Anda di halaman 1dari 16

Keterampilan Keperawatan Dasar

Disusun Oleh:

REGULER A 2019

Dosen Pengampu:

Ns. Nurna Ningsih, S.Kep., M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRWIJAYA

2020
Materi Gangguan Rasa Aman dan Nyaman

 Pengertian Gangguan Rasa Aman dan Nyaman

A. Gangguan Rasa Aman

Rasa aman didefinisikan oleh Maslow dalam Potter & Perry (2006) sebagai
sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian
dan keteraturan dari keadaan lingkungannya yang mereka tempati

Potter & Perry (2006) menyebutkan bahwa keamanan adalah kondisi bebas dari
cedera fisik dan psikologis. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah
aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis.

B. Gangguan Rasa Nyaman

Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) mengungkapkan kenyamanan/rasa


nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-
hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu
yang melebihi masalah dan nyeri)

Gangguan rasa nyaman adalah perasaan seseorang merasa kurang nyaman dan
sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya dan sosialnya (Keliat
dkk., 2015).

Gangguan rasa nyaman merupakan suatu gangguan dimana perasaan kurang


senang, kurang lega, dan kurang sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual,
lingkungan serta sosial pada diri yang biasanya mempunyai gejala dan tanda minor
mengeluh mual (PPNI, 2016).

Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang


tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya
(Carpenito, Linda Jual, 2000).

 Jenis Gangguan Rasa Aman dan Nyaman


A. Jenis Gangguan Rasa Nyaman

Menurut (Mardella, Ester, Riskiyah, & Mulyaningrum, 2013) Gangguan rasa


nyaman dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Nyeri Akut

Nyeri akut merupakan keadaan seseorang mengeluh ketidaknyamanan dan


merasakan sensasi yang tidak nyaman, tidak menyenangkan selama 1 detik sampai
dengan kurang dari enam bulan.

2) Nyeri Kronis

Nyeri kronis adalah keadaan individu mengeluh tidak nyaman dengan adanya
sensasi nyeri yang dirasakan dalam kurun waktu yang lebih dari enam bulan.

3) Mual

Mual merupakan keadaan pada saat individu mengalami sensai yang tidak nyaman
pada bagian belakang tenggorokan, area epigastrium atau pada seluruh bagian perut yang
bisa saja menimbulkan muntah atau tidak.

B. Jenis Gangguan Rasa Aman adalah sebagai berikut:

1) Rasa takut yang berlebihan, rasa takut tidak secara nyata terjadi melainkan
dikarenakan perasaan cemas dimana terlalu berfokus pada sebagian kecil saja dan
tidak cukup perhatian pada yang utama, apabila rasa takut dialami secara berlebihan
maka akan mengurangi rasa aman individu
2) Hubungan dengan orang terdekat yang kurang baik, yaitu emosi yang dihasilkan dari
hubungan dengan orang yang di kasihi yang dapat meningkatkan kenyamanan
sehingga seseorang merasa aman tidak terpenuhi karena adanya gangguan
3) Lingkungan yang tidak aman, yaitu keadaan lingkungan yang dirasa dapat melukai
diri.

 Penyebab Gangguan Rasa Aman dan Nyaman


Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2016) penyebab
Gangguan Rasa Nyaman adalah:

a. Gejala penyakit.
b. Kurang pengendalian situasional atau lingkungan.
c. Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial, sosial dan
pengetahuan).
d. Kurangnya privasi.
e. Gangguan stimulasi lingkungan.
f. Efek samping terapi (misalnya, medikasi, radiasi dan kemoterapi).
g. Gangguan adaptasi kehamilan.

 Gejala dan Tanda Gangguan Rasa Aman dan Nyaman


A. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh tidak nyaman

Objektif

1. Gelisah
B. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Mengeluh sulit tidur
2. Tidak mampu rileks
3. Mengeluh kedinginan/kepanasan
4. Merasa gatal
5. Mengeluh mual
6. Mengeluh lelah

Objektif

1. Menunjukkangejla distress
2. Tampak merintih dan menangis
3. Pola eliminasi berubah
4. Postur tubuh berubah
5. Iritabilitas

 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Aman dan Nyaman

1) Emosi Kecemasan, depresi, dan marah yang tidak terkendali akan mudah terjadi dan
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan.
2) Status Mobilisasi Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran
menurun memudahkan terjadinya resiko injury menyebabkan klien selalu merasa
tidak aman dalam beraktivitas dan tidak nyaman dengan keterbatasan fisik yang
dialaminya.
3) Gangguan Persepsi Sensori Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang
berbahaya seperti gangguan penciuman, pendengaran dan penglihatan yang lebih
sering tidak nyata menimbulkan rasa tidak nyaman saat gangguan datang.
4) Keadaan Imunitas Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang
sehingga mudah terserang penyakit.
5) Tingkat Kesadaran Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan,
paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
6) Informasi atau Komunikasi Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat
membaca dapat menimbulkan kecelakaan.
7) Gangguan Tingkat Pengetahuan Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan
keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
8) Penggunaan antibiotik yang tidak rasional Antibiotik dapat menimbulkan resistensi
dan anafilaktik syok.
9) Status nutrisi Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan pe nyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi beresiko terhadap
penyakit tertentu.
10) Usia Perbedaan usia membedakan akibat yang terjadi dari apa yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara.
11) Jenis Kelamin Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
berspon terhadap tin gkat kenyamanannya.
12) Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu
meniningkatkan dan mengatasi kenyamanan dalam hidupnya.

 Dampak Gangguan Rasa Aman dan Nyaman

A. Gangguan Rasa Nyaman berdasarkan Dimensi Biologis

Gangguan rasa nyaman pada dimensi biologis ditemukan mayoritas mengalami


pusing. Hal ini kemungkinan dikarenakan, saat tekanan darah terus meningkat, maka
lapisan otak akan rusak, kerusakan inilah yang kemudian membuat terjadinya
penyumbatan pembuluh darah yang membawa darah menuju otak. Jika sudah terjadi
sumbatan, maka aliran darah ke otak akan terganggu, leher akan terasa tegang, dan bagian
belakang kepala akan terasa sakit. Syahriani (2010) menunjukkan perbedaan tingkat nyeri
yang di persepsikan oleh Pasien disebabkan oleh kemampuan sikap individu dalam
merespon dan mempersepsikan nyeri yang dialami. Gangguan rasa nyaman pada dimensi
biologis mengalami ketidak nyamanan.

B. Gangguan Rasa Nyaman berdasarkan Dimensi Psikologis

Faktor Psikososial yaitu adanya kecemasan dan depresi dan rendahnya


kepercayaan diri yang sering menjadi masalah psikologi. Dukungan sosial bagi lanjut
usia sangat penting, karena dukungan sosial yang baik telah terbukti menurunkan depresi
parental dan bertindak sebagai suatu pelindung bagi lanjut usia yang bersangkutan dari
akibat negatif depresi.

C. Gangguan Rasa Nyaman berdasarkan Dimensi Sosial

Hilman (2002) menyatakan bahwa dukungan biasanya terjadi dalam interaksi


sehari-hari, misalnya melalui hubungan akrab yang dijalin bersama teman sebaya melalui
suatu perkumpulan di kehidupan sosialnya. Dukungan sosial yang menyentuh kebutuhan
emosional khususnya pengakuan akan kemampuan dan kualitas diri sehingga merasa
menerima penghargaan dan kasih sayang memiliki makna yang besar, dukungan sosial
sangat berpengaruh terhadap pembentukan identitas diri.

D. Gangguan Rasa Nyaman berdasarkan Dimensi Spiritual


Kondisi internal spiritual termasuk kondisi psikis merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi prestasi dan juga dukungan sosial berpengaruh terhadap
penyesuaian diri.

Daftar Pustaka:

Nugraha, Setiadi.2014.Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.


https://www.scribd.com/presentation/220906638/Kebutuhan-Rasa-Aman-Dan-Nyaman.
Diakses pada 10 Desember 2020

Za’adah, Nur.2016. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman


Dan Nyaman Nyeri Pada Tn. A Di Ruang Cempaka Rsud Dr. Soedirman Kebumen.
Prodi Diii Ilmu Keperawatan: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.inna-ppni.or.id

Tanjung, N. S. (2014). ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J DENGAN PRIORITAS


MASALAH KEBUTUHAN DASAR RASA AMAN DAN NYAMAN DI RUMAH SAKIT
JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA. (KTI DIII, Universitas Sumatera Utara)

Maria, I. (2018). Gangguan Rasa Nyaman Pada Pasien Hipertensi. JURNAL


KEPERAWATAN SUAKA INSAN (JKSI), 3(2), 1-9
ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Gangguan Rasa nyaman
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan

Definisi
Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan
dan soaial.

Penyebab
1. Gejala penyakit
2. Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3. Ketidakadekuatan sumber daya (mis. Dukungan finansial, sosial dan pengetahuan)
4. Kurangnya privasi
5. Gangguan stimulus lingkungan
6. Efek samping terapi (mis. Medikasi, radiasi, kemoterapi)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh tidak nyaman 1. Gelisah

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit tidur 1. Menunjukkan gejala distres
2. Tidak mampu rileks 2. Tampak merintih/menangis
3. Mengeluh kedinginan/kepanasan 3. Pola eliminasi berubah
4. Merasa gatal 4. Postur tubuh berubah
5. Mengeluh mual 5. Iritabilitas
6. Mengeluh lelah

Kondisi Klinis Terkait


1. Penyakit kronis
2. Keganasan
3. Distres psikologis

Kondisi Klinis Terkait


Diagnosis gangguan rasa nyaman ditegakkan apabila rasa tidak nyaman muncul tanpa ada
cedera jaringan. Apabila ketidaknyamanan muncul akibat kerusakan jaringan, maka diagnosis
yang disarankan ialah nyeri akut atau kronis.
INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi Utama
1. Manajemen Nyeri

Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau terlambat dan berintensitas
ringan hingga berat dan konstan.

Tindakan
Observasi

- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


2. Pengaturan Posisi

Definisi
Menempatkan bagian tubuh untuk meningkatkan Kesehatan fisiologis dan/atau psikologis.

Tindakan
Observasi
- Monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah mengubah posisi
- Monitor alat traksi agar selalu tepat
Terapeutik
- Tempatkan pada matras/tempat tidur terapeutik yang tepat
- Tempatkan pada posisi terapeutik
- Tempatkan objek yang sering digunakan dalam jangkauan
- Tempatkan bel atau lampu panggilan dalam jangkauan
- Sediakan matras yang kokoh/padat
- Atur posisi tidur yang disukai, jika tidak kontra indikasi
- Atur posisi untuk mengurangi sesak (mis. Semi-flower)
- Atur posisi yang meningkatkan drainage
- Posisikan pada kesejajaran tubuh yang tepat
- Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang cedera dengan tepat.
- Tinggikan bagian tubuh yang sakit dengan tepat
- Tinggikan anggota gerak 20° atau lebih diatas level jantung
- Tinggikan tempat tidur bagian kepala
- Berikan bantal yang tepat pada leher
- Berikan topangan pada area edema (mis. Bantal dibawah lengan dan skrotum)
- Posisikan untuk mempermudah ventilasi/perfusi (mis. tengkurap/good lung down)
- Motivasi melakukan ROM aktifataupasif
- Motivasi terlibat dalam perubahan posisi, sesuai kebutuhan
- Hindari menempatkan pada posisi yang dapat meningkatkan nyeri
- Hindari menempatkan stump amputasi pada posisi fleksi
- Hindari posisi yang menimbulkan ketegangan pada luka
- Minimalkan gesekan dan tarikan saat mengubah posisi
- Ubah posisi setiap 2 jam
- Ubah posisi dengan teknik log roll
- Pertahankan posisi dan integritas traksi
- Jadwalkan secara tertulis untuk perubahan posisi
Edukasi
- Informasikan saat akan dilakukan perubahan posisi
- Ajarkan cara menggunakan postur yang baik dan mekanika tubuh yang baik selama
melakukan perubahan posisi.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian premedikasi sebelum mengubah posisi, jika perlu.
3. Terapi Relaksasi

Definisi
Menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda dan gejala ketidaknyamanan
seperti nyeri, ketegangan otot, atau kecemasan.

Tindakan
Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu kemampuan kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
- Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis. Musik,
meditasi, napas dalam relaksasi otot progresif)
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih
- Demontrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. Napas dalam, peregangan atau
imajinasi terbimbing)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

1. Manajemen Nyeri

Tindakan
Observasi

- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
- Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Mengidentifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Memonitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

- Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,


hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Memfasilitasi istirahat dan tidur
- Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi

- Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menganjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


2. Pengaturan Posisi

Tindakan
Observasi
- Memonitor status oksigenasi sebelum dan sesudah mengubah posisi
- Memonitor alat traksi agar selalu tepat
Terapeutik
- Menempatkan pada matras/tempat tidur terapeutik yang tepat
- Menempatkan pada posisi terapeutik
- Menempatkan objek yang sering digunakan dalam jangkauan
- Menempatkan bel atau lampu panggilan dalam jangkauan
- Menyediakan matras yang kokoh/padat
- Mengatur posisi tidur yang disukai, jika tidak kontra indikasi
- Mengatur posisi untuk mengurangi sesak (mis. Semi-flower)
- Mengatur posisi yang meningkatkan drainage
- Memposisikan pada kesejajaran tubuh yang tepat
- Memobilisasi dan topang bagian tubuh yang cedera dengan tepat.
- Meninggikan bagian tubuh yang sakit dengan tepat
- Meninggikan anggota gerak 20° atau lebih diatas level jantung
- Meninggikan tempat tidur bagian kepala
- Memberikan bantal yang tepat pada leher
- Memberikan topangan pada area edema (mis. Bantal dibawah lengan dan skrotum)
- Memposisikan untuk mempermudah ventilasi/perfusi (mis. tengkurap /good lung
down)
- Memotivasi melakukan ROM aktif atau pasif
- Memotivasi terlibat dalam perubahan posisi, sesuai kebutuhan
- Menghindari menempatkan pada posisi yang dapat meningkatkan nyeri
- Menghindari menempatkan stump amputasi pada posisi fleksi
- Menghindari posisi yang menimbulkan ketegangan pada luka
- Meminimalkan gesekan dan tarikan saat mengubah posisi
- Mengubah posisi setiap 2 jam
- Mengubah posisi dengan teknik log roll
- Mempertahankan posisi dan integritas traksi
- Menjadwalkan secara tertulis untuk perubahan posisi
Edukasi
- Menginformasikan saat akan dilakukan perubahan posisi
- Mengajarkan cara menggunakan postur yang baik dan mekanika tubuh yang baik
selama melakukan perubahan posisi.
Kolaborasi
- Berkolaborasi dengan tenaga medis lain dalam pemberian premedikasi sebelum
mengubah posisi, jikaperlu.
3. Terapi Relaksasi

Tindakan
Observasi
- Mengidentifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif
- Mengidentifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Memeriksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
- Memonitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
- Menciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
- Memberikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
- Menggunakan pakaian longgar
- Menggunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
- Menggunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
- Menjelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis. Musik,
meditasi, napas dalam relaksasi otot progresif)
- Menjelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
- Menganjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Menganjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Menganjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih
- Mendemontrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. Napas dalam, peregangan atau
imajinasi terbimbing)
LUARAN/OUTCOME
Status Kenyamanan

Definisi
Keseluruhan rasa nyaman dan aman secara fisik, psikologis, spiritual, soasial, budaya dan
lingkungan.

Ekspektasi Meningkat

Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kesejahteraan fisik 1 2 3 4 5
Kesejahteraan psikologis 1 2 3 4 5
Dukungan sosial dari 1 2 3 4 5
keluarga
Dukungan sosial dari 1 2 3 4 5
teman 1 2 3 4 5
Perawatan sesuai
keyakinan budaya 1 2 3 4 5
Perawatan sesuai 1 2 3 4 5
kebutuhan
Kebebasan melakukan 1 2 3 4 5
ibadah
Rileks

Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun


Meningkat Menurun
Keluhan tidak nyaman 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kebisingan 1 2 3 4 5
Keluhan sulit tidur 1 2 3 4 5
Keluhan kedinginan 1 2 3 4 5
Keluhan kepanasan 1 2 3 4 5
Gatal 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Lelah 1 2 3 4 5
Merintih 1 2 3 4 5
Menangis 1 2 3 4 5
Iritabilitas 1 2 3 4 5
Menyalahkan diri sendiri 1 2 3 4 5
Konfusi 1 2 3 4 5
Konsumsi alkohol 1 2 3 4 5
Penggunaan zat 1 2 3 4 5
Percobaan bunuh diri 1 2 3 4 5

Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik


k Memburuk Membaik
Memori masa lalu 1 2 3 4 5
Suhu ruangan 1 2 3 4 5
Pola eliminasi 1 2 3 4 5
Postur tubuh 1 2 3 4 5
Kewaspadaan 1 2 3 4 5
Pola hidup 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5

Anda mungkin juga menyukai