Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL PADA PASIEN SDR.

R
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA ANSIETAS PADA
PASIEN CKD (GAGAL GINJAL KRONIK) DI RUANG MULTAZAM RS
PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Disusun Oleh :
Lilis Apriyani Ningsih
(A32020059)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ANSIETAS

1. Pengertian
Ansietas merumasan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respon otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merumasan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu
untuk bertindak menghadapi bahaya (NANDA, 2018).
Ansietas merumasan kondisi emosi dan pengalaman subyektif
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar
karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons
(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut
dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan
tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu mengambil tindakan
menghadapi ancaman (Yusuf et al, 2015).
Kesimpulan : Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang samar samar karena suatu kondisi yang tidak
menyenangkan.
2. Rentan Respons
Rentang respon individu terhadap cemas berflutuasi antara respon adaptif
dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisispasi
dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin
muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptive adalah panic dimana
individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi
sehingga mengalami gangguan fisik, perilaku maupun kognitif. Respons
adaptif Antisipasi-Ringan-Sedang-Berat-Panik.
3. Jenis Kecemasan
Kecemasan merumasan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam
dirinya sendiri yang timmasl dari dalam tanpa adanya rangsanagan dari luar.
Membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu:
1. Kecemasan rasional merumasan suatu ketakuatan akiabat adanya objek
yang memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.
Ketakuatan ini dianggap sebagai suatu unsure poko normal dari
mekanisme pertahanan dasar kiat.
2. Kecemasan irrasional yang berarti bahawa mereka mengalami emeosi ini
dibawah kedalam keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang
mengancam.
3. Kecemasan fundamental merumasan suatu pertanyaan tentang siapa
dirinya,untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya
berlanjut. Kecemasan ini di semast sebagi kecemasan eksistensial yang
mempunyai peran funda mental bagi kehidupan manusia (Mustamir,
2009).
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala kecemasan yang di tunjukkan atau di temukan oleh
seseorang bervariasi tergantung dari beratnya atatu tingkatan yang dirasakan
oleh individu tersemast (Hawari, 2011). Keluhan yang sering dikemukakan
oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum (Hawari, 2011),
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Cemas, kawatir, firasat masruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung,
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Gangguan kosentrasi daya ingat
4. Gejala somatikrasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak
nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan
terasa dngin dan lembab, dan lain sebagainya.
5. Takut sendiriaan, takut pada keramaian, dan banyak orang.
6. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan (Prabowo, 2014).
5. Penyebab
Menurut Rochman (2010) mengemukakan beberapa penyebab dari
kecemasan yaitu:
1. Rasa cemas yang timmasl akibat melihat adanya bahaya yang
mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena
sumbernya terlihat jelas didaam pikiran.
2. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
3. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak
berhumasngan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan
takut yang mempengaruhi kesehatan kepribadian penderitanya.
6. Pohon Masalah
Isolasi social Akibat

Ansietas Core Problem

Koping individu tidak efektif Penyebab


7. Fokus Pengkajian
1. Faktor Presipitasi
Faktor prespitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timmaslnya kecemasan. Stressor prespitasi kecemasan di
kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas kulit ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi: Sumber internal meliputi kegagalan
mekanisme fisisologis sistem imun, regulasi suhu tumash, perubhan
biologis normal. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi
virus dan bakteri, polusi lingkunag, kecelakaan, kekuranagan nutrisi,
tidakadekuatnya tempat tinggal
b. Anacaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
Sumber internal kesulitan dalam berhumasngan interpersonal
dirumah tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisisk juga dapat mengancam harga diri.
Sumber eksternal orang yang dicinta berperan, perubahan status
pekerjaan tekanan kelompok social (Prabowo, 2014).
2. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat menyebabkan timmaslnya kecemasan. Ketegangan dalam
kehidupan tersemast dapat berupa:
a. Peristiwa trumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang di alami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik
c. Konsep diri tergangggu akan menimmaslkan ketidakmampuan
individu berpikir secara realitas sehinga akan menimmaslkan
kecemasan.
d. Frustasiakan menimmaslkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdammas terhadap ego.
e. Gangguan fisikakan menimmaslkan kecemasan karena merumasan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
f. Pola mekanisme keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang di
alami karena pola mekanisme koping individu banyak di pelajari
dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya (Prabowo, 2014).

8. Diagnosa Keperawatan Utama


Ansietas
9. Fokus Intervensi
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Pengkajian ansietas dan latihan teknik relasasi nafas dalam (Tarik
nafas dalam dan distraksi)
b. Evaluasi ansietas, manfaat teknik relaksasi dan latihan hipnotis 5 jari
dan kegiatan spiritual
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Melatih cara merawat dan membimbing pasien mengatasi ansietas
b. Melatih keluarga menciptakan lingkungan dan suasana yang
mendukung perawatan ansietas, mengenal tanda dan gejala
kekammashan ansietas dan follow up ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur

10. Daftar Pustaka


Hawari, D. (2011). Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI.
Mustamir, P. (2009). Metode Supernol Menaklukan Stress. Jakarta: Himah
Publishing House.
NANDA International. (2018). Nursing Diagnoses: Definitions and
classification 2018-2020.Jakarta : EGC.
Prabowo, E. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika.
Rochman, K.L . (2010). Kesehatan Mental. Purworkerto: Fajar Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Yusuf A.H, Fitryasari, & Nihayati, H. E. 2015. Masku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
STRATEGI PELAKSANAAN SP 1 PADA PASIEN ANSIETAS

Pertemuan ke: 1
a. Kondisi Pasien
DS : Pasien mengatakan cemas, ketakutan atas sesuatu yang tidak jelas
DO : Pasien tammas gelisah, berkeringat, tangan gemetar
b. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
c. Tujuan
Tujuan Umum : Mengurangi kecemasan pasien
Tujuan Khusus : Pengkajian dan latihan nafas dalam dan distraksi untuk
mengurangi kecemasan
d. Rencana Tindakan
SP 1 Pasien : Pengkajian ansietas dan latihan teknik relaksasi (Tarik nafas
dalam dan distraksi)
e. Strategi Pelaksanaan
1) Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
“Assalamualaikum mas. Perkenalkan saya perawat Lilis yang bertugas
pada pagi hari ini. Dengan mas siapa ya? Senangnya dipanggilnya siapa
mas?”
b) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mas saat ini? O jadi mas merasa gelisah, tidak bisa
tidur dan khawatir. “kegiatan apa yang sudah mas lakukan untuk mengatasi
perasaan mas?”
c) Kontrak
“baik mas, hari kita akan berbincang-bincang terkait dengan perasaan yang
dialami mas”.“kira-kira kita akan berbincang-bincang berapa lama mas?
“tempatnya mau dimana mas ?”
2) Fase Kerja
“Tadi mas katakan, mas merasa gelisah, tidak bisa tidur dan merasa khawatir,
coba mas ceritakan lebih lanjut tentang perasaan mas? Apa yang sedang mas
pikirkan? Apa yang mas lakukan terkait dengan perasaan tersemast? Apa yang
terjadi sehingga mas merasa gelisah?”
“Jadi....mas merasa khawatir karena memikirkan penyakit yang mas alami...
ada lagi hal lain yang menyebabkan mas khawatir?” apa yang mas rasakan
saat mas khawatir?” dan apa yang mas lakukan ketika perasaan itu muncul?”
jadi saat khawatir yang mas alami sulit tidur, gelisah, sakit kepala, jantung
berdebar-debar, tidak nafsu makan dan mas tidak tau apa yang dilakukan??”
baik mas saya akan menjelaskan bahwa apa yang mas rasakan tadi merumasan
tanda dan gejala dari cemas. Untuk mengatasi itu saya akan ajarkan latihan
tarik nafas dalam dan distraksi. Contoh : mas tempatkan pada posisi senyaman
yang mas rasakan, kemudian tutup mata, pikirkan kondisi yang memmasat
mas cemas, kemudian tarik nafas tahan kira-kira 5-10 detik, lalu keluarkan
melalui mulut dengan perlahan-lahan.”
“yaa bagus sekali mas! Coba ulangi sekali lagi. Bagus sekali mas.” Setelah
mas latihan nafas dalam, mas bisa mengalihkan kecemasan mas dengan
bercakap-cakap dengan anak mas.
3) Fase Terminasi
a) Evaluasi
“Baik mas latihan hari ini saya rasa sudah cukup “Bagaimana perasaan mas
setelah kita latihan teknik nafas dalam?
“Coba mas peragakan lagi latihan nafas dalam yang saya ajarkan
tadi!“Bagus sekali, Mas masih mengingatnya
b) Rencana tindak lanjut
“Baik mas, sekarang kita masat jadwal kegiatannya ya mas? Diharapkan
setelah kita berlatih cara latihan nafas dalam mas bisa melakukannya
sendiri ya mas. Jika mas melakukannya mandiri centang di (M), Jika
dengan bantuan di (B), jika tidak melakukan centang di (T). Mas sudah
paham?
c) Kontrak yang akan datang
1) Topik
“Baik mas, bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk berbincang-
bincang tentang perasaan yang mas alami setelah latihan dan kita akan
melanjutkan latihan hipnotis diri sendiri dan melakukan kegiatan
spiritual ya mas!”
2) Waktu
“Untuk waktunya mau jam berapa mas? Baiklah kita aka bertemu jam
10.00 besok ya mas”
3) Tempat
Untuk tempatnya mau dimana mas?disini saja ya mas.”
“Baiklah mas, Sampai ketemu besok”. “Assalamualikum... Selamat
pagi”

Anda mungkin juga menyukai