Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL PADA TN.

P DENGAN
ANSIETAS DI PADUKUHAN KARANGLO WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GODEAN I SLEMAN DIY

Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa Komunitas


Pembimbing Pendidikan : Dr.Abdul Ghofur, S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh :

Ghina Rafikatulhusna Siregar P07120522018

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Psikososial pada Tn. P Dengan Ansietas di Padukuhan


Karanglo Wilayah Kerja Puskesmas Godean I Sleman disusun untuk memenuhi
tugas individu praktik keperawatan jiwa komunitas semester 2. Diajukan untuk
disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan

( Dr.Abdul Ghofur, S.Kp., M.Kes )


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
“Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn W Dengan Salah Satu Anggota
Keluarga Menyandang Hipertensi Dan Diabetes Mellitus Di Padukuhan Mendak,
Kelurahan Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktik stase
keperawatan keluarga semester 2. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Bapak D. Iswanto, S.Pd., M.Kes.

2. Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Bapak


Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp.Kom.

3. Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Bapak Bondan


Palestin, SKM, M.Kep., Sp. Kom.

4. Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners Poltekkes Kemenkes


Yogyakarta, Ibu Ns. Harmilah, M.Kep, Sp.KMB.

5. Dosen Pembimbing Pendidikan, Bapak Dr.Abdul Ghofur, S.Kp., M.Kes.

Saya berharap semoga laporan ini dapat membantu pembaca untuk lebih
mengetahui tentang asuhan keperawatan jiwa komunitas. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharap dan saran dari berbagai pihak agar laporan ini lebih
sempurna.

Yogyakarta, Februari 2023

Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus
Ansietas
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian Ansietas
Kecemasan merupakan suatu respon psikologis maupun fisiologis
individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan, atau reaksi
atas situasi yang dianggap mengancam (Hulu & Pardede, 2016).
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu

terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya

yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi


ancaman (SDKI, 2017). Kecemasan merupakan suatu keadaan
perasaan gelisah, ketidaktentuan, ada rasa takut dari kenyataan atau
persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui masalahnya
(Pardede & Simangunsong, 2020).
B. Etiologi ansietas
1. Faktor predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan

yang yang dapat menimbulkan kecemasan (Hawari, 2017).

Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa:

a) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena

merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat

mempengaruhi konsep diri individu

b) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani

stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap


konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu

banyak dipelajari dalam keluarga

c) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah

pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena

benzodizepin dapat menekan neurotransmiter gama amino

butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak

yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan

2. Faktor presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan tibulnya kecemasan (Hawari, 2017). Stressor

presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

a) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang


mengancam integritas fisik yang meliputi:
1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis
sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis
normal (misalnya hamil)
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus
dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan
nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal
b) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan
internal, yaitu sebagai berikut
1) Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan
interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas
fisik juga dapat mengancam harga diri
2) Sumber eksternal, kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,
sosial budaya
C. Tanda dan gejala ansietas
Tanda dan gejala (sign and symptom) ansietas menurut Kelliat (2018)
dijelaskan sebagai berikut:
1. Palpitasi, jantung berdebar, atau akselerasi frekuensi jantung
2. Berkeringat
3. Gemetar atau menggigil
4. Perasaan sesak napas dan tercekik
5. Perasaan tersedak
6. Nyeri atau ketidaknyamanan dada
7. Mual atau distress abdomen
8. Merasa pusing, limbung, vertigo, atau pingsan
9. Derealisasi (perasaan tidak realistis) atau depersonalisasi (terpisah
dari diri sendiri)
10. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila
11. Takut mati Perestesia (kebas atau kesemutan)
12. Kedinginan atau kepanasan
D. Rentang respon ansietas
Ansietas adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan perasaan
ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi, ketidakamanan, dan merasa

dirinya sedang terancam. Dalam menggambarkan efek yang

ditimbulkan oleh ansietas pada respon fisiologis, tingkat ansietas

ringan dan sedang meningkatkan kapasitas seseorang. Sebaliknya

ansietas berat dan panik melumpuhkan kapasitas. Respon fisiologis


yang berhubungan dengan ansietas diatur oleh otak melalui sistem

saraf otonom.
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa

kehidupan sehari-hari. Lapang persepsi melebar dan orang akan

bersikap hati-hati dan waspada. Orang yang mengalami ansietas

ringan akan terdorong untuk menghasilkan kreativitas. Respons-

respons fisiologis orang yang mengalami ansietas ringan adalah

sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan darah dan nadi,

muka berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada

lambung. Respons kognitif orang yang mengalami ansietas ringan

adalah lapang persepsi yang melebar, dapat menerima rangsangan

yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan

masalah secara efektif. Adapun respons perilaku dan emosi dari

orang yang mengalami ansietas adalah tidak dapat duduk tenang,


tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.
2. Ansietas sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan

menurun dan memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga

dan menyampingkan hal-hal lain. Respons fisiologis dari orang


yang mengalami ansietas sedang adalah sering napas pendek, nadi

dan tekanan darah naik mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi

dan gelisah. Respon kognitif orang yang mengalami ansietas

sedang adalah lapang persepsi yang menyempit, rangsangan luar

sulit diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian. Adapun

respons perilaku dan emosi adalah gerakan yang tersentak-sentak,

meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman.

3. Ansietas berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit,

individu cenderung memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan

hal-hal lain. Individu sulit berpikir realistis dan membutuhkan

banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.

Respons-respons fisiologis ansietas berat adalah napas pendek,

nadi dan tekanan darah darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit

kepala, penglihatan kabur, dan mengalami ketegangan. Respon

kognitif pada orang yang mengalami ansietas berat adalah lapang

persepsi sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan

masalah. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat dari


perasaan tidak aman, verbalisasi yang cepat, dan blocking
E. Penatalaksanaan ansietas
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi

memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu


mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial

dan psikoreligius selengkapnya seperti pada uraian berikut:

1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:


a) Makan yang bergizi dan seimbang
b) Istirahat yang cukup
c) Olahraga
d) Jangan merokok
2. Terapi psikofarmakologi
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan

memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi

gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan

saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering

dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,

clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate


dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala

ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk

menghilangkan keluhan- keluhan somatik (fisik) itu dapat

diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang


bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu itu
sendiri, antara lain sebagai berikut:
a) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan

dorongan agar klien yang bersangkutan tidak merasa putus asa

dan diberi keyakinan serta percaya diri

b) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan

koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi


kecemasan
c) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki

kembali (rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami

goncangan akibat stressor.

d) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif klien,

yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi


dan daya ingat.
e) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan

menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat

menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi


stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan

kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor

penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor


pendukung.
III. Data yang perlu dikaji
A. Informasi umum kesehatan
Inisial klien, umur, jenis kelamin, suku, bahasa dominan, status

perkawinan, alamat, tanggal pengkajian, diagnosa medis, riwayat


alergi, diet.
B. Keluhan utama
Keluhan klien pada saat ini, baik keadaan atau kondisi tubuh (fisik)
maupun pikiran (psikis) klien
C. Penampilan Umum dan Perilaku Motorik
1. Fisik. Meliputi berat badan, tinggi badan, tekanan darah, nadi,
suhu, respirasi
2. Riwayat pengobatan fisik. Apakah klien pernah dirawat di rumah
sakit atau menjalani kontrol
3. Hasil pemeriksaan laboratorium/visum/dll. Untuk mengetahui hasil
yang tidak normal pada klien
4. Tingkat ansietas. Apakah klien dalam tingkat ansietas ringan,
sedang, berat, atau panik dan bagaimana perilaku kecemasan
tersebut.
D. Keluarga
1. Genogram. Untuk mengetahui silsilah keluarga klien, riwayat
kesehatan keluarga klien
2. Tipe keluarga. Apakah klien termasuk dalam tipe keluarga nuclear
family, extended family, diad family, single parent family
3. Pengambilan keputusan. Di dalam keluarga pengambilan
keputusan apakah ada di kepala keluarga, orang tua, istri, ataukah
bersama-sama
4. Hubungan klien dengan keluarga. Apakah klien kepala keluarga,
orang tua, istri, ataukah anak
5. Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga. Apakah sering
menonton TV bersama atau makan bersama, dan lain-lain
6. Kegiatan yang dilakukan dalam masyarakat. Apakah klien ikut
arisan, kerja bakti, acara di masyarakat, dan lain-lain.
E. Riwayat sosial
1. Pola sosial. Siapakah teman/orang terdekat klien, bagaimana peran
serta dalam kelompok, dan apakah ada hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain
2. Obat-obatan yang dikonsumsi. Adakah obat herbal/obat lain yang
dikonsumsi di luar resep. Adakah obat-obatan yang dikonsumsi
klien saat ini. apakah klien menggunakan obat-obatan dan alcohol
untuk mengatasi masalahnya.
F. Status Mental dan Emosi
Penampilan. Apakah ada cacat fisik, bagaimana kontak mata, pakaian,
dan perawatan diri klien
1. Tingkah laku. Klien resah, agitasi, letargi, bagaimana sikap dan
ekspresi wajah klien.
2. Pola komunikasi. Jelas, koheren, inkoheren, neologisme, asosiasi

longgar, flight of idea, aphasia, perseverasi, rumination, tangensial,

banyak bicara, bicara lambat, atau sukar berbicara

3. Mood dan afek. Senang, sedih, patah hati, gembira, putus asa,

euphoria, curig, lesu, marah, bermusuhan

4. Proses pikir. Jelas, logis, mudah diikuti, relevan, bingung,

blocking, delusi, arus cepat, asosiasi lambat, curiga

5. Persepsi. Halusinasi, ilusi, depersonalisasi, dan derealisasi


6. Kognitif. Dibagi menjadi tiga yaitu orientasi (waktu, tempat,
orang), memori jangka panjang; jangka pendek; saat ini;
paramnesia; hypermnesia; amnesia, serta tingkat konsentrasi dan
berhitung apakah mudah beralih, ataukah berkonsentrasi, ataukah
tidak mampu berhitung.
G. Kultural dan spiritual
1. Agama. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan

pelaksanannya, apakah klien mengalami gangguan dalam

menjalankan kegiatan spiritualnya setelah mengalami kekerasan


atau penganiayaan, adakah pengaruh spiritual terhadap koping
individu
2. Budaya yang diikuti. Apakah ada budaya klien yang memengaruhi
terjadinya masalah, bagaimana tingkat perkembangan saat ini.
IV. Pohon masalah dan prioritas diagnosa keperawatan
A. Pohon masalah

B. Prioritas Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2017)


1. Ansietas
2. Gangguan citra tubuh
3. Harga diri rendah kronis
4. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
5. Defisit pengetahuan.
V. Rencana tindakan keperawatan

No. Dx. Keperawatan Tujuan (SLKI, 2019) Intervensi Keperawatan (SIKI, 2018)
1. Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali Reduksi Ansietas (I.09314)
kunjungan diharapkan ansietas dapat teratasi dengan kriteria Observasi:
hasil: - Identifikasi saat tingkat ansietas
Tingkat Ansietas (L.09093) berubah (misal kondisi, waktu,
Ekspektasi: Menurun stressor)
- Identifikasi kemampuan
Kriteria Hasil A (Awal) T (Target) mengambil keputusan
- Monitor tanda-tanda ansietas
Verbalisasi khawatir 1-5 1-5
verbal dan nonverbal
Perilaku gelisah 1-5 1-5 Terapeutik:
- Ciptakan suasana terapeutik untuk
Keluhan pusing 1-5 1-5 menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi
Frekuensi nadi 1-5 1-5
kecemasan jika memungkinkan
Frekuensi nafas 1-5 1-5 - Pahami situasi yang membuat
ansietas
Tekanan darah 1-5 1-5 - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang
Keterangan: dan meyakinkan
1: Meningkat - Tempatkan barang pribadi yang
2: Cukup Meningkat memberikan kenyamanan
3: Sedang - Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
4: Cukup Menurun - Diskusikan perencanaan realistis
5: Menurun tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi:
Jelaskan prosedur termasuk sensasi
yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual
mengenai diagnosis pengobatan
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas jika perlu
2. Gangguan Citra Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali Promosi Citra Tubuh (I.09305)
Tubuh kunjungan diharapkan gangguan citra tubuh dapat teratasi Observasi:
dengan kriteria hasil: - Identifikasi saat tingkat ansietas
berubah (misal kondisi, waktu,
Citra Tubuh (L.09067) stressor)
Ekspektasi: Meningkat - Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan
Kriteria Hasil A (Awal) T (Target) - Identifikasi harapan citra tubuh
berdasarkan tahap perkembangan
Verbalisasi perasaan negatif
1-5 1-5 - Identifikasi budaya, agama, jenis
tentang perubahan tubuh
kelamin, dan umur terkait citra
Verbalisasi kekhawatiran pada tubuh
1-5 1-5 - Identifikasi perubahan citra tubuh
penolakan/reaksi orang lain
yang mengakibatkan isolasi sosial
Verbalisasi perubahan gaya tubuh 1-5 1-5 - Monitor frekuensi pernyataan kritik
terhadap diri sendiri
Fokus pada kekuatan masa lalu 1-5 1-5 - Monitor apakah pasien bisa melihat
Keterangan: bagian tubuh yang berubah
Terapeutik:
1: Meningkat
- Diskusikan perubahan tubuh dan
2: Cukup Meningkat
fungsinya
3: Sedang - Diskusikan perbedaan penampilan
4: Cukup Menurun fisik terhadap harga diri
5: Menurun - Diskusikan perubahan akibat
pubertas, kehamilan, dan penuaan
- Diskusikan kondisi stress yang
memengaruhi citra tubuh (misalnya
luka, penyakit, dan pembedahan)
- Diskusikan cara mengembangkan
harapan citra tubuh secara realistis
- Diskusikan persepsi pasien dan
keluarga tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi:
- Jelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
- Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra tubuh
- Gunakan alat bantu (misal pakaian,
kosmetik)
- Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung (misal kelompok
sebaya)
- Latih fungsi tubuh yang dimiliki
- Latih peningkatan penampilan diri
(misalnya berdandan)
- Latih pengungkapan kemampuan
diri kepada orang lain maupun
kelompok
3. Harga Diri Rendah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali Manajemen Perilaku (I.12463)
Kronis kunjungan diharapkan harga diri rendah kronis dapat teratasi Observasi:
dengan kriteria hasil: - Identifikasi harapan untuk
Harga Diri (L.09069) mengendalikan perilaku
Ekspektasi: Meningkat Terapeutik:
- Diskusi tanggung jawab terhadap
Kriteria Hasil A (Awal) T (Target) perilaku
- Jadwalkan kegiatan terstruktur
Minat mencoba hal baru 1-5 1-5
- Ciptakan dan pertahankan
Kontak mata 1-5 1-5 lingkungan dan kegiatan perawatan
konsisten setiap dinas
- Tingkatkan aktivitas fisik sesuai
Gairah aktivitas 1-5 1-5 kemampuan
Aktif 1-5 1-5 - Batasi jumlah pengunjung
- Bicara denga nada rendah dan
Percaya diri berbicara 1-5 1-5 tenang
- Lakukan kegiatan pengalihan
Kemampuan membuat keputusan 1-5 1-5 terhadap sumber agitasi
- Cegah perilaku pasif dan agresif
Keterangan:
- Beri penguatan positif terhadap
1: Menurun keberhasilan mengendalikan
2: Cukup Menurun perilaku
3: Sedang - Hindari sikap mengancam dan
4: Cukup Membaik berdebat
5: Membaik - Hindari berdebat atau menawar
batas perilaku yang telah
ditetapkan
Edukasi:
- Informasikan keluarga bahwa
keluarga sebagai dasar pembentuk
kognitif
4. Pemeliharaan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali Edukasi Kesehatan (I.12383)
Kesehatan Tidak kunjungan diharapkan pemeliharaan kesehatan tidak efektif Observasi:
Efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil: - Identifikasi kesiapan dan
Pemeliharaan Kesehatan (L.12106) kemampuan menerima informasi
Ekspektasi: Meningkat - Identifikasi faktor-faktor yang
dapat meningkatkan dan
Kriteria Hasil A (Awal) T (Target) menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
Menunjukkan perilaku adaptif 1-5 1-5 Terapeutik:
Menunjukkan pemahaman - Sediakan materi dan media
1-5 1-5 pendidikan kesehatan
perilaku sehat
- Jadwalkan pendidikan kesehatan
Kemampuan menjalankan sesuai kesepakatan
1-5 1-5 - Berikan kesempatan untuk
perilaku sehat
bertanya
Perilaku mencari bantuan 1-5 1-5 Edukasi:
Menunjukkan minat - Jelaskan faktor risiko yang dapat
1-5 1-5
meningkatkan perilaku sehat memengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan
Memiliki sistem pendukung 1-5 1-5 sehat
Keterangan: - Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
1: Menurun
perilaku hidup bersih dan sehat
2: Cukup Menurun
3: Sedang
4: Cukup Meningkat
5: Meningkat
5. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali Edukasi Kesehatan (I.12383)
kunjungan diharapkan defisit pengetahuan dapat teratasi Observasi:
dengan kriteria hasil: - Identifikasi kesiapan dan
Tingkat Pengetahuan (L.12111) kemampuan menerima informasi
Ekspektasi: Membaik - Identifikasi faktor-faktor yang
dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
Kriteria Hasil A (Awal) T (Target) Terapeutik:
- Sediakan materi dan media
Perilaku sesuai anjuran 1-5 1-5 pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan
Verbalisasi minat dalam belajar 1-5 1-5 sesuai kesepakatan
Kemampuan menjelaskan - Berikan kesempatan untuk
1-5 1-5 bertanya
pengetahuan suatu topik
Edukasi:
Kemampuan menggambarkan
- Jelaskan faktor risiko yang dapat
pengalaman sebelumnya yang 1-5 1-5 memengaruhi kesehatan
sesuai dengan topik - Ajarkan perilaku hidup bersih dan
Perilaku sesuai dengan sehat
1-5 1-5 - Ajarkan strategi yang dapat
pengetahuan
digunakan untuk meningkatkan
Pertanyaan tentang masalah yang perilaku hidup bersih dan sehat
1-5 1-5
dihadapi
Persepsi yang keliru terhadap
1-5 1-5
masalah
Menjalani pemeriksaan yang tepat 1-5 1-5
Keterangan:
1: Menurun
2: Cukup Menurun
3: Sedang
4: Cukup Membaik
5: Membaik
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

MASALAH PSIKOSOSIAL

I. PENGKAJIAN
A. INFORMASI UMUM
Inisial Klien : Tn. P
Usia : 64 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Suku : Jawa
Bahasa : Bahasa Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : Mendak, Gunung Kidul
Diagnosa Medis : Gastritis Kronis
Tanggal pengkajian : Selasa, 14 Februaru 2023

B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan cemas jika penyakit maagnya kambuh. Pasien
mengatakan ketika penyakit maagnya kambuh Tn. P merasakan
nyeri ulu hati, lemas, dan tidak selera makan. Pasien mengatakan
ketika cemas perasannya menjadi tidak fokus dan selalu kepikiran.
Masalah Keperawatan: Ansietas

C. PENAMPILAN UMUM DAN PERILAKU MOTORIK


1. Fisik
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 155 cm
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 85x/menit
Suhu : 36,6 ˚C
Respirasi : 20x/menit
2. Riwayat pengobatan fisik
Pasien mengatakan memiliki hipertensi sudah sejak satu tahun
yang lalu. Pasien mengatakan mengikuti posyandu lansia di
Dusunnya setiap satu kali dalam sebulan. Pasien memgatakan
periksa rutin ke Puskesmas Panggang II dan mengkonsumsi
obat. Obat hipertensi yang dikonsumsi pasien adalah amlodipin
5 mg diminum satu kali pada malam hari. Pasien mengatakan
ketika hasil tekanan darahnya tinggi merasa cemas dan pikiran
menjadi tidak fokus.
3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Visum/dll
Tanggal pemeriksaan 23 Februari 2022

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Glukosa sewaktu 135 mg/dl 60-120 mg/dl

Asam urat 5,7 mg.dl L = 3,5 – 7 mg.dl


P = 2,6 – 6 mg.dl

4. Tingkat ansietas
Tingkat ansietas pasien adalah ansietas ringan. Pasien
mengatakan setelah mengetahui tekanan darahnya tinggi,
pikiran menjadi tidak fokus. Tekanan darah, nadi, dan respirasi
pasien berada dalam rentang normal (TD: 120-140/80-90
mmHg; N: 60-100×/menit; dan RR: 16-20×/menit).

D. KELUARGA
1. Genogram
Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah berkeluarga.
Pasien tinggal bersama suaminya Tn W. Pasien memiliki 2
cucu.
2. Tipe keluarga
Tipe keluarga adalah nuclear family yang dimana dalam satu
rumah terdiri dari keluarga inti yaitu ayah, ibu, dan anak
3. Pengambilan keputusan
Pasien mengatakan pengambilan keputusan lebih sering
bersama-sama, namun terkadang juga ada beberapa hal yang
harus diputuskan oleh Tn. W karena Tn. W adalah kepala
keluarga sekaligus pemimpin dalam keluarga tersebut.
4. Hubungan Pasien dengan Kepala Keluarga
Hubungan pasien dengan kepala keluarga sejauh ini tampak
harmonis, meskipun terkadang ada permasalahan, namun tetap
dapat dikondisikan dengan baik.
5. Kebiasaan yang dilakukan Bersama Keluarga
Pasien mengatakan biasanya menonton TV ketika waktu
senggang.
6. Kegiatan yang dilakukan di dalam Masyarakat
Pasien mengatakan biasanya mengikuti arisan, kalau ada
rewang di tetangga pasien juga menyempatkan hadir. Pasien
mengatakan juga sering mengobrol dan bertegur sapa dengan
tetangganya.

E. KONSEP DIRI
1. Gambaran diri
Pasien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya. Pasien
mengatakan anggota tubuh yang paling disukai adalah bagian
rambutnya.
2. Identitas Diri
Pasien mengatakan dia adalah seorang perempuan dan
merupakan istri serta ibu bagi 2 anaknya. Pasien mampu
menyebutkan nama, umur, agama, dan pekerjaannya. Pasien
mengatakan sudah merasa puas dengan dirinya sebagai seorang
perempuan.
3. Peran Diri
Pasien mengatakan di dalam keluarga dirinya berperan sebagai
seorang istri sekaligus seorang ibu. Pasien mengatakan
biasanya melakukan pekerjaan rumah, bertani, dan berdagang.
Peran pasien dalam masyarakat sebagai warga biasa, pasien
mengatakan ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan di
masyarakat, pasien mengatakan mengikuti arisan dan kerja
bakti.
4. Ideal Diri
Pasien mengatakan saat ini hanya ingin tekanan darahnya stabil
5. Harga Diri
Pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan
suami dan anaknya, serta tetangganya. Pasien mengatakan
tidak malu dengan kondisinya.
F. RIWAYAT SOSIAL
1. Pola Sosial
a) Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti bagi dirinya di
rumah adalah suami dan anaknya. Pasien mengatakan
hanya suami dan anaknya inilah tempat untuk menceritakan
keluh kesahnya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat
Pasien mengatakan berperan aktif dalam kegiatan
masyarakat. Pasien mengatakan mengikuti arisan di desa,
kerja bakti RT, dan mengikuti rewang tetangga.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan tidak ada hambatan berhubungan
dengan orang lain. Pasien mengatakan sering ngobrol
dengan tetangga-tetangganya.
2. Obat-obatan yang dikonsumsi
Pasien mengatakan saat ini mengonsumsi obat untuk tekanan
darah tingginya yang di dapatkan dari puskesmas yaitu
amlodipin 5 mg. Pasien mengatakan jika merasa pusing dan
tidak enak badan hanya dibuat istirahat dan tiduran saja
G. STATUS MENTAL DAN EMOSI
1. Penampilan
a) Cacat fisik : pasien mengatakan tidak ada cacat fisik.
Anggota tubuh pasien lengkap dan tidak ada kelainan
dalam bentuk apapun.
b) Kontak mata : pasien menatap lawan bicara saat diajak
bicara dan tidak mudah beralih.
c) Pakaian : pasien tampak rapi dan penggunaan baju pasien
sudah sesuai dengan yang seharusnya.
d) Perawatan diri : pasien mengatakan mandi 2 kali sehari
menggunakan sabun mandi. Pasien mengatakan keramas 3
kali seminggu dengan menggunakan shampoo. Pasien
mengatakan gosok gigi setiap mandi dan sebelum tidur.
Pasien mengatakan potong kuku 1 kali seminggu, tampak
kuku pasien tidak panjang.
2. Tingkah laku
Pasien sudah rajin dan rutin untuk kontrol ke puskesmas.
Pasien juga mengkonsumsi obat amlodipin 5 mg dengan rutin
setiap malam hari. Pasien aktif mengikuti posyandu lansia yang
diselenggarakan di Dusunnya.
3. Pola Komunikasi
Pola komunikasi pasien jelas. Dalam berkomunikasi dengan
orang lain pembicaraan klien nyambung sesuai dengan apa
yang ditanyakan oleh orang lain. Pasien mampu memulai
pembicaraan sehingga jika tidak diajak ngobrol terlebih dahulu
pasien sesekali akan bertanya.
4. Mood dan Afek
Pasien tampak tegang ketika mau diukur tekanan darahnya.
Pasien mengatakan cemas ketika mengetahui hasil tekanan
darahnya tinggi.
5. Proses Pikir
Proses pikir pasien jelas sesuai dengan realita yang ada.
6. Persepsi
Pasien tidak mengalami masalah persepsi.
7. Kognitif
a) Orientasi realita : Pasien mampu menyebutkan sekarang
tanggal, bulan, maupun tahun berapa. Pasien mampu
menyebutkan dengan benar alamat rumahnya sekarang.
Pasien mampu menyebutkan dengan benar identitas dirinya
dan tetangganya.
b) Memori : Pasien mengalami gangguan daya ingat jangka
panjang dimana pasien tidak mengingat kejadian-kejadian
yang terjadi satu tahun yang lalu
c) Tingkat konsentrasi berhitung : pasien mampu
berkonsentrasi untuk berhitung, ketika diberi pertanyaan
perhitungan mengenai uang pasien, pasien mampu
menjawab dengan benar.
8. Ide-ide bunuh diri
Pasien mengatakan tidak pernah muncul ide-ide untuk
melakukan bunuh diri maupun mencelakai orang lain karena
hal itu dosa besar di agamanya.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
H. KULTURAL DAN SPIRITUAL
1. Agama yang dianut
Pasien mengatakan selalu menjalankan ibadah shalat 5 waktu
dan terkadang menunaikan ibadah shalatnya di masjid. Pasien
mengatakan tidak mengalami gangguan dalam menjalankan
ibadahnya, pasien mengatakan percaya jika Tuhan akan
memberikan kesehatan.
2. Budaya yang diikuti
Pasien mengatakan jika badannya terasa tidak enak, biasanya
kerokan dan apabila belum kunjung sembuh periksa ke
Puskesmas Panggang II
3. Tingkat perkembangan saat ini
Pasien memasuki tahapan perkembangan menuju lansia
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
II. ANALISA DATA

DATA MASALAH PENYEBAB

Senin, 21 Maret 2022 Ansietas Krisis Situasional


Jam 10.00 WIB (SDKI, 2017
D.0080
DS: halaman 180)
- Pasien mengatakan cemas jika
tekanan darahnya tinggi.
- Pasien mengatakan ketika nilai
tekanan darah tinggi merasakan
pusing, tengkuk terasa berat.
- Pasien mengatakan ketika cemas
perasannya menjadi tidak fokus
dan selalu kepikiran.
- Pasien mengatakan memiliki
hipertensi sudah sejak satu tahun
yang lalu.
DO:
- Tingkat ansietas pasien adalah
ansietas ringan
- Pasien tampak tegang ketika mau
diukur tekanan darahnya
- Tekanan darah: 160/95 mmHg
- Nadi: 85×/menit
- RR: 20×/menit
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dibuktikan dengan:
- Pasien mengatakan cemas jika tekanan darahnya tinggi.
- Pasien mengatakan ketika nilai tekanan darah tinggi merasakan
pusing, tengkuk terasa berat.
- Pasien mengatakan ketika cemas perasannya menjadi tidak fokus
dan selalu kepikiran.
- Pasien mengatakan memiliki hipertensi sudah sejak satu tahun
yang lalu.
- Tingkat ansietas pasien adalah ansietas ringan
- Pasien tampak tegang ketika mau diukur tekanan darahnya
- Tekanan darah: 160/95 mmHg
- Nadi: 85×/menit
- RR: 20×/menit
POHON MASALAH
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan


Dx. Kep. Rasional
(SLKI, 2019) (SIKI, 2018)

Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Senin, 21 Maret Senin, 21 Marert 2022
berhubungan selama 3 kali kunjungan, diharapkan Jam 10.40 WIB Jam 10.45 WIB
dengan krisis ansietas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
situasional Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas (I.09314)

Ekspektasi: Menurun Observasi:

1. Verbalisasi khawatir menurun - Monitor tanda-tanda ansietas - Mengetahui tanda-tanda


2. Perilaku tegang menurun verbal dan nonverbal ansietas pasien
3. Keluhan pusing menurun Terapeutik:

4. Tekanan darah menurun - Ciptakan suasana terapeutik untuk - Memberikan rasa saling
menumbuhkan kepercayaan percaya
- Temani pasien untuk mengurangi - Menemani pasien dapat
kecemasan jika memungkinkan mengurangi kecemasan
- Pahami situasi yang membuat - Mengetahui situasi penyebab
ansietas ansietas
- Dengarkan dengan penuh - Mengetahui perasaan dan
perhatian respon pasien
- Gunakan pendekatan yang tenang - Memberikan rasa nyaman
dan meyakinkan pada pasien
- Motivasi mengidentifikasi situasi - Agar pasien dapat
yang memicu kecemasan mengontrol ansietas di situasi
- Diskusikan perencanaan realistis tersebut
tentang peristiwa yang akan - Agar pasien lebih berpikir
datang positif mengenai kondisinya
Edukasi:
- Agar pasien mengetahui
- Jelaskan prosedur termasuk
gejala ansietas
sensasi yang mungkin dialami
- Agar pasien mampu
- Informasikan secara faktual
membuat keputusan yang
mengenai diagnosis pengobatan
tepat
dan prognosis
- Kehadiran keluarga sebagai
- Anjurkan keluarga untuk tetap
support system pasien
bersama pasien jika perlu
- Mengetahui perasaan dan
- Anjurkan mengungkapkan
respon pasien
perasaan dan persepsi
- Mengurangi tingkat
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan kecemasan pasien
- Latih teknik relaksasi - Teknik relaksasi dapat
Kolaborasi mengurangi kecemasan
- Libatkan anggota keluarga untuk
ikut mendukung pengobatan dan - Memberikan kesempatan

perawatan pasien agar anggota keluarga dapat


merawat anggota keluarga
lain yang sakit
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosa
Hari, Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Ansietas Selasa, 22 Maret Pukul 15.00 WIB – 15.50 WIB Pukul 16.00 WIB
berhubungan 2022 - Memonitor tanda-tanda ansietas S:
dengan krisis verbal dan nonverbal - Pasien mengatakan pusing
situasional - Menciptakan suasana terapeutik - Pasien mengatakan tenang setelah
untuk menumbuhkan kepercayaan menceritakan kecemasannya
- Menemani pasien untuk mengurangi O:
kecemasan jika memungkinkan - Pasien nampak lebih tenang
- Mendengarkan dengan penuh - Pasien nampak lebih rileks
perhatian A: ansietas teratasi sebagian
- Menggunakan pendekatan yang P: lanjutkan intervensi
tenang dan meyakinkan - Motivasi mengidentifikasi situasi yang
TTD memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang
Julia - Jelaskan prosedur termasuk sensasi
yang mungkin dialami
- Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis pengobatan dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
TTD

Julia
Rabu, 23 Maret - Memotivasi mengidentifikasi situasi Pukul 16.00 WIB
2022 yang memicu kecemasan S:
- Mendiskusikan perencanaan realistis - Pasien mengatakan lebih tenang ketika
tentang peristiwa yang akan datang menceritakan kecemasan kepada
- Menjelaskan prosedur termasuk anggota keluarga
sensasi yang mungkin dialami - Keluarga pasien mengatakan sering
- Menginformasikan secara faktual mendengarkan cerita dari pasien
mengenai diagnosis pengobatan dan O:
prognosis - Pasien nampak tenang setelah
- Menganjurkan keluarga untuk tetap mengungkapkan perasaan
bersama pasien jika perlu A: ansietas teratasi sebagian
- Menganjurkan mengungkapkan P: lanjutkan intervensi
perasaan dan persepsi - Latih kegiatan pengalihan untuk
TTD mengurangi ketegangan
- Latih teknik relaksasi
- Libatkan anggota keluarga untuk ikut
Julia mendukung pengobatan dan perawatan
pasien
TTD

Julia
Kamis, 24 Maret - Melatih kegiatan pengalihan untuk Pukul 16.00 WIB
2022 mengurangi ketegangan S:
- Melatih teknik relaksasi - Pasien mengatakan tenang setelah
- Melibatkan anggota keluarga untuk melakukan teknik relaksasinafas
ikut mendukung pengobatan dan dalam
perawatan pasien - Keluarga mengatakan selama ini sudah
mendukung dalam perawatan dan
TTD pengobatan pasien
O:
- Pasien dapat melakukan teknik
Julia relaksasi nafas dalam dengan benar
- Anggota keluarga nampak
semangat dan memperhatikan
kesehatan pasien
A: ansietas teratasi
P: hentikan intervensi
Anjurkan untuk tetap mengungkapkap
perasaan ketika cemas dan melakukan
teknik relaksasi nafas dalam ketika cemas
TTD

Julia
BAB IV
ANALISA JURNAL

Berdasarkan jurnal yang berjudul “Relaksasi Nafas Dalam


Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Lansia Yang Menderita Hipertensi di
RT 03 RW 09 Kelurahan Slipi Palmerah Jakarta Barat” bahwa rasa cemas
merupakan keadaan mental yang tidak enakberkenaan dengan sakit yang
mmegancam atau yang dibayangkan, ditandai oleh kekhawatiran,
ketidakenakan, dan perasaan tidak baik yang tidak dapat dihindari, disertai
perasaan tidak berdaya karena merasa menemui jalan buntu dan
kemampuan untuk menemukan pemecahan masalah yang dihadapi. Tujuan
relaksasi nafas dalam adalah mencapai keadaan relaksasimenyeluruh,
mencakup keadaan relaksasi secara fisiologis, secara kognitif, dan secara
behavioral. Metode yang digunakan dalampenelitian ini menggunakan 3
tahapan yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lansia yang melakukan teknik relaksasi nafas dalam
setelahnya mengatakan perasaan menjadi tenang, kecemasan menurun, dan
tekanan darah juga ikut menurun.
Pada kasus Ny J juga telah diberikan tindakan keperawatan teknik
relaksasi nafas dalam untuk mengurangi kecemasan. Setelah melakukan
relaksasi nafas dalam, Ny J mengatakan perasaannya menjadi tenang dan
rileks.
BAB V
KESIMPULAN

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny J, didapatkan satu


diagnosa yaitu ansietas berhubungan dengan krisis situasional. Tindakan yang
sudah diberikan antara lain monitor tanda-tanda ansietas verbal dan nonverbal,
ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan, temani pasien
untuk mengurangi kecemasan jika memungkinkan, pahami situasi yang membuat
ansietas, dengarkan dengan penuh perhatian, gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan, motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan,
diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan dating, jelaskan
prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami, informasikan secara faktual
mengenai diagnosis pengobatan dan prognosis, anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien jika perlu, anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi, latih
kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan, latih teknik relaksasi, libatkan
anggota keluarga untuk ikut mendukung pengobatan dan perawatan pasien.
Masalah ansietas teratasi didukung oleh pasien dan keluarga yang kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. 2017. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa. Jakarta: FKUI.

Kelliat, B. A. 2018. Proses Keperawatan dan Keperawatan Kesehatan Jiwa.


Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intevensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Pardede, J. A. (2020). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah


Kecemasan.
Pardede, J. A., Hulu, D. E. S. P., & Sirait, A. (2016). Tingkat Kecemasan
Menurun Setelah Diberikan Terapi Hipnotis Lima Jari pada Pasien
Preoperatif. Jurnal Keperawatan, 13(1), 265-272.

Anda mungkin juga menyukai