Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN REUMATIK

TERHADAP TN. M DI DUSUN II PEKON SILIWANGI KECAMATAN SUKOHARJO

DISUSUN OLEH
SEPTIARINI NURDIANA, SKep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKes MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) menggelar World Assembley on Ageing pada

tahun 1982 di Wina dan mengingatkan semua negara bahwa masalah lanjut usia akan

menjadi masalah besar, maka beberapa peserta dari indonesia telah mengambil prakarsa

untuk berkiprah dibidang ini.

Di Indonesia, jumlah penduduk lanjut usia meingkat cepat, dari 7,99 juta atau 5% dari jumlah

penduduk Indonesia pada tahun 1980, menjadi 15,88 juta penduduk atau 7,5% dari jumlah

penduduk pada tahun 2000. Akibat peningkatan jumlah lansia maka derajat kesehatan akan

menurun, serta rendahnya tingkat pendidikan mereka, maka gaya hidup lanjut usia terpaksa

harus berubah.

Gaya hidup yang terpaksa berubah, karena harus menyesuaikan diri dengan mundurnya

secara alamiah fungsi alat indra dan anggota tubuh mereka, baik secara fisik, mental maupun

emosional. Kemampuan mereka juga lambat laun akan menurun akibat adanya cacat tubuh,

dan penyakit degeneratif yang diderita hingga mereka bergantung pada orang lain.

Proses penuaan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yang pada akhirnya

akan mempengaruhi tingkat perubahan sel, sel otak, saraf, serta jaringan tubuh lainnya.
Dalam lebih dari 2 dekade terakhir ini diketahui bahwa berbagai penyakit seperti reumatoid

arthritis yang dianggap mempunyai dasar imunologik ternyata berkaitan dengan sistem

histokompatibilitas. Sistem ini ditentukan oleh faktor genetik pada manusia. Beberapa

penelitian menunjukkan memang ada perubahan struktur sendi pada beberapa penyakit

rheumatoid arthritis. Hingga kini dikenal lebih dari 100 macam penyakit sendi yang sering

kali memberikan tanda dan gejala yang hampir sama.

Rheumatoid arthritis merupakan suatu penyakit yang sudah lama dikenal dan tersebar luas

diseluruh dunia serta melibatkan ras dan kelompok etnik. penyakit ini lebih sering dijumpai

pada wanita dengan perbandingan wanita dan pria sebesar 3 : 1. Walaupun belum dapat

dipastikan sebagai penyebab, faktor genetik, hormonal, dan heat shock protein telah

diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas penyakit ini

Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan gerontik

dengan masalah rheumatoid arthritis dengan harapan dapat meningkatkan derajat kesehatan.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup masalah dalam penulisan laporan kasus ini adalah asuhan keperawatan usia

lanjut pada Tn. S dengan Rheumatoid Atritis di ruang isolasi pria Panti Tresna Werda Bakti

Yuswa Natar Lampung tanggal 4 Juli – 6 Juli 2014.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan gerontik secara komprehensif pada

Tn. S di pansti sosial Tresna Werda Bakti Yuswa Natar.

2. Tujuan Khusus

a) Penulis dapat melakukan pengkajian secara sistematis pada Tn. S

b) Penulis mampu melakukan analisa data dan menetapkan masalah keperawatan yang

telah didapatkan saat pengkajian.

c) Penulis mampu menegakkan diagnosa keperawatan .

d) Penulis mampu menyusun rencana keperawatan sesuai dengan keadaan klien.

e) Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan.

f) Penulis mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan dan

kriteria evaluasi.

g) Penulis mampu mendokumentasikan proses keperawatan.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan dalam laporan kasus ini, menggunakan metode deskriptif yaitu

menggambarkan data dengan memaparkan dan menggambarkan permasalahan secara

langsung, sedangkan tekhnik yang dipakai adalah observasi, wawancara, pemeriksaan fisik,

dokumentasi dan studi kepustakaan, serta mengadakan kunjungan langsung ke rumah tn. M

di dusun II Pekon Siliwangi.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan dari laporan kasus ini meliputi :

Halaman Judul

Lembar Pengesahan
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup

C. Tujuan

D. Metode Penulisan

E. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gerontik

B. Konsep Penyakit

C. Konsep Asuhan Keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan

C. Rencana Keperawatan

D. Implementasi

E. Evaluasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gerontik
1. Definisi
a. Gerontologi
Asal kata Geros dan Logos : Lansia, Logos : Ilmu, jadi Gerontologi adalah ilmu yang
mempelajari secara khusus mengenai factor – factor yang menyangkut lansia.

b. Geriatri
Asal kata Geros dan Eatria, Geros : Lansia, Eatria : Kesehatan, jadi Geriatri adalah
cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lansia. Geriatri
adalah ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibat –
akibatnya.

2. Batasan Lansia
a. WHO
1). Middle Age : 45 – 59 tahun
2). Ederly : 60 – 70 tahun
3). Old : 75 – 90 tahun
4) Very Old : Diatas 90 tahun
b. Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad
1). Bayi : 0–1 tahun
2). Prasekolah : 1–6 tahun
3). Sekolah : 6 – 10 tahun
4). Pubertas : 10 – 20 tahun
5). Dewasa : 20 – 40 tahun
6). Prasenium : 40 – 65 tahun
7). Senium : 65 keatas
c. Dra. Ny. Josmasdani
1). Luventus : 25 – 40 tahun
2). Verilitas : 40 – 55 tahun
3). Prasenium : 55 – 65 tahun
4). Senium : 65 keatas
d. Prof. DR. Koesmanto Setyonegoro
1). Dewasa Muda ( eaderly adulthood ) : 20 – 25 tahun
2). Dewasa Penuh ( middle year / maturasi ) : 25 – 65 tahun keatas
3). Lanjut Usia ( geatric age ) : 70 tahun keatas
a). Young Old : 70 – 75 tahun
b). Old : 75 – 80 tahun
c). Very Old : 80 keatas

2. Tujuan Geriatri
a. Tujuan Umum
Mengadakan upaya dan tindakan – tindakan sehingga orang – orang lansia selama
mungkin tetap dalam keadaan sehat baik fisik, mental, dan social sehingga masih
berguna bagi masyarakat.
( Boedhi Darmono, 1979 )
b. Tujuan Khusus
1). Mempertahankan derajat kesehatan sehingga terhindar dari penyakit.
2). Memelihara kesehatan dengan aktivitas fisik dan mental.
3). Praktisi kesehatan.
4). Memelihara kemandirian secara maksimal.
5). Memberikan bantuan yang simpatik.dan perawat dengan penuh pengertian.

3. Steriotip Psikologi Lansia


Sesuai dengan pembawaan pada saat muda maka ada beberapa tipe lansia, yaitu :
a. Konstruktif (Mandiri)
1). Integritas baik
2). Menikmati hidup
3). Toleransi Tinggi
4). Humoristik
5). Fleksibel
6). Mengalami masa pensiu yang tenang

b. Ketergantungan
1). Pasif dan berambisi
2). Tidak mempunyai inisiatif
3). Bertindak tidak praktis
4). Senang mengalami pension
5). Tidak suka bekerja
c. Defensif
1). Riwayat pekerjaan tidak stabil
2). Selalu menolak bantuan
3). Emosi tidak terkontrol
4). Memegang teguh pada kebiasaan
5). Takut menjadi tua
d. Bermusuhan
1). Menganggap orang lain penyebab kegagalan
2). Selalu mengeluh
3). Agresif dan takut mati
4). Curiga
e. Membenci dan menyalahkan diri sendiri
1). Kritis dan menyalahkan diri
2). Tidak bermbisi
3). Penurunan social ekonomi
4). Riwayat perkawinan tidak bahagia
f. Arif Bijaksana
1). Kaya pengalaman
2). Menyesuaikan di dengan perubahan zaman
3). Mempunyai kesibukan
4). Ramah dan rendah hati
5). Dermawan dan menjadi panutan
g. Tidak Puas
1). Kritis dan menyalahkan diri
2). Tidak berambisi
3). Penurunan social ekonomi
4). Riwayat perkawinan tidak bahagia
5). Menerima fakta pada proses menua
4. Proses Menua
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita.
( Constantindes, 1994 )
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup
manusia, yaitu bayi, kanak – kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan
karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit atau juga suatu kecacatan.

a. Teori – Teori Proses Menua


1) Teori Biologi
a) Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu
dan kebanyakan sel-sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika
sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakan di laboratorium,lalu
diobservasi, jumlah sel-sel yang akan membelah akan terlihat sedikit.
(Spence & Masson dalam Waton, 1992). Hal ini akan memberikan beberapa
pengertian terhadap proses penuaan biologis dan menunjukkan bahwa
pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan
perbaikan jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur.

b) Teori Genetik Clock


Menurut teori ini menua telah deprogram secara genetic untuk spesies-spesies
tertentu. Tiap spesies mempunyai inti selnya, suatu jam genetik yang telah
diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam
kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan
lingkungan.

c) Teori Sintesis Protein


Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia.
Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia
pada komponen protein (kolagen dan kartilago dan elastin pada kulit) dibuat
oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih
muda.

d) Teori Keracunan Oksigen


Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh
untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan
kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu.
e) Teori Sistem Imun
Kemampuan system imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian, kemunduran system yang terdiri dari limfatik dan
khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam
proses penuaan. Salah satu bukti yang ditemukan ialah bertambahnya
prevalensi auto antibody bermacam-macam pada orang lanjut usia
(Brocktehust,1987)
Disisi lain system imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami
penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menurun,
sehingga sel kanker leluasa membelah-belah. Inilah yang menyebabkan
kanker yang meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. (Suhana,1994).

2) Teori Psikologis
a) Teori Pelepasan
Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia
merupakan suatu proses yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh
mereka, untuk melepaskan diri dari masyarakat.
b) Teori Aktivitas
Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari
aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan
melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dan penyesuaian.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aging Process
a. Faktor Internal
1) Hereditas/genetik
2) Hormon yang menurun kadarnya
3) Proses glikolisasi
4) System kekebalan tubuh yang menurun
5) Radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel melalui proses yang
disebut dengan oksidasi.
b. Faktor Eksternal
1) Gaya hidup yang tidak sehat
2) Kebiasaan hidup yang salah
3) Paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet
4) Stress : dalam hal ini tidak hanya terkait dengan psikologis tetapi juga jasmani,
apabila tubuh kita mengalami kerusakan maka tubuh akan memulihkan diri
sendiri.

6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia


a. Pemeriksaaan Fisik
1) Sel : lebih sedikit jumlahnya besar ukurannya, jumlah
cairan berkurang, jumlah sel otak menurun.
2) Persyarafan : lambat dalam berespon, mengecilnya syaraf panca
indra kurang sensitive terhadap sentuhan, berat
otak menurun.
3) Pendengaran : terjadi pengumpulan serumen, pendengaran
berkurang.
4) Penglihatan : karena berbentuk bola, lansia lebih suram lapang
pandang menurun.
5) Respirasi : kehilangan kekuatan, O2 pada arteri
6) Kardiovaskuler : elastisitas dinding aorta menurun, fungsi jantung
menebal.
7) Gastrointestinal : kehilangan gigi, indra pengecap menurun, fungsi
absorbsi melemah.
8) Endokrin : fungsi aldosteron menurun, produksi hormone
menurun
9) Musloskeletal : tulang kehilangan sensitivitas
10) Integumen : kulit semakin tipis dan kurang elastisitas, mudah
memar.
11) Perkemihan : dengan bertambahnya usia, ginjal kurang efisien
dalam memindahkan kotoran dari saluran darah.
12) Berkurangnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya fat to lean body mass
ratio dan berkurangnya cairan tubuh.
13) Tidur : pola tidur berubah saat mulai tua. Bila biasanya
membutuhkan 6 jam untuk tidur malam maka
dengan penambahan usia, waktu tidur malam
mengalami sering terbangun.

7. Mitos-mitos Lanjut Usia


Anggapan dan pandangan yang keliru dan merugikan
a. Lansia yang berbeda dengan orang lain
Kenyataanya……………?
b. Lansia tidak dapat mempelajari hal baru dan tidak memerlukan diklat
Kenyataanya……………?
1) Lansia menyelesaikan S2/S3
2) Memberiakan teladan dan motivasi
3) Lansia sebagai sumber ilmu pengetahuan
c. Sukar menerima informasi baru
Kenyataanya…………..?
1) Waktu relative banyak dan kesempatan terbuka
2) Haus info-info baru
3) Lansia lebih tau hal-hal baru
d. Tidak productive dan menjadi beban masyarakat
Kenyataanya …………?
1) Lansia tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup
2) Bekerja tanpa beban
3) Penasehat dan menangani masalah dalam kehidupan
4) Bukan beban
e. Tidak \berdaya
Kenyataanya ………….?
1) Eksis dan terus berjuang mencari kehidupan yang lebih baik
2) Tidak mau diam
f. Tidak dapat mengambil keputusan untuk kehidupan dirinya
Kenyataanya………….?
1) Sebagai refrensi untuk diminta nasihatnya
g. Lemah, ringkih, sakit-sakitan, cacat
Kenyataanya …………?
1) Gagah
2) Bekerja keras
3) Tidak semua lansia sakit-sakitan/cacat
h. Tidak butuh cinta dan relasi
Kenyataanya …………..?
Fungsi psikis (kognitif, afektif dan psikomotor) serta kombinasi-kombinasinya selama
hayat masih dikandung badan masih berfungsi.
i. Menghabiskan uang untuk berobat
Kenyataanya…………..?
j. Sama dengan pikun
Kenyataanya………..?
Tidak semua pikun

8. Tugas-tugas perkembangan usaia lanjut


Menurut Hudak dan GallGallo
a. Mengambil keputusan dimana dan bagaimana sisa hidup mereka
b. Penyediaan dukungan, intimasi dan keputusan hubungan dengan pasangan keluarga
dan teman
c. Pertahankan lingkungan yang adekuat
d. Mempertahankan tingkat kesehatan yang maksimal
e. Mempertahankan kebersihan diri
f. Mempertahankan keterkaitan sosial
g. Membuat perhatian baru yang meningkatkan status
h. Mengenali dan merasa diperhatikan
i. Menemukan arti hidup selama pensiun
j. Mengembangkan filosofi hidup

B. Konsep Penyakit
1. Pengertian
a. Rhematoid Artritis adalah suatu penyakit sistemik yang dengan manifestasi utama
pollartritis progresif dan melibatkan keseluruhan organ tubuh.(Arif Mansjoer, 1999,
jilid 1 hal : 536)

b. Rhematoid Artritis adalah merupakan suatu penyakit inflamasi sistematik kronik yang
walaupun manisfestasi utamanya pada arthritis yang progresif akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh (Soeparman, Waspudji, Suswono, 1999, jilid 1,
hal 62)
c. Rhematoid Artritis adalah suatu penyakit sistematik yang ditandai terutama oleh
inflamasi kronik lapisan sinivial sendi. (Maylin E Doengoes, 1999, hal : 358)

2. Etiologi
Pada saat ini penyebab penyakit nyeri sendi dan tulang belum diketahui secata pasti,
namun ada beberapa factor yang mempengaruhi perjalanan penyakit nyeri sendi dan
tulang antara lain :
a. Faktor hormone, metabolisme, pekerjaan, geografi dan psikososial
b.Faktor keturunan, dalam hal ini mungkin disebabkan adanya faktor kekebalan tubuh
c. Infeksi bakteri dan virus diduga memegang peranan bagi timbulnya kelainan tersebut
pada manusia maupun binatang
Penyakit Rhematoid Artritis lebih banyak mengenai wanita dari pada pria. Usia antara
30-40 tahun, usia yang paling banyak menderita Rhematoid Artritis (Arif Mansjoer,
1999, edisi 2 hal : 143)

3. Patofisiologi
Bakteri / virus Hormone

Sub Synovial

Edema di sel living


dan synovial
Peregangan
synovial

Adanya
kesenjangan sel
endotel vaskuler
dan sel endotel

Nyeri

Jaringan
Berganulasi

Lengket

Jaringan Parut Pemendekan


Tendon
Kapsul sendi
(Silvia A. Price )

Walau sulit dideteksi, tapi perubahan tingkat awal Rhematoid Artritis adalah kerusakan
mikrovaskuler oedem jaringan subsinovial dan proliferasi ringan sel living pada sinovial.
Pada pemeriksaan dengan mekroskop elektron tampak adanya kesenjangan antara sel
endotel vaskuler dan kerusakan sel endotel.
Rhematoid Artritis kronis ditandai dengan adanya kerusakan rawan sendi, ligamen,
tendon dan tulang. Kerusakan tersebut terjadi secara acak atau mulai dari atas dan bawah
dengan timbulnya jaringan granulasi. Rhematoid Artritis dapat timbul secar sepontan dan
berhenti pada stadium tertentu. Pada saat mengalami kronisitas, maka jaringan granulasi
membentuk perlengketan-perlengketan dan dilanjutkan dengan pembentukan jaringan
parut. Sisi yang berlawanan dengan permukaan sendi menjadi lengket kemudian
diorganisir sehingga terjadi fibroonkilosos (bila pertemuan sendi yang cukup luas).
Metaplasi jaringan granulasi dapat menghasilkan ankilosis. Baik pada tulang maupun
tulang rawan. Akibatnya kapsul sendi menjadi jaringan parut dan kaku sehingga membut
mobilitas sendi terbatas.
Hal ini menyababkan sendi kehilangan fungsi dan bentuknya karena terjadi perlengketan
antara susunan penaktikular sendi dan karena melemahnya kekuatan sendi, serta ligamen-
ligamen pendukung dan kapsul sendinya, dapat juga terjadi pemendekan tendon
(kuntraktur) dan bahkan juga dislokasi (Silvia A Price, 2000, hal : 1224)
4. Gambaran Klinis
Kriteria dari American Rheumatism Association (ARA) yang direvisi pada tahun 1987
yang seluruhnya ada 11 kriteria antara lain :
a. Adanya rasa kaku pada pagi hari (Morning Stiffness)
b. Pembengkakan jaringan lunak sendi (Soft Tissue Swelling) pembengkakan disini
sekurang-kurangnya 6 minggu
c. Nyeri sendi yang terkena bila digerakkan (Join + tedderness on moving) sekurang-
kurangnya didapati pada satu sendi
d. Nyeri sendi bila digerakkan (pada sendi terkena) sekurang-kurangnya pada study
yang lama
e. Poliartritis yang simetri dan serentak, serenta diartikan jarak antara rasa sakit pada
satu sendi disusul oleh sendi yang lain harus kurang dari minggu berminggu
f. Adanya modul rheumatikus sub kutan
g. Adanya kelainan radiologi pada sendi yang terkena, sekurang-kurangnya
diklasifikasi
h. Test, faktor tema positif terdapat hiter abnormal faktor rheumatoid serum yang
diperiksa dengan cara memberikan hasil positif kurang dari 5% kelompok kontrol
yang diperiksa
i. Pengendapan yang kurang pekat
j. Didapati perubahan gambaran histrologi pada jaringan sinovial, sedikitnya 3 dari :
1) Proliferasi jaringan sinovial
2) Kelompok sel yang mati
3) Deposit timbunan selfibrin
4) Adanya sebukan sel-sel radang menahun dan mendadak
k. Didapati perubahan histrologinya yang khas dari sayatan melintang benjolan rheuma
sekurang-kurangnya 3 dari :
1) Adanya sel yang mati yang terletak ditengah-tengah
2) Dikelilingi dengan sel-sel yang berproliferasi yang berjajar membentuk gambaran
jeruji sepeda
3) Didepan sel fibrosis bagian tepinya
4) Adanya serbukan sel-sel radang yang menahun dan mendadak
(Arif Mansjoer, 1999, edisi 2 hal :143)

5. Data Penunjang
Walaupun tidak banyak berperan dalam diagnostik Rheumatoida rtritis, namun hal ini
dapat menyokong bila terdapat keraguan untuk melihat prognosis pasien. Pada
pemeriksaan laboratorium terdapat :
a. Test faktor rema biasanya positif pada lebih dari 75 % pada pasien Rheumatoid
Artristik
b.Protein kreatin positif
c. Laju endap darah meningkat
d.Leukosit meningkat sedikit / normal
e. Anemia normasif hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik
f. Trombosit meningkat
g.Kadar albumin serum turun dan globulin naik
h.Pada pemeriksaan x.ray semua sendi dapat terkena, tapi yang sering sendi
metatarsofalingeal dan biasanya simetris. (Arif Mansjoer, 1999, edisi 2 hal :145)

6. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan penderita Rheumatoid Artristik dibagi atas beberapa pokok bahasan
a. Medikamentosa
1) Untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai dapat
diberikan:
a) Aspirin dosis terapi 20 – 30 mg/dl
b) Ibuprofen, piroksikam, naproksen
2) Untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses aestruksi akibat
Rheumatoid Artristik dapat diberikan :
a) Kloroqun 250 mg/hr
b) Sulfaselarn 1 x 500 mg/hr
c) Garam eas 10 mg IM

b. Fisioterapi
Sebaiknya dimulai fisioterapi segera setelah sendi mulai berkurang sakitnya, bila
tidak berhasil, mungkin diperlukan pertimbangan untuk tindakan operasi.
Disamping bentuk-bentuk latihan, sering pula diperlukan alat-alat. Oleh karena itu
pada pengobatan fisioterapi, tercakup pengertian tentang rehabilitasi termasuk :
1) Pemakaian alat bidai, tongkat, kursi roda, sepatu
2) Mekanotrapi
3) Pemanasan
Baik hidroterapi maupun elektrotherapi (air panas, EKG, Ultrasonik)

c. Pembedahan
Bila berbagai cara sudah dilakukan namun belum berhasil dilakukan tindakan operatif
d.Psikoterapi
Biasanya diberikan psikoterapi superfisal agar timbul sengat dan keuletan untuk
berobat dan mental penderita dipersiapkan untuk mengadapi kronisitas dari
penyakitnya
(Arif Mansjoer, edisi 2, hal : 146)

C. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Rheumatoid Athritis


Asuhan keperawatan pada penderita rheumatoid arthritis ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan penderita dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Proses ini dimulai dengan
pengkajian yang difokuskan pada fungsi musculoskeletal pasien termasuk kemampuan
pemenuhan aktivitasnya. Selain itu harus dikaji pola diet, riwayat infeksi sebelumnya dan
aspek psikososial akibat dari penyakit yang diderita lansia (Lemone & Burke, 2001).

Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantung satu sama lainya dan bersifat
dinamis dan tersusun secara sistimatis untuk menggambarkan perkembangan dan tahap yang
lainya dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara
terus menerus.

Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara :


a. Wawancara
Yang berkaitan drngan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, social
budaya, ekonomi, kebiasaan, dan lingkungan.

b. Pengamatan
Pengamatan dilakukan terthadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena sudah
dianggap cukup melalui pengamatan saja, seperti ventilasi, penerangan, kebersihan
dan sebagainya.

c. Studi dokumentasi
Study berkaitan dengan perkembangan kesehatan lansia, diantaranya melalui kartu
menuju sehat (KMS)

d. Pemeriksaan fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan
keperawatan, berkaitan drngan peradaban fisik misalnya : kehamilan, kelaigan organ
tubuh dan tanda-tanda penyakit.
Data yang perlu dikaji pada pasien rheumatoid arthritis adalah :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,
memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada
pagi hari, keletihan
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak : atropi otot,
kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot
2) Kardiovaskuler
Gejala : jantung cepat, tekanan darah menurun.

3) Integritas ego
Gejala : factor-faktor stess akut dan kronis : misalnya
financial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor
Hubungan, kepuasan dan ketidakberdayaan,
ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.
4) Makanan dan cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan /
mengkonsumsi makanan / cairan adekuat : mual,
anoreksia, kesulitan untuk menelan
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada
membram mukosa
5) Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
pribadi, ketergantungan pada orang lain.
6) Neurosensori
Gejala : Kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi
7) Nyeri kenyamanan
Gejala : Fase akut pada nyeri

8) Keamanan
Gejala : kesuitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga
kekeringan pada mata dan membram mukosa
9) Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi eluarga/ orang lain :
perubahan peran : isolasi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan faktor-faktor yang mempertahankan respon
yang tidak sehat dan mengalami perubahan yang diharapkan.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Rheumatoid Athritis
adalah menurut Marylin E. Doengoes :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d distruksi sendi akibat akumulasi cairan sinovial dan
proses peradangan
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kekuatan deformitas sendi yang berkurang.
c. Kurang perawatan diri b.d kerusakan muskuloskeletal, penurunan kekuatan daya
tahan, nyeri pada waktu bergerak.
d. Perubahan citra tubuh b.d deformitas persendian.
e. Kurang perawatan diri b.d kerusakan muskuluskeletal penurunan kekuatan daya
tahan, nyeri pada waktu bergerak

3. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaksanakan dalam memecahkan masalah.
Rencana keperawatan yang akan dilakukan yaitu pemenuhan kebutuhan dasar manusia
meliputi :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d distruksi sendi akibat akumulasi cairan sinovial dan
proses peradangan
1) Observasi sifat, intensitas, lokasi dan durasi nyeri.
2) Berikan obat non steroid anti inflamasi,analgetik,dan antipiretik sesuai program.
3) Anjurkan klien untuk beristirahat.
4) Berikan kompres panas untuk menggurangi rasa nyeri pada sendi.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kekuatan deformitas sendi yang berkurang.
1) Observasi bentuk,tanda-tanda inflamasi
2) Kaji kemampuan klien dalam melakukan ROM aktif maupun pasifserta
3) kolaborasi dengan fisioterapi dalam melakukan program rehabilitasi.
4) Observasi adanya kekakuan pada pagi hari serta berapa lama durasinya.
5) Bantu klien saat melakukan aktivitas.
c. Kurang Pengetahuan b.d Kurangnya informasi tentang penyakit
1) Kaji tingkat pengetahuan klien
2) Berikan penyuluhan tentang rheumatoid dan masalah kesehatan yang lainya
3) Anjurkan klien untuk bertanya pada tugas kesehatan apabila tidak mengetahui
keluhanya
4) Tekankan pada klien untuk mencari informasi kesehatan sedini mungkin
d. Perubahan citra tubuh b.d deformitas persendian.
1) Bina hubungan saling percaya antara perawat, klien dan keluarga
2) Berikan kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaanya
3) Dukung dan berikan motivasi kepada klien untuk meningkatkan realitas nhidup
yang optimal
4) Motivasi klien untuk meneruskan program latihan saat drumah

e. Kurang perawatan diri b.d kerusakan muskuluskeletal penurunan kekuatan daya


tahan, nyeri pada waktu bergerak
1) Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul aturan atau disain bagi
penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
2) Perubahan mobilitas konstual terhadap nyeri
3) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.

4. Implementasi
Implementasi adalah merupakan pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik yang
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan tahap akhir proses keperawatan, tahap observasi dalam
keperawatan yang mencakup nilai-nilai akhir asuhan keperawatan yang telah ditentukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN REUMATIK


TERHADAP TN. M DI DUSUN II PEKON SILIWANGI

A. Pengkajian

1. Identitas / Lansia

a. Nama : Tn. M

b. Jenis Kelamin : Laki-Laki

c. Umur : 70 Th

d. Agama : Islam

e. Status Perkawinan : Menikah

f. Pendidikan Terakhir : SLTA

g. Pekerjaan : Pensiunan Guru

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang

1) Keluhan utama : Nyeri lutut kiri

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 15 April 2017 Pukul 11.00 WIB.

Klien mengatakan nyeri, nyeri dirasakan bertambah saat beraktivitas, dan berkurang

saat istirahat, nyeri dirasakan seperti di remas-remas dengan skala 2, nyeri

dirasakan pada persendian kaki dan menyebar ke seluruh kaki, lamanya nyeri

timbul 10 menit, nyeri dirasakan pada saat klien beraktifitas.


2) Keluhan yang Menyertai

Klien mengatakan lemah pada tangan kiri , tampak kaku pada pergelangan tangan

kiri.

b. Masalah Kesehatan Yang Pernah Di Alami

Klien mengatakan Pernah menderita sakit TBC 4 tahun yang lalu dan sudah

mendapatkan pengobatan dan dinyatakan sembuh. Klien mengatakan tidak

mempunyai riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan, seperti ikan laut, telur

dan lain-lain. Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat kecelakaan yang dapat

menyebabkan trauma atau luka. Klien mengatakan penyakit yang dirasakan sering

kambuh yaitu nyeri pada persendian terutama pada lutut kaki kiri, disertai pegal-

pegal dan linu terutama saat bergerak. Keluhan tersebut dirasakan 2 tahun yang lalu.

c. Masalah Kesehatan Keluarga

1) Genogram ( Tidak terkaji)

2) Penyakit Yang Pernah Di Derita Keluarga yang Menjadi Faktor Risiko

Klien mengatakan dalam keluarga klien sebelumnya tidak ada yang pernah

memiliki riwayat penyakit yang seperti klien derita pada saat ini, dan juga dalam

keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang menjadi faktor risiko pada klien

atau keluarga klien


3. Kebiasaan Sehari – Hari

a. Makan / Nutrisi

Saat sehat

Klien makan 3x/hari, dan selalu menghabiskan porsi makan yang disediakan, klien

tidak mempunyai alergi terhadap makanan dengan jenis apapun, Klien tidak

mengalami kesulitan dalam menelan atau mengunyah.

Saat Sakit

Klien makan 3x/hari, dan selalu menghabiskan porsi makan yang disediakan, klien

tidak mempunyai alergi terhadap makanan dengan jenis apapun, Klien tidak

mengalami kesulitan dalam menelan atau mengunyah.

b. Istirahat / Tidur

Saat sehat

Klien biasa tidur 6 – 7 jam/hari, 6 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari,

tidak ada keluhan saat tidur, klien biasa membaca doa dulu sebelum tidur.

Saat Sakit

Klien biasa tidur 5 – 6 jam/hari, 5 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari,

sering terbangun saat tidur, klien biasa membaca doa dulu sebelum tidur.

c. Eliminasi

Saat sehat

Bab :Klien mengatakan biasa Bab 1 – 2 x/hari pada pagi hari dengan warna

kuning kecoklatan dengan konsistensi lembek dan berbau khas, tidak ada

penggunaan pencahar.
Bak : klien mengatakan biasa Bak 5 – 6x/hari ( ± 1200 cc/hari ) dengan warna

kuning jernih dan tidak ada keluhan saat Bak, tidak ada penggunaan

diuretik.

Saat Sakit

Bab : klien mengatakan biasa Bab 1 – 2 x/hari pada pagi hari dengan warna

kuning kecoklatan dengan konsistensi lembek dan berbau khas, tidak ada

penggunaan pencahar.

Bak : klien mengatakan biasa Bak 5 – 6x/hari ( ± 1200 cc/hari ) dengan warna

kuning jernih dan tidak ada keluhan saat Bak, tidak ada penggunaan

diuretik.

d. Aktifitas dan Latihan

Saat sehat

Saat klien masih sehat, sebagai seorang pensiunan guru tidak ada hal-hal khusus

yang dilakukan oleh klien. Kegiatan lain yang biasa dikerjakan klien yaitu

melakukan kegiatan di rumah seperti bersih-bersih rumah, mandi, waktu luang klien

digunakan untuk menonton tv dan istirahat. Saat beraktivitas klien tidak mengalami

keluhan.

Saat Sakit

Klien mengatakan sekarang hanya bisa berdiam diri saja dirumah , hanya aktifitas

ringan yang bisa dikerjakan oleh klien. Klien tampak kesulitan dalam berjalan dan

beraktivitas. Klien berjalan pelan-pelan dan hati-hati.

e. Rekreasi
Klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan rekreasi klien hanya menonton tv di

rumah dan waktu luang digunakan untuk istirahat di tempat tidur.

f. Kebiasaan lain yang mempengaruhi kesehatan

Klien tidak pernah mengkonsumsi rokok atau alkohol dan menggunakan obat-obatan.

4. Sosial

a. Hubungan klien dengan teman teman yang tinggal dalam satu rumah harmonis,

adanya keakraban dan saling perhatian antara klien dengan istri dan anak-anak klien .

b. Istri dan anak-anaknya memberikan dukungan moral terhadap klien untuk dapat

menerima apa yang sekarang dialami kien.

c. Berdasarkan pengkajian dengan menggunakan kemampuan kognitif klien dapat

menjawab semua pertanyaan yang diajukan, antara lain

1) Tanggal berapa hari ini ?

Jawab : sekarang tanggal 16 April 2017

2) Hari apa sekarang ?

Jawab : sekarang hari sabtu

3) Dimana alamat anda ?

Jawab : Di Pekon Siliwangi

4) Berapa umur anda ?

Jawab : 70 tahun

5) Siapa presiden Indonesia sekarang ?

Jawab : jokowi

6) Siapa presiden sebelumnya ?

Jawab : Susilo bambang yudoyono


5. Aspek spiritual kultural

a. Pelaksanaan ibadah

Klien mengatakan menjalankan sholat 5 waktu meskipun kondisinya seperti saat ini,

klien ikut berpuasa saat bulan ramadhan.

b. Keyakinan terhadap kesehatan

Klien mengatakan bahwa usia klien adalah usia yang rentan terhadap penyakit dan

penyakit itu merupakan cobaan dari Allah SWT.

6. Pemeriksaan Fisik Persistem

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Compos mentis , GCS I5 : ( E.:4, M : 6, V :5 )

c. Tanda – tanda Vital

1) TD : 150/80 mmHg

2) RR : 20 x /mnt

3) Nadi : 74 x /mnt

4) Suhu : 36,3 OC

5) BB : 50 kg

6) TB : 160 cm

d. Pemeriksaan head to Toe / sistem

1) Rambut

Distribusi merata, warna keputihan, kekuatan berkurang, tidak ada benjolan.

2) Mata
Posisi mata simetris antara kanan dan kiri. Tidak terdapat strabismus, sclera an

ikterik, konjungtiva ananemis, pergerakan bola mata kesegala arah, penglihatan

klien mengalami gangguan, ketajama penglihatan 1 meter, sclera klen terdapat

kekeruhan pada lensa. Klien tidak memakai alat bantu kaca mata

3) Hidung

Hidung klien simetris , tidak ada epistaksis, tidak ada nyeri, tidak ada perubahan

kemampuan penciuman, tidak ada riwayat infeksi.

4) Mulut

Tidak ada stomatitis/ulkus, tidak ada kesulitan menelan, tidak ada infeksi, gigi

sudah banyak yang tanggal, bau mulut khas, kebersihan mulut kurang.

5) Leher

Tidak ada kekakuan dalam pergerakan,. Tidak ada nyeri tekan, tidak distensi vena

jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

6) Telinga

Telinga simetris antara kanan dan kiri, penurunan fungsi pendengaran, tidak ada,

tinitus (-), tidak ada vertigo, tidak ada penggunaan alat-alat bantu pendengaran.

7) Dada / Thorax

Dada : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat edema.

Expansi dada simetris, tidak ada otot Bantu pernapasan.

Paru : tidak ada batuk, tidak sesak, RR : 22/ mnt, tidak ada sputum, suara

napas vesikuler, tidak ada nyeri saat bernapas, tidak ada wheezing

dan ronchi.

Jantung : tidak ada nyeri, HR 22 kali/mnt, bunyi jantung lup dup (S1/S2).
8) Abdomen

Tidak ada masa, tidak ada acites, tidak ada pembesaran limfa, bising usus

10x/menit.tidak terdapat nyeri tekan dan lepas pada saat palpasi.

9) Muskuloskeletal

Terdapat nyeri pada lutut kaki kiri, spasme otot tangan kiri , mengalami kesulitan

saat berjalan, terdapat pegal/nyeri pada kakinya, klien berjalan dengan tongkat,

kekuatan otot (4/5 = masih mampu berkontraksi dan menggerakkan tubuh

melawan tahanan minimal dan mampu melawan dorongan yang diberikan

pemeriksa, namun tidak maksimal)

10) Persyarafan

Tidak terdapat peningklatan TIK

B. Diagosa Medis

Rheumatoid Artritis

C. Pemeriksaan penunjang

Tidak dilakukan

D. Analisa Data

N Data Problem Etiologi


O
1 DS : Gangguan Radang pada
 Klien mengatakan nyeri pada rasa sendi
persendian kaki nyaman :
 Klien mengatakan nyeri seperti
diremas-remas nyeri
 Klien mengatakan nyeri
bertambah jika beraktivitas
 Klien mengatakan nyeri
dirasakan pada pagi dan
malam hari
 Klien mengatakan lamanya
nyeri 10 menit
DO
 Skala nyeri 2
 Klien tampak meringis
menahan nyeri
2 DS : Gangguan Nyeri pada sendi
 Klien mengatakan sekarang mobilitas
hanya bisa berdiam diri di fisik
rumah
 Klien mengatakan tidak dapat
mengerjakan pekerjaan rumah
 Klien mengatakan semua
aktivitas terganggu
 Klien mengatakan saat
beraktivitas terasa ngilu-ngilu
DO :
 Klien tampak kesulitan dalam
berjalan
 Klien menggunakan tongkat
saat berjalan
 Klien berjalan pelan-pelan dan
hati-hati

Daftar masalah

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri

2. Gangguan mobilitas fisik

Prioritas masalah

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri


2. Gangguan mobilitas fisik

E. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan nyaman : nyeri berhubungan dengan destruksi sendi akibat akumulasi cairan

synovial dan proses peradangan ditandai dengan :

DS :

 Klien mengatakan nyeri pada persendian kaki

 Klien mengatakan nyeri seperti diremas-remas

 Klien mengatakan nyeri bertambah jika beraktivitas

 Klien mengatakan nyeri dirasakan pada pagi dan malam hari

 Klien mengatakan lamanya nyeri 10 menit

DO

 Skala nyeri 2

 Klien tampak meringis menahan nyeri

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri pada sendi ditandai dengan :

DS :

 Klien mengatakan sekarang hanya bisa berdiam diri di wisma

 Klien mengatakan tidak dapat mengerjakan pekerjaan rumah

 Klien mengatakan semua aktivitas terganggu

 Klien mengatakan saat beraktivitas terasa ngilu-ngilu

DO :

 Klien tampak kesulitan dalam berjalan

 Klien menggunakan tongkat saat berjalan

 Klien berjalan pelan-pelan dan hati-hati


F. Rencana Keperawatan

No Tujuan Intervensi Rasional


Dx
1 Tupan : - Istirahatkan sendi yang sakit 1. Untuk mengurangi
Setelah dilakukan dan berikan bantal dibawahnya nyeri yang timbul
asuhan keperawatan - Berikan kompres hangat 2. Kompres hangat
selama 6-7 hari - Hindarkan factor penyebab dapat membantu
gangguan nyaman munculnya iritasi pada tofi mengurangi nyeri
nyeri klien teratasi - Berikan obat sesuai program pada sendi dengan
Tupen : - Monitor efek samping obat efek vasodilatasi
Setelah dilakukan 3. Untuk membantu
asuhan keperawatan mengurangi nyeri
selama 3-4 hari dan mengurangi efek
gangguan nyaman peradangan
nyeri klien berkurang 4. Efek gastrointesti nal
dengan kriteria : sering timbul sebagai
- Klien tampak rileks akibat pemakaian
- Nyeri berkurang obat anti rematik
- Klien tidak mengeluh
nyeri

2 Tupan : - Anjurkan pasien untuk 1. Mengetahui tingkat


Setelah dilakukan melakukan gerakan-gerakan bila aktivitas klien
asuhan keperawatan tidak ada rasa nyeri 2. Istirahat
selama 6-7 hari klien - Lakukan ambulasi dengan memaksimalkan
tidak nyeri saat bantuan missal dengan persendian dan
beraktivitas / menggunakan “walker” atau menghemat energi
intoleransi tidak tongkat 3. Untuk mencegah/
terjadi. - Lakukan ROM secara berhati- mengurangi
Tupen : hati kekakuan pada sendi
Setelah dilakukan kaki yang nyeri
asuhan keperawatan
selama 3-4 hari klien
dapat melakukan
aktivitas dengan
kriteria :
- Aktivitas klien seperti
biasa
- Klien dapat bergerak
tanpa keluhan

G. Implementasi dan evaluasi

No Dx Hr/tgl/wktu Implementasi Paraf Evaluasi


1 Minggu, 1. Meng kaji derajat, intensitas dan S:
17 April frekuensi serta penyebaranya  Klien mengatakan nyeri
2017 R/ klien menjawab pertanyaan pada persendian kaki’
perawat  klien mengatakan
H/ klien mengatakan nyeri nyerinya timbul pada
seperti di remas,remas skala 2, pagi dan malam hari
nyeri menyebar ke seluruh  klien mengatakan nyeri
tubuh seperti di remas-remas
2. Mengkaji TTV O
R/ klien mau dilakukan  klien meringis menahan
tindakan keperawatan nyeri
H/ TD : 150/80 mmHg  TD 150/80 mmHg
N : 74 x/ mnt  N 74 x/ mnt
S : 36,0 0C  S 36,0 0C
RR: 20 x/mnt  RR 20 x/mnt
3. Memberikan tindakan untuk  Klien melakukan nafas
mengurangi rasa nyeri dengan dalam dengan benar
massage atau kompres hangat  Klien melakukan
R/ klien mau dilakukan kompres hangat
tindakan A:
H/ klien Nampak rileks Nyeri klien belum
4. Mengajarkan teknik rileksasi berkurang
nafas dalam jika terjadi nyeri P : Lanjutkan
R/ klien mau mengikuti perintah intervensi
H/ klien melakukan tarik nafas  Kaji lokasi nyeri
dalam dengan baik  Berikan posisi yang
5. Menganjurkan kepada klien nyaman
agar tidak terlalu sering mandi  Anjurkan klien untuk
menggunakan air dingin atau rileksasi saat nyeri

mandi terlalu sore


R/ klien mendengarkan saran
H/ klien mengatakan mau
mengikuti anjuran nanti
2 Minggu 1. Mengkaji tingkat aktivitas klien S:
17 April R/klien mau menjawab  Klien mengatkan
2014 pertanyaan mudah lelah dan nyeri
H/ klien mangatakan sudah saat beraktivitas.
lelah dan nyeri saat beraktivitas O:
2. Menganjurkan kepada klien  Klien terlihat lemah
untuk istirahat  Klien terlihat kesulitan
R/ klien mendengarkan saran beraktivitas
H/ klien mengatakan akan  Klien menganggukan
mendengarkan saran kepala menandakan
3. Memberikan pendidikan mengerti anjuran
kesehatan tentang pentingnya perawat
beraktivitas/ latihan ringan pada A:
sendi yang nyeri dengan Klien belum
menggerakkan sendi yang nyeri dapat ,melakukan
perlahan-lahan. aktivitas seperti biasa
R/ klien mendengarkan P:
penyuluhan perawat  Tanyakan aktivitas apa
H/ klien mengatakan akan saja yang sudah dapat
melakukan aktivitas sesuai dilakukan
toleransi tubuh  Anjurkan kepada klien
untuk tidak melakukan
aktivitas yang terlalu
lelah
 Anjurkan kepada klien
untuk istirahat disiang
hari

Anda mungkin juga menyukai