Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PLENO

MODUL

”CEMAS”

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Sonia Buyung (09402011001)


2. Gamal Faturrahman (09402011004)
3. Nurhasanah (09402011009)
4. Fernidar Laia (09402011010)
5. Jauharah Az Zahra (09402011016)
6. Nur Widya Tiala (09402011027)
7. Christi Evana Doda (09402011033)
8. Sulthana Tiara Santy (09402011034)
9. Hapsari Ardha Garini (09402011040)
10. Nazla Fajriyah Albaar (09402011045)
11. Anugrah Putri H. Asidu (09401811044)
12. Muhammad Fauzan Iftihar (09401811049)

BLOK NEUROSPIKIATRI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS KHAIRUN

2022
SKENARIO 1 CEMAS

Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan merasa cemas
sejak 1 tahun yang lalu setelah suaminya meninggal. Keluhan sering disertai dengan sakit
kepala,nyeri ulu hati, dada berdebar-debar, nafsu makan menurun dan hilang minat dalam
beraktivitas . Pasien sudah melakukan pengobatan di beberapa dokter spesialis dan hasil
pemeriksaan dalam batas normal,akan tetapi pasien masih merasakan keluhan yang sama.

Kata Sulit :

Kalimat Kunci :

1. Perempuan usia 35 Tahun


2. Keluhan merasa cemas sejak 1 tahun, setelah suaminya meninggal
3. Keluhan disertai sakit kepala, nyeri ulu hati, dada berdebar, nafsu makan menurun dan
hilang minat
4. Hasil pemeriksaan batas normal

Pertanyaan :

1. Apa definisi anxiety (kecemasan)?


2. Apa saja klasifikasi cemas?
3. Jelaskan patomekanisme dari cemas serta hubungannya dengan keluhan lain!
4. Jelaskan Diferential Diagnosis!

Jawaban :

1. Apa definisi anxiety (kecemasan)?

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) mendefinisikan


gangguan kecemasan (anxiety) sebagai perasaan takut berlebihan yang terjadi pada
seseorang yang berdampak pada terganggunya kegiatan sehari-hari (American
Psychiatric Association, 2013). Gangguan kecemasan dapat dialami oleh banyak individu
tanpa melihat usia maupun jenis kelamin. Penyebab dari gangguan kecemasan ini cukup
variatif, sehingga di dalam DSM-5, gangguan kecemasan inipun dibagi menjadi beberapa
macam, yakni phobia, social anxiety disorder, separation anxiety disorder, panic disorder,
dan generalized anxiety disorder (American Psychiatric Association, 2013).

Definisi Kecemasan Menurut Beberapa Ahli :

a) Syamsu Yusuf (2009: 43) mengemukakan anxiety (cemas) merupakan


ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang, dan kekurang
mampuan dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan), kesulitan dan
tekanan kehidupan sehari-hari. Dikuatkan oleh Kartini Kartono (1989: 120)
bahwa cemas adalah bentuk ketidakberanian ditambah kerisauan terhadap
hal-hal yang tidak jelas. Senada dengan itu, Sarlito Wirawan Sarwono (2012:
251) menjelaskan kecemasan merupakan takut yang tidak jelas objeknya dan
tidak jelas pula alasannya.
b) Definisi yang paling menekankan mengenai kecemasan dipaparkan juga oleh
Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 163) “kecemasan adalah suatu keadaan
emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang
yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi”. Senada dengan pendapat sebelumnya, Gail W. Stuart
(2006: 144) memaparkan “ansietas/ kecemasan adalah kekhawatiran yang
tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan
tidak berdaya”.

Dari berbagai pengertian kecemasana (anxiety) yang telah dipaparkan di atas dapat
disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak
nyaman pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman yang samar-samar disertai
dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu yang disebabkan oleh suatu hal
yang belum jelas.

 Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya: kegelisahan, kegugupan, tangan


atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, sensasi dari pita ketat yang
mengikat di sekitar dahi,kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada,
banyak berkeringat,telapak tangan yang berkeringat, pening atau pingsan,

 Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya: perilaku menghindar,


perilaku melekat dan dependen, dan perilaku terguncang
 Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya: khawatir tentang sesuatu,
perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang
terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan
segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi
ketubuhan, sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan, merasa terancam
oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat
perhatian,ketakutan akan kehilangan kontrol

Sumber:

1.Jurnla psikologika\naskah 20 – jurnal uii Metaanalisis Efektivitas Acceptance and


Commitment Therapy untuk Menangani Gangguan Kecemasan Umum /Volume 26
Nomor 1, Januari 2021: 85-100 E-ISSN: 2579-6518
DOI:10.20885/psikologika.vol26.iss1.art5 P-ISSN: 1410-1289

2. Jurnal Universitas Negeri Padang Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia). http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor

2. Apa saja klasifikasi cemas?


Bagian gangguan cemas termasuk dalam 9 gangguan spesifik yaitu gangguan panik,
agoraphobia, fobia spesifik, gangguan cemas sosial atau fobia sosial,gangguan cemas
menyeluruh, gangguan cemas yang disebabkan oleh kondisi medis umum, dan gangguan
cemas diinduksi zat, dimana gejala kecemasan adalah fitur yang menonjol pada gambaran
klinis gangguan tersebut.
1) Gangguan Panik
Serangan panik ditandai dengan perasaan ketakutan atau teror yang intens
yang datang tiba-tiba dalam situasi ketika tidak ada yang perlu ditakuti. Hal ini
disertai dengan jantung berdebar atau berdebar, nyeri dada, sesak napas atau
tersedak, pusing, gemetar atau gemetar, merasa pingsan atau pusing,
berkeringat, dan mual.
2) Agorafobia
Agoraphobia adalah konsekuensi yang sering dari gangguan panik,
meskipun dapat terjadi tanpa adanya serangan panik. Orang dengan agorafobia
menghindari (atau mencoba menghindari) situasi yang menurut mereka dapat
memicu serangan panik (atau gejala mirip panik) atau situasi yang menurut
mereka sulit untuk melarikan diri jika mereka mengalami serangan panik.
3) Fobia spesifik
Fobia spesifik dicirikan oleh ketakutan yang berlebihan dan tidak masuk
akal terhadap objek atau situasi tertentu yang hampir selalu terjadi pada
paparan stimulus yang ditakuti. Stimulus fobia dihindari, atau, jika tidak
dihindari, individu merasa sangat cemas atau tidak nyaman.
4) Gangguan cemas sosial atau fobia sosial
Fobia sosial ditandai dengan rasa takut dipermalukan atau dipermalukan di
depan orang lain. Mirip dengan fobia spesifik, rangsangan fobia dihindari,
atau, jika tidak dihindari, individu merasa sangat cemas dan tidak nyaman.
Ketika stimulus fobia mencakup Sebagian besar situasi sosial, kemudian
ditentukan sebagai fobia sosial menyeluruh.
5) Gangguan Cemas Menyeluruh
Gangguan Kecemasan Umum/menyeluruh. Gangguan kecemasan umum
ditandai dengan kekhawatiran berlebihan kronis yang terjadi lebih banyak hari
daripada tidak dan sulit dikendalikan. Kekhawatiran itu terkait dengan gejala,
seperti masalah konsentrasi, insomnia, ketegangan otot, lekas marah, dan
kegelisahan fisik, dan menyebabkan penderitaan atau gangguan yang
signifikan secara klinis.
6) Gangguan Kecemasan Karena Kondisi Medis Lain.
Gangguan kecemasan yang disebabkan oleh kondisi medis umum
didiagnosis ketika bukti menunjukkan bahwa kecemasan yang signifikan
adalah konsekuensi langsung dari kondisi medis umum (misalnya,
hipertiroidisme).
7) Gangguan Kecemasan yang Diinduksi Zat/Obat.
Gangguan kecemasan yang diinduksi zat didiagnosis ketika penyebab
kecemasan adalah zat (misalnya, kokain) atau merupakan hasil dari pengobatan
(misalnya, kortisol).
8) Gangguan Kecemasan Perpisahan.
Gangguan kecemasan perpisahan terjadi pada anak-anak dan ditandai
dengan kecemasan berlebihan tentang perpisahan dari rumah atau figur
keterikatan di luar yang diharapkan untuk tingkat perkembangan anak.
9) Mutisme Selektif.
Bisu selektif dicirikan oleh penolakan terus-menerus untuk berbicara dalam
situasi tertentu meskipun demonstrasi kemampuan berbicara dalam situasi
lain[1].

Sumber: [1] B. J. Sadock, V. A. Sadock, and P. Ruiz, Kaplan & Sadock’s Synopsis Of
Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. New York: Wolters
Kluwer, 2015.

3. Jelaskan patomekanisme dari cemas serta hubungannya dengan keluhan lain!


Nyeri kepala termasuk TTH, berkaitan dengan terangsangnya susunan peka nyeri.
Nyeri kemudian timbul setelah melewati proses modulasi sebelum akhirnya dipersepsi
sebagai nyeri baik melalui mekanisme perifer atau sensitisasi sentral.Proses tersebut tidak
lepas dari peran neurotransmiter yang berperan di dalamnya. Pada kondisi cemas, kadar
salah satu neurotransmitter yaitu serotonin diduga mengalami penurunan.
Serotonin yang berkurang ini dikaitkan sebagai salah satu mekanisme dalam
proses timbulnya nyeri pada TTH disamping beberapa mekanisme lainnya yang
melibatkan mediator-mediator inflamasi.
Sumber : Wjiaya, A. A., Sugiharto, H., & Zulkarnain, M. (2019). Hubungan
Kecemasan dengan Nyeri Kepala Tipe Tegang pada Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Angkatan 2013. Sriwijaya
Journal of Medicine, 2(1), 7-13.

Penelitian yang dilakukan oleh Aro et al. terhadap populasi di Swedia, menyatakan
bahwa kecemasan tanpa depresi berhubungan dengan uninvestigated dyspepsia, dispepsia
fungsional, dan postprandial distress (PDS), tetapi tidak dengan epigastric pain syndrome
(EPS). Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Kusuma, Arinton, dan Paramita
terhadap pasien dispepsia rawat jalan di Klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Margono
Soekardjo Purwokerto, menunjukkan adanya korelasi bermakna antara skor dispepsia
dengan skor kecemasan, dimana semakin tinggi skor dispepsia, maka semakin tinggi juga
skor kecemasan.(8)Diketahui jika seseorang dengan gangguan cemas menunjukkan
peningkatan produksi asetilkolin sehingga terjadi hipersimpatotonik sistem
gastrointestinal atau sistem pencernaan yang mengakibatkan peningkatan gerak
peristaltik lambung dan dapat pula menyebabkan peningkatan sekresi asam lambung.
Asam lambung yang meningkat disertai dengan meningkatnya gerak peristaltik usus
dapat pula berpengaruh pada keutuhan mukosa lambung seseorang tersebut. Apabila
produksi asam lambung meningkat maka asam lambung dapat melukai dinding mukosa
lambung yang dapat menimbulkan rasa nyeri ulu hati pada seseorang tersebut.(4)
Sumber : Sutanto, H. (2019). Hubungan kecemasan dengan derajat keparahan
dispepsia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan
2014. Tarumanagara Medical Journal, 2(1), 77-83.

Neurotransmitter seperti serotonine, Gamma-aminobutyric acid (GABA), dopamine


dan norepinephrine sering dikaitkan dengan kecemasan. Setiap neurotransmitter memiliki
peran yang berbeda dalam regulasi kecemasan. Dalam kecemasan, neurotransmitter yang
berperan penting adalah serotonine, norepinephrine dan GABA.
Serotonine memainkan peran penting dalam regulasi mood, pola tidur, nafsu makan, suhu
tubuh dan nyeri. Norepinephrine terlibat dalam fight or flight response dan dalam
regulasi tidur, mood dan tekanan darah. Stress akut dapat meningkatkan norepinephrine.
Dalam pasien dengan kecemasan, terutama dengan gangguan panik, sistem regulasi
norepinephrine kurang baik.GABA memiliki peran dalam menginduksi relaksasi dan
tidur, dan mencegah ekstikasi berlebih (overexcitation). Disfungsi dari beberapa
neurotransmitter dan reseptor di dalam otak yang telah diimplikasikan dalam gangguan
kecemasan. Serotonergic pathways meningkat dari raphe nuclei di batang otak dan
menginervasi struktur terlibat dalam kecemasan, seperti lobus frontal, amigdala,
hipotalamus dan
hipocampus. (Evans, et al., 2016)

Setiap jumlah besar abnormalitas dari sistem serotonergic baik inervasi yang kurang atau
berlebihan dalam sistem serotonergic dalam struktur otak dapat menjadi sebuah penyebab
gangguan kecemasan. Yang memungkinan abnormalitas ini adalah regulasi abnormal dari
pengeluaran/reuptake serotonine atau respon yang tidak normal terhadap sinyal
serotonine (Soodan, 2015) Norepinephrine akan memfasilitasi anxiety-like behavioral.
Norepinephrine yang berlebihan akan muncul di gangguan panik, kecemasan dan post
traumatic stress disorder (PTSD). Fungsi dari sistem Norepinephrine adalah untuk
menyeimbangkan kewaspadaan atau memindai sikap dengan fokus khusus dalam
lingkungan yang menstimulasi kecemasan/tekanan. (Goddard, 2010)
HPA axis adalah mekanisme tubuh yang melibatkan hypothalamus, kelenjar hormon
pituitari, dan kelenjar adrenal. Sistem komunikasi kompleks ini bertanggung jawab untuk
menangani reaksi stress dengan mengatur produksi kortisol sejenis hormon yang
merupakan mediator rangsang saraf. HPA axis dapat memperlihatkan mekanisme
neuropsikiatri atau cemas. HPA axis merupakan sebuah jalur kompleks interaksi antara
tiga sistem yang terjadi dalam tubuh yang mengatur reaksi terhadap stress dan banyak
proses dalam tubuh, termasuk di dalamnya proses pencernaan, sistem ketahanan tubuh,
mood dan tingkat emosi, gairah seksual, penyimpanan energi dan penggunaannya.
Hipotalamus merupakan pusat kontrol untuk sebagian besar sistem hormon tubuh.
(Lauralee, 2014)
Sel-sel dalam hipotalamus menghasilkan hormon corticotropine releasing factor
(CRF) pada manusia sebagai tanggapan atas sebagian besar semua jenis stress fisik atau
psikologis, yang pada gilirannya mengikat reseptor spesifikp ada sel-sel hipofisis, yang
menghasilkan hormon adrenocorticotropic (ACTH). ACTH ini kemudian ke kelenjar
adrenal dan merangsang produksi hormon adrenalin. (Lauralee,
2014)
Terdapat beberapa sumber utama respon stress, salah satunya yaitu hypothalamus
pituitary adrenal (HPA). Jalur pertama adalah aktivasi HPA melalui neuron dalam
nukleus paravestibular di hipotalamus yang menghasilkan CRH. Hormon ini akan
memacu hipofisis anterior melepaskan ACTH dan merangsang kelenjar adrenal untuk
memproduksi kortisol atau glukortikoid.Pada keadaan cemas, respon tubuh seseorang
akan merangsang penurunan produksi stress threshold. Kecemasan juga memicu
ketidakteraturan produksi hormon kortisol sehingga hipotalamus meningkatkan produksi
CRH atau hormon kortikotropin yang pada akhirnya menyebabkan kelemahan, dan
penurunan daya tahan tubuh. (Hall, 2019)
Sumber : Jurnal Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Malang

4. Jelaskan Diferential Diagnosis!


Gangguan Anxietas Menyeluruh
a) Definisi
Gangguan kecemasan menyeluruh atau generalized anxiety disorder. GAD
(generalized anxiety disorder) yaitu suatu gangguan kecemasan yang ditandai
dengan perasaan cemas yang umum dan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi
dan keadaan peningkatan keterangsangan tubuh. Selain itu gangguan kecemasan
menyeluru juga merupakan perasaan khawatir (cemas yg berat & menyeluruh &
menetap (bertahan lama) & disertai dengan gejala somatik (motorik & otonomik)
yg menyebabkan gangguan fungsi sosial dan / fungsi pekerjaan atau perasaan
nyeri hebat, perasaan tak enak.

Sumber : Jurnal : Fakultas kedokteran Universitas Hasanudin, program study


psikologi. Oleh: Umniyah Saleh, S.Psi,.M.Psi,.Psikolog
b) Etiologi
Etiologi gangguan anxietas menyeluruh mencakup perspektif
psikoanalisis,kognitif-behavioral, dan biologis.
• Pandangan Psikoanalisis
Teori psikoanalisis berpendapat bahwa sumber kecemasan
menyeluruh (GAD) adalah konflik yang tidak disadari antara ego dan
impul-impuls id. Impuls-impuls tersebut, biasanya bersifat seksual atau
agresif, berusaha untuk mengekspresikan diri, namun ego tidak
membiarkaan karena tanpa disadari ia merasa takut terhadap hukuman
yang akan diterima.
• Pandangan Kognitif-Behavioral
Teori kognitif behavioral tentang orang yang menderita anxietas
menyeluruh (GAD) adalah gangguan yang disebabkan oleh proses-
proses berpikir yang menyimpang.
• Perspektif Biologis
Beberapa studi mengindikasikan bahwa GAD dapat memiliki
komponen genetik. GAD sering ditemukan pada orang-orang yang
memiliki hubungan keluarga dengan penderita gangguan ini.

Sumber : Jurnal : Fakultas kedokteran Universitas Hasanudin, program study


psikologi. Oleh: Umniyah Saleh, S.Psi,.M.Psi,.Psikolog
c) Epidemiologi
Prevalensi : 3% - 8% dari populasi umum, 50% penderita GAM juga
mempunyai ggn mental lain. Onset antara usia 20-30 tahun, ratio laki-
laki :perempuan = 2 :1.Kebanyakan pasien GAM pergi berobat pd dokter umum,
internist, cardiologist, pulmonolog, gastro-entrologist oleh karena gejala
somatiknyaKomorbiditas gangguan anxietas menyeluruh 90% memiliki
setidaknya satu kali seumur hidup mengalami gangguan ini.

Sumber : Jurnal : Fakultas kedokteran Universitas Hasanudin, program study


psikologi. Oleh: Umniyah Saleh, S.Psi,.M.Psi,.Psikolog
d) Klasifikasi
Berdasarkan kriteria DSM-5, gangguan ansietas dibagi menjadi beberapa tipe
(Bandelow, Michaelis, Wedekind, 2017), yaitu:
1. Panic Disorder
2. Generalized Anxiety Disorder (GAD)
3. Agoraphobia
4. Sosial Anxiety Disorder (SAD)
5. Spesific Phobia
6. Separation Anxiety Disorder
7. Selective Mutism
Sedangkan menurut PPDGJ yang diringkas oleh Rusdi Maslim (2013: 72),
dijelaskan mengenai klasifikasi gangguan ansietas sebagai berikut:
i. Gangguan Ansietas Fobia
a. Agorafobia
• Agorafobia tanpa Gangguan Panik
• Agorafobia dengan Gangguan Panik
b. Fobia Sosial
c. Fobia Khas (terisolasi)
d. Gangguan Ansietas Fobik Lainnya
e. Gangguan Asietas Fobik YTT (Yang Tidak
Tergolongkan/unspecified)
ii. Gangguan Ansietas Lainnya
a. Gangguan Panik
b. Gangguan Cemas Menyeluruh
c. Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi
d. Gangguan Ansietas Campuran Lainnya
e. Gangguan Ansietas Lainnya YDT (Yang Di-Tentukan/
specified)
f. Gangguan Ansietas YTT (Yang Tidak Tergolongkan/
unspecified)

Sumber : Jurnal Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Malang

e) Patofisiologi

Sumber : Jurnal Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Malang


f) Faktor resiko
• Faktor biologis
• Faktor psikologis
• Faktor lingkungan

Sumber : Jurnal Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Malang

g) Gejala klinis
Gejala utama GAD adalah anxuetas, ketegangan motoric, hiperaktivitas
autonom, dan kewaspadaan secara kognitif. Kecemasan bersifat berlebihan dan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pasien. Ketegangan motorik
bermanifestasi sebagai bergetar, kelelahan, dan mempengaruhi kelelahan, dan
sakit kepala. Hiperaktivitas autonomy timbul dalam bentuk pernafasan yang
pendek, berkeringat, palpitasi, dan disertai gejala saluran pencernaan . Terdapat
juga kewaspadaan kognitif dalam bentuk iritabilitas.
Pasien GAD biasanya datang ke dokter umum karena keluhan somatic, atau
datang ke dokter spesialis karena gejala spesifik seperti diare kronik. Pasien
biasanya memperlihatkan perilaku mencari perhatian(seeking behavior). Berapa
pasien menerima diagnosis GAD dan terapi yang adekuat, dan beberapa lainnya
meminta konsultasi medic tambahan untuk masalah-masalah mereka.
Sumber : Buku Ajar Psikiatri Edisi 3
h) Diagnosis

Kriteria diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut DSM IV-TR

Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hamper setiap hari,
sepanjang hari, terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas
atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah)
Penderita merasa sulit mengendelikan kekhawatirannya
Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih enam gejala berikut ini
(dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi di bandingkan tidak
terjadi selama 6 bulan terakhir). Catatan : hanya satu nomor yang diperlukan pada
anak
1. Kegelisahan
2. Merasa mudah lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Iritabilitas
5. Ketegangan otot
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau gejalah, dan tidak
memuaskan)
Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I,
misalnya, kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita suatu
serangan panic (seperti pada gangguan panik), merasa malu pada gangguan
obsesif kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat (seperti
gangguan cemas perpisan), penambahan berat badan (seperti pada anoreksia
nervosa), menderita keluhan fisik berganda (seperti pada anoreksia nervosa),
menderita keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau
menderita penyakit serius (seperti pada hipokondriasis) serta kecmasan dan
kekhawatiran tidak terjadi semata-mata selama gangguan stress pasca trauma
Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi penting lain.
Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis lengsung dari suatu
zat (misalnya penyalahgunaan sat, medikasi) atau kondisi medis umum(misalnya
hipotiroidisme) dan tidak terjadi semata-mata selama suatu gangguan mood.
Gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pevasif.
Sumber : Buku Ajar Psikiatri
i) Penatalaksanaan
FARMAKOLOGI
 Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodazepin dimulai
dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi .
Penggunaan sediaan dengan waktu paruh menengah dan dosis terbagi
dapat mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan. Lama pengobatan
rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan tapering off selama 1-2
minggu.
 Buspiron
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD . Buspiron lebih efektif
dalam meperbaiki gejala kognitif disbanding gejala somatic pada GAD.
Tidak menyebabkan withdrawl. Kekurangannya adalah efek l;inisnya baru
terasa setelah2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang
sudah menggunakan benzodiazepine tidak akan memberikan respons yang
baik dengan buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara
benzodiazepine dengan buspiron kemudian dilakukan tapering
benzodiazepine setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi buspiron sudah
tercapai
 SSRI (Selectivw serotonin Re-uptake Inhibitor)
Sertraline dan paroxetine merupakan pilihan yang lebih baik dari pada
fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan anxietas sesaat.
SSRI selektif terutama pada pasien GAD dengan riwayat depresi.

NON FARMAKOLOGI
A. Psikoterapi
 Terapi kognitif-perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung
mengenali distorsi kognitif dan pendekatan perilaku., mengenali
gejala somatic secaralangsung. Teknik utama yang digunakan pada
pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback
 Terapi Suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-
potensi yang ada dan belum tampak , didukung egonya, agar lebih
bias beradaptasi optimal dalam fungsi social dan pekerjaannya.
 Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan
konfiik bawah sadar, menilik egostrength, relasi obyek, serta self
pasien. Dari pemahaman akan komponen-komponen terbsebut, kita
sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh mana pasien dapat
diubah untuk menjadi lebih matur; bila tidak tercapai, minimal kita
memfasilitasi agak pasien dapat beradaptasi dalam fungsi social
dan pekerjaannya.
Sumber : Buku Ajar Psikiatri Edisi 3
j) Komplikasi

Gangguan kecemasan umum juga dapat menyebabkan, atau memperburuk,


kondisi mental dan fisik lainnya, seperti:

 Depresi (sering muncul bersamaan dengan gangguan kecemasan)


 Insomnia
 Penyalahgunaan obat atau alkohol
 masalah GI
 Isolasi sosial
 Kualitas hidup terganggu
 Potensi bunuh diri

Sumber: Munir S, Takov V. Generalized Anxiety Disorder. [Updated 2022 Jan


9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441870/

k) Prognosis
Prognosis gangguan cemas menyeluruh umumnya baik apabila pasien taat
menjalani program pengobatan. Namun, banyak pasien tidak patuh dengan
pengobatan karena biaya dan efek samping. Karena kurangnya pengobatan
konvensional untuk menyembuhkan gangguan tersebut, banyak yang memilih
terapi alternatif tanpa banyak keberhasilan. Penyakit ini adalah suatu kondisi
kronik dan dapat berlangsung seumur hidup. Secara keseluruhan, kualitas hidup
pasien ini buruk.
Sumber: Munir S, Takov V. Generalized Anxiety Disorder. [Updated 2022 Jan 9].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441870/
l) Pencegahan
 Berolahraga secara teratur
 Berbagi cerita dengan orang terdekat mengenai masalah yang dialami
 Melakukan hobi atau kegiatan relaks yang disukai

Sumber: Patriquin, M.A. & Mathew, S.J. (2018). The Neurobiological of


Mechanisms

Gangguan Panik
a) Definisi
Gangguan panik (PD) adalah gangguan kecemasan yang lazim dan
melumpuhkan yang dapat diobati secara efektif. Selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRI) dan benzodiazepin adalah obat yang paling sering diresepkan
untuk PD. Dalam artikel ini, penulis meninjau bukti terkini tentang kemanjuran,
efek samping, dan keterbatasan dari dua pilihan pengobatan ini.
Didefinisikan oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Health
Disorders (DSM) sebagai “gelombang ketakutan atau ketidaknyamanan yang
intens secara tiba-tiba” yang mencapai puncaknya dalam beberapa menit. Empat
atau lebih dari serangkaian gejala fisik tertentu menyertai serangan panik. Gejala-
gejala ini meliputi; palpitasi, jantung berdebar, atau detak jantung dipercepat,
berkeringat, gemetar atau gemetar, sensasi sesak napas atau tercekik, perasaan
tersedak, nyeri atau ketidaknyamanan dada, mual atau tekanan perut, pusing,
goyah, pusing, atau pingsan, menggigil atau sensasi panas, parestesia (sensasi
mati rasa atau kesemutan), [1]  Serangan panik terjadi sesering beberapa kali per
hari atau sejarang hanya beberapa serangan per tahun.

Referensi :

Risks and benefits of medications for panic disorder - PubMedSawchuk CN(NCBI),

Veitengruber JP. Panic disorders - Symptoms, diagnosis and treatment. BMJ Best
Practice US. 2021 https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/121

b) Etiologi
Kombinasi faktor biologis, sosial dan psikologis berkontribusi terhadap
terjadinya kecemasan. Interaksi satu sama lain dengan derajat yang berbeda pada
setiap individu akan membuat tingkat kerentanan dan ketahanan yang berbeda-
beda.
Ada beberapa teori dan model yang menjelaskan kemungkinan etiologi
gangguan panik itu sendiri. Sebagian besar menunjukkan peran potensial
ketidakseimbangan kimia sebagai faktor utama, termasuk kelainan pada asam
gamma-aminobutirat, kortisol, dan serotonin. Diyakini bahwa faktor genetik dan
lingkungan berperan dalam patogenesis gangguan panik. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kondisi masa kanak-kanak yang merugikan dapat
menyebabkan gangguan panik di masa dewasa. Penelitian yang lebih baru
menunjukkan bahwa sirkuit saraf mungkin memiliki peran yang lebih besar dalam
gangguan panik di mana area otak tertentu menjadi sangat bersemangat pada
individu dan itu akan membuat mereka rentan untuk mengembangkan gangguan
tersebut.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik mungkin berperan
dalam etiologi gangguan panik. Kerabat tingkat pertama memiliki risiko 40%
mengembangkan sindrom ini jika seseorang dalam keluarga telah didiagnosis
dengan gangguan tersebut. Selain itu, pasien dengan gangguan panik juga
memiliki risiko tinggi terkena gangguan kesehatan mental lainnya.

Referensi :

Sawchuk CN, Veitengruber JP. Panic disorders - Symptoms, diagnosis and treatment.
BMJ Best Practice US. 2021 https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/121

c) Epidemiologi
Epidemiologi gangguan panik menunjukkan bahwa gangguan ini adalah
gangguan cemas yang mempunyai prevalensi relatif tinggi. Gangguan panik lebih
banyak dialami perempuan dibandingkan laki-laki. Onset gangguan ini paling
tinggi pada masa remaja dan dewasa muda, serta jarang ditemukan pada anak-
anak dibawah 14 tahun.
 Global
Prevalensi gangguan panik pada populasi remaja dan dewasa adalah
2%-3%. Namun pada penelitian lain yang menyebutkan angka prevalensi
gangguan panik sebesar 8%-28%. Prevalensi pada anak dibawah usia 14
tahun adalah <0.14%. Prevalensi gangguan panik juga menurun pada
lansia (usia di atas 64 tahun) menjadi 0.7%. Median usia onset gangguan
panik adalah 20-24 tahun.[2,4]
 Indonesia
Belum ada penelitian mengenai epidemiologi pasti gangguan panik di
Indonesia. Namun hasil survey Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 6%
penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan
mental emosional yang ditunjukkan oleh gejala-gejala kecemasan
dan depresi. Meskipun data ini tidak merujuk secara spesifik ke gangguan
panik, namun gangguan panik adalah salah satu bentuk gangguan cemas.

Gangguan panik memiliki prevalensi seumur hidup yang relatif tinggi,


peringkat di belakang hanya gangguan kecemasan sosial, gangguan stres pasca
trauma, dan gangguan kecemasan umum. Khususnya, pasien yang menderita
gangguan panik memiliki tingkat seumur hidup yang jauh lebih tinggi dari
masalah kardiovaskular, pernapasan, gastrointestinal, dan masalah medis lainnya
dibandingkan dengan populasi umum. Orang Amerika Eropa lebih mungkin
menderita gangguan panik daripada orang Afrika-Amerika, Asia-Amerika, atau
Latin. Wanita lebih terpengaruh daripada pria. Gangguan panik memuncak pada
masa remaja dan dewasa awal, dengan prevalensi rendah pada anak-anak di
bawah usia 14 tahun. 

Pasien dengan gangguan panik juga memiliki banyak komorbiditas lain


termasuk OCD, fobia sosial, asma, PPOK, sindrom iritasi usus besar, hipertensi,
dan prolaps katup mitral. Wanita hamil dengan gangguan panik juga lebih
mungkin memiliki bayi dengan berat lahir kecil.

Sumber :
Sawchuk CN, Veitengruber JP. Panic disorders - Symptoms, diagnosis and
treatment. BMJ Best Practice US. 2021 https://bestpractice.bmj.com/topics/en-
us/121

Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Hasil Utama RISKESDAS. 2018.


Litbangkes Kemenkes RI.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-
riskesdas-2018_1274.pdf

Sawchuk CN, Veitengruber JP. Panic disorders - Symptoms, diagnosis and


treatment. BMJ Best Practice US. 2021 https://bestpractice.bmj.com/topics/en-
us/121

d) Patofisiologi

Gangguan panik melibatkan banyak neurotransmitter dan peptide di berbagai area


otak. Serangan panik akan memicu reaksi vegetative yang berlebihan dan peningkatan
tonus simpatis, yang disertai dengan peningkatan pelepasan katekolamin.
Kemudian penelitian brain imaging juga menunjukkan adanya perubahan berupa
peningkatan aktivitas reseptor di area limbic dan frontal pada pasien dengan gangguan
panik. Amigdala merupakan area utama yang mengalami disfungsi.
Penelitian brain imaging juga menunjukkan bahwa pada gangguan panik terjadi
aktivasi nukleus sentralis amigdala dan area-area pusat takut lainnya di otak lainnya
(seperti thalamus, hypothalamus, dan hipokampus. Aktivasi area-area ini menyebabkan
disregulasi pusat pernafasan di batang otak.
Hipotesis lain menyebutkan adanya gangguan fungsi pada sistem serotonin,
norepinefrin, dopamine dan gamma aminobutyric acid (GABA). Teori ini menyebutkan
bahwa pada gangguan panik terjadi peningkatan sensitivitas autoreseptor presinaptik
norepinefrin terhadap stimulasi simpatis, sehingga terjadi respon simpatis yang
berlebihan. Hal ini dikombinasikan dengan kurangnya inhibisi sentral oleh GABA. Peran
serotonin ditunjukkan oleh kemampuan obat-obat yang meningkatkan serotonin seperti
fluoxetine untuk mengendalikan gangguan ini
sumber : Davies SJ, Nash J, Nutt DJ. Management of panic disorder in primary care.
Prescriber. 2017
e) Faktor resiko
 Jenis kelamin : perempuan lebih sering terkena gangguan panik dibandingkan
laki-laki
 Mengalami peristiwa traumatis : seperti kecelakaan atau hal buruk lain selama
diluar rumah atau beraktivitas
 Mengalami peristiwa kehidupan yang penuh stress : termasuk pelecehan
seksual atau fisik selama masa kanak-kanak
 Stres berat : stres merupakan pemicu paling utama
 Memiliki kecenderungan untuk menjadi gugup atau cemas
 Alcohol dan obat-obatan : mengalami penyalahgunaan alcohol dan zat terlarang
 Riwayat keluarga : dari serangan panik atau gangguan panik
 Perubahan drastic dalam hidup : misalnya memiliki anak ataupun bercerai

f) Gejala klinis
 Nyeri dada
 Berdebar-debar
 Keringat dingin
 Tremor
 Depersonalisasi.
 Hingga merasa seperti tercekik
Sumber : Buku Ajar Psikiatri, Edisi ketiga, 2017 hal 291-292

g) Diagnosis

a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
Dx :
c. Pemeriksaan
 Rasa seperti mau mati, tercekik
 Gg. Otonom (gejala > berat) palpitasi, keringat dingin, sesap napas
 Terjadi < 15 menit
 (+) Faktor resiko
 Durasi > 1 bulan
Tx Serangan: benzodiazepine (alprazolam)
Maintenance : anti-depresan

Rujuk CBT

(PPDGJ III) Terjadinya beberapa serangan berat ansietas otonomik, yang


terjadi dalam periode kira-kira satu bulan:
a. Pada keadaan-keadaan yang sebe- narnya secara obyektif tidak ada bahaya;
b. Tidak terbatas hanya pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat
diduga sebelumnya;
c. Adanya keadaan relatif bebas geja- la ansietas dalam periode antara
serangan-serangan panik (mes- kipun lazim terjadi juga ansietas antisipatorik)

Sumber : Buku Ajar Psikiatri, Edisi ketiga, 2017 hal 292

h) Penatalaksanaan
I. Farmakoterapi

NO NAMA NAMA SEDIAAN DOSIS


GENERIK DAGANG ANJURAN

1. imipramine tofranil Tab 25 mg 75-


150mg/hari

2. clomipramin anafranil Tab 25 mg 75-150


e mg/hari

3. alprazolam Xanax Tab0,25;0,5; 2-4 mg/


1 mg hari

4. moclobemide Aurorix Tab 150 mg 300-600


mg/hari

5. sertralline zoloft Tab 50 mg 50- 100


mgg/hari

6. fluoxetine Antiprestin Caps 10;20 20-40


mg mg/hari
II. Psikoterapi
1) Terapi relaksasi
Terapi ini bermanfaat meredakan secara relative cepat serangan
panic dan menenangkan individu. Prinsipnya adalah melatih
pernafasan, mengendurkan seluruh otot tubuh dan melakukan
sugesti pikiran kea rah konstruktif atau yang diinginkan akan
dicapai.
2) Terapi kognitif perilaku
Individu diajak untuk bersama-sama melakukan restrukturisasi
kognitif, dan pikiran yang irasional dan menggantinya dengan
yang lebih rasional. Terapi biasanya berlangsung 30-45 menit.
3) Psikoterapi dinamik
Individu di ajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya,
bukan sekedar menghilangkan gejalanya semata. Pada psikoterapi
ini, biasanya individu lebih banyak berbicara, sedangkan dokter
lebih banyak mendengar, kecuali pada individu yang benar-benar
pendiam, maka dokter yang lebih aktif. Terapi ini memerlukan
waktu panjang, dapat berbulan-bulan bahkan bertahun. Hal ini
tentu memerlukan kerjasama yang baik antara individu dengan
dokternya, serta kesabaran keduabelah pihak.
Sumber :

i. Buku Psychiatri : Edisi 20118Buku Ajar Psikiatri,


ii. Edisi ketiga, 2017 hal 293-294

i) Komplikasi

Jika tidak diobati, serangan panik dan gangguan panik dapat mempengaruhi
hampir setiap area kehidupan sesorang. Seseorang mungkin sangat takut
mengalami lebih banyak serangan panik sehingga akan terus-menerus hidup
dalam ketakutan, merusak kualitas hidup.
Komplikasi yang dapat disebabkan atau dikaitkan dengan serangan panik
meliputi:
- Perkembangan fobia spesifik, seperti takut mengemudi atau
meninggalkan rumah Anda
- Perawatan medis yang sering untuk masalah kesehatan dan kondisi
medis lainnya
- Menghindari situasi sosial
- Masalah di tempat kerja atau sekolah
- Depresi, gangguan kecemasan dan gangguan kejiwaan lainnya
- Peningkatan risiko bunuh diri atau pikiran untuk bunuh diri
- Alkohol atau penyalahgunaan zat lainnya
- Masalah keuangan
Bagi sebagian orang, gangguan panik mungkin termasuk agorafobia —
menghindari tempat atau situasi yang menyebabkan kecemas karena takut tidak
dapat melarikan diri atau mendapatkan bantuan jika mengalami serangan panik.
Atau mungkin akan menjadi bergantung pada orang lain untuk meninggalkan
rumah.
Sumber:https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/panic-attacks/
symptoms-causes/syc-20376021.

j) Prognosis
Cenderung kambuh setiap hari 2-3 kali
Kronik dengan remisi dan eksaserbasi
Prognosis sangat baik dengan terapi
Kira-kira 30% – 40% pasien sembuh sempurna, 50% masih mempunyai gejala
yang ringan tapi tidak mengganggu aktifitas kehidupan sehari- hari. Sekitar 10% –
20% masih terus mengalami gejala yang signifikan.
Sumber: Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
k) Pencegahan
Pencegahan primer (yaitu bagi yang belum pernah mengalami gangguan
panik), maka harus waspada bila dalam keluarganya ada yang mengalami. Juga,
menurut penelitian cemas perpisahan ketika dewasa mungkin akan mengalami
gangguan panik.
Pencegahan sekunder (bila individu pernah mengalami serangan panik satu
kali) dan telah berobat ke dokter, maka pencegahan yang dapat dilakukan agar
tidak terjadi kekambuhan adalah dengan melakukan latihan relaksasi secara
teratur dan terus-menerus, datang konsultasi sampai dinyatakan sembuh oleh
dokter.

Anda mungkin juga menyukai