif jawaban sesuai dengan apa yang ia rasakan
pada saat ini.

Alternatif jawaban yang dapat dipilih di antaranya adalah Sangat Tidak


Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS).
Sedangkan untuk dimensi trait anxiety, responden di harusakan untuk
memilih salah satu alternatif jawaban sesuai dengan perasaan yang
seringkali atau pada umumnya ia rasakan. Alternatif jawaban yang dapat
dipilih oleh responden di antaranya adalah Tidak Pernah (TP), Kadang-
kadang (KK), Sering (S), dan Selalu (SL).

F. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pasien dengan ansietas adalah:
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta
mudah tersinggung
2. Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut
3. Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak
orang
4. Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang menegangkan

13
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
6. Adanya keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang
belakang, pendengaran yang berdenging atau berdebar-debar, sesak
napas, mengalami gangguan pencernaan, berkemih atau sakit kepala.

G. MEKANISME KOPING
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping yaitu (Sutejo, 2018):
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan
situasi stres misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau
mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, menarik diri untuk
memindahkan dari sumber stres, kompromi untuk mengganti tujuan atau
mengorbankan kebutuhan personal.
2. Mekanisme pertahanan ego dapat membantu mengatasi ansietas ringan
dan sedang, tetapi berlangsung secara tidak sadarserta melibatkan
penipuan diri, distorsi realitas dan bersifat maladaptif. Menurut
Nurhalimah (2016), mekanisme pertahanan ego yang digunakan adalah:
a. Kompensasi, proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra
diri dengan tegas menonjolkan kelebihan yang dimilikinya.
b. Penyangkalan, Klien menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas
dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini
paling sederhana dan primitif
c. Pemindahan merupakan pengalihan emosi yang semula ditunjukkan
pada seseorang atau benda tertentu yang biasanya netral atau kurang
mengancam terhadap dirinya.
d. Disosiasi yaitu pemisahan diri dari setiap proses mental atau perilaku
darri kesadaran atau identitasnya
e. Identifikasi yaitu proses dimana seseorang mencoba menjadi orang
yang dia kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,
perilaku, dan selera orang tersebut.

14
f. Intelektualisasi yaitu suatu keadaan dimana klien mneggunakan logika
dan asalan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.
g. Introjeksi, klien menggunakan logika dan alasan yang berlebihan
untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
h. Fiksasi, klien berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek
tertentu (emosional tingkah laku atau pikiran), sehingga
perkembangan selanjutnya terhalang.
i. Proyeksi. Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan
motivasi tidak dapat ditoleransi.
j. Rasionalisasi. Klien memberi keterangan bahwa sikap atau tingkah
lakunya berdasarkan pada alasan yang seolah-olah rasional sehingga
tidak menjatuhkan harga diri.
k. Reaksi formasi. Klien bertingkah lau berlebihan yang langsung
bertentangan dengan keinginan-keinginan atau perasaan yang
sebenarnya.
l. Regresi. Klien kembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah
laku primitif).
m. Represi. Klien secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls
atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan. Hal ini merupakan
pertahanan ego yang primer dan cenderung diperkuat oleh mekanisme
ego yang lainnya.
n. Acting Out. Klien langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya
terhalang
o. Sublimasi, penerimaan suatu sasaran pengganti yang ada.
p. Supresi yaitu suata proses yang digolongkan sebagai mekanisme
pertahanan, tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari
q. Undoing yaitu tindakan atau perilaku atau komunikasi yang
menghapuskan sebagian dari tindakan, perilaku atau komunikasi
sebelumnya yang merupakan mekanisme pertahanan primitif.

15
H. PENATALAKSANAAN KECEMASAN (ANSIETAS)
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Kecemasan dapat diatasi dengan komunikasi yang baik dengan pasien
dan juga bisa dengan cara dibawah ini
a. Teknik relaksasi segitiga pernapasa (Triangle Breathing) :
1) Ambil napas selama 3 detik dengan lambat,
2) Tahan napas selama 3 detik
3) Keluarkan perlahan selama 3 detik melalui mulut
4) Ulangi selama 3 kali

b. Teknik Guided Imagery


1) Diri dalam keadaan rileks
2) Teman dan konselor membimbing seseorang dengan
kondisi verbal (bicara perlahan dan lembut)
3) Klien dapat terbawa ke tempat yang paling aman yang
diinginkan oleh suara hatinya.
4) Saat terbangun dari proses imagery, klien akan merasa
damai, dan akan mempunyai persepsi yang baru terhadap
sesuatu yang membebani, atau lebih siap menghadapinya.

c. Tertawa dan olahraga.


Untuk mengatasi rasa ansietas ini, para pakar menyarankan
agar kita banyak tertawa. Karena cara tersebut ampuh
mengusir emosi dengan sesuatu positif sifatnya. Tak ubahnya
dengan olahraga. 20 hingga 30 menit melakukan olahraga bisa
membantu mengurangi rasa ansietas.
d. Tulislah rasa ansietas dalam secarik kertas
Cara ini, menurut Bloomfield, lumayan ampuh mengurangi
emosi dan rasa sesak di dada. Karenanya, tulislah dengan jujur
ketakutan dan ansietas yang ada dalam benak seseorang,
seperti "Saya ansietas karena...", "Saya nggak yakin kalau
harus...', atau "Saya takut ketika."

16
e. Bersantai
Rasa ansietas yang muncul merupakan salah satu akibat dari
banyaknya pekerjaan atau tugas lainnya. Karena itu,
usahakan untuk menyisihkan waktu buat bersenang-senang
dan bersantai. Atau waktu tersebut bisa pula digunakan untuk
meditasi, membangun mimpi dan berimajinasi. Karena
kebiasaan tersebut akan membantu mengurangi rasa ansietas.
f. Dengar musik.
Dengan mendengarkan musik-musik favorit, akan membantu
menjalani ritme hidup yang menyenangkan.

2. Penatalaksanaan Farmakologi
a. Antidepresan Trisiklik (Tricyclic Antidepresan /TCA)
Antidepresan generasi pertama untuk mengatasi pasien depresi
dengan mekanisme kerja menghabat ambilan neropinefrin dan
serotonin ke neuron. Contoh : Klomipramin, Imipramin
b. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI)
Antidepresan baru yyang khas, hanya menghambat ambilan
serotonin secara spesifik, mekanisme kerjanya menghambat
pengambilan serotonin yang telah disekresikan dalam sinap (gap
antar neuron), sehingga kadar serotonin dalam otak meningkat.
Peningkatan kadar serotonin dalam sinap diyakini bermannfaat
sebagai anti deperesan. Contoh: Citalopram, Escitalopram,
Fluvoksamin, Paroksetin, Sertralin.
c. Serotonin/ Norepineprine ReuptakeInhibitor (SNRI)
Mekanisme kerjanya mengeblokmonaamin dengan lebih selektif
daripada antidepresan trisik.
Contoh : Venlafixin, Benzodiazepin, Klonazepam
d. Monoamin Oksidase Inhibitor (MAOI)
Suatu enzim mitokondria yang ditemukan dalam jaringan saraf dan
jaringan lain, seperti usus dan hati. Berkerja metabolism NE dan
serotonin untuk mengakhiri kerjanya supaya mudah disekresikan.

17
Dengan dihambatnya MAO, maka akan terjadi peningkatan kadar
NE dan serotonin di Sinap, sehingga akan terjadi perangsangan SSP.
Contoh : Fenelzin

I. PROSES TERJADINYA MASALAH

Sensory and cognitive feedback

Subjective feelings of
apprehensions, “anxious”
exppectation A-STATE
INTERNAL STIMULI Activaton (arousal) of anatomyc

V
A
H
R
Thoughts, feelings, biological needs

I
nervous system

DEFENCE MECHANISM
EKSTERNAL COGNITIVE
Adjustive process for avoiding or
STIMULI (stressors) APPRAISAL
Highly over-learned reducing A-STATES (stressors)
responses to threatening stimuli

A TRAIT Responses to stimuli appraised as nonthreatening


Individual differences
in Anxiety pronenes

Alteration of cognitive appraisal by defence mechanism

Ansietas berawal dari adanya kejadian eksternal yang merupakan ancaman dari
luar (stressor). Selanjutnya individu tersebut akan melakukan penilaian kognitif
dari stressor yang muncul. Penilaian kognitif ditentukan oleh proses belajar,
kemampuan evaluatif dan tingkat kecemasan dasar. Apakah ia menilai stimulus
sebagai sesuatu yang membahayakan atau tidak. Jika stimulus tersebut dinilai
berbahaya bagi individu maka tergugahlah kecemasan sesaat (state anxiety),
dan pada kecemasan sesaat ini akan timbul reaksi pikologis dan fisiologis,
reaksi ini menimbulkan kondisi yang tidak menyenangkanpada diri individu.
Selanjutnya, individu akan berusaha untuk mengatasi kondisi tidak
menyenangkan tersebut dengan menggunakan defence mechanism atau
pertahanan diri yaitu dengan mengurangi kecemasan sesaat dengan
peningkatan aktivitas kognitif (Spielberger, 1972).

18
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN
1. Pohon Masalah

Ancaman thd Ancaman thd


konsep diri kematian

Krisis Situasional
Kekuatiran
mengalami
Kebutuhan Tidak kegagalan
terpenuhi

Disfungsi sistim ANSIETAS Krisis Maturasional


keluarga

Kurang terpapar
Hubungan orang informasi
tua anak tidak
memuaskan

Terpapar bahaya
Faktor keturunan: lingkungan :toksin,
temperamen polutan, dll
mudah Penyalagunaan Zat
teragitasisejak lahir

2. Masalah Keperawatan
Berdasarkan pohon masalah diatas, masalah keperawatan dapat
dirumuskan sebagai berikut: (SDKI DPP PPNI, 2016)
Ansietas dengan penyebab :
1. Krisis Situasional
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
3. Krisis Maturasional
4. Ancaman terhadap konsep diri
5. Ancaman terhadap kematian
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
7. Disfungsi Sistem Keluarga
8. Hubungan orang tua anak tidak memuaskan
9. Factor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)

19
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dll)
12. Kurang terpapar informasi

3. Data yang Perlu Dikaji


Data yang perlu dikaji pada klien degan ansietas yaitu sbb (SDKI DPP
PPNI, 2016)
a. Data Subyektif
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3) Sulit berkonsentrasi
4) Mengeluh pusing
5) Anoreksia
6) Palpitasi
7) Merasa tidak berdaya
b. Data Obyektif
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
4) Frekuensi napas meningkat
5) Tekanan darah meningkat
6) Diaphoresis
7) Tremor
8) Muka tampak pucat
9) Suara bergetar
10) Kontak mata buruk
11) Sering berkemih
12) Berorientasi pada mala lalu

20
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan masalah
Kecemasan (ansietas) menurut SIKI adalah Terapi Relaksasi (menggunakan
Teknik pereganan untuk mengurangi tanda dan gejala ketidaknyamanan
seperti nyeri, ketegangan otot atau kecemasan).

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawan Terapi relaksasi yang dapat dilakukan menurut SIKI
adalah :

a. Observasi
1) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi
atau gejala lain yang mengganggu kemampuan kgnitif
2) Identifikasi Teknik relaksasi yang pernah digunakan
3) Identifikasi kesediaan, kemapuandan penggunaan Teknik sebelumnya
4) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
5) Monitor respons terhadap terapi relaksasi
b. Terapeutik
1) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman jika memungkinkan
2) Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur Teknik
relaksasi
3) Gunakan pakaian longgar
4) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
5) Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
c. Edukasi
1) Jelaskan tujan, manfaat , Batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia
(misalnya musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
2) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
3) Anjurkan mengambil posisi nyaman
4) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5) Anjurkan sering mengulangi atau melatihteknik yang dipilih
6) Demonstrasikan dan latih Teknik relaksasi (mis. Napas dalam,
peregangan atau imajinasi terbimbing)

21
6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi bertujuan untuk menentukan apakah tujuan intervensi dapat


dicapai secara efektif.
Ekspektasi : Menurun
Kriteria Hasil :
a. Verbalisasi kebingungan menurun
b. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
c. Erilaku gelisah menurun
d. Perilaku tegang menurun
e. Keluhan pusing menurun
f. Anoreksia, palpitasi, diaphoresis, tremor dan pucat menurun
g. Konsentrasi pola tidurmembaik
h. Frekuensi nadi membaik
i. Tekanan darah,kontak mata, pola berkemih dan orientasi membaik

22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gangguan kecemasan (ansietas) merupakan salah satu gangguan
yang sering ditemui di kalangan remaja. Rasa cemas itu
merupakan rasa yang pasti dialami oleh semua orang, dan rasa itu menjadi
alarm tersendiri untuk tubuh kita setiap kali kita dihadapkan dengan situasi
yang berbahaya atau mengancam. Tubuh kita mengeluarkan reaksi fight –
flight; apakah kita akan melawan rasa itu atau justru kabur dari masalah
yang kita akan atau sedang hadapi. Ada banyak jenis gangguan kecemasan
berlebih dengan gejala-gejala yang berbeda. Tetapi, ada satu ciri umum
yang memiliki kesamaan diantara gejala-gejala tersebut yaitu rasa gelisah
yang berkepanjangan dan rasanya seperti intens sekali, dan rasa itu tidak
sebanding dengan situasi yang sedang dihadapi dan biasanya hal-hal itu
mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan kebahagiaan seseorang.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi juga


memberikan semangat dalam belajar menangani perasaan cemas berlebih
tersebut untuk para pembaca yang mengalami gangguan kecemasan.
Makalah ini bisa menjadi teman mereka untuk berbagi, juga menjadi batu
loncatan untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri karena kita tidak
selamanya bisa terus berlari dari rasa cemas tersebut, mereka harus belajar
menghadapi dan mengelola rasa itu agar mereka tumbuh dan berkembang
dengan baik.

B. SARAN

Diharapkan klien tetap melaksanakan semua jenis terapi relaksasi


yang sudah diberikan untuk mengurangi perasaan cemas yang dialaminya,
serta untuk keluarga diharapkan dapat selalu mengingatkan klien untuk
melaksanakan teknik relaksasi setiap keluarga melihat tanda dan gejala
gangguan kecemasan (ansietas).

23
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2016). Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Spielberger, C. D. (1972). Anxiety as an Emotional State. San Diego: Academic
Press.
Stuart, G. W. (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. EGC: Jakarta.
Stuart, G. W.; Laraia, M. (2005). The Principle and Practice of Psychiatric
Nursing. USA: Mosby Company.
Sutejo. (2018). Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan
Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Selemba Medika.

24

Anda mungkin juga menyukai