Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung
oleh situasi. Cemas (ansietas) merupakan sebuah emosi dan pengalaman
subjektif yang dialami sesorang dan berhubungan dengan perasaan yang
tidak pasti dan tidak berdaya. (Kusumawati dan Hartono, 2012). Kecemasan
adaah hal yag normal di dalam kehidupan karena kecemasan sangat
dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang mengancam. Namun ketika
kecemasan terjadi terus-menerus, tidak rasional dan intensitasnya
meningkat, maka kecemasan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan
disebut sebagai gangguan kecemasan (ADAA, 2010).
Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang umum
dengan prevalensi seumur hidup yaitu 16%-29% (Katz, et al, 2013). Di
Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar
6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di Indonesia
mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-
gejala kecemasan dan depresi (depkes, 2014).
Untuk mengatasi kecemasan tersebut dapat diberikan terapi berupa
obat-obatan kimia, psikoterapi, dan terapi komplementer. Salah satu terapi
komplementer yang diberikan yaitu dengan memberikan obat berbahan
dasar tanaman herbal, yaitu jahe. Jahe adalah tanaman obat berupa
tumbuhan rumpun berbatang semu. Menurut ahli gizi, Alice Mackintosh,
jahe dapat mengatsi stress psikologis sebab kandungan antioksidan yang
kuat serta gingerol dalam jahe dapat membersihkan zat kimia berbahaya
yang dihasilkan tubuh saat muncul rasa cemas.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
membuat makalah dengan judul terapi komplementer untuk mengatasi
kecemasan dengan menggunaan jahe.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
ISI

2.1 Konsep Kecemasan


2.1.1 Pengertian
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi. Individu yang merasa cemas akan merasa tidak
nyaman atau takut, namun tidak mengetahui alasan kondisi tersebut
terjadi. Kecemasan tidak memiliki stimulus yang jelas yang dapat
diidentifikasi. (Videbeck, 2012). Cemas (ansietas) merupakan sebuah
emosi dan pengalaman subjektif yang dialami sesorang dan berhubungan
dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. (Kusumawati dan
Hartono, 2012).
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Secara umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecemasan
pada ibu hamil, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
dibagi menjadi dua jenis, yaitu kepercayaan tentang persalinan dan
perasaan menjelang persalinan. Selain faktor internal, faktor eksternal juga
dibagi menjadi dua jenis, yaitu informasi dari tenaga kesehatan dan
dukungan suami. (Shodiqoh, 2014)
Kepercayaan pada faktor internal merupakan tanggapan percaya atau
tidak percaya dari ibu hamil mengenai cerita atau mitos yang didengar dari
orang lain atau yang berkembang di daerah asal atau tempat tinggalnya.
Sedangkan, perasaan menjelang persalinan berkaitan dengan perasaan
takut atau tidak takut yang dialami oleh ibu menjelang persalinan.
(Shodiqoh, 2014)
Informasi dari tenaga kesehatan merupakan faktor eksternal yang
penting bagi ibu hamil karena informasi yang diperoleh dapat
mempengaruhi tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi
persalinan. Menurut Natoatmodjo (2005), kelengkapan informasi yang
diperoleh mengenai keadaan lebih lanjut mengenai kehamilannya,
termasuk adanya penyakit penyerta dalam kehamilan, membuat ibu hamil
lebih siap dengan semua kemungkinan yang akan terjadi saat persalinan
dan ibu tidak terbebani dengan perasaan takut dan cemas. Selain informasi
dari tenaga kesehatan, dukungan suami juga merupakan faktor eksternal
yang penting bagi ibu hamil. Dukungan suami dapat mengurangi
kecemasan sehingga ibu hamil trimester ketiga dapat merasa tenang dan
memiliki mental yang kuat dalam menghadapi persalinan. (Shodiqoh,
2014).
Selain faktor internal dan faktor eksternal, terdapat pula faktor
biologis dan faktor psikis yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil.
Faktor biologis meliputi kesehatan dan kekuatan selama kehamilan serta
kelancaran dalam melahirkan bayinya. Sedangkan, faktor psikis seperti
kesiapan mental ibu hamil selama kehamilan hingga kelahiran dimana
terdapat perasaan cemas, tegang, bahagia, dan berbagai macam perasaan
lain, serta masalah-masalah seperti keguguran, penampilan dan
kemampuan melahirkan. (Maimunah, 2009)
Secara spesifik, faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu
hamil seperti pengambilan keputusan, usia ibu hamil, kemampuan dan
kesiapan keluarga, kesehatan dan pengalaman mendapat keguguran
sebelumnya. (Maimumah, 2009).
2.1.3 Gejala Kecemasan
a. Perasaan ansietas, yaitu melihat kondisi emosi individu yang
menunjukkan perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran
sendiri, dan mudah tersinggung.
b. Ketegangan (tension), yaitu merasa tegang, lesu, tak bisa istirahat
dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, dan
gelisah.
c. Ketakutan, yaitu takut pada gelap, takut pada orang asing, takut
ditinggal sendiri, takut pada binatang besar, takut pada keramaian lalu
lintas, dan takut pada kerumunan orang banyak.
d. Gangguan tidur, yaitu sukar masuk tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi,
mimpi buruk, dan mimpi yang menakutkan.
e. Gangguan kecerdasan, yaitu sukar berkonsentrasi dan daya ingat
buruk.
f. Perasaan depresi, yaitu hilangnya minat, berkurangnya kesenangan
pada hobi, sedih, bangun dini hari, dan perasaan yang berubah-ubah
sepanjang hari.
g. Gejala somatik (otot), yaitu sakit dan nyeri di otot-otot, kaku, kedutan
otot, gigi gemerutuk, dan suara yang tidak stabil.
h. Gejala somatik (sensorik), yaitu tinitus (telinga berdengung),
penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemah, perasaan
ditusuk-tusuk.
i. Gejala kardiovaskular, yaitu takikardi, berdebar, nyeri di dada, denyut
nadi mengeras, perasaan lesu/lemas seperti mau pingsan, dan detak
jantung seperti menghilang/berhenti sekejap.
j. Gejala respiratori, yaitu rasa tertekan atau sempit di dada, perasaan
tercekik, sering menarik napas, dan napas pendek/sesak.
k. Gejala gastrointestinal, yaitu sulit menelan, perut melilit, gangguan
pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di
perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar
lembek, kehilangan berat badan, dan sulit buang air besar (konstipasi).
l. Gejala urogenital, yaitu sering buang air kecil, tidak dapat menahan
air seni, amenorrhoe, menorrhagia, perasaan menjadi dingin (frigid),
ejakulasi praecocks, ereksi hilang, dan impotensi.
m. Gejala otonnom, yaitu mulut kering, muka merah, mudah berkeringat,
pusing dan sakit kepala, dan bulu-bulu berdiri/merinding.
n. Tingkah laku pada saat wawancara, yaitu gelisah, tidak tenang, jari
gemetar, kening berkerut, muka tegang, tonus otot meningkat, napas
pendek dan cepat, dan muka merah. (Sadock, 2015)

Selain pengaruh gejala diatas, kecemasan memengaruhi pikiran,


persepsi, dan pembelajaran. Kecemasan cenderung menimbulkan
kebingungan dan distorsi persepsi waktu dan ruang tetapi juga
orang dan arti peristiwa. Distorsi ini dapat menggangu proses
pembelajaran dengan menurunkan konsentrasi, mengurangi daya
ingat, dan menggangu kemampuan menghubungkan satu hal
dengan hal yang lain yaitu membuat asosiasi. (Kaplan & Sadock,
2014)

2.2 Tanaman yang Digunakan untuk Mengatasi Kecemasan (Jahe)


2.2.1 Nama Tanaman:
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang
semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina.
Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang
pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu
masak dan obat-obatan tradisional. Jahe termasuk dalam suku temu-
temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti
temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa),
kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas
(Languas galanga) dan lain-lain. Nama daerah jahe antara lain halia
(Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau),
jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito
(Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.
2.2.2 Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale
2.2.3 Deskripsi
Termasuk berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila
dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 – 23 mm,
lebar 8 – 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2–4 mm ; bentuk lidah
daun memanjang, panjang 7,5 – 10 mm, dan tidak berbulu; seludang agak
berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah,
berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya,
sangat tajam ; panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm ; gagang
bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang; sisik
pada gagang terdapat 5 – 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan
atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 – 5 cm; daun pelindung
berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu,
berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 – 1,75 cm ; mahkota bunga
berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam,
berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 – 3,5 mm, bibir
berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan,
panjang 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai
putik 2
2.2.4 Jenis Tanaman
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan
warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
a. Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak
Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih
menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias
dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik
sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
b. Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit
Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini
selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih
besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping
seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk
diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
c. Jahe merah. Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada
jahe putih kecil sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen
setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama
dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
2.2.5 Bagian tanaman yang bermanfaat
Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi
aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan
berbagai minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak
wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar,
lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani cabe
menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual
dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe. Disamping itu
terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri dan koresin yang diperoleh
dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam
minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain.
Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai
karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan
pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit,
anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung
dan getah empedu.
Menurut ahli gizi, Alice Mackintosh, jahe dapat mengatsi stress
psikologis sebab kandungan antioksidan yang kuat serta gingerol dalam
jahe dapat membersihkan zat kimia berbahaya yang dihasilkan tubuh saat
muncul rasa cemas.
2.2.6 Cara ekstraksi bahan aktif tanaman
Ekstrak jahe tersedia dalam bentuk kapsul maupun minyak dan
dapat dibeli di berbagai toko makanan sehat. Jahe dapat berefek kuat
sehingga batas maksimal asupan harian jahe yang dianjurkan yaitu 4 gram.
Jumlah tersebut meliputi kandungan jahe di dalam makanan atau minumn
yang dikonsumsi dan juga suplemen atau minyak yang digunakan.
2.2.7 Mekanisme Kerja
Salah satu obat alami untuk mengurangi rasa cemas adalah jahe. Jahe
merupakan tanaman yang efektif untuk menghilangkan stres dan tekanan.
Jahe kaya akan kandungan antioksidan dan gingerol. Kandungan dalam
jahe itu mampu membersihkan zat kima berbahaya dalam tubuh yang
muncul ketika rasa cemas datang.
2.2.8 Bagaimana cara pemberiannya
Ibu hamil tidak boleh mengonsumsi jahe lebih dari 1 g setiap hari.
Jangan mengonsumsi jahe jika memiliki gangguan penggumpalan darah
atau sedang mengonsumsi obat pengencer darah, termasuk aspirin.
Jahe juga dapat ditambahkan pada masakan tumis, marinade, atau
resep lain untuk meningkatkan konsumsi jahe. Patuhi aturan asupan jahe
melalui makanan yang sama dengan melalui suplemen.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan.


Jakarta.
Kusumawati F, Hartono Y. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika.
Jakarta.
Maimunah S. 2009. Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Pertama. Jurnal
Humanity. 5 (1): 61-67.
Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. 2015. Kaplan Sadock’s Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi 11. Wolters Kluwer Health.
New York-USA.
Shodiqoh ER, Syahrul F. 2014. Perbedaan Tingkat Kecemasan Dalam
Menghadapi Persalinan Antara Primigravida dan Multigravida. Jurnal
Berkala Epidemiologi. 2 (1): 141-150.
Videbeck, SL. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai