DISUSUN OLEH
SEPTIARINI NURDIANA, SKep
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) menggelar World Assembley on Ageing pada
tahun 1982 di Wina dan mengingatkan semua negara bahwa masalah lanjut usia akan
menjadi masalah besar, maka beberapa peserta dari indonesia telah mengambil prakarsa
Di Indonesia, jumlah penduduk lanjut usia meingkat cepat, dari 7,99 juta atau 5% dari jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 1980, menjadi 15,88 juta penduduk atau 7,5% dari jumlah
penduduk pada tahun 2000. Akibat peningkatan jumlah lansia maka derajat kesehatan akan
menurun, serta rendahnya tingkat pendidikan mereka, maka gaya hidup lanjut usia terpaksa
harus berubah.
Gaya hidup yang terpaksa berubah, karena harus menyesuaikan diri dengan mundurnya
secara alamiah fungsi alat indra dan anggota tubuh mereka, baik secara fisik, mental maupun
emosional. Kemampuan mereka juga lambat laun akan menurun akibat adanya cacat tubuh,
dan penyakit degeneratif yang diderita hingga mereka bergantung pada orang lain.
Proses penuaan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yang pada akhirnya
akan mempengaruhi tingkat perubahan sel, sel otak, saraf, serta jaringan tubuh lainnya.
Dalam lebih dari 2 dekade terakhir ini diketahui bahwa berbagai penyakit seperti reumatoid
arthritis yang dianggap mempunyai dasar imunologik ternyata berkaitan dengan sistem
histokompatibilitas. Sistem ini ditentukan oleh faktor genetik pada manusia. Beberapa
penelitian menunjukkan memang ada perubahan struktur sendi pada beberapa penyakit
rheumatoid arthritis. Hingga kini dikenal lebih dari 100 macam penyakit sendi yang sering
Rheumatoid arthritis merupakan suatu penyakit yang sudah lama dikenal dan tersebar luas
diseluruh dunia serta melibatkan ras dan kelompok etnik. penyakit ini lebih sering dijumpai
pada wanita dengan perbandingan wanita dan pria sebesar 3 : 1. Walaupun belum dapat
dipastikan sebagai penyebab, faktor genetik, hormonal, dan heat shock protein telah
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan gerontik
dengan masalah rheumatoid arthritis dengan harapan dapat meningkatkan derajat kesehatan.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup masalah dalam penulisan laporan kasus ini adalah asuhan keperawatan usia
lanjut pada Tn. S dengan Rheumatoid Atritis di ruang isolasi pria Panti Tresna Werda Bakti
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan gerontik secara komprehensif pada
2. Tujuan Khusus
b) Penulis mampu melakukan analisa data dan menetapkan masalah keperawatan yang
f) Penulis mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan dan
kriteria evaluasi.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam laporan kasus ini, menggunakan metode deskriptif yaitu
langsung, sedangkan tekhnik yang dipakai adalah observasi, wawancara, pemeriksaan fisik,
dokumentasi dan studi kepustakaan, serta mengadakan kunjungan langsung ke rumah tn. M
E. Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
C. Tujuan
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
A. Konsep Gerontik
B. Konsep Penyakit
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Rencana Keperawatan
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Gerontik
1. Definisi
a. Gerontologi
Asal kata Geros dan Logos : Lansia, Logos : Ilmu, jadi Gerontologi adalah ilmu yang
mempelajari secara khusus mengenai factor – factor yang menyangkut lansia.
b. Geriatri
Asal kata Geros dan Eatria, Geros : Lansia, Eatria : Kesehatan, jadi Geriatri adalah
cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lansia. Geriatri
adalah ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibat –
akibatnya.
2. Batasan Lansia
a. WHO
1). Middle Age : 45 – 59 tahun
2). Ederly : 60 – 70 tahun
3). Old : 75 – 90 tahun
4) Very Old : Diatas 90 tahun
b. Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad
1). Bayi : 0–1 tahun
2). Prasekolah : 1–6 tahun
3). Sekolah : 6 – 10 tahun
4). Pubertas : 10 – 20 tahun
5). Dewasa : 20 – 40 tahun
6). Prasenium : 40 – 65 tahun
7). Senium : 65 keatas
c. Dra. Ny. Josmasdani
1). Luventus : 25 – 40 tahun
2). Verilitas : 40 – 55 tahun
3). Prasenium : 55 – 65 tahun
4). Senium : 65 keatas
d. Prof. DR. Koesmanto Setyonegoro
1). Dewasa Muda ( eaderly adulthood ) : 20 – 25 tahun
2). Dewasa Penuh ( middle year / maturasi ) : 25 – 65 tahun keatas
3). Lanjut Usia ( geatric age ) : 70 tahun keatas
a). Young Old : 70 – 75 tahun
b). Old : 75 – 80 tahun
c). Very Old : 80 keatas
2. Tujuan Geriatri
a. Tujuan Umum
Mengadakan upaya dan tindakan – tindakan sehingga orang – orang lansia selama
mungkin tetap dalam keadaan sehat baik fisik, mental, dan social sehingga masih
berguna bagi masyarakat.
( Boedhi Darmono, 1979 )
b. Tujuan Khusus
1). Mempertahankan derajat kesehatan sehingga terhindar dari penyakit.
2). Memelihara kesehatan dengan aktivitas fisik dan mental.
3). Praktisi kesehatan.
4). Memelihara kemandirian secara maksimal.
5). Memberikan bantuan yang simpatik.dan perawat dengan penuh pengertian.
b. Ketergantungan
1). Pasif dan berambisi
2). Tidak mempunyai inisiatif
3). Bertindak tidak praktis
4). Senang mengalami pension
5). Tidak suka bekerja
c. Defensif
1). Riwayat pekerjaan tidak stabil
2). Selalu menolak bantuan
3). Emosi tidak terkontrol
4). Memegang teguh pada kebiasaan
5). Takut menjadi tua
d. Bermusuhan
1). Menganggap orang lain penyebab kegagalan
2). Selalu mengeluh
3). Agresif dan takut mati
4). Curiga
e. Membenci dan menyalahkan diri sendiri
1). Kritis dan menyalahkan diri
2). Tidak bermbisi
3). Penurunan social ekonomi
4). Riwayat perkawinan tidak bahagia
f. Arif Bijaksana
1). Kaya pengalaman
2). Menyesuaikan di dengan perubahan zaman
3). Mempunyai kesibukan
4). Ramah dan rendah hati
5). Dermawan dan menjadi panutan
g. Tidak Puas
1). Kritis dan menyalahkan diri
2). Tidak berambisi
3). Penurunan social ekonomi
4). Riwayat perkawinan tidak bahagia
5). Menerima fakta pada proses menua
4. Proses Menua
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita.
( Constantindes, 1994 )
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup
manusia, yaitu bayi, kanak – kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan
karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit atau juga suatu kecacatan.
2) Teori Psikologis
a) Teori Pelepasan
Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia
merupakan suatu proses yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh
mereka, untuk melepaskan diri dari masyarakat.
b) Teori Aktivitas
Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari
aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan
melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dan penyesuaian.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aging Process
a. Faktor Internal
1) Hereditas/genetik
2) Hormon yang menurun kadarnya
3) Proses glikolisasi
4) System kekebalan tubuh yang menurun
5) Radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel melalui proses yang
disebut dengan oksidasi.
b. Faktor Eksternal
1) Gaya hidup yang tidak sehat
2) Kebiasaan hidup yang salah
3) Paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet
4) Stress : dalam hal ini tidak hanya terkait dengan psikologis tetapi juga jasmani,
apabila tubuh kita mengalami kerusakan maka tubuh akan memulihkan diri
sendiri.
B. Konsep Penyakit
1. Pengertian
a. Rhematoid Artritis adalah suatu penyakit sistemik yang dengan manifestasi utama
pollartritis progresif dan melibatkan keseluruhan organ tubuh.(Arif Mansjoer, 1999,
jilid 1 hal : 536)
b. Rhematoid Artritis adalah merupakan suatu penyakit inflamasi sistematik kronik yang
walaupun manisfestasi utamanya pada arthritis yang progresif akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh (Soeparman, Waspudji, Suswono, 1999, jilid 1,
hal 62)
c. Rhematoid Artritis adalah suatu penyakit sistematik yang ditandai terutama oleh
inflamasi kronik lapisan sinivial sendi. (Maylin E Doengoes, 1999, hal : 358)
2. Etiologi
Pada saat ini penyebab penyakit nyeri sendi dan tulang belum diketahui secata pasti,
namun ada beberapa factor yang mempengaruhi perjalanan penyakit nyeri sendi dan
tulang antara lain :
a. Faktor hormone, metabolisme, pekerjaan, geografi dan psikososial
b.Faktor keturunan, dalam hal ini mungkin disebabkan adanya faktor kekebalan tubuh
c. Infeksi bakteri dan virus diduga memegang peranan bagi timbulnya kelainan tersebut
pada manusia maupun binatang
Penyakit Rhematoid Artritis lebih banyak mengenai wanita dari pada pria. Usia antara
30-40 tahun, usia yang paling banyak menderita Rhematoid Artritis (Arif Mansjoer,
1999, edisi 2 hal : 143)
3. Patofisiologi
Bakteri / virus Hormone
Sub Synovial
Adanya
kesenjangan sel
endotel vaskuler
dan sel endotel
Nyeri
Jaringan
Berganulasi
Lengket
Walau sulit dideteksi, tapi perubahan tingkat awal Rhematoid Artritis adalah kerusakan
mikrovaskuler oedem jaringan subsinovial dan proliferasi ringan sel living pada sinovial.
Pada pemeriksaan dengan mekroskop elektron tampak adanya kesenjangan antara sel
endotel vaskuler dan kerusakan sel endotel.
Rhematoid Artritis kronis ditandai dengan adanya kerusakan rawan sendi, ligamen,
tendon dan tulang. Kerusakan tersebut terjadi secara acak atau mulai dari atas dan bawah
dengan timbulnya jaringan granulasi. Rhematoid Artritis dapat timbul secar sepontan dan
berhenti pada stadium tertentu. Pada saat mengalami kronisitas, maka jaringan granulasi
membentuk perlengketan-perlengketan dan dilanjutkan dengan pembentukan jaringan
parut. Sisi yang berlawanan dengan permukaan sendi menjadi lengket kemudian
diorganisir sehingga terjadi fibroonkilosos (bila pertemuan sendi yang cukup luas).
Metaplasi jaringan granulasi dapat menghasilkan ankilosis. Baik pada tulang maupun
tulang rawan. Akibatnya kapsul sendi menjadi jaringan parut dan kaku sehingga membut
mobilitas sendi terbatas.
Hal ini menyababkan sendi kehilangan fungsi dan bentuknya karena terjadi perlengketan
antara susunan penaktikular sendi dan karena melemahnya kekuatan sendi, serta ligamen-
ligamen pendukung dan kapsul sendinya, dapat juga terjadi pemendekan tendon
(kuntraktur) dan bahkan juga dislokasi (Silvia A Price, 2000, hal : 1224)
4. Gambaran Klinis
Kriteria dari American Rheumatism Association (ARA) yang direvisi pada tahun 1987
yang seluruhnya ada 11 kriteria antara lain :
a. Adanya rasa kaku pada pagi hari (Morning Stiffness)
b. Pembengkakan jaringan lunak sendi (Soft Tissue Swelling) pembengkakan disini
sekurang-kurangnya 6 minggu
c. Nyeri sendi yang terkena bila digerakkan (Join + tedderness on moving) sekurang-
kurangnya didapati pada satu sendi
d. Nyeri sendi bila digerakkan (pada sendi terkena) sekurang-kurangnya pada study
yang lama
e. Poliartritis yang simetri dan serentak, serenta diartikan jarak antara rasa sakit pada
satu sendi disusul oleh sendi yang lain harus kurang dari minggu berminggu
f. Adanya modul rheumatikus sub kutan
g. Adanya kelainan radiologi pada sendi yang terkena, sekurang-kurangnya
diklasifikasi
h. Test, faktor tema positif terdapat hiter abnormal faktor rheumatoid serum yang
diperiksa dengan cara memberikan hasil positif kurang dari 5% kelompok kontrol
yang diperiksa
i. Pengendapan yang kurang pekat
j. Didapati perubahan gambaran histrologi pada jaringan sinovial, sedikitnya 3 dari :
1) Proliferasi jaringan sinovial
2) Kelompok sel yang mati
3) Deposit timbunan selfibrin
4) Adanya sebukan sel-sel radang menahun dan mendadak
k. Didapati perubahan histrologinya yang khas dari sayatan melintang benjolan rheuma
sekurang-kurangnya 3 dari :
1) Adanya sel yang mati yang terletak ditengah-tengah
2) Dikelilingi dengan sel-sel yang berproliferasi yang berjajar membentuk gambaran
jeruji sepeda
3) Didepan sel fibrosis bagian tepinya
4) Adanya serbukan sel-sel radang yang menahun dan mendadak
(Arif Mansjoer, 1999, edisi 2 hal :143)
5. Data Penunjang
Walaupun tidak banyak berperan dalam diagnostik Rheumatoida rtritis, namun hal ini
dapat menyokong bila terdapat keraguan untuk melihat prognosis pasien. Pada
pemeriksaan laboratorium terdapat :
a. Test faktor rema biasanya positif pada lebih dari 75 % pada pasien Rheumatoid
Artristik
b.Protein kreatin positif
c. Laju endap darah meningkat
d.Leukosit meningkat sedikit / normal
e. Anemia normasif hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik
f. Trombosit meningkat
g.Kadar albumin serum turun dan globulin naik
h.Pada pemeriksaan x.ray semua sendi dapat terkena, tapi yang sering sendi
metatarsofalingeal dan biasanya simetris. (Arif Mansjoer, 1999, edisi 2 hal :145)
6. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan penderita Rheumatoid Artristik dibagi atas beberapa pokok bahasan
a. Medikamentosa
1) Untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai dapat
diberikan:
a) Aspirin dosis terapi 20 – 30 mg/dl
b) Ibuprofen, piroksikam, naproksen
2) Untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses aestruksi akibat
Rheumatoid Artristik dapat diberikan :
a) Kloroqun 250 mg/hr
b) Sulfaselarn 1 x 500 mg/hr
c) Garam eas 10 mg IM
b. Fisioterapi
Sebaiknya dimulai fisioterapi segera setelah sendi mulai berkurang sakitnya, bila
tidak berhasil, mungkin diperlukan pertimbangan untuk tindakan operasi.
Disamping bentuk-bentuk latihan, sering pula diperlukan alat-alat. Oleh karena itu
pada pengobatan fisioterapi, tercakup pengertian tentang rehabilitasi termasuk :
1) Pemakaian alat bidai, tongkat, kursi roda, sepatu
2) Mekanotrapi
3) Pemanasan
Baik hidroterapi maupun elektrotherapi (air panas, EKG, Ultrasonik)
c. Pembedahan
Bila berbagai cara sudah dilakukan namun belum berhasil dilakukan tindakan operatif
d.Psikoterapi
Biasanya diberikan psikoterapi superfisal agar timbul sengat dan keuletan untuk
berobat dan mental penderita dipersiapkan untuk mengadapi kronisitas dari
penyakitnya
(Arif Mansjoer, edisi 2, hal : 146)
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantung satu sama lainya dan bersifat
dinamis dan tersusun secara sistimatis untuk menggambarkan perkembangan dan tahap yang
lainya dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara
terus menerus.
b. Pengamatan
Pengamatan dilakukan terthadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena sudah
dianggap cukup melalui pengamatan saja, seperti ventilasi, penerangan, kebersihan
dan sebagainya.
c. Studi dokumentasi
Study berkaitan dengan perkembangan kesehatan lansia, diantaranya melalui kartu
menuju sehat (KMS)
d. Pemeriksaan fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan
keperawatan, berkaitan drngan peradaban fisik misalnya : kehamilan, kelaigan organ
tubuh dan tanda-tanda penyakit.
Data yang perlu dikaji pada pasien rheumatoid arthritis adalah :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,
memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada
pagi hari, keletihan
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak : atropi otot,
kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot
2) Kardiovaskuler
Gejala : jantung cepat, tekanan darah menurun.
3) Integritas ego
Gejala : factor-faktor stess akut dan kronis : misalnya
financial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor
Hubungan, kepuasan dan ketidakberdayaan,
ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.
4) Makanan dan cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan /
mengkonsumsi makanan / cairan adekuat : mual,
anoreksia, kesulitan untuk menelan
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada
membram mukosa
5) Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
pribadi, ketergantungan pada orang lain.
6) Neurosensori
Gejala : Kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi
7) Nyeri kenyamanan
Gejala : Fase akut pada nyeri
8) Keamanan
Gejala : kesuitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga
kekeringan pada mata dan membram mukosa
9) Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi eluarga/ orang lain :
perubahan peran : isolasi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan faktor-faktor yang mempertahankan respon
yang tidak sehat dan mengalami perubahan yang diharapkan.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Rheumatoid Athritis
adalah menurut Marylin E. Doengoes :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d distruksi sendi akibat akumulasi cairan sinovial dan
proses peradangan
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kekuatan deformitas sendi yang berkurang.
c. Kurang perawatan diri b.d kerusakan muskuloskeletal, penurunan kekuatan daya
tahan, nyeri pada waktu bergerak.
d. Perubahan citra tubuh b.d deformitas persendian.
e. Kurang perawatan diri b.d kerusakan muskuluskeletal penurunan kekuatan daya
tahan, nyeri pada waktu bergerak
3. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaksanakan dalam memecahkan masalah.
Rencana keperawatan yang akan dilakukan yaitu pemenuhan kebutuhan dasar manusia
meliputi :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d distruksi sendi akibat akumulasi cairan sinovial dan
proses peradangan
1) Observasi sifat, intensitas, lokasi dan durasi nyeri.
2) Berikan obat non steroid anti inflamasi,analgetik,dan antipiretik sesuai program.
3) Anjurkan klien untuk beristirahat.
4) Berikan kompres panas untuk menggurangi rasa nyeri pada sendi.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kekuatan deformitas sendi yang berkurang.
1) Observasi bentuk,tanda-tanda inflamasi
2) Kaji kemampuan klien dalam melakukan ROM aktif maupun pasifserta
3) kolaborasi dengan fisioterapi dalam melakukan program rehabilitasi.
4) Observasi adanya kekakuan pada pagi hari serta berapa lama durasinya.
5) Bantu klien saat melakukan aktivitas.
c. Kurang Pengetahuan b.d Kurangnya informasi tentang penyakit
1) Kaji tingkat pengetahuan klien
2) Berikan penyuluhan tentang rheumatoid dan masalah kesehatan yang lainya
3) Anjurkan klien untuk bertanya pada tugas kesehatan apabila tidak mengetahui
keluhanya
4) Tekankan pada klien untuk mencari informasi kesehatan sedini mungkin
d. Perubahan citra tubuh b.d deformitas persendian.
1) Bina hubungan saling percaya antara perawat, klien dan keluarga
2) Berikan kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaanya
3) Dukung dan berikan motivasi kepada klien untuk meningkatkan realitas nhidup
yang optimal
4) Motivasi klien untuk meneruskan program latihan saat drumah
4. Implementasi
Implementasi adalah merupakan pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik yang
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan tahap akhir proses keperawatan, tahap observasi dalam
keperawatan yang mencakup nilai-nilai akhir asuhan keperawatan yang telah ditentukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas / Lansia
a. Nama : Tn. M
c. Umur : 70 Th
d. Agama : Islam
2. Riwayat Kesehatan
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 15 April 2017 Pukul 11.00 WIB.
Klien mengatakan nyeri, nyeri dirasakan bertambah saat beraktivitas, dan berkurang
dirasakan pada persendian kaki dan menyebar ke seluruh kaki, lamanya nyeri
Klien mengatakan lemah pada tangan kiri , tampak kaku pada pergelangan tangan
kiri.
Klien mengatakan Pernah menderita sakit TBC 4 tahun yang lalu dan sudah
mempunyai riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan, seperti ikan laut, telur
dan lain-lain. Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat kecelakaan yang dapat
menyebabkan trauma atau luka. Klien mengatakan penyakit yang dirasakan sering
kambuh yaitu nyeri pada persendian terutama pada lutut kaki kiri, disertai pegal-
pegal dan linu terutama saat bergerak. Keluhan tersebut dirasakan 2 tahun yang lalu.
Klien mengatakan dalam keluarga klien sebelumnya tidak ada yang pernah
memiliki riwayat penyakit yang seperti klien derita pada saat ini, dan juga dalam
keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang menjadi faktor risiko pada klien
a. Makan / Nutrisi
Saat sehat
Klien makan 3x/hari, dan selalu menghabiskan porsi makan yang disediakan, klien
tidak mempunyai alergi terhadap makanan dengan jenis apapun, Klien tidak
Saat Sakit
Klien makan 3x/hari, dan selalu menghabiskan porsi makan yang disediakan, klien
tidak mempunyai alergi terhadap makanan dengan jenis apapun, Klien tidak
b. Istirahat / Tidur
Saat sehat
Klien biasa tidur 6 – 7 jam/hari, 6 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari,
tidak ada keluhan saat tidur, klien biasa membaca doa dulu sebelum tidur.
Saat Sakit
Klien biasa tidur 5 – 6 jam/hari, 5 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari,
sering terbangun saat tidur, klien biasa membaca doa dulu sebelum tidur.
c. Eliminasi
Saat sehat
Bab :Klien mengatakan biasa Bab 1 – 2 x/hari pada pagi hari dengan warna
kuning kecoklatan dengan konsistensi lembek dan berbau khas, tidak ada
penggunaan pencahar.
Bak : klien mengatakan biasa Bak 5 – 6x/hari ( ± 1200 cc/hari ) dengan warna
kuning jernih dan tidak ada keluhan saat Bak, tidak ada penggunaan
diuretik.
Saat Sakit
Bab : klien mengatakan biasa Bab 1 – 2 x/hari pada pagi hari dengan warna
kuning kecoklatan dengan konsistensi lembek dan berbau khas, tidak ada
penggunaan pencahar.
Bak : klien mengatakan biasa Bak 5 – 6x/hari ( ± 1200 cc/hari ) dengan warna
kuning jernih dan tidak ada keluhan saat Bak, tidak ada penggunaan
diuretik.
Saat sehat
Saat klien masih sehat, sebagai seorang pensiunan guru tidak ada hal-hal khusus
yang dilakukan oleh klien. Kegiatan lain yang biasa dikerjakan klien yaitu
melakukan kegiatan di rumah seperti bersih-bersih rumah, mandi, waktu luang klien
digunakan untuk menonton tv dan istirahat. Saat beraktivitas klien tidak mengalami
keluhan.
Saat Sakit
Klien mengatakan sekarang hanya bisa berdiam diri saja dirumah , hanya aktifitas
ringan yang bisa dikerjakan oleh klien. Klien tampak kesulitan dalam berjalan dan
e. Rekreasi
Klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan rekreasi klien hanya menonton tv di
Klien tidak pernah mengkonsumsi rokok atau alkohol dan menggunakan obat-obatan.
4. Sosial
a. Hubungan klien dengan teman teman yang tinggal dalam satu rumah harmonis,
adanya keakraban dan saling perhatian antara klien dengan istri dan anak-anak klien .
b. Istri dan anak-anaknya memberikan dukungan moral terhadap klien untuk dapat
Jawab : 70 tahun
Jawab : jokowi
a. Pelaksanaan ibadah
Klien mengatakan menjalankan sholat 5 waktu meskipun kondisinya seperti saat ini,
Klien mengatakan bahwa usia klien adalah usia yang rentan terhadap penyakit dan
1) TD : 150/80 mmHg
2) RR : 20 x /mnt
3) Nadi : 74 x /mnt
4) Suhu : 36,3 OC
5) BB : 50 kg
6) TB : 160 cm
1) Rambut
2) Mata
Posisi mata simetris antara kanan dan kiri. Tidak terdapat strabismus, sclera an
kekeruhan pada lensa. Klien tidak memakai alat bantu kaca mata
3) Hidung
Hidung klien simetris , tidak ada epistaksis, tidak ada nyeri, tidak ada perubahan
4) Mulut
Tidak ada stomatitis/ulkus, tidak ada kesulitan menelan, tidak ada infeksi, gigi
sudah banyak yang tanggal, bau mulut khas, kebersihan mulut kurang.
5) Leher
Tidak ada kekakuan dalam pergerakan,. Tidak ada nyeri tekan, tidak distensi vena
6) Telinga
Telinga simetris antara kanan dan kiri, penurunan fungsi pendengaran, tidak ada,
tinitus (-), tidak ada vertigo, tidak ada penggunaan alat-alat bantu pendengaran.
7) Dada / Thorax
Dada : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat edema.
Paru : tidak ada batuk, tidak sesak, RR : 22/ mnt, tidak ada sputum, suara
napas vesikuler, tidak ada nyeri saat bernapas, tidak ada wheezing
dan ronchi.
Jantung : tidak ada nyeri, HR 22 kali/mnt, bunyi jantung lup dup (S1/S2).
8) Abdomen
Tidak ada masa, tidak ada acites, tidak ada pembesaran limfa, bising usus
9) Muskuloskeletal
Terdapat nyeri pada lutut kaki kiri, spasme otot tangan kiri , mengalami kesulitan
saat berjalan, terdapat pegal/nyeri pada kakinya, klien berjalan dengan tongkat,
10) Persyarafan
B. Diagosa Medis
Rheumatoid Artritis
C. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
D. Analisa Data
Daftar masalah
Prioritas masalah
E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nyaman : nyeri berhubungan dengan destruksi sendi akibat akumulasi cairan
DS :
DO
Skala nyeri 2
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri pada sendi ditandai dengan :
DS :
DO :