MODUL
”CEMAS”
BLOK NEUROSPIKIATRI
UNIVERSITAS KHAIRUN
2022
SKENARIO 1 CEMAS
Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan merasa cemas
sejak 1 tahun yang lalu setelah suaminya meninggal. Keluhan sering disertai dengan sakit
kepala,nyeri ulu hati, dada berdebar-debar, nafsu makan menurun dan hilang minat dalam
beraktivitas . Pasien sudah melakukan pengobatan di beberapa dokter spesialis dan hasil
pemeriksaan dalam batas normal,akan tetapi pasien masih merasakan keluhan yang sama.
Kata Sulit :
Kalimat Kunci :
Pertanyaan :
Jawaban :
Dari berbagai pengertian kecemasana (anxiety) yang telah dipaparkan di atas dapat
disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak
nyaman pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman yang samar-samar disertai
dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu yang disebabkan oleh suatu hal
yang belum jelas.
Sumber:
2. Jurnal Universitas Negeri Padang Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia). http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor
Sumber: [1] B. J. Sadock, V. A. Sadock, and P. Ruiz, Kaplan & Sadock’s Synopsis Of
Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. New York: Wolters
Kluwer, 2015.
Penelitian yang dilakukan oleh Aro et al. terhadap populasi di Swedia, menyatakan
bahwa kecemasan tanpa depresi berhubungan dengan uninvestigated dyspepsia, dispepsia
fungsional, dan postprandial distress (PDS), tetapi tidak dengan epigastric pain syndrome
(EPS). Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Kusuma, Arinton, dan Paramita
terhadap pasien dispepsia rawat jalan di Klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Margono
Soekardjo Purwokerto, menunjukkan adanya korelasi bermakna antara skor dispepsia
dengan skor kecemasan, dimana semakin tinggi skor dispepsia, maka semakin tinggi juga
skor kecemasan.(8)Diketahui jika seseorang dengan gangguan cemas menunjukkan
peningkatan produksi asetilkolin sehingga terjadi hipersimpatotonik sistem
gastrointestinal atau sistem pencernaan yang mengakibatkan peningkatan gerak
peristaltik lambung dan dapat pula menyebabkan peningkatan sekresi asam lambung.
Asam lambung yang meningkat disertai dengan meningkatnya gerak peristaltik usus
dapat pula berpengaruh pada keutuhan mukosa lambung seseorang tersebut. Apabila
produksi asam lambung meningkat maka asam lambung dapat melukai dinding mukosa
lambung yang dapat menimbulkan rasa nyeri ulu hati pada seseorang tersebut.(4)
Sumber : Sutanto, H. (2019). Hubungan kecemasan dengan derajat keparahan
dispepsia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan
2014. Tarumanagara Medical Journal, 2(1), 77-83.
Setiap jumlah besar abnormalitas dari sistem serotonergic baik inervasi yang kurang atau
berlebihan dalam sistem serotonergic dalam struktur otak dapat menjadi sebuah penyebab
gangguan kecemasan. Yang memungkinan abnormalitas ini adalah regulasi abnormal dari
pengeluaran/reuptake serotonine atau respon yang tidak normal terhadap sinyal
serotonine (Soodan, 2015) Norepinephrine akan memfasilitasi anxiety-like behavioral.
Norepinephrine yang berlebihan akan muncul di gangguan panik, kecemasan dan post
traumatic stress disorder (PTSD). Fungsi dari sistem Norepinephrine adalah untuk
menyeimbangkan kewaspadaan atau memindai sikap dengan fokus khusus dalam
lingkungan yang menstimulasi kecemasan/tekanan. (Goddard, 2010)
HPA axis adalah mekanisme tubuh yang melibatkan hypothalamus, kelenjar hormon
pituitari, dan kelenjar adrenal. Sistem komunikasi kompleks ini bertanggung jawab untuk
menangani reaksi stress dengan mengatur produksi kortisol sejenis hormon yang
merupakan mediator rangsang saraf. HPA axis dapat memperlihatkan mekanisme
neuropsikiatri atau cemas. HPA axis merupakan sebuah jalur kompleks interaksi antara
tiga sistem yang terjadi dalam tubuh yang mengatur reaksi terhadap stress dan banyak
proses dalam tubuh, termasuk di dalamnya proses pencernaan, sistem ketahanan tubuh,
mood dan tingkat emosi, gairah seksual, penyimpanan energi dan penggunaannya.
Hipotalamus merupakan pusat kontrol untuk sebagian besar sistem hormon tubuh.
(Lauralee, 2014)
Sel-sel dalam hipotalamus menghasilkan hormon corticotropine releasing factor
(CRF) pada manusia sebagai tanggapan atas sebagian besar semua jenis stress fisik atau
psikologis, yang pada gilirannya mengikat reseptor spesifikp ada sel-sel hipofisis, yang
menghasilkan hormon adrenocorticotropic (ACTH). ACTH ini kemudian ke kelenjar
adrenal dan merangsang produksi hormon adrenalin. (Lauralee,
2014)
Terdapat beberapa sumber utama respon stress, salah satunya yaitu hypothalamus
pituitary adrenal (HPA). Jalur pertama adalah aktivasi HPA melalui neuron dalam
nukleus paravestibular di hipotalamus yang menghasilkan CRH. Hormon ini akan
memacu hipofisis anterior melepaskan ACTH dan merangsang kelenjar adrenal untuk
memproduksi kortisol atau glukortikoid.Pada keadaan cemas, respon tubuh seseorang
akan merangsang penurunan produksi stress threshold. Kecemasan juga memicu
ketidakteraturan produksi hormon kortisol sehingga hipotalamus meningkatkan produksi
CRH atau hormon kortikotropin yang pada akhirnya menyebabkan kelemahan, dan
penurunan daya tahan tubuh. (Hall, 2019)
Sumber : Jurnal Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Malang
e) Patofisiologi
g) Gejala klinis
Gejala utama GAD adalah anxuetas, ketegangan motoric, hiperaktivitas
autonom, dan kewaspadaan secara kognitif. Kecemasan bersifat berlebihan dan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pasien. Ketegangan motorik
bermanifestasi sebagai bergetar, kelelahan, dan mempengaruhi kelelahan, dan
sakit kepala. Hiperaktivitas autonomy timbul dalam bentuk pernafasan yang
pendek, berkeringat, palpitasi, dan disertai gejala saluran pencernaan . Terdapat
juga kewaspadaan kognitif dalam bentuk iritabilitas.
Pasien GAD biasanya datang ke dokter umum karena keluhan somatic, atau
datang ke dokter spesialis karena gejala spesifik seperti diare kronik. Pasien
biasanya memperlihatkan perilaku mencari perhatian(seeking behavior). Berapa
pasien menerima diagnosis GAD dan terapi yang adekuat, dan beberapa lainnya
meminta konsultasi medic tambahan untuk masalah-masalah mereka.
Sumber : Buku Ajar Psikiatri Edisi 3
h) Diagnosis
Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hamper setiap hari,
sepanjang hari, terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas
atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah)
Penderita merasa sulit mengendelikan kekhawatirannya
Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih enam gejala berikut ini
(dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi di bandingkan tidak
terjadi selama 6 bulan terakhir). Catatan : hanya satu nomor yang diperlukan pada
anak
1. Kegelisahan
2. Merasa mudah lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Iritabilitas
5. Ketegangan otot
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau gejalah, dan tidak
memuaskan)
Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I,
misalnya, kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita suatu
serangan panic (seperti pada gangguan panik), merasa malu pada gangguan
obsesif kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat (seperti
gangguan cemas perpisan), penambahan berat badan (seperti pada anoreksia
nervosa), menderita keluhan fisik berganda (seperti pada anoreksia nervosa),
menderita keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau
menderita penyakit serius (seperti pada hipokondriasis) serta kecmasan dan
kekhawatiran tidak terjadi semata-mata selama gangguan stress pasca trauma
Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi penting lain.
Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis lengsung dari suatu
zat (misalnya penyalahgunaan sat, medikasi) atau kondisi medis umum(misalnya
hipotiroidisme) dan tidak terjadi semata-mata selama suatu gangguan mood.
Gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pevasif.
Sumber : Buku Ajar Psikiatri
i) Penatalaksanaan
FARMAKOLOGI
Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodazepin dimulai
dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi .
Penggunaan sediaan dengan waktu paruh menengah dan dosis terbagi
dapat mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan. Lama pengobatan
rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan tapering off selama 1-2
minggu.
Buspiron
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD . Buspiron lebih efektif
dalam meperbaiki gejala kognitif disbanding gejala somatic pada GAD.
Tidak menyebabkan withdrawl. Kekurangannya adalah efek l;inisnya baru
terasa setelah2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang
sudah menggunakan benzodiazepine tidak akan memberikan respons yang
baik dengan buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara
benzodiazepine dengan buspiron kemudian dilakukan tapering
benzodiazepine setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi buspiron sudah
tercapai
SSRI (Selectivw serotonin Re-uptake Inhibitor)
Sertraline dan paroxetine merupakan pilihan yang lebih baik dari pada
fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan anxietas sesaat.
SSRI selektif terutama pada pasien GAD dengan riwayat depresi.
NON FARMAKOLOGI
A. Psikoterapi
Terapi kognitif-perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung
mengenali distorsi kognitif dan pendekatan perilaku., mengenali
gejala somatic secaralangsung. Teknik utama yang digunakan pada
pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback
Terapi Suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-
potensi yang ada dan belum tampak , didukung egonya, agar lebih
bias beradaptasi optimal dalam fungsi social dan pekerjaannya.
Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan
konfiik bawah sadar, menilik egostrength, relasi obyek, serta self
pasien. Dari pemahaman akan komponen-komponen terbsebut, kita
sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh mana pasien dapat
diubah untuk menjadi lebih matur; bila tidak tercapai, minimal kita
memfasilitasi agak pasien dapat beradaptasi dalam fungsi social
dan pekerjaannya.
Sumber : Buku Ajar Psikiatri Edisi 3
j) Komplikasi
k) Prognosis
Prognosis gangguan cemas menyeluruh umumnya baik apabila pasien taat
menjalani program pengobatan. Namun, banyak pasien tidak patuh dengan
pengobatan karena biaya dan efek samping. Karena kurangnya pengobatan
konvensional untuk menyembuhkan gangguan tersebut, banyak yang memilih
terapi alternatif tanpa banyak keberhasilan. Penyakit ini adalah suatu kondisi
kronik dan dapat berlangsung seumur hidup. Secara keseluruhan, kualitas hidup
pasien ini buruk.
Sumber: Munir S, Takov V. Generalized Anxiety Disorder. [Updated 2022 Jan 9].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441870/
l) Pencegahan
Berolahraga secara teratur
Berbagi cerita dengan orang terdekat mengenai masalah yang dialami
Melakukan hobi atau kegiatan relaks yang disukai
Gangguan Panik
a) Definisi
Gangguan panik (PD) adalah gangguan kecemasan yang lazim dan
melumpuhkan yang dapat diobati secara efektif. Selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRI) dan benzodiazepin adalah obat yang paling sering diresepkan
untuk PD. Dalam artikel ini, penulis meninjau bukti terkini tentang kemanjuran,
efek samping, dan keterbatasan dari dua pilihan pengobatan ini.
Didefinisikan oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Health
Disorders (DSM) sebagai “gelombang ketakutan atau ketidaknyamanan yang
intens secara tiba-tiba” yang mencapai puncaknya dalam beberapa menit. Empat
atau lebih dari serangkaian gejala fisik tertentu menyertai serangan panik. Gejala-
gejala ini meliputi; palpitasi, jantung berdebar, atau detak jantung dipercepat,
berkeringat, gemetar atau gemetar, sensasi sesak napas atau tercekik, perasaan
tersedak, nyeri atau ketidaknyamanan dada, mual atau tekanan perut, pusing,
goyah, pusing, atau pingsan, menggigil atau sensasi panas, parestesia (sensasi
mati rasa atau kesemutan), [1] Serangan panik terjadi sesering beberapa kali per
hari atau sejarang hanya beberapa serangan per tahun.
Referensi :
Veitengruber JP. Panic disorders - Symptoms, diagnosis and treatment. BMJ Best
Practice US. 2021 https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/121
b) Etiologi
Kombinasi faktor biologis, sosial dan psikologis berkontribusi terhadap
terjadinya kecemasan. Interaksi satu sama lain dengan derajat yang berbeda pada
setiap individu akan membuat tingkat kerentanan dan ketahanan yang berbeda-
beda.
Ada beberapa teori dan model yang menjelaskan kemungkinan etiologi
gangguan panik itu sendiri. Sebagian besar menunjukkan peran potensial
ketidakseimbangan kimia sebagai faktor utama, termasuk kelainan pada asam
gamma-aminobutirat, kortisol, dan serotonin. Diyakini bahwa faktor genetik dan
lingkungan berperan dalam patogenesis gangguan panik. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kondisi masa kanak-kanak yang merugikan dapat
menyebabkan gangguan panik di masa dewasa. Penelitian yang lebih baru
menunjukkan bahwa sirkuit saraf mungkin memiliki peran yang lebih besar dalam
gangguan panik di mana area otak tertentu menjadi sangat bersemangat pada
individu dan itu akan membuat mereka rentan untuk mengembangkan gangguan
tersebut.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik mungkin berperan
dalam etiologi gangguan panik. Kerabat tingkat pertama memiliki risiko 40%
mengembangkan sindrom ini jika seseorang dalam keluarga telah didiagnosis
dengan gangguan tersebut. Selain itu, pasien dengan gangguan panik juga
memiliki risiko tinggi terkena gangguan kesehatan mental lainnya.
Referensi :
Sawchuk CN, Veitengruber JP. Panic disorders - Symptoms, diagnosis and treatment.
BMJ Best Practice US. 2021 https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/121
c) Epidemiologi
Epidemiologi gangguan panik menunjukkan bahwa gangguan ini adalah
gangguan cemas yang mempunyai prevalensi relatif tinggi. Gangguan panik lebih
banyak dialami perempuan dibandingkan laki-laki. Onset gangguan ini paling
tinggi pada masa remaja dan dewasa muda, serta jarang ditemukan pada anak-
anak dibawah 14 tahun.
Global
Prevalensi gangguan panik pada populasi remaja dan dewasa adalah
2%-3%. Namun pada penelitian lain yang menyebutkan angka prevalensi
gangguan panik sebesar 8%-28%. Prevalensi pada anak dibawah usia 14
tahun adalah <0.14%. Prevalensi gangguan panik juga menurun pada
lansia (usia di atas 64 tahun) menjadi 0.7%. Median usia onset gangguan
panik adalah 20-24 tahun.[2,4]
Indonesia
Belum ada penelitian mengenai epidemiologi pasti gangguan panik di
Indonesia. Namun hasil survey Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 6%
penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan
mental emosional yang ditunjukkan oleh gejala-gejala kecemasan
dan depresi. Meskipun data ini tidak merujuk secara spesifik ke gangguan
panik, namun gangguan panik adalah salah satu bentuk gangguan cemas.
Sumber :
Sawchuk CN, Veitengruber JP. Panic disorders - Symptoms, diagnosis and
treatment. BMJ Best Practice US. 2021 https://bestpractice.bmj.com/topics/en-
us/121
d) Patofisiologi
f) Gejala klinis
Nyeri dada
Berdebar-debar
Keringat dingin
Tremor
Depersonalisasi.
Hingga merasa seperti tercekik
Sumber : Buku Ajar Psikiatri, Edisi ketiga, 2017 hal 291-292
g) Diagnosis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
Dx :
c. Pemeriksaan
Rasa seperti mau mati, tercekik
Gg. Otonom (gejala > berat) palpitasi, keringat dingin, sesap napas
Terjadi < 15 menit
(+) Faktor resiko
Durasi > 1 bulan
Tx Serangan: benzodiazepine (alprazolam)
Maintenance : anti-depresan
Rujuk CBT
h) Penatalaksanaan
I. Farmakoterapi
i) Komplikasi
Jika tidak diobati, serangan panik dan gangguan panik dapat mempengaruhi
hampir setiap area kehidupan sesorang. Seseorang mungkin sangat takut
mengalami lebih banyak serangan panik sehingga akan terus-menerus hidup
dalam ketakutan, merusak kualitas hidup.
Komplikasi yang dapat disebabkan atau dikaitkan dengan serangan panik
meliputi:
- Perkembangan fobia spesifik, seperti takut mengemudi atau
meninggalkan rumah Anda
- Perawatan medis yang sering untuk masalah kesehatan dan kondisi
medis lainnya
- Menghindari situasi sosial
- Masalah di tempat kerja atau sekolah
- Depresi, gangguan kecemasan dan gangguan kejiwaan lainnya
- Peningkatan risiko bunuh diri atau pikiran untuk bunuh diri
- Alkohol atau penyalahgunaan zat lainnya
- Masalah keuangan
Bagi sebagian orang, gangguan panik mungkin termasuk agorafobia —
menghindari tempat atau situasi yang menyebabkan kecemas karena takut tidak
dapat melarikan diri atau mendapatkan bantuan jika mengalami serangan panik.
Atau mungkin akan menjadi bergantung pada orang lain untuk meninggalkan
rumah.
Sumber:https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/panic-attacks/
symptoms-causes/syc-20376021.
j) Prognosis
Cenderung kambuh setiap hari 2-3 kali
Kronik dengan remisi dan eksaserbasi
Prognosis sangat baik dengan terapi
Kira-kira 30% – 40% pasien sembuh sempurna, 50% masih mempunyai gejala
yang ringan tapi tidak mengganggu aktifitas kehidupan sehari- hari. Sekitar 10% –
20% masih terus mengalami gejala yang signifikan.
Sumber: Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
k) Pencegahan
Pencegahan primer (yaitu bagi yang belum pernah mengalami gangguan
panik), maka harus waspada bila dalam keluarganya ada yang mengalami. Juga,
menurut penelitian cemas perpisahan ketika dewasa mungkin akan mengalami
gangguan panik.
Pencegahan sekunder (bila individu pernah mengalami serangan panik satu
kali) dan telah berobat ke dokter, maka pencegahan yang dapat dilakukan agar
tidak terjadi kekambuhan adalah dengan melakukan latihan relaksasi secara
teratur dan terus-menerus, datang konsultasi sampai dinyatakan sembuh oleh
dokter.