Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR DENGAN

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN DI RUANGAN ALEXANDRI LANTAI III

RSUD Dr. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Nama : Siti Dwi Handayani

Nim : 1140970120037

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA BANJARMASIN

TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR DENGAN KEBUTUHAN RASA AMAN


DAN NYAMAN DI RUANGAN AXANDRI LANTAI III RSUD Dr. MOCH. ANSARI SALEH
BANJARMASIN, TELAH DISETUJUI OLEH PEMBIMBING LAHAN DAN AKADEMIK

Mengetahui,
Banjarmasin,08 juni 2021

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan Mahasiswa

Yuhansyah S. Kep., Ns. M. Kep Bihman, Amk Siti Dwi Handayani

NIDN. 1114088602 NIP.197606182000121004 NIM. 1140970120037


LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR DENGAN KEBUTUHAN CAIRAN DI RUANGAN AXANDRI


LANTAI III RSUD Dr. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN, TELAH DISETUJUI OLEH
PEMBIMBING LAHAN DAN AKADEMIK

Mengetahui,
Banjarmasin,05 juni 2021

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan Mahasiswa

Yuhansyah S. Kep., Ns. M. Kep Bihman, Amk Siti Dwi Handayani

NIDN. 1114088602 NIP.197606182000121004 NIM. 1140970120037


A. KONSEP DASAR AMAN DAN NYAMAN
1. Definisi Aman dan Nyaman

Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tentram (Potter & perry, 2006).

Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi


yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya
(Carpenito, Linda Jual, 2000).

Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2006) mengungkapkan kenyamanan/ rasa
nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-
hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan trasenden (keadaan tentang suatu
yang melebihi masalah). Kenyamanan mesti dipandang secara holistic yang mencakup
empat aspek yaitu:

1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.


2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan social.
3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang
meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsure alamiah lainnya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aman dan Nyaman

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan

(Yusuf, 2005).

a. Emosi

Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan.

b. Status Mobilisasi

Keterbatasan aktivitas, paralis, kelemahan otot, dan kesadaran


menurun memudahkan terjadinya resiko injury.

c. Gangguan Persepsi Sensory

Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti


gangguan penciuman dan penglihatan.

d. Keadaan Imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit.

e. Tingkat Kesadaran

Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis,


disorientasi, dan kurang tidur.

f. Informasi atau Komunikasi

Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat


menimbulkan kecelakaan.

g. Gangguan Tingkat Pengetahuan

Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi


sebelumnya.

h. Penggunaan Antibiotik yang Tidak Rasional

Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.

i. Status Nutrisi

Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan


penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.

j. Usia

Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak dan


lansiamempengaruhi reaksi terhadap nyeri.

k. Jenis Kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon
nyeri dan tingkat kenyamanannya.

l. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri


dan tingkat kenyamanan yang mereka punyai.
B. KONSEP DASAR CEMAS
1. Definisi Cemas

Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari


seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang
tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan
perasaan yang tidak pasti dan berdaya (Kusumawati & Hartono, 2010).

Cemas berbeda dengan gangguan cemas.Ansietas (cemas) adalah suatu


perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering
disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan cemas terkandung unsur
penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan
tersebut (David A. Tomb, 1993).

Respons yang timbul cemas yaitu khawatir, gelisah tidak tenang dan
dapat disertai dengan keluhan fisik. Kondisi dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan

dalam hubungan interpersonal.Cemas berbeda dengan rasa takut yang


merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.Cemas adalah
respon emosional terhadap penilaian tersebut yang penyebabnya tidak diketahui.
Sedangkan rasa takut mempunyai penyebab yang jelas dan dapat dipahami.Kapasitas
cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak
sejalan dengan kehidupan (Riyadi & Purwanto, 2009).

2. Etiologi Cemas

Pembagian etiologi cemas (Kusumawati & Hartono, 2010)

a. Faktor Predisposisi (Pendukung)

Ketegangan dalam kehidupan dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

1) Peristiwa traumatic

Peristiwa traumatic mengakibatkan korban berisiko besar mengalami gangguan


kejiwaan. Bila terjadi kurang dari satu bulan disebut reaksi stress akut. Namun
bila terjadi lebih dari satu bulan disebut gangguan stress pasca trauma.

2) Konflik emosional

Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan


baik.Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Gangguan konsep diri

Konsep diri yang terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu


berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

4) Frustasi

Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan


yang berdampak terhadap ego.

5) Gangguan fisik

Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman


terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

6) Pola mekanisme koping keluarga

Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

7) Riwayat gangguan kecemasan

Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons


individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

8) Medikasi

Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang


mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktifitas
neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

b. Faktor Presipitasi
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi, sumber internal dan eksternal. Sumber internal, meliputi
kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh,
perubahan biologis normal (misalnya: hamil). Sumber eksternal, meliputi
paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan,
kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber onternal dan eksternal. Sumber
internal adalah kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat
kerja, penyesuaian terhadap peran baru.Berbagai ancaman terhadap integritas
fisik juga dapat mengancam harga diri.Sumber eksternal adalah kehilangan
orang yang dicintai, perceraian, tekanan kelompok, social budaya.
3. Tingkatan Cemas

Cemas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang
bergantung pada tingkat cemas, lama cemas yang dialami, dan seberapa baik individu
melakukan koping terhadap cemas.Menurut Peplau dalam (Videbeck, 2008) ada empat
tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panic.

a. Cemas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir,
bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut (Videbeck, 2008),
respons dari cemas ringan adalah sebagai berikut:
Respon Fisik Respon Kognitif Respons emosional
1) Ketegangan otot ringan.
2) Sadar akan lingkungan.
3) Rileks atau sedikit gelisah.
4) Penuh perhatian.
5) Rajin
a) Lapang persepsi luas
b) Terlihat tenang, percaya diri.
c) Perasaan gagal sedikit.
d) Waspada dan memperhatikan banyak hal.
6) Mempertimbangkan informasi.
7) Tingkat pembelajaran informal.
a) Perilaku otomatis.
b) Sedikit tidak sadar.
c) Aktivitas menyendiri.
d) Terstimulasi.
e) Tenang.

b. Cemas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu


yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut
(Videbeck,2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut:
Respons Fisik Respons Kognitif Respons Emosional
1) Ketegangan otot sedang.
2) Tanda-tanda vital meningkat.
3) Pupil dilatasi, mulai
Respons Fisik
a) Lapang persepsi menurun.
b) Tidak perhatian secara selektif.
c) Fokus terhadap

Respons Kognitif

a) Tidak nyaman.
b) Mudah tersinggung.
c) Kepercayaan diri goyah.
d) Tidak sabar.

Respons Emosional

a) berkeringat.
b) Sering mondar- mandir, memukul tangan.
c) Suara berubah: bergetar, nada suara tinggi.
d) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat.
e) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung.stimulus
meningkat.
f) Rentang perhatian menurun.
g) Penyelesaian masalah menurun.
h) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan.
i) Gembira.

c. Cemas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress. Menurut (Videbeck, 2008), respons dari ansietas berat
adalah sebagai berikut: Respons Fisik Respons Kognitif Respons Emosional
1) Ketegangan otot berat.
2) Hiperventilasi.
3) Kontak mata buruk.
4) Pengeluaran
Respons Fisik
a) Lapang persepsi terbatas.
b) Proses berpikir terpecah-pecah.
c) Sulit berpikir.

Respons Kogniti

a) Sangat cemas.
b) Agitasi.
c) Takut.
d) Bingung.
e) Merasa tidak

Respons Emosional

a) keringat meningkat.
b) Bicara cepat, nada suara tinggi.
c) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan.
d) Rahang menegang, mengertakan gigi.
e) Mondar-mandir, berteriak.
f) Meremas tangan, gemetar.
g) Penyelesaian masalah buruk.
h) Tidak mampu mempertimbangkan informasi.
i) Hanya memerhatikan ancaman.
j) Preokupasi dengan pikiran sendiri.
k) Egosentris. adekuat.
l) Menarik diri.
m) Penyangkalan.
n) Ingin bebas.
3) Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
control, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
Menurut (Videbeck, 2008), respons dari panik adalah sebagai berikut: Respons
Fisik Respons Kognitif Respons Emosional
a) Flight, fight, atau freeze.
b) Ketegangan otot sangat berat.
c) Agitasi motorik kasar.
d) Pupil dilatasi
Respons Fisik
a) Persepsi sangat sempit.
b) Pikiran tidak logis, terganggu.
c) Kepribadian kacau.
d) Tidak dapat menyelesaikan masalah.
e) Fokus pada pikiran

Respons Kognitif

a) Merasa terbebani.
b) Merasa tidak mampu, tidak berdaya.
c) Lepas kendali.
d) Mengamuk, putus asa

Respons Emosional

a) Tanda-tanda vital
b) Tidak dapat tidur.
c) Hormon stress dan neurotransmitter berkurang.
d) Wajah menyeringai, mulut ternganga. sendiri.
e) Tidak rasional.
f) Sulit memahami stimulus eksternal.
g) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi.
h) Marah, sangat takut
i) Menghasilkan hasil yang buruk.
j) Kaget, takut.
k) Mengharapkan hasil yang buruk.
l) Marah, sangat takut.
m) Mengharapkan hasil yang buruk.
n) Kaget, takut.
o) Lelah.

4. Mekanisme Koping untuk Mengatasi Cemas.

Menurut (Riyadi & Purwanto, 2009) ketika mengalami cemas, individu


menggunakann berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan
ketidakmampuan mengatasi cemas secara kontruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa digunakan individu untuk mengatasi
cemas ringan cenderung tetap dominan ketika cemas menghebat. Cemas tingkat
sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius. Tingkat cemas sedang dan berat
menimbulkan dua jenis mekanisme koping:

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stress secara realistis.
b. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah, menghilangkan atau mengatasi
hambatan pemenuhan fisik.
c. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologis untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.
d. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan,
mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.

5. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi cemas ringan dan sedang tetapi jika
berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi
realitas maka mekanisme ini dapat merupakan respons maladaptive terhadap stres.

C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah suatu komponen dari proses keperawatan yaitu


usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari pasien meliputi
pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluh,
akurat, singkat dan berkesinambungan (Muttaqin,2009).

a. Faktor predisposisi:
1) Teori Psikoanalitik

Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian yaitu ide,
ego, dan super ego.Ide melambangkan dorongan insting dan impuls
primitive.Super ego mencerminkan hatinurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator
antara ide dan super ego.Ansietas berfungsi untuk memperingatkan ego tentang
suatu budaya yang perlu segera diatasi.
2) Teori Interpersonal

Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Berhubungan juga


dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan, perpisahan.Individu
dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami ansietas berat.

3) Teori Perilaku

Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu


kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

4) Kajian Biologis

Reseptor ini diperkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas. B. Faktor


Presipitasi Bersumber dari eksternal dan internal seperti: Ancaman terhadap
integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya
kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan sehari-hari. Ancaman terhadap
sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan integritas fungsi
social.

5) Perilaku

Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku


secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya
mempertahankan diri dari ansietas. Identitas perilaku akan meningkat sejalan
dengan peningkatan ansietas.

(Dalami dkk, 2009).

2. Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus adalah data tentang
perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien
(Potter & Perry,2005).

3. Rumusan Masalah

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga


komunitas, terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial, atau proses
kehidupan (Potter, 2005).

NANDA menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik


tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual
atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat.Semua diagnosa
keperawatan harus didukung oleh data dimana menurut NANDA diartikan sebagai
definisi karakteristik.Definisi karakteristik dinamakan tanda dan gejala.Tanda dan gejala
adalah sesuatu yang dirasakan klien.Masalah yang mungkin muncul pada Tn. K
adalah kecemasan dan pola nafas tidak efektif.

4. Perencanaan

(Dalami Ernawati, dkk, 2010).

a. Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:


1) Klien mampu menjalin hubungan saling percaya. b. Klien mampu mengenali
cemasnya.
2) Klien mampu memperluas kesadarannya terhadap perkembangan cemas. d.
Klien mampu menggunakan tekhnik relaksasi.
5. Tindakan keperawatan
a. Menjalin dan mempertahankan hubungan saling percaya.
Jadi pendengar yang baik, hangat dan responsif.Beri waktu yang cukup pada klien
untuk berespon.Beri dukungan pada klien mengekspresikan dirinya.
b. Membantu dirinya untuk mengenal ansietasnya.
Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya.Kaitkan
perilaku klien dengan perasaannya. Validasi kesimpulan dan asumsi klien.
c. Memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas.
Bantu klien menjelaskan situasi dan interaksi yang mendahului
ansietas.Bersama klien tinjau kembali penilaian klien terhadap stressor yang dapat
mengancam dan menimbulkan konflik.Kaitkan pengalaman sekarang dengan
pengalaman masa lalu klien yang relevan.
d. Meningkatkan respon relaksasi.
Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi tingkat ansietas klien. Ajarkan klien
latihan relaksasi untuk mengingat control dan rasa percaya diri.
1) Pengalihan situasi
2) Latihan relaksasi:
3) Tarik napas dalam
4) Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot
5) Hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari)
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, D, dkk.2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial.

Jakarta: Trans Info Media.

Kusumawati, F& Hartono, Y. 2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Malang: Salemba

Medika.

Nurarif, A. H & Kusuma, H. 2016.Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta:

Mediaction Jogja.

Perry dan Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Ransun, D, dkk. 2013. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Mekanisme Koping pada

Pasien Gagal Jantung Kongestif di Irina F BLURSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

1 (2): 11.

Anda mungkin juga menyukai