Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN


PSIKOLOGI: ANSIETAS

Disusun Oleh :

Deva Sandy Alfarizi 131911002


Muhammad Septiono 1319110011
Muhammad Israk 13191100
Putri Aprilicia Nurlis 131911016
R. Meeta Anggiana 131911016
Sondang Vincensia 131911021

Dosen Pembimbing:

Safra Ria Kurniati, S.Kep,Ns.M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH


PRORAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

TANJUNGPINANG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul “Asuhan
keperawatan lansia dengan gangguan Psikologi: Ansietas”. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Gerontik di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjung Pinang.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik pada penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu penulis
mengharapkan, saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Tanjungpinang, 04 November 2022


BAB I

PENDAHULUAN

a. latar belakang
Ansietas merupakan perasaan takut atau ketakutan yang tidak dapat dijelaskan dan
merupakan respon stimulus internal dan eksternal yang memiliki tanda dan gejala
perilaku, afektif, kognitif dan fisik. Ansietas merupakan suatu respons emosonal
sebagai antisipasi terhadap bahaya. Respon individu terhadap ansietas mempunyai
rentang antara adaptif sampai maladaptif. Respon adaftif identik dengan reaksi yang
bersifat destruktif. Reaksi yang bersifat kontruktif menunjukkan sikap optimis dan
berusaha memahami terhadap perubahan perubahan yang terjadi baik perubahan
fisik maupun efektif (Pardede & Marbun, 2019).

Di Indonesia prevalensi kecemasan belum diketahui secara pasti, namun diprdiksi


sekitar 9-12% populasi penduduk mengalami kecemasan. Hasil penelitian
Apriansyah, Romadoni dan Andrianovita (2014) bahwa responden yang akan
dilakukan tindakan operasi mengalami kecemasan kategori sedang dan berat
berjumlah 23 responden (50%) dari total 46 responden yang diteliti dan kecemasan
ringan yang terjadi pada responden demngan keluhan nyeri berjumlah 10 responden
(21,7%) dari total 46 responden (Pardede et al., 2021)

Menurut data dari Riskesdas tahun 2017 menyatakan bahwa lansia yang mengalami
kecemasan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Kecemasan adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak
pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik.
Gangguan kecemasan dan depresi di derita oleh 40 juta populasi orang dewasa di
Amerika dan diprediksi 20% dari populasi dunia menderita kecemasan (Kaplan &
Sadock, 2016).

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek yang spesifik. Kecemasan di alami secara subjektif dan dikomunikasikan
secara interpersonal dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan
perkembangan pada individu yang bersangkutan (Pardede & Marbun, 2019). Stres
akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga
akan menstimulasi aktivitas syaraf simpatik. Adapun stres ini dapat berhubungan
dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal (Setyaningsih,
2015). Salah satu cara yang dapat ditempuh penderita hipertensi adalah dengan
menghindari stres dan cemas yang berlebihan serta beristirahat dengan cukup.
Sebagai manusia terkadang tidak dapat terus menerus menjaga agar kondisi yang
dianjurkan dokter dapat dipertahankan, sebab stres dan cemas sewaktu-waktu dapat
menyerang penderita hipertensi (Zahara, 2017).

b. Rumusan permasalahan
Apa itu ansietas pada lansia dan bagaimana asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami ansietas?

c. Tujuan
Mahasiswa bisa menjelaskan konsep medis ansietas pada lansia dan asuhan
keperawatan pada lansia yang mengalami ansietas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian ansietas
Kecemasan atau disebut ansietas (anxiety) merupakan perasaan takut yang
tidak jelas penyebabnya dan tidak didukung oleh situasi yang ada. Kecemasan
dapat dirasakan oleh setiap orang jika mengalami tekanan dan perasaan mendalam
yang menyebabkan masalah psikiatrik dan dapat berkembang dalam jangka waktu
lama. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik. Kecemasan di alami secara subjektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal dapat menjadi suatu kekuatan motivasi
untuk pertumbuhan dan perkembangan pada individu yang bersangkutan
(Marbun, Pardede, & Perkasa, 2019)

Kecemasan adalah pengalaman subjektif dari ketegangan mental yang


mengganggu sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan untuk menghadapi
masalah atau adanya rasa tidak aman. Perasaan tidak menyenangkan umumnya
menimbulkan gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung
meningkat, dll) dan gejala psikologis seperti panik, tegang, bingung, tidak dapat
berkonsentrasi, dll (Pardede, Simanjuntak, & Manalu, 2020).

Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan, ada


rasa takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak
diketahui masalahnya (Pardede & Simangunsong, 2020). Dapat pula kecemasan
menjadi suatu beban berat yang menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu di
bawah bayang-bayang kecemasan yang terus berkepanjangan. Kecemasan
berkaitan dengan strees. Oleh karena kecemasan timbul sebagai respon terhadap
stress, baik stress fisiologi maupun psikologis. Artinya kecemasan terjadi ketika
seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis. Stres merupakan
bagian yang tidak dapat terelakkan dalam hidup manusia. Meskkipun demikian,
stress bukanlah merupakan sesuatu yang patologis (Pardede & Marbun, 2019).

B. Etiologi
Meski penyebab kecemasan belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan
gangguan ini. Kecemasan terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan
menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup. Setiap individu menghadapi stres
dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang
dapat menimbulkan stres berat pada orang lain. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan (Setyaningsih, 2015) adalah :

a. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut
dapat berupa :
1. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
2. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan
kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat
menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang
mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.

b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Setyaningsih, 2015). Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
 Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis
sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal
(misalnya : hamil).
 Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,
tidak adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
 Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
 Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

C. Tingkat Kecemasan
Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).

a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan
berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
a. Respon Fisiologi:
 Sesekali napas pendek
 Nadi dan tekanan darah naik
 Gejala ringan pada lambung
 Muka berkerut dan bibir bergetar

b. Respon Kognitif
 Lapang persepsi melebar
 Mampu menerima rangsangan yang kompleks
 Konsentrasi pada masalah
 Menjelaskan masalah secara efektif

c. Respon Perilaku dan Emosi:


 Tidak dapat duduk tenang
 Tremor halus pada tangan
 Suara kadang-kadang meninggi
b. Kecemasan Sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan menyampingkan hal lain.
1. Respon Fisiologi:
 Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
 Mulut kering
 Anorexia
 Diare/konstipasi
 Gelisah

2. Respon Kognitif:
 Lapang persepsi menyempit
 Rangsang luar tidak mampu diterima
 Berfokus pada apa yang menjadi perhatian

3. Respon Perilaku dan Emosi:


 Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
 Bicara banyak dan lebih cepat
 Susah tidur
 Perasaan tidak aman

c. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu
tidak mampu lagi berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan
untuk memusatkan perhatian pada area lain.
1. Respon Fisiologi:
 Sering napas pendek
 Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
 Berkeringat dan sakit kepala
 Penglihatan kabur
 Ketegangan

2. Respon Kognitif:
 Lapang persepsi sangat sempit
 Tidak mampu menyelesaikan masalah

3. Respon Perilaku dan Emosi


 Perasaan ancaman meningkat
 Verbalisasi cepat
 Blocking

d. Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan
sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun telah di berikan pengarahan.

1. Respon Fisiologi
 Sistem Kardiovaskuler
o Palpitasi
o Jantung berdebar
o Tekanan darah meningkat
o Denyut nadi menurun
o Rasa mau pingsan

 Sistem Respirasi
o Napas cepat
o Pernapasan dangkal
o Rasa tertekan pada dada
o Pembengkakan pada tenggorokan
o Rasa tercekik
o Terengah-engah

 Sistem Gastrointestinal
o Kehilangan nafsu makan
o Menolak makanan
o Perasaan dangkal
o Rasa tidak nyaman pada abdominal
o Rasa terbakar pada jantung
o Diare

 Sistem Perkemihan
o Inkontensia urine
o Sering miksi

 Sistem integument
o Rasa terbakar
o Berkeringat banyak di telapak tangan Gatal-gatal
o Perasaan panas atau dingin pada kulit
o Muka pucat
o Berkeringat seluruh tubuh
2. Respon Kognitif
 Gangguan perhatian
 Konsentrasi hilang
 Pelupa
 Salah tafsir
 Adanya bloking pada fikiran
 Bingung
 Rasa khawatir yang berlebihan
 Kehilangan penilaian objektifitas
 Takut akan kehilangan kembali
 Takut berlebihan

3. Respon Perilaku dan Emosi


 Agitasi, mengamuk dan marah
 Ketakutan, berteriak-teriak, blocking
 Kehilangan kendali atau kontrol diri
 Persepsi Kacau
 Perilaku
 Gelisah
 Ketegangan fisik
 Tremor
 Gugup bicara cepat
 Tidak ada koordinasi
 Kecenderungan untuk celaka
 Menarik diri
 Menghindar
 Terhambat melakukan aktifitas

D. Mekanisme Koping
Ketika pasien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam macam
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan ansietas
bentuk ringan ansietas dapat di atasi dengan menangis, tertawa, tidur, olahraga
atau merokok. Bila terjadi ansietas berat sampai panik akan terjadi ketidak
mampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama
perilaku yang patologis, individu akan menggunakan energy yang lebih besar
untuk dapat mengatasi ancaman tersebut.

Mekanisme koping untuk mengatasi ansietas adalah:


a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction) Merupakan
pemecahan masalah secara sadar yang digunakan untuk menanggulangi
ancaman stressor yang ada secara realistis yaitu:
1. Perilaku menyerang (Agresif) Biasanya digunakan individu untuk
mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.
2. Perilaku menarik diri Digunakan untuk menghilangkan sumber
ancaman baik secara fisik maupun psikologis.
3. Perilaku kompromi Digunakan untuk merubah tujuan yang akan
dilakukan atau mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai
tujuan.

b. Mekanisme pertahanan ego (Ego oriented reaction) Mekanisme ini


membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang yang digunakan untuk
melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk mempertahankan
keseimbangan. Mekanisme pertahanan ego:
1. Disosiasi adalah pemisahan dari proses mental atau perilaku dari
kesadaran atau identitasnya.
2. Identifikasi (identification) adalah proses dimana seseorang untuk
menjadi yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/meniru pikiran-
pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
3. Intelektualisasi (intellectualization) adalah penggunaan logika dan
alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.
4. Introjeksin (introjection) adalah suatu jenis identifikasi yang dimana
seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang
atau suatu kelompok kedalam struktur egonya sendiri, berupa hati
nurani, contohnya rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang
yang dicintai, dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
5. Kompensasi adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan
citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan
yang dimilikinya. Penyangkalan (Denial) adalah menyatakan
ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.
Mekanisme pertahanan ini adalah penting, sederhana, primitif.
6. Pemindahan (displacement) adalah pengalihan emosi yang semula
ditujukan pada seseorang/benda kepada orang lain/benda lain yang
biasanya netral atau kurang mengancam dirinya.
7. Isolasi adalah pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang
menggangu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.
8. Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi
yang tidak dapat ditoleransi.
9. Rasionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan
dapat diterima masyarakat untuk membenarkan perasaan perilaku dan
motif yang tidak dapat diterima.
10. Reaksi formasi adalah pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia
sadari yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau
ingin dilakukan.
11. Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan
merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
12. Represi adalah pengenyampingkan secara tidak sadar tentang- tentang
pikiran, ingatan yang menyakitkan atau bertentangan
,dari kesadaran seseorang merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung
diperkuat oleh mekanisme lain.

E. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (Yogiantoro, 2017) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial
dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
2. Tidur yang cukup
3. Olahraga yang teratur
4. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras

b. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.

c. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
1. Psikoterapi Suportif
2. Psikoterapi Re-Edukatif
3. Psikoterapi Re-Konstruktif
4. Psikoterapi Kognitif
5. Psikoterapi Psikodinamik
6. Psikoterapi Keluarga
7. Terapi Psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan


kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Usia : 65 tahun Tahun
no reg :-
Ruangan :-
Tgl masuk rs :-
Tgl pengkajian : 1 Oktober 2021
Alamat : Jalan Bakti Luhur Medan Helvetia

b. Keluhan utama
Ny. S mengeluh badannya terasa lemas, kehilangan selera makan, tekanan
darah tinggi sehingga Ny. S tidak mampu melakukan aktivitas seperti
biasanya, hingga membuat Ny. S merasa takut, gelisah dan tidak dapat
melakukan aktifitas seperti biasa.

c. Genogram

Ny. S

65 Thn

: laki-laki
: perempuan

: pasien

d. Faktor predisposisi dan presipitasi


Faktor Faktor presipitasi Stressor
presdiposisi
nature Origin Number &
timing
 Badannya Internal
Biologis: lemas, Sejak 2 Hipertensi
selera minggu yang
a. Hipertensi lalu
b. Ny. S tekanan
menderita gagal tinggi
ginjal kronis terasa
tahun yang lalu kehilanga
c. Ny.S sering n makan,
mengkonsumsi darah
makanan tinggi
tinggi
garam
d. Ny.S tidak rutin
check up
kepelayanan
kesehatan
Psikologis :  Merasa Internal
a. Ny. S Sejak 2 Cemas,
gelisah,
memiliki takut, tidak minggu yang takut,
kepribadia dapat lalu lemas
yang terbuka melakukan
setiap ada aktifitas
masalah akan seperti
dibicarakan biasanya
dengan
suaminya
b. Ny. S merasa
gemetaran ,
mudah lelah,
dan juntung
berdebar
kencang
Sosiocultural :
a. Ny. S seorang
perempuan
umur 65 tahun
b. Ny. S menikah
dan memiliki 3
orang anak
c. Ny. S
merupakan ibu
rumah tangga
d. Sebelumnya
Ny. S aktif
terlibat
e. dalam kegiatan
dilingkungan
tempat tinggal
seperti
kebaktian (PA)
dalam kegiatan
gereja
f. Ny. S beragama
kristen
protestan dan
taat
menjalankan
ibadah
g. Ny. S jarang
check up
tentang
penyakitnya

Stressor kognitif Afektif fisiologis perilaku Diagnosa


keperaw
atan
 Cemas
Biologis a. Menurut Ny. S a. Ny. S Pasien ansietas
 Sulit tidur
penyakit merasa mendatangi
 Hiperte  Tidak
Hipertensi sedih dan dan
nsi diakibatkan juga nafsu menggunaka
karena bingung makan n fasilitas
pengkonsumsi dengan  Ny. S kesehatan
makanan tinggi kondisi tampak yang ada
garam penyakitn lemas untuk
b. Tidak tahu apa ya saat  Pemer mencari
yang harus ini iksaan kesembuhan
dilakukan untuk TTV terhadap
TD:
penyakitnya 170/90 masalah
c. Menganggap mmHg Dihadapi saat
penyakit yang N : 88 x / ini
diderita serius menit P :
20 x /
menit S:
37 0C
Psikologi a. Ny. S tahu b. Merasa a. Sakit a. Tampak Ketidak
Bahwa kesal kepala cemas berdaya
Sedih, cemas, badannya terasa dengan b. Sulit tidur dan tidak an
lemas, lemas, penyakitn dan sering tenan
kehilangan kehilangan ya yang terbangun b. Kadang
nafsu makan selera makan, tidak apabila Ny. S
dengan tekanan darah sembuh- tidur tampak
kondisi tinggi sehingga sembuh c. Tidak murung
penyakit, b. Ny.S tidak nafsu c. Ny.S
pengobatan mampu makan tampak
serta melakukan d. Ny. S gelisah
perawatannya aktivitas seperti tampak d. Ny. S
biasanya, lemas tampak
hingga e. Wajah Ny. pasif
membuat Ny. S S dalam
merasa takut, tampak menerim
gelisah dan lemas a perawat
tidak dapat f. Pemeriksaa an Ny.S
melakukan n TTV menundu
aktifitas seperti TD: 170/90 k saat
biasa. mmhg bercerita
N : 88 x /
menit P :
20 x /
menit S: 37
0C
Sosial dan a. Ny. S a. Merasa a. Pusing a. Hubunga Harga
budaya merasa harga khawatir b. Mual n diri
dirinya rendah dan sedih c. Mulut Ny. S rendah
• Ny. S merasa keadaannya kepada tampak dengan
memikirkan dengan keadaan suami kering keluarga
keluarga yang yang tidak yang d. Sulit tidur baik
masih yang bisa bekerja dan merawatn e. Tidak b. Hubunga
harus menjaga bingung ya setiap nafsu n
dan memikirkan hari makan Ny. S
merawatnya anak-anak, b. Merasa f. Ny. S dengan
setiap hari. menurut pasien, bersalah tampakn petugas
dukungan karena Lemas kesehatan
keluarga nomor merasa g. Wajah Ny. baik
satu merepotk S tampak c. Ny. S
b. Ny. S berfikir ia an suami pucat tetap
selalu c. Merasa mengikut
merepotkan bosan i program
Keluarga bila dengan pengobat
terlalu lama keadaan an
dalam keadaan sekarang
seperti ini
c. Merasa kasihan
kepada keluarga
yang harus
menjaga dan
merawat klien

e. Sumber koping
Diagnosa Personal Social Material asset Positive terapi
keperawat Ability Support relief
an
Ansietas a. Ny. S a. Ny. S a. Sosial a. Ny. S a. Relaksasi
mampu mendapat ekonomi percaya progresif
mengungk Dukungan Ny. S bahwa b. Psikoeduka
apkan dari menengah petugas si keluarga
perasaan Keluarga dan kesehatan c. Behavior
cemas untuk pengobatan akan therapy
b. Ny. S kesembuha ditanggung membantun d. Psikoeduka
mengataka nnya dan biaya ya si
n bila keluarga pribadi b. Ny. S keluarga
cemasnya Ny. S b. Jarak berharap
memunca bergantian rumah Ny. cepat
k maka ia merawat S dengan sembuh agar
akan pasien tempat tidak
berdoa pelayanan merepotkan
kesehatan Keluarga
lebih
kurang 2
km
Kurang a. Ny. S a. Ny. S a. Sosial a. Ny. S a. Terapi
pengetahua mampu mendapat ekonomi percaya generalis:
n Mengenal dukungan Ny. S bahwa b. SP 1-2
dan dari menengah b. petugas kurang
menilai keluarga b. Ny. S kesehatan pengetahua
penyakitn untuk tinggal di akan n
ya kesembuha rumah membantun c. Terapi
b. Ny. S nnya sendiri ya spesialis
mampu terutama c. Sarana dan c. Ny. S d. Terapi
melatih dari prasarana berharap suportif
cara hidup keluarga tersedia cepat
sehat nya d. Biaya sembuh agar
b. Keluarga pengobatan tidak
Ny ditanggung merepotkan
S keluarga keluarganya
bergantian Ny.S d. Ny. S
menjaga sendiri selalu
dan e. Jarak berdoa
mengunjun rumah Ny untuk
gi pasien S dengan kesembuhan
tempat penyakitnya
pelayanan e. Ny. S yakin,
kesehatan bila ia
sekitar 2 mengikuti
km petunjuk
dan saran
dari
petugas
kesehatan
maka ia
akan cepat
sembuh
f. Ny. S yakin
keluarga
mendukung
supaya lekas
sembuh

f. Mekanisme koping
Hal yang dilakukan Analisa

 Konstruktif:
 Ny. S mengatakan bila ada  Ny. S mengatakan bila ada
masalah, maka ia akan masalah, maka ia akan
membicarakan dengan suami dan membicarakan dengan
keluarga untuk mencari jalan keluarga untuk mencari jalan
keluarnya keluarnya
 Bila sakit Ny. S berobat ke
 Bila sakit Ny. S berobat ke pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan  Ny. S taat
menjalankan
 Ny. S taat menjalankan ibadah ibadah sesuai
sesuai dengan keyakinan yang ia dengan
miliki
keyakinannya
 Ny. S selalu
 Ny. S selalu berdoa kepada Tuhan
berdoa kepada
untuk kesembuhannya
Tuhan untuk
kesembuhannya.

c. Destruktif:-
g. Status mental

1. Penampilan Bersih, dan rapi


2. Pembicaraan Ramah dan mau menceritakan semua hal yang dialami saat ini
3. Aktivitas motoric Mampu berinteraksi
4. Interaksi selama wawancara Ada kontak mata saat wawancara namun tidak tetap
5. Alam perasaan Sedih, merasa cemas ,takut dan bingung mengenai penyakit yang
dialami
6. Afek Datar
7. Persepsi Tidak ada gangguan persepsi dan sensori
8. Isi piker Tidak ada gangguan isi piker
9. Proses piker Tidak ada ganggu proses piker
10. Tingkat kesadaran Normal
11. Daya ingat Normal
12. Kemampuan berhitung Tidak ada gangguan dalam berhitung
13. Penilaian Ny. S mengambil keputusan saat merasa sakit dengan beribadah
dan berdoa
14. Daya tilik diri Ny. S menyadari memang merasa cemas

h. Diagnosa dan terapi


1. Ansietas
 Sp1: Mendiskusikan penyebab, terjadinya proses terjadi, tanda dan
gejala dan akibat
 Sp2 :Melatih teknik releksasi fisik
 Sp3:Melatih mengatasi ansietas dengan distraksi dan hipnotis
lima jari
 Sp4 : Melatih mengatasi ansietas melalui kegiatan spiritual

2. Ketidakberdayaan
 Sp1. Assement ketidakerdayaan dan latihan berpikir positif
 Sp2. Manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol
perasaan

3. Koping inefektif Terapi perilaku

i. Implementasi dan evalusai keperawatan

Implementasi keperawatan Evaluasi

Tanggal : 01 Oktober 2021 S:


 Klien mengatakan : merasa
lebih tenang tetapi belum
Jam : 09.00 wib sepenuhnya cemasnya hilang
 Klien mengatakan ia mampu
a. Kaji tanda dan gejala ansietas mengindentifikasi situasi yang
mencetus ansietas
dan kemampuan klien mengurangi
kecemasan O:
b. Jelaskan tanda dan gejala,  Klien tampak rileks dan tidak
penyebab dan akibat dari gelisah lagi
kecemasan  Klen mampu menjelaskan
kembali penjelasan yang
c. Latihan cara mengatasi kecemasan sudah diberikan
:
 Teknik relaksasi napas dalam A : Ansietas (+)
P:
 Distraksi : bercakap-cakap
 Evaluasi SP-1 dan SP-2
hal positif  Latihan cara mengatasi kecemasan :
 Hipnotis 5 jari fokus padahal- - Teknik relaksasi napas dalam
hal yang positif - Distraksi : bercakap-cakap hal
d. Bantu klien melakukan latihan positif
- Hipnotis 5 jari fokus padahal-hal
sesuai dengan jadwal kegiatan yang positif
Bantu klien melakukan latihan sesuai
dengan jadwal kegiatan

Tanggal : 03 Oktober 2021 S:


 Klien mengatakan : merasa
Jam : 09.00 wib lebih tenang dan tidak
merasa cemas lagi
a. Latihan cara mengatasi kecemasan :  Klien mengatakan ia mampu
mengindentifikasi situasi yang
 Teknik relaksasi napas mencetus ansietas
dalam  Klien mengatakan sudah bisa
 Distraksi : bercakap-cakap melakukan teknik tarik napas
hal positif dalam
 Klien mengatakan sudah bisa
 Hipnotis 5 jari fokus melakukan teknik distraksi
padahal-hal yang positif  Klien mengatakan sudah bisa
b. Bantu klien melakukan latihan melakukan teknik hipnotis 5 jari
sesuai dengan jadwal kegiatan
O:
 Klien tampak rileks dan tidak
gelisah lagi
 Klen mampu menjelaskan
kembali penjelasan yang
sudah diberikan
 Klien mampu melakukan teknik
napas dalam
 Klien mampu melakukan distraksi
 Klien mampu melakukan hipnotis
5 jari

A : Ansietas (-)
P:
 Bantu klien melakukan latihan
sesuai dengan jadwal kegiatan
 Terapi Perilaku
 Terapi Kognitif

Tanggal: 04 Oktober 2021 Pendidikan Kesehatan

Jam: 10.00 wib S: -Klien mengatakan kecemasan


berkurang
a. Melakukan salam teraupetik . Klien mengatakan perasaan
b. Menanyakan kepada klien faktor tidak berdaya semakin
penyebab penyakit berkurang dan akan berpikir
c. Menanyakan kepada klien mengapa positif
merasa cemas dan tidak berdaya O: - Klien tampak tenang saat
d. Mengajarkan cara relaksasi untuk mengungkapkan perasaanyan
mengurangi kecemasan dan selalau melakukan terapi
e. Mengajarkan klien latihan berpikir tarik napas dalam
positif - Klien menceritakan
f. mendiskusikan ketidakberdayaan ketidak
berdayaannya,
yang dialami pasien
penyebab dll.
A: Ketidakberdayaan (+) / tujuan
tercapai

P Klien: Klien melakukan terapi dirumah

P perawat: Evaluasi terapi satu


tercapai. melanjutkan terapi
kedua
Tanggal: 05 Oktober 2021 S: Klien mengatakan hal yang
Jam: 11.00 wib membuatnya tidak berdaya Klien
senang diajari terapi
a. Melakukan salam teraupetik
b. Menanyakan kepada klien faktor O: Klien menceritakan
penyebab penyakit ketidakberdayaannya
c. Menanyakan kepada klien mengapa klien terlihat paham dengan penjelasan
merasa cemas dan tidak berdaya terpi yang diberikan
d. Mengajarkan cara relaksasi untuk
mengurangi kecemasan A: Ketidakberdayaan(-)
e. Mengajarkan klien latihan berpikir
positif Pklien : Klien melakukan terapi yang
f. mendiskusikan ketidakberdayaan diajarkan pada saat merasakan tidak
yang dialami pasien berdaya
g. Mengajarkan terapi perilaku
Pp : terapi kedua selesai
BAB III
ANALISIS JURNAL

Judul Langkah-langkah Efek Cara Volume jurnal

RELAKSASI Peneliti menkaji Berdasarkan Berbeda, [JURNAL


NAFAS DALAM lansia untuk evaluasi pada karena terapi KREATIVITAS
TERHADAP mengidentifikasi penelitian ini ini dilakukan PENGABDIAN
bahwa lansia
TINGKAT lansia yang melalui door KEPADA
sangat senang,
KECEMASAN menderita kecemasan to door dan MASYARAKAT
PADA LANSIA Hipertensi dengan menurun dan sebelum (PKM), P-ISSN:
YANG cara wawancara tekanan darah juga melakukan 2615-0921 E-
MENDERITA dan mengukur menurun. terapi ini ISSN: 2622-6030
HIPERTENSI DI tekanan darah lansia akan VOLUME 3,
RT 03 RW 09 melalui door to diukur dulu NOMOR
KELURAHAN door. Sebelum tekanan 2,OKTOBER
SLIPI pelaksanaan, darahnya 2020] HAL 264-
PALMERAH dilakukan review 270
JAKARTA ke peserta.
BARAT Kegiatan
dilakukan ke
setiap lansia yang
sebelumya diukur
tekanan darah
kemudian
dilakukan
relaksasi nafas
dalam, pembagian
leaflet dengan
diskusi dan Tanya
jawab.

PENGARUH Peneliti Berdasarkan Berbeda, Nursing News


TEKNIK meyarankan para penelitian dari karena Volume 1,
RELAKSASI lansia untuk jurnal tersebut, . relaksasi Nomor 2, 2016
NAFAS DALAM menjaga tingkat tingkat kecemasan nafas
TERHADAP kecemasannya pada lansia dilakukan di
TINGKAT dengan cara lansia sebelum diberikan posyandu
KECEMASAN melakukan teknik teknik relaksasi lansia RW
PADA LANSIA relaksasi nafas nafas dalam lebih IV dusun
DI POSYANDU dalam dengan dominan lansia dempok dan
LANSIA RW IV teratus pada setiap merasakan peneliti yang
DUSUN hari dimana kecemasan sedang menyarankan
DEMPOK DESA dilakukan 4-5 kali sebanyak 10 para lansia
GADING latihan, lakukan (77%). Tingkat untuk
KEMBAR minimal 3 kali kecemasan pada melakukan
KECAMATAN sehari. lansia setelah teknik
JABUNG diberikan teknik relaksasi
KABUPATEN relaksasi nafas nafas
MALANG dalam lebih minimal 3
dominan lansia kali sehari
merasakan
kecemasan ringan
sebanyak 10
(77%).

TEKNIK 1. Kondisikan Setelah dilakukan Cukup E-ISSN : 2744-


RELAKSASI lingkungan terapi, terjadi berbeda, 4698
NAPAS DALAM yang nyaman penurunan karena Vol. 2 No. 2, Juli
MENURUNKAN 2. Tetap rileks kecemasan dimana relaksasi 2022
ANSIETAS dan tenang sebelumnya nafas untuk Halaman 184-
LANSIA 3. Atur posisi : responden yang menurunkan 190
DENGAN fowler mengalami ansietas pada
HIPERTENSI DI 4. Tarik napas kecemasan sedang lansia
PUSKESMAS panjang sebesar 35% dilakukan di
PUTRI AYU melalui menjadi 15%, puskesmas
KOTA JAMBI hidung, ringan berkurang putri ayu,
5. Hembuskan 5%, dan tidak ada Jambi
atau tiupkan kecemasan
melalui mulut mengalami
6. Usahakan agar peningkatan dari
tetap 10 % menjadi
konsentrasi/ 35%. Pelaksanaan
mata sambil terapi yang
terpejam diterapkan oleh
7. Lakukan penderita di
sampai 15 kali, Puskesmas Putri
atau sampai Ayu sangatlah
kecemasan membantu pasien
berkurang itu sendiri dan
keluarga serta
masyarakat yang
belum
mendapatkan
terapi, untuk
mengurangi
kecemasan dan
stress dalam
menghadapi
penyakit lainnya.
Pemberian terapi
relaksasi fisik dan
terapi berfikir
positif sangat
efektif terhadap
penurunan derajat
kecemasan yang
dirasakan oleh
masyarakat.
Penelitian
sebelumnya
menyatakan bahwa
teknik relaksasi
mampu
menurunkan cemas
pasien.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecemasan atau disebut ansietas (anxiety) merupakan perasaan takut yang tidak jelas
penyebabnya dan tidak didukung oleh situasi yang ada. Kecemasan dapat dirasakan oleh
setiap orang jika mengalami tekanan dan perasaan mendalam yang menyebabkan
masalah psikiatrik dan dapat berkembang dalam jangka waktu lama. Kecemasan adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti
dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan di
alami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal dapat menjadi suatu
kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan perkembangan pada individu yang
bersangkutan

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan kepada mahasiswa/I yang membaca makalah
ini dapat memahami serta dapat melakukannya di lapangan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Triyanto,E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara terpadu,


Graha Ilmu. Jakarta.

Hulu, E. K., & Pardede, J. A. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operatif Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. Jurnal Keperawatan,
2(1).

Marbun, A., Pardede, J. A., & Perkasa, S. I. (2019). Efektivitas Terapi Hipnotis Lima
Jari terhadap Kecemasan Ibu Pre Partum di Klinik Chelsea Husada Tanjung Beringin
Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Keperawatan Priority, 2(2), 92-99.
https://doi.org/10.34012/jukep.v2i2.568

Setyawan, A., & Hasnah, K. (2020). Efektivitas Wet Cupping Therapy Terhadap
Kecemasan Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 212–217.
https://doi.org/10.34035/jk.v11i2.574

Kaplan, MN., 2016. Kaplan's Clinical Hypertension. 9th ed. USA : Lippincott Williams
& Wilkins. Lancet ; 358 : 1682-1686.

Zahara, F. (2017). Hubungan Antara Kecemasan Dengan Tekanaan Darah Pada


Penderita Hipertensi Pada Lansia Di Desa Tambaksari – Banyumas Prosiding Seminar
Nasional & Internasional, 1-6.

Kemenkes RI, 2016. Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksanaan Hipertensi.


Jakarta

Pardede, J. A., Sitepu, S. F. A., & Saragih, M. (2018). The Influence of Deep Breath
Relaxation Techniques and Five-Finger Hypnotic Therapy on Preoperative Patient
Anxiety. Journal of Psychiatry, 3(1), 1-8.

Pardede, J. A. (2020). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Kecemasan.

Pardede, J. A., & Simangunsong, M. M. (2020). Family Support With The Level of
Preschool Children Anxiety in the Intravenous Installation. Jurnal Keperawatan Jiwa
(JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 8(3), 223-
234. https://doi.org/10.26714/jkj.8.3.2020.223-234

Pardede, J., Simanjuntak, G. V., & Manalu, N. (2020). Effectiveness of deep breath
relaxation and lavender aromatherapy against preoperative patient anxiety. Diversity and
Equality in Health and Care, 17(4), 168- 173.
Kaplan, Saddock, & Grebb (2010) Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. Edisi 2. Dr. I. Made Wiguna S. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Lubis & Afif (2014). Tingkat Kecemasan Orangtua dengan Anak yang akan Dioperasi.
Jurnal keperawatan padjajaran. 2(3).

Smeltzer, S.C & Bare B.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (Edisi 8).
Jakarta : EGC

Stuart, Keliat & Pasaribu (2016). Prinsip Dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.
Edisi Indonesia (Buku 1). Singapura:Elsevier

Pardede, J. A., Hulu, D. E. S. P., & Sirait, A. (2021). Tingkat Kecemasan Menurun Setelah
Diberikan Terapi Hipnotis Lima Jari pada Pasien Preoperatif. Jurnal Keperawatan, 13(1),
265-272.

Pardede, J. A., Keliat, B. A., Damanik, R. K., & Gulo, A. R. B. (2020). Optimalization of
Coping Nurses to Overcoming Anxiety in the Pandemic of Covid-19 in Era New
Normal. Jurnal Peduli Masyarakat, 2(3), 105-112. https://doi.org/10.37287/jpm.v2i3.128

Anda mungkin juga menyukai